You are on page 1of 8

AgronobiS, Vol. 1, No.

2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU
Oleh: Septianita Abstract
The research aim to to know the factors influencing coconut production of sawit and to know contribution storey;level earnings of coconut farming of sawit. to earnings of family. The result of research indicate that from result analyse there is two variable having an effect on reality that is wide of seeds amount and farm while labour factor, fertilize herbicide and urea have an effect on do not reality. ursuant to research is also got that accepted earnings is farmer follow the example of coconut farming of sawit [in] countryside of Makartitama per hectare equal to Rp.7.718.341,66. Level of contribution earnings of farmer to earnings of farmer family follow the example of equal to Rp. 7.718.341,66 per year or 76,89%, while contribution earnings of farmer of other effort is equal to Rp. 1.245.183,33 per year or 12,41% and external earnings contribution of farming equal to Rp. 1.073.333,30 or 30,69%, with value of R/C equal to Rp 4,55 with the meaning that each;every Rp 1,00 production cost will give acceptance equal to Rp 4,55. Key words : Production, contribution, coconut farming of sawit, earnings of farmer, wide farm.

PENDAHULUAN Memasuki era orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumatera dan Kalimantan Potensial areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Data dilapangan menunjukkan kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit khususnya perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan rakyat pada periode tiga puluh tahun terakhir mencapai 45,1% per tahun, sementara real perkebunan negara tumbuh 6,8% per tahun, dan areal perkebunan swasta tumbuh 12,8% per tahun (Fauzi, 2002). Usahatani kelapa sawit di desa Makartitama Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu baru mulai berkembang dan diminati oleh masyarakat, hal ini ditunjukan dari luas lahan dan produksi masih kecil. Hasil produksi yang diperoleh dari tahun 2002-2003 dari

) Dosen Tetap Prodi Agribisnis FP Universitas Baturaja

Septianita, Hal; 78 - 85

78

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

bertambahnya lahan meningkat sebesar 155.600 ton/tahun dan peningkatan hasil produksi perkebunan masyarakat Desa Makartitama yang mengalami peningkatan pesat pada tahun 2006-2007 sebesar 1.003.200 ton/tahun. Meningkatnya hasil produksi kebun sawit masyarakat Desa Makartitama disebabkan meningkatnya minat masyarakat untuk berkebun sawit. Desa Makartitama salah satu desa yang ada di kecamatan Peninjauan yang mengusahakan tanaman tahunan khususnya kelapa sawit karena topografi dan kelembaban yang dikehendaki tanaman tersebut terpenuhi serta memiliki lahan cukup subur. Dengan berusahatani tanaman kelapa sawit dalam jumlah yang lebih banyak serta melakukan perawatan yang benar, penghasilan yang kecil itu pasti akan meningkat. Karena itu tingkat produksi tentulah dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama tingkat penggunaan sarana produksi. Peningkatan produksi pada jumlah tertentu akan mempengaruhi motivasi petani dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit secara kontinyu. Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah; a) faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi kelapa sawit? Dan, b) berapa besar tingkat kontribusi usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga? Adapun tujuaan penelitian ini adalah, a) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit; b) untuk mengetahui tingkat kontribusi pendapatan usahatani kelapa sawit. terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai keadaan usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi yang berkepentingan dan sebagai tambahan pustaka dan bahan acuan untuk peneliti selanjutnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah; a) diduga penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, bibit, berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, sedangkan faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit, dan; b) diduga usahatani kelapa sawit menguntungkan dan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga. TINJAUAN PUSTAKA Usahatani diartikan sebagai kegiatan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan pengeluaran (output) yang melebihi pemasukan (input) (Soekartawi, 1995). Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan atau dikeluarkan dalam suatu proses produksi untuk memperoleh hasil produksi (Soekartawi, 1990). Faktor produksi memang sangat menetukan besar kecilnya produksi yang diperoleh, berbagai pengalaman menunjukkan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal (benih, pupuk dan pestisida adalah faktor produksi yang penting). Faktor produksi yang penting mempengaruhi produksi antara lain : lahan, tenaga kerja dan modal. Keuntungan merupakan selisih antara yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan produksi pertanian. Jumlah keuntungan dan cara menggunakan inilah yang menentukan tarif hidup petani (Soeharjo dan Patong, 1973). Tolak ukur penilaian keuntungan suatu usahatani, antara lain dapat dilihat dari R/C (Return Cost Ratio) yaitu pembagian antara nilai R/C>1, makin tinggi nilai R/C ini menunjukkan suatu tingkat penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1994).

