You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Bagian mata yang penting dalam memfokuskan bayangan adalah kornea, lensa dan retina. Kornea adalah suatu jaringan transparan, jernih di depan iris. Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular dan tidak berwarna. Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multi lapis pada dinding posterior bola mata. Fotoreseptor pada retina mengumpulkan informasi yang ditangkap mata lalu mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf optic. Semua bekerja simultan untuk dapat melihat suatu objek. Dalam keadaan normal, cahaya sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di retina. Kondisi ini disebut emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak berakomodasi, mata tidak dapat memfokuskan cahaya ke retina, keadaan ini disebut ametropia. Ada tiga keadaan yang dapat menyebabkan ametropia, yaitu myopia, hipermetropia (disebut juga hiperopia) dan astigmat. Miopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Hipermetropia dikenal juga dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Pasien denga hipermetrop mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada astigmat atau silinder, sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan pada satu titik di retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa. Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Pada usia di atas 40 tahun umumnya seseorang akan membutuhkan kacamata baca. Keadaan ini akibat telah terjadinya presbiopia. 2 1

BAB II PEMBAHASAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama Umur No. RM Pekerjaan Alamat Agama Suku Status

: Nn SM : 18 tahun : 262022 : Pelajar SMA : Cianjur : Islam : Jawa : Belum menikah

Tanggal Pemeriksaan : 14/05/2013

ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada pasien, tanggal 14/05/2013, pukul 14.15 WIB Keluhan Utama: Penglihatan kedua mata buram Keluhan Tambahan Mata cepat lelah Mata sering berair Merasa pegal-pegal di sekitar mata

Riwayat penyakit sekarang Pasien wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan Penglihatan kedua mata buram sejak 6 bulan yang lalu. Penglihatan dirasakan buram pabila melihat jauh dan jika melihat komputer terlalu lama. Pasien juga mengeluh kedua matannya sering berair dan cepat lelah. Pasien juga merasa pegal-pegal di sekitar matanya. Pasien tidak merasakan adanya nyeri kepala, mata merah, gatal, penglihatan berbayang, ataupun pusing. Pasien tidak pernah memakai kaca mata sebelum ini.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi makanan laut (-), Riwayat asma (-). Riwayat alergi obat, konsumsi obatobatan, hipertensi, diabetes, dan penyakit mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal, Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.

Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Tanda Vital : Tampak Sehat : Compos mentis : - Tekanan Darah - Nadi - Respirasi Status oftalmikus Mata Kanan 0,8 S -0.25 Sentral, normal Ke segala arah Hiperemi (-), Edema (-) Hiperemi (-), Edema (-) Hiperemi (-) Hiperemi (-), sekret (-), pterigium (-) Hiperemi (-) Putih Jernih, arcus senilis (-) Konjungtiva Forniks Sklera Kornea Visus Koreksi Skiaskopi Tonometri (TIO) Kedudukan Pergerakan Palpebrae Superior Palpabrae Inferior Konjungtiva palpabrae Konjungtiva bulbi Sentral, normal Ke segala arah Hiperemi (-), Edema (-) Hiperemi (-), Edema (-) Hiperemi (-) Hiperemi (-), sekret (-), Pterigium (-) Hiperemi (-) Putih Jernih, arcus senilis (-) Mata Kiri 0,4 S -1.00 : 120/75 mmHg : 74x/mnt : 18 x/mnt

Cukup Reguler Jernih Bulat Letak di pusat mata + 3 mm RCL/RCTL (+)/(+) Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bilik mata depan Iris Lensa

Cukup Reguler Jernih Bulat

Pupil

Letak di pusat mata + 3 mm RCL/RCTL (+)/(+)

Funduskopi Refleks Fundus


Gerak Bola mata

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

RESUME Pasien wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 6 bulan yang lalu. Penglihatan dirasakan buram pabila melihat jauh dan jika melihat komputer terlalu lama. Pasien juga mengeluh kedua matannya sering berair dan cepat lelah. Pasien juga merasa pegal-pegal di sekitar matanya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, dengan pemeriksaan mata didapatkan visus OD 0.8 dan OS 0.4.

