You are on page 1of 6

Diagnosis Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan

penunjang lainnya (PDPI, 2002). 2.1.7.1 Gejala klinik Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik. 1. Gejala respiratorik a. b. c. d. Batuk-batuk lebih dari 2 minggu Batuk darah Sesak napas Nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, hal ini tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. 2. Gejala sistemik a b Demam Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.

3. Gejala tuberkulosis ekstra paru Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan (PDPI, 2002).

2.1.7.2 Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum (PDPI, 2002). 2.1.7.3 Pemeriksaan Bakteriologik 1. Bahan pemeriksasan Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH) (PDPI, 2002). 2. Cara pengumpulan dahak Dibutuhkan tiga spesimen dahak untuk menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis. Spesimen dahak paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagipagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan dahak dilakukan : Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. Dahak spesimen pertama pada pot A dapat diambil saat pasien pertama berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan), kemudian saat pasien pulang berilah pasien pot dahak B yang digunakan untuk menampung dahak pada hari kedua setelah pasien bangun tidur pagi hari dan mintalah pasien untuk membawa pot dahak tersebut ke laboraturium. Adapun dahak ketiga pada pot C dapat dikumpulkan saat pasien membawa pot dahak B ke laboraturium pada hari kedua.

Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius. Sebelum pasien diambil dan dikumpulkan dahaknya, sebaiknya diberikan petunjuk pada pasien untuk: (1) Berkumur dengan air sebelum mengeluarkan dahak; (2) Jika terdapat gigi palsu lepaskanlah sebelum berkumur; (3) Tarik nafas dalam 2-3 kali dan setiap kali hembuskan nafas dengan kuat; (4) Letakkan pot yang sudah diberikan dekat dengan mulut dan keluarkan dahak ke dalam pot; (5) Batukkan dengan keras dari dalam dada; (6) Tutuplah pot dengan rapat; (7) Setelah mengeluarkan dahak, bersihkan mulut dengan tissue, kemudian buang tissue di tempat sampah yang bertutup, kemudian cuci tangan. Bila perlu hal di atas dapat diulang sampai mendapatkan dahak yang berkualitas baik dan volume yang cukup (3 - 5 ml). Bila dahak sulit dikeluarkan, dapat dilakukan hal sebagai berikut: (1) Lakukan olah raga ringan kemudian menarik nafas dalam beberapa kali. Bila terasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk; (2) Malam hari sebelum tidur, banyak minum air atau menelan 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg (DepKes RI, 2006). Bila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan mengambil bagian dahak yang paling mukopurulen / kental kuning kehijauan. Bila tidak ada spesimen dahak yang dapat dikeluarkan, pot dahak harus dibuang, selain itu pot dahak yang telah digunakan oleh satu pasien tidak dapat digunakan oleh pasien lainnya meskipun pot dahak tersebut hanya berisi air liur. (DepKes RI, 2006). 3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara : A. Pemeriksaan mikroskopik: Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening) Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif 1. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan. 2. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+). 3. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+). 4. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).

Klasifikasi hasil pemeriksaan BTA Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis TB Paru dapat diklasifikasikan menjadi: Tuberkulosis paru BTA positif. a b Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c d 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.

Tuberkulosis paru BTA negatif a Tuberkulosis paru BTA negatif jika pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. b Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT, bagi pasien dengan HIV negatif. c Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

B. Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara : 1) 2) Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh. Agar base media : Middle brook. Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul. 2.1.7.4 Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : 1) Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. 2) Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular. 3) Bayangan bercak milier.

4) Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang). Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif 1. 2. 3. Fibrotik Kalsifikasi Schwarte atau penebalan pleura

Gambar 2.4 Alur Diagnosis TB Paru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

You might also like