Septianita, Hal; 78 - 85

79

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

Pendapatan petani adalah terdiri dari berbagai usaha yang dilakukannya sebagian penerimaan dari usahatani yang tenaga kerjanya berasal dari keluarganya sendiri. Selain itu petani Indonesia umumnya menggunakan sebagian usahataninya untuk memenuhi keperluan rumah tangga, maka pendapatan petani merupakan pedoman untuk menilai apakah usahataninya berhasil atau belum bagi keluarganya (Hadisapoetra, 1983). Untuk mengetahui besarnya sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % UTK=

P.UTK x 100 % P.Total

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study), dimana seluruh petani kelapa sawit yang menjadi satuan kasusnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember 2007. Metode penarikan contoh dalam penelitian ini digunakan metode SimpleRandom Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang petani kelapa sawit dari 130 orang petani yang melakukan usahatani kelapa sawit. Data yang diperoleh dilapangan terlebih dahulu dikelompokkan, kemudian diolah secara tabulasi, untuk menguji hipotesis pertama menggunakan faktor produksi Coob Douglass, secara matematis rumus sebagai berikut : Untuk menyederhanakan perhitungan, maka model tersebut ditransformasikasi dalam bentuk linear sehingga bentuknya menjadi: Y = Ln + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 + 4LnX4 + 5LnX5 Dimana : Y = Produksi (kg/tahun) X1 = Luas lahan (lg) X2 = Tenaga Kerja (HOK) X3 = Bibit (batang) X4 = Pupuk Urea (kg/tahun) X5 = Herbisida (ltr/tahun) i = Koefisien regresi masing-masing faktor produksi = Intersep (konstanta) Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X1, X2, ..., X5) secara bersama-sama terhadap variabel variabel terikat (Y) dilakukan dengan uji F. KTP Fhitung KTT Di mana : KTP = Kuadrat tengah parameter KTT = Kuadrat tengah total Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua yaitu pertama-pertama menggunakan perhitungan sebagai berikut : Pd = Pn Bp Pn = P + H Bp = Bt + Bv
Septianita, Hal; 78 - 85 80

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

Di mana : Pd Pn Bp P

: Pendapatan (Rp/ha) : Penerimaan (Rp/ha) : Biaya Produksi (Rp/ha) : Produksi (kg/ha)

H Bt Bv

: Harga Jual (Rp/kg) : Biaya tetap (Rp/ha) : Biaya Variabel (Rp/ha)

Selanjutnya untuk menghitung tingkat keuntungan dari usahatani kelapa sawit dapat dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung tingkat keuntungan dapat digunakan rumus sebagai berikut : R Penerimaan C Biaya Produksi Dimana : R > 1, usahatani menguntungkan C R = 1, usahatani tidak mengalami keuntungan dan kerugian (BEP) C R < 1, usahatani mengalami kerugian C Untuk menghitung sumbangan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga digunakan rumus sebagai berikut : P.UTK % UTK x 100 % P. Total Dimana : % UTK : persentase pendapatan usahatani kelapa sawit P.UTK : pendapatan usahatani kelapa sawit P.Total : total pendapatan HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Contoh Dari 30 petani contoh sebagian besar petani contoh di desa Makartitama diketahui umurnya berkisar antara 32 tahun sampai 55 tahun. Bibit yang mereka gunakan sebagian besar varitas DxP yang dibeli dari perkebunan PT. Perkebunan Minanga Ogan. B. Faktor Produksi Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa luas rata-rata lahan petani contoh pada usahatani kelapa sawit di Desa Makartitama berkisar antara 2 3 hektar dengan luas lahan rata-rata 2 hektar. Status kepemilikan tanah adalah milik sendiri. Tenaga kerja yang digunakan petani contoh untuk kegiatan usahatani kelapa sawit menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga dari luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk kegiatan pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan panen. Tanaman kelapa sawit dapat di perbanyak dengan biji (generatif) atau dengan t kultur jaringan (vegetatif). Perbanyakan generatif banyak memiliki kendala yaitu bahan bibit yang
Septianita, Hal; 78 - 85 81

