You are on page 1of 11

A.

Pendahuluan Bagi umat Islam, syariah adalah tugas umat manusia yang menyeluruh, meliputi moral,teologi, dan etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal, dan ritual yang rinci. Syariah mencakup semua aspek hukum public dan perorangan, kesehatan, bahkan kesopanan dan akhlak. Menganggap bagian syariah yang tidak memadai, akan dituduh bidah oleh mayoritas umat Islam yang meyakini bahwa keseluruhan syariah itu bersifat Ilahiyyah. Pandangan yang menjadi keyakinan umum ini akan menjadi hambatan psikologis utama dalam upaya merekrontruksi syariah, apalagi diperkuat dengan ancaman tuntutan hukum pidana dengan dakwah murtad (apostasy). Ini adalah ancaman nyata di Negara-negara Islam seperti Sudan dewasa ini.

B. Pembahasan 1. Pengertian Syariah Dan Fiqih a. Pengertian Syariah Syariat secara etimologis, bermakna jalan yang lempeng (lurus-pen) atau jalan yang dilalui air terjun.1 Sedangkan pengertian terminologisnya, syariat didefinisikan sebagai jalan yang harus ditempuh (oleh setiap umat muslim).2 Syariat menurut pengertian teknis dalam bahasa inggris disebut cannon law of islam, yakni keseluruhan dari perintah-perintah Tuhan. Tiap perintah dinamakan hukum.3 Perkataan islam berasal dari kata aslama. Kata dasarnya salima yang berarti sejahtera; tidak bercela; tidak bercacat. Dari kata itu, terjadi kata masdar salamat; salm; dan silm yang berarti kedamaian; kepatuhan; penyerahan diri. Orang yang

T.M. Hasby As Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Bulan Bintang, cet.2, 1974, hlm.19 H. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, Hlm.30. 3 Asaf A.A. Fyzee, Pokok-pokok Hukum Islam I, Tinta Mas, 1965, Hlm.22-23.
2

menerima islam disebut muslim yang berarti berserah diri pada Allah atau patuh menerima karena Allah.4 Bagi orang Arab di Saudi Arabia adalah penting sekali untuk mengetahui jalan yang menuju ke mata air. Mata air Arabia yang tanahnya terdiri dari gurun pasir adalah sangat vital bagi kehidupan orang, sehingga jalannya menuju mata air itu selalu harus dikenalinya. Demikian pentingnya syariat bagi manusia seperti pentungnya jalan ke mata air bagi orang Arab yang terkenal dengan gurun pasir. Syariat menurut ilmu fiqih terdapat dua pandangan besar dalam mengartikan syariat adalah: Imam Abu Hanifah pendiri Mazhab Hanafi, mengatakan bahwa: Syariat adalah sebagai semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.,yang bersumber pada wahyu Allah, ini adalah tidak lain sebagai dari bagian dari ajaran islam.5 Sedangkan menurut Imam Idris As-syafiI, pendiri Mazhab SyafiI mengemukakan pendapatnya: Bahwa syariat dapat didefinisikan merupakan peraturan-peraturan lahir batin bagi umat islam yang bersumber pada wahyu Allah dan kesimpulan-kesimpulan (deductions), yang dapat ditarik dari wahyu Allah dan sebagainya.peraturanperaturan lahir itu mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, dan dengan sesama mahluk lain selain manusia.

b. Pengertian Fiqih Fiqih berasal dari bahasa Arab ; Fiqh diartikan sebagai faham atau pemahaman. Pengertian terminologisnya, fiqih Islam merupakan pengetahuan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang sebagaimana diketahui dari Al-Quran dan As-

Sidi Gazalba, Modernisasi Dalam Persoalan, Bagaimana Sikap Islam, PT. BUlan Bintang, Jakarta, 1980, Hlm.40. 5 Asaf A.A. Fyzee, Outlines of Muhammadan Law (Oxford University Press, 1955), Hlm.15.

Sunah, atau yang disimbulkan dari keduanya atau tentang apa yang disepakati oleh para cerdik-pandai (mujtahid).6 Abdul Wahhab Khallaf7 Mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan tentang syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci atau dengan kata lain merupakan yurisprudensi atau kumpulan hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dalil-dalilnya secara rinci. Jadi, ilmu fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalildalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut. Pada periode Mutaakhirin ini, pula terjadi pelembagaan fiqih dalam beberapa madzhab. Ketika itu ada empat madzhab besar berkembang dan mampu bertahan hingga saat ini, yaitu Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafii dan Madzhab Hambali. Empat madzhab tersebut tersebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara, Madzhab Syafii lah yang pertama kali di anut penduduk Nusantara. Dan saat ini mayoritas kaum muslimin indonesia bermadzhabSyafii.

