You are on page 1of 6

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Latar Belakang Persaingan perusahaan memperebut kan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, dengan kata lain peranan merek mengalami pergeseran (Aaker, 1991). Pada tingkat persaingan yang rendah, merek hanya sekedar membedakan antara satu produk dengan produk lainnya atau merek sekedar nama (just a name). Pada tingkat persaingan yang tinggi, merek memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu memberikan asosiasi tertentu dalam benak konsumen. Dalam perkembangannya, perusahaan

semakin menyadari merek sebagai aset perusahaan yang paling bernilai. Merek (brand) bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan secara konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para pelanggan. Batasan Masalah Apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap minat beli?, Apakah terdapat pengaruh kualitas layanan terhadap citra merek?, Apakah terdapat pengaruh kualitas layanan terhadap minat beli? , Apakah terdapat pengaruh minat beli terhadap keputusan pembelian? Citra Merek Knapp (2001), mendefinisikan merek sebagai internalisasi sejumlah kesan yang diterima oleh
160

Guntur Suryo Putra

pelanggan dan konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam ingatan mereka terhadap manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan. Sebuah merek dikatakan khusus jika konsumen merasa yakin bahwa merek-merek tersebut benar-benar khusus. Untuk memiliki merek tertentu, perusahaan setidaknya memenuhi beberapa pernyataan berikut : 1.Apakah merek benar-benar berbeda, penting dan bernilai bagi konsumen. 2.Apakah merek memiliki komitmen untuk menyediakan manfaat emosional dan fungsional tertentu bagi konsumen. 3.Apakah merek secara konsisten memenuhi janji dan menyampaikan komitmennya kepada konsumen. Kotler (2000), mengatakan bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tententu kepada pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan kompetitornya, merek bahkan dapat mencerminkan enam makna, yaitu : 1Atribut. Setiap merek memiliki atribut, dimana atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar konsumen dapat mengetahui dengan pasti atributatribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. 2.Manfaat. Merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka mambeli manfaat. Produsen harus dapat menterjemahkan antibut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional. 3.Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi konsumen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. 4.Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedez mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 5.Kepribadian. Merek juga memiliki kepribadian yaitu kepribadian bagi penggunanya. Diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang digunakannya. 6.Pemakai. Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orangorang terkenal untuk penggunaan mereknya. Keller (2003) menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun sudah banyak berkembang merek yang kuat pada sektor layanan (service), seperti

American Express, British Airways, Hilton Hotel, Merrill Lynch, Federal Express, dsb. Salah satu hal menarik dari service adalah bersifat intangible (tidak berwujud) sehingga kualitasnya sangat beragam tergantung pada orang yang terlibat dalam penyediaan jasa tersebut. Konsekuensinya, branding menjadi sangat penting pada perusahaan jasa untuk mencerminkan potensi dari jasa yang sifatnya tidak berwujud. Menurur Keller (1998), asosiasi yang timbul terhadap merek didorong oleh identitas merek yang ingin dibangun perusahaan, dan disebutkan asosiasi merek memiliki berbagai tipe yaitu : 1.Atribut (attributes), asosiasi yang diakitkan dengan atribut-atribut dari merek tersebut, seperti : price, user image, usage imagery, feelings, experiences dan brand personality. 2.Manfaat (benefit), asosiasi suatu merek dikaitkan dengan manfaat dari merek tersebut, baik manfaat fungsional maupun manfaat simbolik dari pemakainya, serta pengalaman yang dirasakan oleh pengguna (experiental benefit). 3.Sikap (attitudes), asosiasi yang muncul dikarenakan motivasi diri sendiri yang merupakan sikap dari berbagai sumber, seperti punishment, reward dan knowledge. Keller mendefinisikan citra merek sebagai persepsi tentang merek sebagaimana yang dicerminkan oleh merek itu sendiri ke dalam memori ketika seorang konsumen melihat merek tersebut. Model konseptual dari citra merek menurut Keller (1998) meliputi atribut merek, keuntungan merek dan sikap merek. Citra merek (citra merek) adalah citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai sekelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek (Biel, 1992 : 8). Faktor-faktor pembentuk citra merek adalah tipe asosiasi merek, keuntungan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek (Keller, 1993 :7). Jadi citra merek yang positif diciptakan oleh suatu asosiasi merek yang kuat, unik dan baik (Keller,1998 :51). Keller (1993 : 11) menyebutkan bahwa citra merek yang dibangun dari asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa atau produk tersebut. Teori Gaya hidup Gaya hidup konsumen merupakan multidimensi terhadap berbagai produk dan merek yang diamati penggunaannya Menurut Li (2009) dalam Long and Hsing (2011) bahwa gaya hidup merupakan segmentasi karena seseorang tidak hidup secara sendiri-sendiri tetapi hidup dalam sebuah komuniti yang saling berhubungan, kemudian mempunyai tensi untuk mengkonsumsi, terdapat ketertaikan terhadap hiburan,
161

