You are on page 1of 5

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Latar Belakang Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan manusia pada umumnya dan pembangunan kesehatan khususnya dengan mengacu pada prinsip dasar Pembangunan Kesehatan yang meliputi: (1) Dasar Perikemanusiaan (2) Dasar Adil dan Merata; (3) Dasar Pemberdayaan dan Kemandirian; (4) Dasar Penguatan dan Manfaat. Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya meningkatkan pembangunan kesehatan yang lebih berdaya guna, efisien sehingga dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya, membenahi peralatan dan obat-obatan serta memperbaiki penampilan Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya, seperti rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus. Adanya pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dan merata serta ditunjang dengan sistem informasi kesehatan yang semakin mantap diharapkan derajat

kesehatan masyarakatyang telah dicapai dapat semakin meningkat dan menjangkau seluruh rakyatIndonesia. . Rumusan Masalah Apakah pemberdayaan berpengaruh terhadap kelelahan kerja dan kecerdasan emosional pada perawat di Rumah sakit rujukan di Sulawesi Selatan?" TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan (Empowerment) Konsep pemberdayaan mulai nampak disekitar dekade 70-an kemudian berkembang terus sepanjang dekade 80-an dan sampai pada dekade 90-an pada akhir Abad ke-20. Mungkin konsep ini muncul hampir bersamaan dengan aliran-aliran seperti Eksistensiahsme, Phenomenologi, Personalisme dan kemudian lebih dekat dengan gelombang Neo-Marxisme, Freudialisme, aliran-aliran seperti Struk-turalisme, dan Sosiologi Kritik Sekolah Frankfrut, serta konsepkonsep seperti eht, kekuasaan, anti-establishment,
35

Fitriah Ihwani

gerakan populis, anti-struktur, legitimasi, ideologi, pembebasan dan konsep civil society (Pranarka, 1996). Konsep pemberdayaanpada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi Kelelahan Kerja (Burnout) Semenjak Freudenberger pada (1974) dalam Bhanugopan (2004) mengenalkan istilah burnout (kelelahan kerja), sejak itu pula terminologi kelelahan kerja berkembang menjadi pengertian yang meluas dan digunakan untuk memahami gejala kejiwaan pada diri seseorang. Berbagai tinjauan dari penggunaan terminologi hingga menyimpulkan sindroma yang kronik tentang stres di lingkungan pekerjaan, yang dialami oleh seseorang. Kelelahan emosional adalah respons individual yang unik terhadap stres yang dialami di luar kelaziman pada hubungan interpersonal karena dorongan emosional yang kuat, timbulnya perasaan seakan-akan tak ada orang yang membantunya, depresi, perasaan terbelenggu dan putus asa menurut Freudenberger (1974) dalam Bhanugopan et al. (2006). Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) Kecerdasan emosional telah diterima dan diakui kegunaannya. Studi-studi menunjukkan bahwa seorang eksekutif atau profesional yang secara teknik ungguldan memiliki Emotional Quation (EQ) yang tinggi adalah orang-orang yang mampu mengatasi konflik, melihat kesenjangan yang perlu dijembatani atau diisi, melihat hubungan yang tersembunyi yang menjanjikan peluang, berinteraksi, penuh pertimbangan untuk menghasilkan yang lebih berharga, lebih siap, lebih cekatan, dan lebih cepat dibandingkan orang lain. Manfaat-manfaat yang dihasil kan oleh kecerdasan emosional merupakan faktor keberhasilan organisasi adalah berkaitan dengan pembuatan keputusan, kepemimpinan, terobosan teknis dan strategis, komunikasi yang terbuka dan jujur, bekerja sama dan saling mempercayai, membangun loyalitas, kreativitas dan inovasi seperti yang dikemukakan oleh (Cooper, R.K dan Sawaf, 2002). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah explanatory research yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antar