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

akan diperoleh terbatas dan bervariasi. Sedangkan jika memakai bibit dari kultur jaringan akan mendapatkan hasil yang baik karena dengan kultur jaringan dapat mengatasi masalah kesulitan perkecambahan, terutama pada jenis atau varietas yang agak sulit dikecambahkan. Klon yang digunakan oleh petani contoh adalah jenis varitas DxP. Pupuk Urea merupakan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani contoh pada usahatani kelapa sawit. Mengenai dosis penggunaan pupuk petani contoh menghabiskan pupuk dalam satu hektar rata-rata 100 kg pada masa tanam dengan harga rata-rata perkilogramnya Rp 1.500,- Penggunaan herbisida bertujuan untuk mengendalikan gulma dan penyakit yang mungkin menyerang pada tanaman kelapa sawit. Pemberian herbisida dilakukan petani sesuai dengan kebutuhan dan keadaan hama penyakit yang menyerang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa herbisida yang digunakan oleh petani contoh adalah herbisida. C. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi Terhadap Produksi Kelapa Sawit Faktor-faktor produksi yang diidentifikasi dapat mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), bibit (X3), Pupuk Urea (X4), dan Herbisida (X5). Untuk menganalisa pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap produksi kelapa sawit digunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengestimasi pengaruh faktor-faktor variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi diperoleh model persamaan estimasi dalam bentuk transformasi regresi linier sebagai berikut : Ln Y = -1.000 + 17.249 ln X1 - 0,003ln X2 + 2,267 ln X3 + 0,002ln X4 - 0,001 ln X5 Se = (3,859) (0,027) (0,008) (0,013) (0,141) Thitung (4,470)** (-.100)tn (295.67)** (.179)tn (-.093)tn Keterangan : ** Nyata pada taraf uji 0,01 R2 = 1,000 tn = tidak nyata Fhitung = 1289,117 n = 30 Analisis fungsi produksi tersebut memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) tinggi yaitu 1,000 menunjukkan bahwa sekitar 100,00 persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independent, sedangkan F hitung sebesar 1289,117 artinya secara bersamaan faktor-faktor dari variabel independen yang diikutsertakan dalam model mempengaruhi variabel dependent. Berdasarkan hasil analisa ada dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu luas lahan dan jumlah bibit sedangkan faktor tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata. Untuk lebih jelasnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap produksi kelapa sawit dapat di interprestasikan sebagai berikut : Luas lahan ( X1 ) Faktor produksi ini berpengaruh nyata terhadap produksi dengan koefisien regresi produksi sebesar 17,249 berarti penambahan satu persen input luas lahan dan meningkatkan produksi sebesar 1724,5 persen, karena elastisitasnya lebih dari satu dari segi efesiensi terlihat bahwa tingkat penggunaan lahan pada usahatani kelapa sawit yang berarti dengan penambahan faktor tersebut akan meningkatkan produksi.

Septianita, Hal; 78 - 85

82

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

Tenaga Kerja ( X2 ) Koefisien regresi dari faktor produksi ini sebesar -0,003 berarti penambahan satu persen input tenaga kerja akan menurunkan produksi sebesar 0,3 persen. Faktor produksi ini berpengaruh tidak nyata terhadap produksi. Jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu namun lebih dari nol (0<EP<1) yang berarti penggunaan faktor produksi tenaga kerja sudah maksimal, sehingga dengan penambahan tenaga kerja malah menurunkan produksi. Bibit ( X3 ) Faktor produksi bibit berpengaruh sangat nyata terhadap produksi dengan koefisien regresi produksi sebesar 2,267 berarti penambahan satu persen bibit akan meningkatkan produksi sebesar 226,7 persen, jika ditinjau dari elastisitasnya lebih dari satu (0<EP<1) yang berarti penambahan bibit meningkatkan produksi sebesar 226,7 persen maka asumsi pengunaan faktor produksi bibit perlu ditambah dalam upaya peningkatan hasil produksi. Pupuk Urea ( X4 ) Faktor produksi ini berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit dengan koefisien regresi produksi sebesar -0,002 berarti penambahan satu persen pupuk urea akan menaikkan produksi sebesar 0,2 persen jika ditinjau dari elastisitasnya kurang dari satu namun lebih dari nol yang berarti dengan penambahan faktor produksi pupuk akan berpengaruh dalam meningkatkan produksi. Herbisida ( X5 ) Koefisien regresi dari faktor produksi herbisida sebesar -0,001 berarti penambahan satu persen input herbisida akan menurunkan produksi sebesar 0,1 persen. Faktor produksi ini berpengaruh tidak nyata terhadap produksi, Penggunaan herbisida sangat tidak terlalu penting dalam peningkatan produksi kelapa sawit D. Tingkat Keuntungan dan kontribusi Usahatani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Makartitama diketahui rata-rata produksi usahatani kelapa sawit petani contoh adalah 1498,83 Kg per hektar, pada masa panen pertama kali atau 17.985,94 Kg dalam setahun /ha dan ini berarti setiap petani contoh rata-rata mendapatkan hasil produksi dalam setiap bulannya mendapat lebih kurang 1.498,83 kg. Ratarata penerimaan pada petani contoh adalah pada panen pertama Rp 2.740.000, dalam tiap satu hektar, dan ini berarti penerimaan rata-rata setiap petani contoh dalam produksi tahun pertama mendapat penerimaan sebesar Rp 9.892.266,67 atau setiap bulannya Rp 824.335,56 dengan harga jual Rp 550/ Kg. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani contoh pada usahatani kelapa sawit terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat besarnya Rp.331.825,- sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya penggunaan benih, pupuk, pestisida, dan upah untuk membayar tenaga kerja sebesar Rp.1.842.100. Total biaya biaya produksi Rp. 2.173.925. Pendapatan usahatani kelapa sawit adalah selisih antara penerimaan dan biaya total produksi yang digunakan. Pendapatan petani contoh usahatani kelapa sawit di desa
Septianita, Hal; 78 - 85 83