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

dan memiliki selera terhadap sebuah potongan pakaian. Selanjutnya Hung (2009) dalam Long and Hsing (2011) bahwa gaya hidup adalah sikap seseorang, nilai, dan cara pandang yang luas yang tertuang dalam seleranya, sehingga gaya hidup seseorang akan nampak pada selera apa yang akan ditunjukkan pada publik. Hubungan Kualitas Layanan terhadap Gaya Hidup Siew-Phaik Loke et.al.(2011) mengatakan bahwa dengan membaiknya kualitas layanan pemberi jasa maka akan mempengaruhi pola dan gaya hidup, karena masyarakat berupaya untuk melakukan perubahan dalam diri setiap individu terhadap pusat-pusat layanan yang lebih modern. Chin-Hung Liu and Wei-Shih Tsai (2010) mengatakan bahwa kualitas layanan dapat mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, dan pola saluran pendanaan dan investasi, karena dengan memperbaiki kualitas layanan maka nasabah semakin yakin akan terdukungnya pola usaha yang akan dijalankan. Hubungan Kualitas Layanan terhadap Keputusan membeli Mengukur kualitas layanan terhadap keputusan membeli, terhadap kualitas layanan yang diberikan ialah dengan melihat kepuasan pelanggan, dan memperkuat persepsi pelanggan akan layanan tersebut, bahwa layanan tersebut adalah layanan terbaik yang diperoleh selama ini. Kotler (2003) menyatakan jasa adalah setiap tindakan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada esensinya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Indikasi pernyataan tersebut bahwa hak preferensi nasabah tidak terikat, nasabah boleh berpindah, kapan saja, tergantung dari kepercayaan, keyakinan, kepuasan, keamanan, dan kenyamanan akan layanan tersebut Hubungan Gaya Hidup terhadap Keputusan Membeli Anandan et.al.(2006) mengatakan bahwa gaya hidup pemasar online dan mobile sangat cepat melakukan preferensi., Indikasi tersebut menunjukkan bahwa setiap orang memiliki gaya dan pola hidup, ada yang statis, dan ada yang dinamis. Kondisi dinamis seseorang dalam menjalankan bisnis secara seperti secara online dan secara mobile sangat cepat mengambil keputusan dan melakukan preferensi.

Chernev et.al (2011) mengatakan bahwa konsumen akan selalu menampakkan kepouasan akan kebutuhannya bukan hanya pada pesaingnya, tetapi juga pada merek lkain yang tidak dijadikan kategoro pilihan . Lim,Jenny Marisa (2010) mengatakan bahwa gaya hidup masyarakat sudah bersifat global, sehingga gaya hidup tersebut terhadap suatu merek sudah dianggap sebagai preferensi global. Indicator temuan tersebut menunjukkan bahwa preferensi masyaraakat terhadap suatu produk adalah merupakan preferensi public, karena wawasan globalisme sudah mewarnai gaya hidup pada umumnya. Kualitas Layanan Pemahaman terhadap kualitas layanan memberikan arti penting bagi terwujudnya suatu layanan yang unggul. Dengan demikian banyak para ahli yang berusaha menggali dimensi-dimensi yang membangun suatu konstruk kualitas layanan secara utuh. Salah satunya adalah Bouman dan Wiele (1992, p.5-6) yang menunjukkan bahwa dimensi-dimensi kualitas layanan meliputi layanan pada konsumen, tangibles atau sesuatu yang nampak pada penyedia jasa, serta keyakinan akan jaminan yang diberikan penyedia jasa. Parasuraman et al (1985), melakukan penelitian pada industri perbaikan dan elektronik, retail banking, sambungan telepon jarak jauh, security brokerage, credit card untuk kriteria tersebut pada akhirnya menentukan 5 dimensi dasar yang digunakan konsumen dalam menilai mutu jasa, kelima dimensi dasar tersebut adalah : 1.Realibility, kemampuan perusahaan untuk memenuhi janji pelayanan yang diberikan secara akurat, yaitu diselesaikan dengan hasil yang sama dan tanpa adanya kesalahan. 2.Responsiveness, keinginan untuk membantu pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang tepat waktu, seperti sensitif terhadap kebutuhan, fleksibel, mau berusaha lebih dari seharusnya, memperhatikan secara personal, keinginan untuk menindfaklanjuti dan menyelesaikan masalah 3.Assurance, pengetahuan, keramahan dari karyawan, serta dapat diberikan kepercayaan dan menjaga kerahasiaan. 4.Empathy, provisi dari memperhatikan dan memberikan perhatian yang bersifat individu kepada pelanggan. 5.Tangibles, penampilan dari fasilitas fisik, peralatan, seragam karyawan dan materi komunikasi. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan muara akhir dari penelitian ini yang memiliki dimensi yaitu daya taruk, kemantapan membeli, dan sesuai kebutuhan (Hubl,
162

