You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) ISPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) . ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan. Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan.

1.2 Tujuan

Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)?

1.4 Manfaat 1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA . ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004) 2.2 Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: 1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : 1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : 1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). 2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. 3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

2. 3 Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

2.4 Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

2.5 Cara Penularan Penyakit ISPA Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. b. 1. Manusia 1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.

1. 2.

Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 1. 3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. 1. 4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat 2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir. 1. 5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi. 1. 6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak. c. Lingkungan 1. Kelembaban Ruangan Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai

exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali. 1. 2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali. 1. 3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. 1. 4. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali. 1. 5. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. 1. 6. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian. 1. 7. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono

dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. 1. 8. Status Ekonomi dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Khaidir Muhaj (2008): 1. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Umur :Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah

3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009). Jenis kelamin :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009). Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan

masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009) 1. Riwayat Kesehatan

1)

Keluhan Utama:

Klien mengeluh demam 2) Riwayat penyakit sekarang:

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3)

Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang 4) Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut. 5) Riwayat sosial:

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya 1. c. B1 (Breath) 1) Inspeksi: Pemeriksaan Persistem :

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil tanpak kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif Tidak ada jaringna parut pada leher Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi 2) Palpasi

Adanya demam Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid 3) Perkusi

Suara paru normal (resonance) 4) Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood) B3 (Brain)

: kardiovaskuler Hipertermi : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi

gangguan penciuman B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit,

nyeri telan pada tenggorokan B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

1. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)

sesuai dengan jenis kuman, 2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan

adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia 3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)

1. DIAGNOSA a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. b) Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil. c) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret d) Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia. e) Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)

No Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi

Tujuan

Kriteria Hasil 1. Suhu tubuh kembali normal 1. Nadi : 60-100 denyut per

Intervensi Observasi : tanda-tanda vital Mandiri : 1.Kompres pada kepala / aksila.

Rasionalisasi Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya 1. Dengan memberikan kompres, maka akan

Pasien akan

berhubungan menunjukk dengan proses infeksi an termoregul asi(keseim bangan antara

produksi panas, peningakta n panas, dan kehilangna panas).

menit 2. Tekana n darah 1.Atur sirkulasi udara : kamar pasien

terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara 2. Penyediaan udara bersih

120/80 Health Education: mmHg 1.Anjurkan klien untuk 3. RR : 16-20 kali per menit 2.Anjurkan klien untuk minum banyak 20002500 ml/hari. 1. 1.Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakit Kolaborasi : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat

1. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat

2. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

3. Berbaring mengurangi metabolisme

Untuk mengontrol infeksi dan menurunkan panas 1. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran Nyeri berkurang skala Observasi : 1-2 Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting

mukosa faring dan tonsil.

meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya

untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

Mandiri : 1) Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak 2) Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat 2) Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan. 1) Mengurangi bertambah beratnya penyakit

Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi

Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri

2. Bersihan jalan nafas

Bersihan

Jalan nafas paten

Mandiri : Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. dan spasme jalan nafas atau obstruksi. Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersiaan jalan nafas alami, membantu

jalan nafas dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis

tidak efektif efektif b.d akumulasi sekret

silia untuk mempertaankan jalan nafas paten. Penenkanan menurunkan Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan air hangat daripada dingin . ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat. Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi Kolaborasi : Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan Memudahkan botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk pengenceran dan pembuangan secret. dan mengluarkan secret

dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.

3. Nutrisi tidak Nutrisi seimbang kembali

A:Antropometri: berat Mandiri : badan, tinggi badan, lingkar lengan 1.Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari 1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi Berat badan tidak turun (stabil) B: Biokimia: - Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl) - Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl) C: Clinis: kurus Rambut tebal Tidak tampak 1.Tingkatkan tirah baring 1.Berikan porsi makan kecil tapi sering dalam keadaan hangat 1. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan 2. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik 1.Kolaborasi dengan ahli 3. Metode makan dan gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan kebutuhan kalori di dasarkan pada situasi keadekuatan rencana nutrisi

berhubungan seimbang dengan anorexia

dan hitam Terdapat

klien

atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal

lipatan lemak subkutan D: Diet: Makan habis 1.Berikan heath education pada ibu tentang Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak

4. Ibu dapat memberikan perawatan maksimal kepada anaknya. Makanan bergizi dan air putih yang banyak dapat membantu mengencerkan lendir dan dahak. 5. Tidak terjadi penularan penyakit

satu porsi Pola makan

3X/hari

1. Menjauhkan dari bayi 6. Tidak terjadi lain pemaparan ulang yang menyebabkan bayi 1.Menjauhkan bayi dari keluarga yang sakit 4. Resiko tinggi Meminimal Anggota keluarga penularan infeksi isir Mandiri : 1.Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius 2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas 2.Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien 3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin. terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. tidak segera sembuh

tidak ada yang tertular 1.Batasi pengunjung sesuai indikasi

penularan ISPA infeksi lewat udara

3.Mencegah penyebaran 4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun Dapat diberikan untuk atau asupan makanan berkurang Kolaborasi : Pemberian obat sesuai hasil kultur organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik patogen melalui cairan 4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhada infeksi

You might also like