2. Perbedaan Syariah Dan Fiqih Adapun perbedaan yang perlu diketahui tentang syariah dan fiqih yaitu : a. Berbeda dalam objek b. Berbeda dalam sumber pokok c. Berbeda dalam sanctum (sanksi) 1. Berbeda dalam objek Syariah : objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah manusia dengan Tuhan (hablumminallah) atau Ittiqaddiyah atau ibadah, sedangkan Fiqih : objeknya peraturan lahir manusia, yaitu hubungan lahir antara manusia dengan manusia sesamanya,hubungan manusia dengan mahluk lain selain manusia,
6 7

Asaf A.A. Fyzee, op. Cit, hlm 26 Abdul Wahhab Khlmlaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (lImu Ushul Fikih), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1996, cet IV, hlm 2.

misalnya dengan planet bumi, ruang angkasa, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. 2. Berbeda dalam sumber pokok Syariah : sumber pokoknya adalah berasal dari wahyu Ilahi dan atau deduction atau kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari wahyu (deduction of wahyu), baik wahyu yang langsung dari Allah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. (Al-Quran) maupun wahyu yang tidak langsung, baik melalui insting maupun hasil ijtihad Rasulullah SAW. (Al-Hadist), sedangkan Fiqih : berasal dari rasio atau hasil pemikiran manusia dan kebiasaankebiasaan yang terdapat dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan dan undang-undang. 3. Berbeda dalam sanctum (sanksi) Syariah : sanksinya adalah pembalasan Tuhan Rabbulalamin di Yaumul Mahsyar (hari akhirat kelak), tetapi kadang-kadang tidak terasa oleh manusia di dunia ini ada hukuman Tuhan secara yidak langsung. Di hari akhirat nanti ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya surat Yasin ayat 65


Artinya : Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan member kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (usahakan)8 Fiqih : sanksinya bersifat sekuler (keduniaan), dengan menunjuk sebagai pelaksana alat perlengkapan negara, seperti : polisi, jaksa,hakim dan lembaga permasyarakatan sebagai pelaksana sanksinya (hukuman)9
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta, Bumi Restu, Pelita II 1977/1978 hlm 713
8

Perbedaan pokok antara syariah dan fiqih dapat juga diartikan sebagai berikut : Syariah a. Berasal dari wahyu Ilahi (Al-Quran) dan Sunah Rasul (Hadist). b. Bersifat fundamental. c. Hukumnya bersifat qathi (tetap tidak berubah). d. Hukum syariah hanya satu (universal). e. Menunjukkan kesatuan. f. Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Quran dan penjelasannya dalam Hadist bila kurang dipahami. g. Disebut juga Islamic Law. Fiqih a. Karya manusia yang dapat berubah dari masa ke masa. b. Bersifat instrumental. c. Hukumnya zhanni (dapat berubah) d. Banyak berbagai ragam (instidental) e. Menunjukkan keragaman. f. Berasal dari ijtihad dari para ahli hokum sebagai hasil pemahaman manusia yang dirumuskan oleh mujtahid. g. Hukum fiqih disebut juga Islamic Jurisprudency 3. Tujuan Mempelajari Syariah Adapun tujuan mempelajari syariat adalah : a. Dharuriyah Dharuriyah adalah kebutuhan pokok yang harus terjamin dan terlindungi dalam kehidupan manusia di mana saja, apa saja, dan kapan saja. Dalam wacana syariat Islam, dharuriyah yang harus dilindungi atau dipelihara kemaslahatannya, yaitu

Syaidus Sahar, Asas-Asas Hukum Islam, Bandung, Alumni,1986, hlm 25.