Guntur Suryo Putra

1996). Dimensi-dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro and McGee (1991), MacKay (2001) dan Hubl (1996) sebagai berikut: Pencarian informasi lanjut, Kemauan untuk memahami produk, Keinginan untuk mencoba produk, dan Kunjungan ke outlet. Pencarian informasi lanjut diwujudkan dengan upaya konsumen untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap tentang produk tertentu lewat kunjungan ke outlet produk tersebut. Kemauan memahami produk dimaksudkan sebagai sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen apabila diperkenalkan pada sebuah produk terbaru. Keinginan untuk mencoba produk dapat ditunjukkan dengan upaya konsumen mempergunakan produk dengan cara meminjam pada pihak lain. Kunjungan ke outlet ditentukan dengan kesediaan konsumen untuk mengunjungi outlet handhphone, baik untuk mencari informasi maupun mencoba produk. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, dari individu, seperti: hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan peneliti Skala data ialah secara ordinal di kota Makassar. Populasi adalah kumpulan individu atau
Keterangan Kriteria Cut-Off Model Akhir Chi-Square Probability RMSEA TLI CFI CMIN/ DF Diharapkan kecil = 0.05 = 0.06 = 0.95 = 0.80 = 2.00 Marginal Baik Baik Baik Baik Marginal

obyek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan yang ada di sekitar MTC Karebosi yang sudah menggunakan telpon selluler maksimal dua tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probabilitas. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling berdasarkan lama pemakaian, dimana peneliti memiliki kriteria atau tujuan tertentu terhadap sampel yang akan diteliti. Estimasi dan interprestasi hasil terutama bila menggunakan analisisStructural Equation Modelling (SEM). Ukuran responden yang ideal dan representatif adalah tergantung pada jumlah indikator. Dengan demikian sampel yang digunakan untuk responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik Analisis Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metoda yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti.The Structural Equation Modelling (SEM) dari paket software statistik AMOS digunakan dalam model dan pengujian hipotesis. Adapun indikator kecocokan hubungan antara variabel dengan menggukanakan enam indikator utamna dibawah ini yaitu:
Kriteria Chi-Square Probability RMSEA TLI CFI CMIN/ DF Cut-Off Diharapkan kecil = 0.05 = 0.06 = 0.95 = 0.80 = 2.00

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai diatas batas signifikansi yaitu sebesar 0.000 atau diatas 0.05, nilai ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarian sample

dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi dapat diterima, dengan demikian, konstruk-konstruk pada model penelitian dapat diterima. Dari hasil pengolahan data terlihat pada tabel dibawah ini, bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk masing-masing variable laten menunjukkan hasil baik, yaitu nilai CR diatas 1,96 dengan P lebih kecil dari pada 0,05, kecuali hubungan antara gaya hidup dengan keputusan membeli.
163