variabel-variabel melalui konfirmatory dan pengujian proposisi.Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis, menguji dan mengkonfirmasi Pengaruh variabel Pemberdayaan (Empoiverment) terhadap Kelelahan Kerja (Burnout), Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence). Penelitian ini dilakukan di Sulawesi Selatan pada Rumah Sakit Andi Makassau Parepare. Populasi meliputi semua perawat yang berstatus pegawai tetap (PNS) pada unit Rawat inap rumah sakit andi makassau Parepare. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural Equation Modeling berbasis Component (CBSEM) yang umum dekenal dengan Partial Least Square (PES) (Ghozali, 2006; Solimun, 2006). Hasil Penelitian Hasil Analisis Deskriptif Pemberdayaan Variabel pemberdayaan merupakan salah saru variabel yang berhubungan dengan variabel kelelahan kerja dan kecerdasan emosional perawat dan bidan pada rumah sakit berbasis regional di Sulawesi Selatan. Dari empat indikator yang diteliti secara umum persepsi responden (perawat dan bidan) terhadap variabel dengan rata-rata skor 3,79 dan ini dinyatakan baik. Hal ini menggambarkan suatu kondisi dimana pemberdayaan telah diterapkan. Indikator X1.3 dan X1.4 dengan rata-rata 3.5 dan 3,16 namun masih ada sebagian kecil responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2. Sehingga variabel ini berpotensi menimbulkan dampak negatif jika dihubungkan dengan variabel lain. Kelelahan Kerja (Burnout) Y2 Variabel kelelahan kerja (burnout) merupakan salah satu variabel yang berhubungan dengan kecerdasan emosional perawat dan bidan. dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti, secara umum persepsi responden terhadap tujuh indikator dari variabel kelelahan kerja berada pada ratarata skor 3,99. Hal ini menggambarkan suatu kondisi dimana kelelahan kerja cukup tinggi, namun demikian masih ada sebagian kecil memilih skor 2. Sehingga variabel ini berpotensi menimbulkan dampak negatif jika dihubungkan dengan variabel lain. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) Y3 Variabel kecerdasan emosional merupakan salah satu variabel yang dipengaruhi oleh variabel pemberdayaan, ambiguitas peran, konflik peran, dan kelelahan kerja perawat dan bidan pada rumah sakit
36

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

berbasis regional di Sulawesi Selatan. Persepsi responden mengenai kecerdasan emosional dapat diketahui bahwa dari 200 orang responden yang diteliti secara umum persepsi responden terhadap kecerdasan emosional berada pada rata-rata skor 4,05. Indikator Y5.6 dan Y5.7 mempunyai rata-rata 3,80 namun masih ada sebagian kecil yang memilih skor 2. Sehingga variabel ini berpotensi menimbulkan dampak negatif jika dihubungkan dengan variabel lain. Hasil Uji Goodness of Fit Model Pengujian Goodness of Fit model struktural pada inner model menggunakan nilai predictive-relevence (Q2). Nilai R2 masing-masing variabelendogen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) untuk variabel Y2 diperoleh dari R2 sebesar 0,565; 2) untuk variabel Y3 diperoleh dari R2 sebesar 0,608; 3) untuk variabel Y3 diperoleh R2 sebesar 0,782; 4) Nilai predictive-relevance diperoleh dengan ramus: Q2 = 1 - (1 - Rr2) (1 - Rz2)... (1 - Rn2) Q2 = 1 - (1 - 0,565) (1-0,608) (1-0,782) (1 0,743) Q2 = 0,801 Hasil perhitungan memperlihatkan nilai predictive-relevance sebesar 0,801 atau sebesar 80%, sehingga model masih layak dikatakan memiliki prediktif yang relevan. Pembahasan Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian Variabel Pemberdayaan (XI) Indikator pembentukan variabel pemberdayaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kompetensi (XI.2) menunjukkan indikator dominan membentuk pemberdayaan, dapat ditandai dengan outer loading (0,849) lebih tinggi dari indikator-indikator lainnya, jika dihubungkan dengan persepsi perawat dan bidan umumnya memilih kompetensi dengan skor setuju dengan rata-rata 4,17. Artinya kompetensi paling menentukan pem-bentukan variabel pemberdayaan dibandingkan dengan indikator arti, penentuan diri sendiri dan dampak. Profesi keperawatan merupakan pekerjaan rutinitas yang tinggi sehingga perawat dan bidan dituntut mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar tidak bergantung penuh pada petunjuk dan arahan atasan dan dokter dalam mengambil kepurusan.Kompetensi dapat ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan, seminar, pencangkokan, coaching dan studi banding.Untuk meningkatkan pemberdayaan perawat dan bidan perlu meningkatkan kompetensi mereka.