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

Makartitama perhektar sebesar Rp.7.718.341,66. Sedangkan pendapatan total bersih yang diterima petani adalah pendapatan bersih dikurangi dengan biaya hidup sehari-hari Rp.3.001.000 selama masa proses produksi sebesar Rp.4.717.341,66. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pendapatan Petani Contoh Usahatani Kelapa Sawit di Desa Makartitama Perhektar Pertahun, 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 Uraian Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Biaya Hidup sehari-hari(Rp/th) Pendapatan bersih Jumlah (Rp/th) 17.985,94 kg Rp 550,00,Rp 9.892.266,67,Rp 2.173.925,00,Rp 7.718.341,66,Rp 3.001.000,00,Rp 4.717.341,66,-

Besarnya kontribusi pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 per tahun atau sebesar 76,89 persen, sedangkan sumbangan pendapatan petani dari usaha lain adalah sebesar Rp.1.245.183,33 per tahun atau sebesar 12,41 persen dan sumbangan pendapatan luar usahatani sebesar Rp.1.073.333,30 atau sebesar 30,69%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit di desa Makartitama memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga petani, dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga Petani Contoh di Desa Makartitama, 2007 No 1 2 3 Uraian Usahatani kelapa sawit Usahatani lain Luar usaha tani Pendapatan 7.718.341,66 1.245.183,33 1.073.333,3 10.036.858,29 Prosentase (%) 76,89 12,41 30,69 100 %

Berdasarkan perhitungan dari hasil penelitian dapat diketahui bawa nilai R/C sebesar Rp 4,55 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya produksi akan memberikan penerimaan sebesar Rp 4,55. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa usahatani kelapa sawit yang dilakukan oleh petani di Desa Makartitama menguntungkan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh dalam berusahatani hal ini akan mendorong/memotivasi petani untuk melakukan kegiatan usahatani tersebut.

Septianita, Hal; 78 - 85

84

AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009

ISSN: 1979 8245X

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan


Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor produksi luas lahan, bibit, berpengaruh sangat nyata terhadap produksi kelapa sawit. Faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit, dan; 2. Kontribusi pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 ha/th atau 76,89 persen. Pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 9.904.757,216 ini didapat dari pendapatan lain seperti berdagang, dan menanam tanaman yang lain misalnya sayuran. Usahatani kelapa sawit memberikan hasil yang nyata terhadap pendapatan keluarga dilihat dari hasil perhitungan dengan R/C. B. Saran 1. Untuk lebih meningkatkan hasil produksi kelapa sawit maka perlu meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk dan ditambah peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja petani kelapa sawit dalam mengusahakan usahatani agar lebih maksimal, dan; 2. Diharapkan adanya pembinaan dari pemerintah melalui penyuluh pertanian mengenai budidaya dan peningkatan hasil produksi usahatani kelapa sawit dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat petani khususnya petani kelapa sawit . DAFTAR PUSTAKA Fauzi, Yan. dkk.2002. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya Hadisapoetra. 1983. Biaya dan Pendapatan Dalam Usahatani. Yogyakarta: Departemen Tenaga Kerja. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Hernanto. 1983. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor: Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: CV. Rajawali. Pers Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Rajawali Pers

Septianita, Hal; 78 - 85

85

You might also like