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut dapat dijadikan model untuk menentukan keputusan membeli Dengan model penelitian pada gaya hidup ialah Y1=1,638 + 0,388X1+ 0,223X2 + 0,465. Dengan model penelitian pada keputusan membeli ialah Y2=1,319 + 0,137X1+ 0,362X2 + 0,494 Y1+ 0,614. Model tersebut dapat dilihat pada hasil pengujian data berikut ini Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analisis full model SEM ditampilkan pada Gambar berikut ini H1:Semakin tinggi citra merek suatu produk, semakin tinggi keputusan membeli konsumen. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh citra merek terhadap keputusan membeli menunjukkan nilai CR sebesar 2,725 dan dengan probabilitas sebesar 0,006. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan H1 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra merek akan berpengaruh terhadap keputusan membeli. H2:Semakin tinggi kualitas layanan, tidak menentukan keputusan membeli konsumen.Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kualitas layanan terhadap keputusan membeli menunjukkan nilai CR sebesar -0,633 dan dengan probabilitas sebesar 0,527. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan H2 yaitu nilai CR yang lebih kecil dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap keputusan membeli. H3:Semakin tinggi gaya hidup, menentukan keputusan membeli konsumen. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh gaya hidup terhadap keputusan membeli menunjukkan nilai CR sebesar 4,825 dan dengan probabilitas sebesar 0,000. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan H3 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya hidup berpengaruh terhadap terhadap keputusan membeli.: Semakin tinggi gaya hidup , semakin tinggi keputusan pembelian. H4:Semakin tinggi citra merek suatu produk, semakin tinggi gaya hidup konsumen. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh citra merek terhadap gaya hidup menunjukkan nilai CR sebesar 2,549 dan dengan probabilitas sebesar 0,011. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan H4 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan

probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra merek akan berpengaruh terhadap gaya hidup. H5:Semakin tinggi kualitas layanan, menentukan gaya hidup konsumen.Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kualitas layanan terhadap gaya hidup menunjukkan nilai CR sebesar 5,099 dan dengan probabilitas sebesar 0,000. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan H5 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap gaya hidup. Hal ini mendukun penelitian Herche (1994) dan Ajay dan Goodstein (1998) menyatakan bahwa keputusan membeli konsumen yang tinggi ditentukan oleh citra merek dan gaya hidup, sedangkan kualitas layanan belum memberikan kepuasan para pelanggang telepon genggam di Makassar Simpulan Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa citra merek dan menentukan gaya hidup dan keputusan membeli, tetapi kualitas layanan hanya menentukan gaya hidup tetapi tidak menentukan keputusan membeli. Dengan demikian maka kualitas layanan penjual hand phone di sekitar karebosi belum memberikan informasi dan layanan yang sesuai dengan keinginan calon pelanggan. DAFTAR PUSTAKA
Aaker David A, 1991, Managing Brand Equity, Capitalyzing on the Value of a Brand Name, The Free Press:New York. Ardianto, Eka (1999), Mengelola Aktiva Merek : Sebuah Pendekatan Strategis;Forum Manajemen Prasetiya Mulya, No. 67, p.34-39. Ajay Kalra and Ronald C. Goodstein, The Impact Of Advertising Positioning Strategies On Consumer Price Sensitivity, Journal Of Marketing Research, Vol. XXXV, 1998. Baker, Simpson. and Siguaw, 1999, The Impact of Suppliers, Perceptions of Resellers, Market Orientation on Key Relationship Construct, Journal of Academy of Marketing Science Bearden, W.O. and Etzel, M.J. (1982), ``Reference group influence on product and brand purchase decisions'', Journal of Consumer Research, Vol. 9, September, pp. 183-94. Biel, Alexander L, 1992, How Citra merek Drives Brand Equity,Journal of Advertising Research, 6

(November/Desember),RC-6-RC-12.
Cobb-Walgren, Cathy J., Cyntia A. Ruble, and Naveen Donthu, 1995, Brand Equity, Brand Preference, and Purchase Intent, Journal of Advertising, XXIV
164