meliputi: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila tidak terpelihara atau terancam kelima hal itu dalam kehidupan manusia, maka akan terjadi ketidak harmonisan. Oleh karena itu setiap manusia atau pemerintah dalam mewujudkan suatu hukum positif, pokok utama yang harus mendapat perlindungan hukum adalah berkaitan dengan kelima hal tersebut. Perlindungan Hukum Terhadap Agama Pemerintah dalam menerapkan tujuan syariat yang bersifat dharuriyah ini harus melindungi agama bagi warga negaranya, baik muslim maupun non muslim. Dalam kebergamaan, syariat Islam selalu mengembangkan sifat tasamuh (toleransi) terhadap pemeluk agama lain selama tidak mengganggu satu sama lain. Perlindungan Hukum Terhadap Jiwa Manusia wajib mempertahankan jiwanya ketika ada yang mengancam dan menyerang. Oleh karena itu, Islam menyariatkan juga menyariatkan hukum qisas, diyat, dan kafarat. Sebagaimana dinyatakan Allah berikut ini

Artinya: Dan dalam qishas itu (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 179) Perlindungan Hukum Terhadap Akal Perlindungan terhadap akal ini agar manusia terhindar dari kerusakan akal yang dapat berpengaruh terhadap mentalitas dan psikologis. Perlindungan Hukum Terhadap Keturunan Untuk melindungi keturunan manusia, maka Islam menyariatkan perkawinan agar mempunyai keturunan yang saleh; keturunan yang menjadi panutan, bukan keturunan yang lemah. Islam juga menyariatkan makan yang halal dan baik agar manusia tidak sakit sehingga keturunannya menjadi lemah, baik fisik maupun psikis. Perlindungan Hukum Terhadap Harta

Untuk melindungi harta, Islam membolehkan manusia melakukan berbagai transaksi dan perjanjian (muamalah) dalam masalah perdagangan (tijarah), barter (mubadalah), bagi hasil (mudharabah) dan sebagainya. b. Hajiyah Hajiyah adalah kebutuhan sekunder yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya untuk mengurangi kesulitan-kesulitan. Untuk memenuhi hajiyah di bidang ibadah, Islam telah memberikan hukum rukhsah (keringanan), kemudahan, dan kelapangan apabila terdapat kesulitan dalam melaksanakan hukum azimah (ketetapan Allah). Prinsip syariah dalam memenuhi hajiyah adalah kemudahan dan keringanan bagi manusia untuk melaksanakan kewajiban pada Allah dan Rasul-Nya.

... ...
Artinya: Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan... (Q.S.22 Al-Haj: 78) c. Tahsiniyah Tahsiniyah adalah kebutuhan pelengkap, yaitu sesuatu yang dituntut oleh norma dan tatanan hidup manusia dalam pergaulannya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Prinsip syariat dalam mewujudkan tahsiniyah adalah kebagusan (tahsin) dan keindahan (tajmil) bagi manusia untuk melaksanakan kewajibannya. 4. Dasar-Dasar Penetapan Syariah Islam Empat sumber syariah adalah Al-Quran, sunnah nabi, ijma, dan qiyas. Logika syariah sebagai suatu sistem perundang-undangan agama menunjukkan dengan jelas bahwa ia adalah perundang-undangan yang, pertama, dijabarkan langsung dari Al-Quran; kedua, dari tradisi atau sunnah nabi dan terakhir, dan masyarakat yang hidup sesuai dengan wahyu dan tradisi tadi.

a. Al Quran Seluruh teks Al-Quran, yang diyakini umat islam secara literal sebagai firman Allah dikumpulkan sangat dini dalam sejarah islam. Teks Al-Quran dianggap sangat akurat dan tidak perlu diperdebatkan lagi oleh seluruh umat islam. Yang perlu ditelaah kembali, menurut kami adalah penggunaan Al-Quran sebagai dasar hukum positif. Kunci untuk memahami peranan Al-Quran dalam perumusan syariah adalah dengan mengapresiasikan bahwa Al-Quran terutama yang lebih berupaya membangun standar dasar perilaku umat islam ketimbang mengekspresikan standarstandar itu sebagai hak dan kewajiban. Seperti dicatat Coulson, peranan nabi dalam membangun standar perilaku ditunjukkan (dari segi waktu dan tekanan) pada peranannya sebagai pengambil keputusan politik, dengan menyebutkan berbagai konsekuensi hukum atas pelanggaran standar-standar itu.10 b. Sunnah Kata sanna berarti menciptakan sesuatu dan mewujudkannya menjadi suatu model. Kata tersebut juga diterapkan untuk memperagakan tingkah laku.11 Suatu tingkah laku yang patut dicontoh dapat dimulai dengan membuat model atau mengambil praktik nenek moyang suatu suku atau komunitas. Seperti dijelaskan oleh Fazlur Rahman, konsep sunnah memiliki dua sisi: Sisi yang secara historis (dianggap) fakta tingkah laku dan sisi normatif fakta tersebut bagi generasi-generasi penerus.12 Dalam konteks umat Islam, konsep tersebut dijelasakan oleh ulama lainnya sebagai berikut: dikalangan para pengikut Muhammad yang taat dan dalam komunits muslim paling tua, sunah berarti segala sesuatu yang dapat dibuktikan sebagai praktek Nabi dan pengikutnya yang paling awal sebagaimana halnya Arab Bafui setia pada sunah luhurnya, denikian pula komunitas mislim diperintahkan untuk