Kelelahan Kerja Indikator penurunan prestasi kerja (Y2.2) menunjuk-kan indikator paling kuat membentuk kelelahan kerja, hal ini ditandai dengan outer loading (0,843) lebih besar dari outer loading indikator lainnya, jika dihubungkan dengan persepsi perawat dan bidan Tabel 13 umumnya memilih penurunan prestasi personal dengan skor setuju dengan rata-rata 3,94. Dimana hal ini perawat dan bidan merasa tidak mampu membantu pasien secara maksimal, merasa tidak mampu meyakinkan pasien dan merasa kelelahan secara fisik.Untuk menurunkan kelelahan kerja pimpinan hendaknya mempertimbangkan manajemen yang dapat menurunkan ambiguitas peran dan konflik peran, dengan menambah perawat dan bidan sehingga beban kerja dapat dikurangi. Kecerdasan Emosional Indikator paling kuat rnembentuk kecerdasan emosional perawat dan bidan, hal ini ditandai dengan outer loading (0,809) lebih besar daripada outer loading indikator-indikator lainnya, jika dihubungkan dengan persepsi perawat dan bidan umumnya memilih kesadaran diri dan ketangguhan emosional dengan rata-rata 4,05. Artinya walaupun perawat dan bidan merasa kelelahan pada saat bekerja, sebaiknya kesadaran diri akan tanggimg jawab terhadap pekerjaan tetap tinggi, ketangguhan emosional terhadap konsistensi semangat dalam menjalankan tugas serta intuisi perawat dan bidan sangat diperlukan dalam menghadapi masalah sesuai batas wewenang dan tanggung jawab mereka. Kecerdasan emosional perlu ditingkatkan secara terus menerus melalui peningkatan kesadaran diri mengenai pentingnya tugas mereka, meningkatkan ketangguhan emosional melalui kesabaran dan empati yang tinggi. Perlu mengasah intuisi agar peka dalam menghadapi permasalahan pada saat bekerja. Kecerdasan emosional ini dapat ditingkatkan melalui penyuluhan secara berkala, pelatihan, pertemuan secara berkala. Pengaruh Pemberdayaan pada Kelelahan Pemberdayaan mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kelelahan kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya t. hitung (critical ratio) sebesar 0,970 yang lebih kecil dari t. tabel (1,96). Hubungan antara variabel pemberdayaan dengan variabel kelelahan kerja menunjukkan adanya pengaruh positif namun rendah yang ditandai dengan adanya inner weight sebesar 0,090. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan tidak ber37