DIAGNOSIS ODS Myopia Levior

PENATALAKSANAAN 1. Resep kacamata monofocal: VOD: 0.3 S -0.25 1.0 VOS: 0.3 S- 1.00 1.0 PD 60/58

PROGNOSIS ODS: Ad vitam Ad sanationam Ad fungsionam : : : Bonam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam

ANJURAN a. Bila membaca atau menonton TV lama, usahakan agar sesekali berhenti untuk mengistirahatkan mata. b. Hindari posisi membaca terlalu dekat atau membungkuk . c. Bila membaca dan bekerja, gunakan penerangan yang baik d. Gunakan kacamata e. Periksakan mata secara berkala (kontrol teratur)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENDAHULUAN Miopia merupakan suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar akan dibiaskan di suatu titik di depan retina tanpa akomodasi. Miopia, yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (nearsightedness), merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengubah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar yang menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga bayangan pada jarak yang berbeda akan terfokus di retina. Prevalensi miopia bervariasi berdasarkan negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa negara Asia. Di Jepang diperkirakan lebih dari satu juta penduduk mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia tinggi. Berdasarkan bukti epidemiologis, prevalensi miopia terus meningkat khususnya pada penduduk Asia. Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga membebani secara ekonomi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi miopia mencapai sekitar $ 250 juta per tahun. Di saat prevalensi miopia simpel meningkat, insidens miopia patologis turut meningkat. Karena tidak ada terapi yang dapat membalikkan perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan miopia telah lama menjadi tujuan dari penelitian para ahli. Pengertian terhadap mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mata merupakan prasyarat mengembangkan strategi terapi tadi.2

2.2 Definisi Miopia adalah suatu keadaan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, di biaskan didepan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difuse dan bayangan kabur. Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dekat, sedangkan kabur bila melihat jauh atau rabun jauh. Derajat miopia dapat dikategorikan, yaitu : Miopia ringan (0,25 3,00D) Miopia sedang (3,00 6,00D) Miopia berat / tinggi (>6,00D) 3

2.3 Epidemiologi Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh yang menyebabkan kebutaan, serta tampak memiliki predileksi tinggi pada keturunan Cina, Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat pada perempuan dibanding laki-laki. Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari kelainan ini.2 Menurut National Eye Institute Study, miopia merupakan penyebab kelima tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh yang tersering kebutaan di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering .2 2.4 Etiologi1,2,3,4,5 Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Penurunan secara sex linked sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada miopia yang berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit sistemik. Pada ras oriental, kebanyakan miopia tinggi diturunkan secara autosomal resesif. Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada makula lutea. Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Titik jauh (pungtum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar. Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan menjadi:

Miopia aksialis Terjadi karena jarak antara anterior dan posterior terlalu panjang. Normal jarak ini 23 mm. Pada miopia 3 D : 24 mm, miopia IOD = 27 mm. Dapat merupakan kelainan kongenital maupun didapat, serta ada pula faktor herediter. Yang kongenital didapatkan pada makroftalmus. Pada orang dengan miopia 6 D, pungtum remotumnya 100/6 = 15 cm. Jadi harus membaca pada jarak yang dekat sekali, 15 cm, jika tidak dikoreksi, sehingga ia harus mengadakan konvergensi yang berlebihan. Akibatnya polus posterior mata lebih memanjang dan miopianya bertambah. Jadi didapatkan suatu lingkaran setan antara miopia yang tinggi dan konvergensi. Makin lama miopianya makin progresif.

Miopia refraktif Penyebabnya terletak pada : Kornea : kongenital; keratokonus dan keratoglobus Didapat; karatektasia, karena menderita keratitits, kornea menjadi lemah. Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol ke depan. Lensa : Lensa terlepas dari zonula zinnii, pada luksasi lensa atau subluksasi lensa, oleh

kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Pada katarak imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa mnjadi cembung. Cairan mata; pada penderita diabetes melitus yang tidak diobati, kadar gula dari humor akueus meninggi sehingga daya biasnya meninggi pula.

2.5 Klasifikasi miopia Berdasarkan tinggi dioptrinya, dibedakan menjadi : Miopia sangat ringan : sampai dengan 1 D Miopia ringan Miopia sedang Miopia tinggi : 1-3 D : 3-6 D : 6-10 D

Miopia sangat tinggi : lebih dari 10 D

Secara klinis dibedakan menjadi : Miopia simpleks, miopia stasioner, miopia fisiologis Timbul pada usia masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai usia 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari -5 D, atau -6 D. Tajam penglihatan dengan koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal. Miopia progresif Dapat ditemukan pada semua usia dan mulai sejak lahir. Kelainan mencapai puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau lebih. Besar dioptrinya melebihi 6 D.

Miopia maligna Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna disebut juga miopia patologis atau degeneratif, karena disertai kelainan degeneratif di koroid dan bagian lain dari mata.

