You are on page 1of 7

INFEKSI CACING TAMBANG Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting, diantaranya : Hospes ia manusia : Necator americanus

Ancylostoma duodenale Hospes anjing dan kucing : Ancylostoma braziliense Ancylostoma ceylanicum Ancylostoma caninum Apabila disebabkan oleh Necator americanus, maka penyakitnya disebut Necatoriasis. Bila penyebabnya Ancylostoma duodenale, penyakitnya disebut Ancylostomiasis. Penyebaran cacing ini di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai. Perbedaan antara kedua cacing ini adalah pada suhu optimum yang dibutuhkan untuk bertumbuh. Untuk N. Americanus adalah 28C - 32C dan untuk A. Duodenale sedikit lebih rendah : 23C - 25C. Inilah sebab mengapa N. Americanus lebih banyak ditemukan di Indonesia daripada A. duodenale. ETIOLOGI Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi A. duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform. Karakteristiknya adalah sebagai berikut : Karakteristik Ukuran cacing dewasa - Jantan - Betina Umur cacing dewasa Lokasi cacing dewasa Masa prepaten Jumlah telur betina/hari Rute infeksi / N. americanus 0,7 0,9 cm 0,9 1,1 cm 3 5 tahun Usus halus 49 56 hari cacing 5000 10.000 A. duodenale 0,8 1,1 cm 1,0 1,3 cm 1 tahun Usus halus 53 hari 10.000 25.000

Perkutan

Oral, perkutan

DAUR HIDUP Cacing dewasa hidup melekat pada mukosa usus halus. Cacing betina N. americanus bertelur 9.000 butir, sedangkan A.duodenale 10.000 butir perhari. Telur-telur tersebut keluar bersama dengan tinja penderita, setelah 1 1 hari telur menetas mengeluarkan larva rhabditiform. Dalam waktu 3 - 5 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi Filariform (bentuk infektif) yang dapat menembus kulit (tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur tercampur humus dan terlindung dari sinar matahari, suhu utk N. americanus 28 - 32 C, sedangkan A. duodenale 23 25 C). Cara infeksi adalah larva filiriform menembus kulit masuk kapiler darah, mengikuti aliran darah ke jantung kanan lalu ke paru. Setelah sampai diparu larva filariform Menembus dinding alveolus masuk ke alveolus kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea sampai ke faring. Dari faring larva tertelan masuk ke esofagus, lambung, usus halus. Setelah sampai di usus halus larva filariform berkembang menjadi cacingdewasa jantan dan betina yang melekat pada mukosa usus halus.Waktu yang diperlukan mulai larva filariform menembus kulit sampai menjadi dewasa di usus halus 10 -12 minggu. Cacing dewasa dapat hidup selama 5 tahun. Seekor cacing N. americanus dapat mengisap darah 0,05 0,1cc perhari, sedangkan A.duodenale mengisap darah 0,08 0,34 cc perhari.

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS Walaupun memiliki sifat yang hampir sama, N.americanus dan A.duodenale memberikan gejala yang berbeda. 1. Stadium larva - Pada saat menembus kulit menimbulkan rasa gatal yang disebut Ground itch - Pada paru-paru biasanya tanpa gejala, kadang-kadang menyebabkan pneumonistis 2. Cacing dewasa : Gejalanya tergantung pada : - Jumlah cacing - Keadaan gizi penderita (Fe dan protein) - Species cacing - Infeksi akut yang ringan biasanya tanpa gejala - Infeksi menahun yang sedang/berat menyebabkan Anemia hipokrom mikrositer dengan gejala pucat, lemah, lesu, letih. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun. DIAGNOSIS Anamnesis tambahan yang dapat diajukan sesuai dengan kasus: 1. Apakah pernah merasakan gatal pada telapak kaki misalnya? 2. Bagaimana dengan kebiasaan anak memakai sendal di luar rumah? Diagnosis pasti Ditemukan : - telur dalam tinja segar - larva rhabditiform atau filariform dalam tinja yang lama EPIDEMIOLOGI Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di berbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan didaerah perkebunan. PENGOBATAN Obat pilihan I Obat pilihan II 1) Mebendazol Albendazol Dosis : 2 kali 100 mg selama 3 hari Dosis : dosis tunggal 400 mg 2) Pirantel pamoat Dosis : - A.duodenale: dosis tunggal 10 mg/kgBB - N.americanus : sda, selama 3 hari

KOMPLIKASI Kerusakan pada kulit akan menyebabkan dermatitis yang berat terlebih bila pasien sensitif. Anemia berat yang terjadi sering menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan mental & payah jantung. PROGNOSIS Degan pengobatan yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi, prognosis tetap baik.

ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Jenis jenis antelmintik yang akan dibahas yaitu sesuai dengan jenis obat yang dipakai untuk terapi ke enam diferensial diagnosis untuk kasus ini. Penjelasan mengenai obat-obat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mebendazole Farmakologi dan mekanisme : Mebendazol adalah derivat benzimedazol yang memiliki spektrum anthelmentik yang luas. Keefektifannya tinggi melawan bentuk larva dan dewasa dari Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, hookworms (Ancylostoma duodenale and Necator americanus) dan Capillaria philippinensis. Dengan dosis yang tinggi obat berfek melawan hydatid disease. Mekanisme kerja: mengikat beta tubula parasit dengan menghambat polimerisasi tubula menjadi mikrotubula, yang merupakan fungsi yang penting dari sel parasit.. beta tubulin tergantung glukosa uptake. Farmakokinetik: Mebendazol diberikan oral, bioavailabilitas oral kurang dari 20%. Absorbsinya meningkat dengan memakan makanan yang berlemak.dimetabolisme di hati. Vd sekitar 1.2 l/kg. 95% obat terikat dengan protein plasma. Secara ekstensiv dirubah menjadi metabolit inaktif (hidroksi dan aminometabolit) yang memiliki laju clearen yang ebih lambat dari obat induknya. Indikasi: Mebendazol adalah obat pilihan untuk nematode usus. Efek samping : nyeri abdomen, diare, sedikit sakit kepala Kontraindikasi : dosis dikurangi pada pasien dengan gangguan hati. Sediaan : tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan sirup 20 mg/ml. Dosis telah disebutkan sebelumnya. 2. Albendazol Farmakologi dan mekanisme :Albendazol adalah turunan dari derivat benzimedazol carbamate yang strukturnya berhubungan dengan mebendazol. Mulanya dikenal sebagai obat hewan pada tahun 1975, dan kemudian digunakan sebagai obat antelmentik.obat ini mempunyai spektrum yang luas dalam melawan aktivitas nematoda (Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura and Capillaria philippinensis), sistemic nematoda ((Trichinella spiralis and cutaneous larva migrans) and cestodes (Echinococcus granulosis, E.

multilocularis and neurocysticercosis). Albendazol aktif melawan bentuk larva dan dewasa nematoda usus. Metabolit utama adalah albendazole sulphoxide, yang mempunyai respon yang besar dalam farmakologi obat. Efek antelmintik : Terikat dengan tubulin sehingga mencegah polimerisasi mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang, akibatnya cacing akan mati. Farmakokinetik Metoda spesifik HPLC telah ditemukan untuk menentukan metabolit aktif albendazol sulphoxide (2,3,4). Karena mengalami first past metabolism, hanya terdeteksi sedikit jumlahnya atau tidak seluruhnya masuk ke pembuluh darah. Setelah pemberian oral dengan dosis tunggal 400 mg pada volunter yang sehat. Concentrasi plasma puncaknya adalah 0.04 dan 0.55 g/ml dari metabolit sulphoxide yang dicapai setel ah 1 atau 4 jam. Ketika obat diberikan dengan makanan yang berlemak, ditemukan peningkatan konsentrasi plasma. Perbendaan konsentrasi plasma dalam dan antar individu dari albendazol sulphoxide telah dilaporkan. Itu mungkin disebabkan karena absorbsi yang tidak menentu dan kemungkinanan perbedaan laju metabolisme. Albendazol terikat pada protein plasma sampai 70%. Albendazol secara cepat dan lengakap dioksidasi menjadi metabollit aktif albendazol sulphoxide, yang kemudian dioksidasi menjadi inactif compound albendazol sulphon. Albendazol sulphoxide dieliminasi dari plasma dengan T1/2 9 jam. Dieksresikan melalui ginjal dalam bentuk sulphon dan metabolit yang lain. Sejumlah metabolit yang tidak signifikan dikeluarkan melalui empedu. Albendazol sulphoxida bisa melewati barier pembuluh darah otak, dan konsentrasi yang bisa dicapai di otak adalah 1/3 dari plasma. Indikasi Infeksi tunggal atau ganda yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura. albendazol kemungkinana efktif untuk mengobati Strongyloides stercoralis tetapi harus dikontrol apakah lebih baik dari thiabendazol. Albendazol merupakan drug of choice untuk kasus hydatid. Efek Samping Setelah pemberian tunggal dosis 400 mg, terlihat efek samping minor yaitu nyeri pada epigastric dan diare, kurang dari 6% pasien yang mengalaminya. Kontraindikasi dan Peringatan : Belum diketahui kontraindikasi selama pengobatan dengan dosis tunggal nematoda usus. Interaksi Obat Dexametason dapat meningkatkan kadar albendazol sulphoxide dalam plasama sampai 50%. 3. Pirantel pamoat Efek antelmentik : terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekueksi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel apamoat juga berefek menghambat enzim kolinesterase, terbukti pada Ascaris meningkatkan kontraksi ototnya. Farmakokinetik : absorbsinya sedikit melalui usus dan sifat ini memperkuat efeknyaa yang selektif terhadap cacing. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang dari 15 % di ekskresi bersama urine dalam bentuk utuh dan metabolitnya. Efek samping dan kontraindikasi : jarang memberikan efek samping. Jika ada, sifatnya ringan dan hanya sementara misalnya keluhan salura cerna, demam, dan sakit kepala. Penggunaannya pada pasien dengan riwayat penyakit hati

harus diperhatikan karena dapat meningkatkan SGOT pada beberapa pasien. Karena kerjanya berlawanan dengan piperazine maka pirantel pamoat tidak dapat digunakan bersama piperazine. Indikasi : obat terpilih untuk askariasis, ankilostomiasis, dan enterobiasis. Untuk infeksi campuran dengan T. trichiuria, dapat dikombinasikan dengan oksantel pamoat. Sediaan : tersedia dalam bentuk sirup berisi 50 mg pirantel basa / ml serta tablet 125 mg dan 250 mg. Dosisnya telah dijelaskan untuk setiap diferensial diagnosis diatas.

DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar Departemen parasitologi, FKUI, jakarta. Buku ajar Parasitologi kedokteran, FK-UI . 2008. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Departemen Farmakologi dan terapeutik, FKUI.Farmakologi dan Terapi, ed. 5 (cetak ulang dengan tambahan). 2011. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 5. 2007. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

You might also like