Fitriah Ihwani

pengaruh nyata terhadap kelelahan kerja perawat dan bidan pada rumah sakit rujukan berbasis regional di Sulawesi Selatan.Artinya walaupun perawat dan bidan merasa terberdayakan, namun tidak meningkatkan kelelahan kerja secara langsung dan tidak mengurangi kelelahan kerja. Berkaitan dengan pemberdayaan, didapati hubungan antara ke empat kognisi dari pemberdayaan dengan kelelahan kerja adalah hubungan yang bersifat kompleks.Pemberdayaan terhadap para perawat dan bidan ditemukakan memiliki hubungan tidak signifikan dengan kelelahan kerja secara langsung tetapi pemberdayaan berpengaruh positif jika melalui ambiguitas peran dan konflik peran Konsep pemberdayaan yang diajukan Spreitzer (1995) menunjukkan pemberdayaan struktural didapati memiliki hubungan negatif dengan ketegangan kerja (job strain) dari para perawat. Temuan-temuan dari penelitian ini menunjuk-kan struktur yang memberdayakan (seperti struktur organisasi yang memberikan akses pada informasi, akses pada sumber daya, dukungan dan peluang bagi pegawai) dapat menciptakan kondisi psikologis sedemikian rupa sehingga para perawat akan lebih besar kemungkinannya untuk merasa bahwa pekerjaan mereka itu memiliki makna bagi diri mereka, merasakan otonomi yang lebih besar dan menjadi yakin mereka mampu mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai dalam pekerjaan, sehingga dengan demikian para perawat akan mengalami penurunan pada stres kerja. Pengaruh Kelelahan terhadap Kecerdasan Emosional Kelelahan kerja dalam penelitian ini umumnya terjadi pada perawat danbidan yang sudah mendekati pensiun yang bekerja ganda, yaitu bekerjamelayani pasien juga melakukan kegiatan administrasi, sedangkan pada usiamuda dengan tingkat pendidikan relatif rendah cendrung kelelahan secaraemosional, hal ini disebabkan adanya keterbatasan dalam memahami arahanbaik pimpinan maupun dokter. Faktor lain yang di perkirakan menyebabkan kelelahan kerja perawat dan bidan adalah bekerja di luar jam kantor misalnya menjadi asisten dokter, atau melakukan peraktek dengan menerima pasien diluar kantor atau berkunjung kerumah pasien yang tidak bisa ke rumah sakitatau kepuskesmas. Hal ini dapat nurunkan kinerja dan mutu pelayanan dirumah sakit. Persepsi perawat dan bidan tehadap indikator kelelahan emosional (Y3.1) dapat dilihat pada indikator berikut: Item yang menyatakan perawat merasa terkuras secara emosional dari pe-kerjaan mereka (item 1),

jawaban responden untuk item ini menunjukkan perawat dan bidan umumnya setuju dengan pernyataan tersebut.Responden merasa frustrasi karena pekerjaan mereka (item 2), dari jawaban responden untuk item ini menunjukkan bahwa perawat dan bidan mengaku sering frustrasi.Item yang menyatakan perawat dan bidan merasa bekerja terlalu keras untuk pekerjaan mereka (item 3) umumnya mengaku setuju dengan pernyataan tersebut dalam melakukan tugas mereka. Dari uraian indikator kelelahan emosional, menunjukkan umumnya perawat dan bidan pernah mengalami kelelahan secara emosional, dengan derajat kelelahan yang berbeda-beda. Pengaruh Pemberdayaan terhadap Kcerdasan Emosional Proposisi pengaruh pemberdayaan terhadap kecerdasan emosional bahwa pemberdayaan mempunyai pengaruh yang positifdan signifikan terhadap kecerdasan emosional. Hal ini dibuktikan dengan adanya t. hitung (critical ratio) sebesar 6,675 yang lebih besar dari t. tabel (1,96). Hubungan antara variabel pemberdayaan dengan variabel kecerdasanemosional menunjuk-kan adanya pengaruh positif yang ditandai denganadanya jalur positif pada inner weight sebesar 0,459.Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan maka semakin tinggi kecerdasanemosional perawat dan bidan pada ramah sakit rujukan berbasis regional di Sulawesi Selatan. Artinya semakin tinggi pemahaman terhadap kognisi pemberdayaan khususnya kompetensi akan semakin mendorong peningkatan indikator-indikator dalam kecerdasan emosional, khususnya intuisi, kesadaran diri dan ketangguhan emosional. Semakin tinggi kompetensi perawat dan bidan semakin tinggi kreatifitas dalam menciptakan suasana yang menyenangkan dan memberikan layanan yang berkualitas. Semakin tinggikompetensi perawat dan bidan semakin tinggi kesadaran akan pentingnyatugas yang di emban dan ketangguhan emosional, sehingga walaupun profesi keperawatan dengan rutinitas yang tinggi cendrung menjadi jenuh, akan tetapitetap sabar menjalankan tugas mereka. Dari tujuh indikator tersebut sesuai outer loading (Tabel 16) menujukkanbahwa indikator intuisi yang paling kuat dalam membentuk variabelkecerdasan emosional (Y3) adalah indikator intuisi. Pemberdayaan psikologis dipandang sebagai perasaan dalam diri seseorang bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu (internal efficacy, keampuh-an internal), nilai atau martabat personal, dan dipahami dalam penelitian ini sebagai "konstruk motivasional
38