2.6 Gejala miopia Tanda objektif : Oleh karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang miosis, jadi pupilnya midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi, menyebabkan iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan lebih dalam. Pada miopia tinggi didapatkan : bola mata yang mungkin lebih menonjol bilik mata depan yang dalam pupil yang relatif lebih lebar iris tremulans yang menyertai cairnya badan kaca kekeruhan badan kaca (obscurasio corpori vitrei) kekeruhan di polus posterior lensa stafiloma posterior, fundus tigroid di polus posterior retina atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patch, di sekitar papil, berwarna putih engan pigmentasi di pinggirnya perdarahan, terutama di daerah makula, yang mungkin masuk ke dalam badan kaca proliferasi sel epitel pigmen di daerah makula (Forster Fuchs black spot) predisposisi untuk ablasi retina

Pada miopia simpleks : Didapatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang dalam, pupil yang relatif lebar, tetepi tidak disertai kelainan di bagian posterior mata. Mungkin hanya terlihat kresen miopia yang tampak putih di sebelah temporal papil, sedikit atrofi dari koroid yang superfisial, sehingga pembuluh darah koroid yang lebih besar tampak lebih jelas membayang.

Tanda subjektif : Oleh karena orang miopia kurang berakomodasi dibandingkan dengan yang emetropia, maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat tetapi mengeluh tentang penglihatan jauh yang kabur. Pada miopia tinggi, terutama bila disertai dengan astigmatisme, penderita tak saja mengeluh pada penglihatan jauh tetapi juga pada penglihatan dekat oleh karena harus melakukan konvergensi berlebihan, sebab pungtum remotum, yaitu titik terjauh yang dapat dilihat tanpa akomodasi, letaknya dekat sekali, pada miopia S (-) 6D, titik ini terletak pada jarak 100/6 = 16 sentimeter. Pada titik ini ia tidak berakomodasi, tetapi berkonvergensi kuat sekali sehingga pada mata timbul astenovergens engan keluhan : lekas capai, pusing, silau, ngantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia tinggi disertai mata menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar, penderita mencoba menutup sebagian kelopak matanya, untuk mengurangi cahaya yang masuk, sehingga ketajaman penglihatannya diperbaiki. Kadang-kadang astenovergens menimbulkan rasa sakit, sehingga penderita tak mencobanya lagi, dengan mengakibatkan strabismus divergens. Strabismus divergens dapat pula timbul akibat penderita sedikit melakukan akomodasi, sehingga kurang pula melakukan konvergensi. 2.7 Diagnosis1,3,6 Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita miopia antara lain adalah : a. Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis, tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku). b. Kelelahan mata c. Sakit kepala

Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari :3,6 a. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger). Pemeriksaan dilakukan dengan menentukan tajam penglihatan (VOD/ VOS) yang dinyatakan dalam bentuk pecahan. 10

Jarak antara penderita dengan huruf optipe Snellen

Jarak yang seharusnya dapat dilihat orang normal Visus yang terbaik adalah 6/6, yaitu pada jarak pemeriksaan 6m dapat terlihat huruf yang pada orang normal juga dapat terlihat pada jarak 6m. bla huruf terbesar Snellen tidak terlihat, pemeriksaan dilanjutkan dengan hitung jari. Hitung jari penglihatan normal terlihat pada jarak 60m, jika penderita hanya bisa melihat dari jarak 2m, maka vius sebesar 2/60. Bila hitung jari tidak terlihat, pemeriksaan dilanjutkan dengan lambaian tangan, kanan ke kiri atau atas ke bawah. Gerakan tangan pada penglihatan normal adalah pada jarak 300m, jika penderita hanya dapat melihat pada jarak 1m, maka visusnya 1/300. Jika dengan lambaian tangan tidak bisa melihat, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan cahaya. Jika penderita dapat melihat sinar dan arahnya, maka visusnya 1/ ~. Bila tidak bisa melihat sinar sama sekali, jadi dikatakan terjadi kerusakan retina dan visusnya adalah 0 atau buta total. Ketajaman penglihatan yang kurang baik pada miopia dikoreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang akan memberikan ketajaman penglihatan terbaik tanpa akomodasi.

b. Pemeriksaan retina Pemeriksaan oftalmoskop direk bertujuan melihat kelainan dan keadaan fundus okuli. 2.8. Terapi1,2,3,7 Koreksi terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan : a. Kacamata Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi.

11

Gambar 2: Koreksi miopia b. Lensa kontak Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak keras yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogen. Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan lensa kontak lunak digunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea. Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia tinggi, dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata. Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan iritasi kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau melengkungkan permukaan kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pemakai lensa kontak. c. Bedah keratoretraktif Bedah keratoretraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratotomy radial, keratomileusis, keratofakia, epikeratofakia.