Coulson, History of Islamic Law, hlm.11. Fazlur Rahman, Concepts of Sunnah, Ijtihad, Ijma in the Early Period, Islamic Studies 1 (1962):6 12 Ibid, hlm.44
11

10

menegakkan dan mengikuti sunah yang baru. Jadi konsep muslim tentang sunah adalah suatu varian dari konsep Arab kuno.13 c. Ijma Ketika sunah dikhususkan hanya yang datang dari Nabi, maka tradisi yang hidup (living tradition) para sahabat Nabi dan generasi penerusnya diturunkan statusnya menjadi lebih rendah-walau tetap digunakan sebagai ijma atau konsesus,sumber ketiga syariah.14 Disamping berdasarkan alas an logis kebenaran sunah juga turut mendukung ijma sebagai sumber syariah. Diriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata :Umatku tidak akan pernah bersepakat dalam kesalahan.15 d. Qiyas Dalam menerapkan qiyas atau analogi seorang ahli hukum menyimpulkan,dari prinsip yang telah dijadikan preseden, mirip dengan preseden ini berdasarkan kuatnya alasan (illat).16 Karena penentuan illat dibelakang presseden sebelumnya, dan kehadiran yang sama dalam kasus yang baru merupakan pendapat para ahli hukum, maka Qiyas telah ditolak karena mendasarkan syariah lebih pada akal manusia daripada wahyu Tuhan. Dakwaan ini dihindari jika hanya qiyas dibatasi pada kasus-kasus yang tidak ada sumber lain yang dapat diterapkan dan hasilnya diketahui sepenuhnya sesuai dengan keseluruhan syariah, juga sejalan dengan prinsip dan aturan yang telah dibangun.

C.Penutup Kata syariah islam selalu mengandung konotasi hukum atau aturan islam. Pasalnya kata ini memiliki hakekat urfiyyah, sehingga pemaknaanya harus sejalan dengan urf (kebiasaan) pengguna bahasa Arab, yakni, aturan yang ditetapkan Allah SWT kepada hambaNya untuk mengatur amal perbuatannya. Pada dasarnya, syariat
Ignas Goldziher, Muhammadenische studien seperti deterjemahakan dan dicatat dalam Liebesny, The Low of theNear Middle East, hlm 13 14 Fazlur Rahman,OpCit, hlm 60-61 15 Khadduri, Nature and Sources of Islamic Low. Hlm 14 16 LoCit
13

islam bila diterapkan secara kamil, syamil, dan mutakamil akan membawa mashlahat bagi umat manusia. Kemaslahatan datang ketika hukum islam diterapkan, bukan sebaliknya, penetapan dan penerapan hukum islam tergantung ada tidaknya kemaslahatan. Kemaslahatan bukanlah illat pensyariatan hukum islam, baik secara parsial maupun menyeluruh. Pasalnya, tidak dalil yang mendasari perkara ini. Jika ada sebagian pihak berusaha menyodorkan dalil, sesungguhnya dalil-dalil tersebut tidak mengandung illat, namun hanyalah natijah atau hikmah. Sholat misalnya, jika dilaksanakan dengan benar bisa mencegah seseorang dari kekejian dan kemungkaran. Namun mencegah kekejian dan kemungkaran bukanlah, tentunya jika seseorang telah mampu mencegah dirinya dari tindak keji dan mungkar, niscaya ia tidak perlu lagi sholat.

10

DAFTAR PUSTAKA An-Naim,Abdul Ahmed. Dekonnstruksi Syariah. Yogyakarta: LKiS. 1990. As Shiddieqy,Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1953. Daradjat,Zakiah dkk. Dasar Dasar Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka. 2000. Ramulyo,Mohd I. Asas Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset. 1995. Rosyadi,A Rahmat dan Rais Ahmad. Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif Tata Hukum Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. 2006.

11

You might also like