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

yang terwujud dalam empat kognisi: arti/makna, kompetensi, kemampuan menentukan nasib sendiri (self determination) dan dampak (impact)" (Spreitzer, 1995). Simpulan Berdasarkan hasil anaKsis penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pemberdayaan terhadap, kelelahan kerja, dan kecerdasan emosional, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa kelelahan kerja tidak meningkatkan kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri (self awereness), ketangguhan emosional (emotional resilience), motivasi (motivation), kepekaan inter personal (interpersonnel sensitifity), pengaruh (influence), inruisi (intuitiveness) dan kehati-hatian (conscientiousness). Pemberdayaan dapat mendorong peningkatan kecerdasan emosional perawat Khususnya pada rumah sakit Andi Makassau Parepare Sulawesi Selatan. Artinya makin tinggi pemahaman terhadap indikatorindikator pemberdaya-an dan aplikasi pemberdayaan akan mendorong peningkatan kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri (self aivereness), ketangguhan emosional (emotional resilience), motivasi (motivation), kepekaan inter personal (interpersonnel sensitifity), pengaruh (influence), intuisi (intuitiveness) dan kehati-hatian (conscientiousness). Saran Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, disusun saran sebagai berikut: 1.Perlu pengaturan rugas dan tanggung jawab yang sesuai dan seimbang yang dibebankan pada perawat misalnya memberikan deskripsi tugas yang jelas, mengurangi kerja rangkap, melakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. DAFTAR PUSTAKA
Bhanugopan, Ramadu & Alan Fish. 2006. An Empirical Investigation of Job Burnout among Expatriates. Personnel Review, Vol. 35 No. 4, pp. 449-468. Emerald Group Publishing Limited. Brancato V. 2003. Enhancing Psychological Empowerment for nurses.Pennsylvania Nurse, vol. 50 pp. 10-11. Daniels K & Guppy A 1994. Occupational stress, social support, job control and psychological wellbeing.Human Relations, vol. 47, pp. 1523-38 Greasley, Kay, Alan Bryman, Andrew Dainty, Andrew Price and Robby Soetanto, Nicola King. 2005. Employee perseptions of Empowerment. Employee Relations Vol. 27 No .4.