12

d. Lensa intraoculer Penanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untk koreksi kesalahan refraksi pada afakia. e. Ekstraksi lensa jernih Ekstraksi lensa bening telah banyak dicobakan oleh ahli bedah di dunia pada pasien dengan miopia berat karena resiko tindakan yang minimal. 2.9 Intervensi Pencegahan Miopia2,8,9 Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga menengah, tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi. Faktor resiko terjadinya hal tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak tersebut, intervensi harus diperhitungkan. Pengontrolan miopia antara lain dengan: a. Zat Sikloplegik Berdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan cyclopentolate mengurangi tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun demikian, hal ini tidak sebanding dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu, penambahan lensa plus ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena inaktivasi otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak lebih dari 1-2 D. b. Lensa plus untuk melihat dekat Efektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-anak masih kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi progresi miopia yang bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan bahwa pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat yang efektif masih diperdebatkan. c. Lensa Kontak Rigid Lensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif memperlambat tingkat progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia diyakini disebabkan karena perataan kornea. Selama 3 tahun pemberian lensa kontak, ruang vitreus masih lanjut memanjang, hingga kontrol miopia dengan RGP tidak mengurangi resiko berkembangnya sekuele miopia

13

segmen posterior. Bila pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound seperti curamnya kembali korenea (resteepening of the cornea) Orthokeratology adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa kontak selama periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, kegunaannya untuk meratakan kornea dan mengurangi miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6 bulan. Namun, perubahan kelainan refraksi menuju keadaan awal terjadi bila pasien berhenti memakai lensa kontak. Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk tujuan ini masih belum jelas. d. Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela. e. Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku. f. Pencahayaan yang cukup untuk membaca. g. Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6 kaki dari televisi. h. Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat penurun tekanan bola mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. Namun, efektivitasnya belum teruji dalam penelitian. 2.10 Komplikasi1,6 Komplikasi miopia adalah : a. Abalasio retina Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali. b. Vitreal Liquefaction dan Detachment Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata. c. Miopic makulopati Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan 14

pandang. Miop vaskular koroid/degenerasi makular miopic juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina. d. Glaukoma Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula. e. Katarak Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia onset katarak muncul lebih cepat. 2.11 Prognosis3,6 Diagnosis awal pada penderita miopia adalah sangat penting karena seorang anak yang sudah positif miopia tidak mungkin dapat melihat dengan baik dalam jarak jauh.

15

BAB III PENUTUP


Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang di biaskan di depan retina. Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini disebabkan : sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata yang terlalu panjang, miopia aksial atau sumbu. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat lebih jelas pada jarak yang dekat bahkan pada jarak yang lebih dekat lagi. Sedangkan untuk melihat jarak yang jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien miopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam kedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi retina bagian perifer, dengan miopik kresen paada papil saraf optik. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamataa sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan 3,0 memberikan tajam penglihatan 6/6 dan demikian juga bila diberi 3,25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi 3,0 untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah di koreksi.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya N. Refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-5. Jakarta, 1989, hal. 240-70 2. Ilyas S. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI, Jakarta, 2001, hal.1-18 3. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Kacamata. FKUI, Jakarta, 1997, hal.1-39 4. Akman SM, Ratulangi J. Refraksi subjektif dan Optik : Kelainan-kelainan Refraksi. Edisi ke-2. Jakarta, 1985, hal.13-33 5. Hollwich F. Optik dan Refraksi. Dalam : Buku Panduan Oftalmologi. Edisi ke-2. Binarupa aksara. Jakarta, 1993, hal.319-36 6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Optik dan Refraksi. Dalam: Ilmu Penyakit mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Samar RR, Simamarta M dan Widodo PS, Editor. Edisi ke 2. CV.Agung Seto. Jakarta; 2002 Hal. 46-8. 7. Eva RP. Anatomi dan embriologi mata. In: Vaughan DG, Asbury T, Eva RP, editors. Oftalmologi umum. 14th ed. Jakarta: Penerbit Widya Medika. 2000. 7-15 8. Snell RS, Lemp MA. Clinical anatomy of the eye. 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing. 2006. 143-9, 171, 197-207 9. Rabbets RB, Mallen EE. Accomodation and near vision the inadequate-stimulus myopias. In: Rabbets RB, editor. Clinical visual optics. 4th ed. Edinburgh: Elsevier. 2007. 129-31

17

You might also like