Guntur Suryo Putra (Fall), 25-40. Dobni, D. and Zinkhan, G.M. (1990), ``In search of citra merek: a foundation analysis'', in Goldberg, M.E., Gorn, G. and Pollay, R.W. (Eds), Advances in Consumer Research, Association for Consumer Research, Provo, UT, pp. 110-19 Dodd, James, Kent, B Monroe and P Grewal, (1991), The Evaluating of Price, Perceived Quality, and Customer Perceptions of Products Quality , Journal of Marketing Research, Vol.42, pp.331-349 Graeff, T.R., 1996, Using promotional messages to manage the effects of brand and self image on brands evaluation, Journal of Consumer Marketing, Vol.13, No.3, pp 4-18. Grover, Rajiv and V.Sinivasan, 1992, Evaluating The Multiple Effects of Retail Promotions of Brand Loyal and Brand Switching Segments Journal of Marketing Research, 29(February), 76-89. Hubl, G., A cross-national investigation of the effects of country of origin and brand name on the evaluation of a new car, International Marketing Review,Vol. 13 No. 5, pp. 76-97. Keller, Kevin L, 1987, Memory Factor in Advertising: The Effect of Advertising Retrieval Cues on Brand Evaluations, Journal of Customer Research, 14 (December),316-333. Keller, Kevin L, Susan E. Hecker and Michael J. Houston, 1998, The effect of Brand Name Suggestiveness on Advertising Recall, Journal of Marketing, vol.62,48-57. Kohli, Ajay K, and Bernard J. Jaworski, 1993, Market Orientation: The Construct Research Proposition, and Managerial Implications, Journal of Marketing, Vol. 59, pp. 1-18 Kotler, Philip,1997,Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, 9th Ed., Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. Lee, D. and Ganesh, G., 1999, Effects of partitioned country image in the context of citra merek and familiarity A categorization theory perspective. International Marketing Review, Vol. 16 No. 1, pp. 1839. Loundon, David L. and Dela Bitta, Albert J, 1993,Con umer Behavior, Concepts and Applications, 4th ed., McGraw-Hill, Inc:New York. Meenaghan and Shipley, 1999,Media effect in commercial sponsorship, European Journal of Marketing, Vol. 33 No. 3/4, pp. 328-347. Murphy, J.M. (1990), Brand Strategy, PrenticeHall, Englewood Cliffs, NJ.

165

You might also like

  • Buku Hipo 5
    Buku Hipo 5
    Document5 pages
    Buku Hipo 5
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 4
    Buku Hipo 4
    Document5 pages
    Buku Hipo 4
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 33
    Buku Hipo 33
    Document5 pages
    Buku Hipo 33
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 29
    Buku Hipo 29
    Document5 pages
    Buku Hipo 29
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 2
    Buku Hipo 2
    Document5 pages
    Buku Hipo 2
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 28
    Buku Hipo 28
    Document6 pages
    Buku Hipo 28
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Document6 pages
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 3
    Buku Hipo 3
    Document5 pages
    Buku Hipo 3
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Document6 pages
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Cover Buku Hipotetis 2013
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Document1 page
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Document6 pages
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 32
    Buku Hipo 32
    Document4 pages
    Buku Hipo 32
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 26
    Buku Hipo 26
    Document6 pages
    Buku Hipo 26
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 27
    Buku Hipo 27
    Document5 pages
    Buku Hipo 27
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 22
    Buku Hipo 22
    Document7 pages
    Buku Hipo 22
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 23
    Buku Hipo 23
    Document8 pages
    Buku Hipo 23
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 21
    Buku Hipo 21
    Document5 pages
    Buku Hipo 21
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 24
    Buku Hipo 24
    Document6 pages
    Buku Hipo 24
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 20
    Buku Hipo 20
    Document5 pages
    Buku Hipo 20
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 19
    Buku Hipo 19
    Document4 pages
    Buku Hipo 19
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 14
    Buku Hipo 14
    Document5 pages
    Buku Hipo 14
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 18
    Buku Hipo 18
    Document5 pages
    Buku Hipo 18
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 12
    Buku Hipo 12
    Document6 pages
    Buku Hipo 12
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 17
    Buku Hipo 17
    Document5 pages
    Buku Hipo 17
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 13
    Buku Hipo 13
    Document5 pages
    Buku Hipo 13
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 8
    Buku Hipo 8
    Document5 pages
    Buku Hipo 8
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 15
    Buku Hipo 15
    Document4 pages
    Buku Hipo 15
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 11
    Buku Hipo 11
    Document6 pages
    Buku Hipo 11
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet
  • Buku Hipo 9
    Buku Hipo 9
    Document4 pages
    Buku Hipo 9
    Deden Marrah Adil
    No ratings yet