Hapsari, Elsi Dwi. 2006. Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global.]umal INOVASI Vol.6/XVIII/Maret 2006. Hein, Steve. 1999. Ten Habits of Emtionally Intelligent People, New-York, TheEQ Institut Inc. Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2000. Organizational Behavior. Irwin/McGraw-Hill, International Edition/Fourth Edition. Laschinger HK & Havens DS. 1997. The effect of work place empowerment on staff nurses' occupational mental health and work effectveness, Journal of Nursing Administration, vol. 27, pp. 42-50. Leiter, Michael P, Cristina Maslach. 2001. Burnout and Quality in a Speed-up World. Association for Quality & Participation Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior. Irwin /McGraw-Hill, Tenth Editions. Mayer John D. and Catherine Maslach, Beltz. 2002. Socialization, Society's " Emotional Contract", and Emotional Intelligence. Ebsco Publishing. > Mayer John D, Peter Salovey and David Caruso. 2004. A Further Consideration of the Issues of Emotional Intelligence. Psychological Inquiry, Vol. 15, No. 3, 249255. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Mayer John D, Peter Salovey and David Caruso. 2004. Emotional Intelligence: Theory, findings, and Implications. Psychological Inquiry, Vol. 15, No. 3,197215. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Mishra, A.K. and Spreitzer, G.M. 1998. "Explaining how survivors respond to downsizing: the roles of trust, empowerment, justice and work redesign".Academy of Management Review.Vol. 23 No. 3, pp. 567-88. Moore, Jo Ellen. 2000. One Road to Turnover:An Examination of Work Exhaustion in Technology Professionals. Southern Illinois University.MISQ, Volume 24 No 1, halaman 141 - 168/Maret 2000. Prins Annette. 2006. Emotional Intelligence and Leadership in Corporate Management : A Fortigenic Perseption. Unpublished Ph.D dissertation : University the Free State Bloemfontein. Rizzo R. John, Robert J. House, and Sidney L. Lirtzman 1970.Role Conflict and Ambiguity in Complex Organizations.Administrative Science Quarterly Robbins, Stephen P. 2005. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, and Applications. Prentice-Hall International Editions, Fifth Edition. Rocca Ana Delia and Marion Kostanski, 2001.Burnout and Job satisfaction amongst Victorian Secondary school Teachers: A Comparative look at Contract and Permanent Employment. Teacher Education: Change of Heart, Mind and Action. Melbourne. Schein, Edgar H. 1985. Organizational Culture and Leadership.Jossey-Bass Publishers. San Francisco.

Spreitzer, Gretchen M. 1996. Social Structural Characteristics of Psychological Empowerment. Academy of Management Journal, Vol. 39, No. 2,483504.
39

You might also like

  • Buku Hipo 5
    Buku Hipo 5
    Document5 pages
    Buku Hipo 5
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Document6 pages
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 2
    Buku Hipo 2
    Document5 pages
    Buku Hipo 2
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 4
    Buku Hipo 4
    Document5 pages
    Buku Hipo 4
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 3
    Buku Hipo 3
    Document5 pages
    Buku Hipo 3
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Document6 pages
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Cover Buku Hipotetis 2013
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Document1 page
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 29
    Buku Hipo 29
    Document5 pages
    Buku Hipo 29
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 33
    Buku Hipo 33
    Document5 pages
    Buku Hipo 33
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 32
    Buku Hipo 32
    Document4 pages
    Buku Hipo 32
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Document6 pages
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 28
    Buku Hipo 28
    Document6 pages
    Buku Hipo 28
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 31
    Buku Hipo 31
    Document6 pages
    Buku Hipo 31
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 27
    Buku Hipo 27
    Document5 pages
    Buku Hipo 27
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 26
    Buku Hipo 26
    Document6 pages
    Buku Hipo 26
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 18
    Buku Hipo 18
    Document5 pages
    Buku Hipo 18
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 23
    Buku Hipo 23
    Document8 pages
    Buku Hipo 23
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 20
    Buku Hipo 20
    Document5 pages
    Buku Hipo 20
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 24
    Buku Hipo 24
    Document6 pages
    Buku Hipo 24
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 21
    Buku Hipo 21
    Document5 pages
    Buku Hipo 21
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 22
    Buku Hipo 22
    Document7 pages
    Buku Hipo 22
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 19
    Buku Hipo 19
    Document4 pages
    Buku Hipo 19
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 13
    Buku Hipo 13
    Document5 pages
    Buku Hipo 13
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 17
    Buku Hipo 17
    Document5 pages
    Buku Hipo 17
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 15
    Buku Hipo 15
    Document4 pages
    Buku Hipo 15
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 14
    Buku Hipo 14
    Document5 pages
    Buku Hipo 14
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 11
    Buku Hipo 11
    Document6 pages
    Buku Hipo 11
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 12
    Buku Hipo 12
    Document6 pages
    Buku Hipo 12
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 9
    Buku Hipo 9
    Document4 pages
    Buku Hipo 9
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet