You are on page 1of 21

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Program Studi Komputerisasi Akuntansi Disusu Oleh:
ADITHYA NUGRAHA (10.401.129) IHSAN ROSYANDY (10.401.105) JANAHOR SITUMORANG (10.401.137) RIZKY M.HAKIM (10.401.106) RISKA RISNAWATI (10401157) VIVI (11401082) ZAENAB H I (10401130)

POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG 2012

DAFTAR ISI
Lembar penilaian tugas.i Daftar isiii Kata Pengantar. iv BAB I PENDAHULUAN I.A. ....1 I.B. ..2 I.C. Tujuan. 3 BAB II PEMBAHASAN II.A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.4 II.A.1. Penyebab Kecelakaan...6 II.A.2. Faktor-faktor Kecelakaan...7 II.B. Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja 8 II.B.1. Aspek Hukum9 II.B.2. Perlindungan Tenaga Kerja9 II.B.3. Aspek Ekono..11 II.B.3.a. K3 dan Produktivitas.11 II.B.3.b. K3 dan Pengendalian Kerugian13 II.C. Kerugian Akibat Kecelakaan16 II.C.1. Kerugian Langsung16 II.C.2. Kerugian Tidak Langsung16 Permasalah.. LatarBelakang.....

STUDI KASUS18 BAB III PENUTUP III.A. Kesimpulan........20 III.B. Saran..20 DAFTAR PUSTAKA21

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA, dimana atas berkat dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah in dengan baik. Kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas kuliah untuk mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, disamping itu tujuan dari pembuatan makalah ini tidak lain adalah untuk menambah dan mendalami pengetahuan tentangKeselamatan dan Kesehatan Kerja. Sehubungan dengan maraknya peningkatan terjadinya kecelakaan yang terjadi akibat tidak ada K3. Maka dengan ini, kami mencoba untuk menjelaskan tentang mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui makalah ini. Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.Dukungan yang bersifat moril maupun materil.Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimaksih kepada ibu Widhi Handari Adji, DRA., M.M dalam hal ini sebagai dosen pengajar matakuliah, dan kepada setiap orang yang terlibat dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa dalam setiap kajian yang tersaji dalam makalah ini belum mencapai tahap kesempurnaan, untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari Saudara/saudari yang bersifat membangun, untuk lengkapi isi makalah ini, demi perbaikan kearah yang lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Bandung, Juni 2012 Penulis. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadiam untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahunnya. Kerugian materi akibat kecelakaan juga besar seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompesasi. Selama tahun 2007 kompensasi kecelakaan yang dikeluarkan Jamsostek mencapai Rp.165,95 milliar. Kerugian materi lainnya jauh lebih besar. Hasil survey World Economic Forum pada tahun 2006 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand dalam kaitan anatara daya saing dengan tingkat kecelakaan. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang

harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah apa manfaat jika K3 diberlakukan secara terstruktur dalam operasional perusahaan dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat-manfaat yang akan di peroleh bila mana K3 diberlakukan dalam suatu Perusahaan dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, sedangkan kesehatan kerja adalah keadaan atau kondisi social, lingkungan perusahaan yang sehat.(dalam buku MSDM, oleh Dr.Bennet N.B. Silalahi, MA dan rumondang B. Silalahi, MPH/1995) Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga

kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat,

meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

1. Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Secara umum penyebab kecelakaan afa dua, yaitu unsafe action (factor manusia) dan unsafe condition (factor lingkungan). Menurut penelitian bahw 80-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action (dalam buku, teknik keselamatan dan kesehatan kerja di Industri, oleh Anizar, 2009) a) Unsafe Action Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut; Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja, yaitu; Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah Cacat fisik Cacat sementara Kepekaan panca indra terhadap sesuatu Kurang pendidikan Kurang pengalaman Salah pengertian terhadap suatu perintah Kurang terampil

Salah mengertkan SOP (standar Operasional Procedure) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan Mejalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura Mengankut bebean yang berlebihan Bekerja berlebihan dan melebihi jam kerja. b) Unsafe Condition Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut; Peralatan yang sudah tidak layak pakai Ada api di tempat bahaya Pengamana gedung yang kurang standar Terpapar bising Terpapar radiasi Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan Kondisi suhu yang membahayakan Dalam keadaan pengamanan yang berlabihan Sistem peringantan yang berlebihan Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya

2. Faktor - faktor Kecelakaan Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen. Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.

B. Tujuan dan Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja diperlukan dan manfaat apa yang diperoleh dari program K3? Pertanyaan ini selalu menggugah dan menjadi faktor penentu keberhasilan program K3 dalam organisasi. Seringkali program K3 tidak

berjalan dan mengalami hambatan karena kurangnya pengertian dan pemahaman mengenai K3, baik dari pekerja, pengawas, pengusaha maupn pejabat pemerintah. Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran biaya yang sia-sia atau sekedar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3 asih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 besifat multi dimensi.karena itu manfaat dan tujuan K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hokum, perlindunngan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, social dan lainnya. B.1. Aspek Hukum Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundang-undangan dan memiliki landasam ukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya. Di Indonesia bayak perturan perundangan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa diantaranya; Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan Undang-undang No.8 tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen Undang-undang No.22 tentang Migas Undang-undang No.19 tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi Undang-undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Undang-undang No.30 tahun 2003 tentang Ketenagalistrikan

B.2. Perlindungan Tenaga Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakn asset organisasi yang sangat berharga dan merupakan unsure penting dalam proses produksi disamping unsure lainnya seperti material, mesin, dan lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina dan sikembangkan untuk meningkatkan produktivitasnya. Namun demikian, tenaga kerja sering kali berada pada posisi yang lemah baik secara struktural maupun ekonomi yang mendorong timbulnya gerkan moral untuk melindungi kaum pekerja. Perlindungan tenaga kerja ini menyangkut berbagai aspek seperti jaminan social, jam kerja, upah minimum, hak berserikat dan berkumpul dan yang tidak kalah pentingnya adalah perlindungan keselamatannya. Namun dalam

kenyataannya, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sering diabaikan, khususnya mereka yang cenderung mencari keuntungan semata. Jika pekerja celaka atau tidak mampu bekerja , tinggal mencari pengganti dengan pekerja baru. Karena itulah diperlukan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja telah bersifat universal. Berbagai Negara mengeluarkan aturan perundangan untuk melindungi

keselamatan tenaga kerjanya. Di Indonesia dikeluarkan UU No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja. Pada tahun yang sama di USA juga diberlakukan Occupational Health and Safety Act tahun 1970 dan membentuk lembaga OHSAS (Occupational Health and Safety Administration) yang menangani aspek K3 secara nasional.

Di tingkat global, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja juga mendapat perhatian ILO (International Labour Organization) melalui bebagai pedoman dan kovensi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi dan mengikuti berbagai standard dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja termasuk Sistem Manajemen K3.

B.3. Aspek Ekonomi Manfaat K3 dapat juga dilihat dari pendekatan ekonomi atau financial. Kecelakaan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang harus gulung tikar akibat kecelakaan, bencana atau dampak K3 lainnya yang terjadi dalam operasinya. Dampak ekonomi dari K3 dapat dilihat dari sisi produktivitas dan penendalian kerugian (Loss control) B.3.a. K3 dan Produktivitas Kecelakaan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Di dalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga pilar utama yaitu Kuantitas (quantity), Kualitas (quality), dan Keselamatan (safety). Produktivitas hanya dapat dicapai jika ketiga unsur produktivitas di atas berjalan secara seimbang. Setiap pekerjan, proses dan produk memiliki persyaratan kualitas (mutu) dan kuantitas yagng ditetapkan baik dalam spesifik teknis, ukuran, volume, kapasitas produksi atau waktu yang diperlukan. Sebagai conto seorang tukang bubut harus mampu menyelesaikan pembuatan baut

sebanyak 500 buah per hari dengan kualitas yang baik yang sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan. Produktivitas tidak tercapai jika pekerja tersebut hanya mengejar kalitas saja, tetapi kuantitas produksi tercapai atau sebaliknya. Namun faktor kualitas dan kuantitas saja belum mencukupi. Produktivias juga tidak akan tercapai jika dalam proses pembuatan baut terjadi kecelakaan atau kerusakan yang mengakibatkan kualitas menurun dan kapasitas produksi tidak tercapai. Pekerjaan harus dilakukan dengan aman tanpa adanya kecelakaan, pemborosan, dan kerusakan

sarana produksi.

Kesela matan

Produktifitas

Kualitas

Kuantitas

Gambar: Segitiga produktivitas dan K3 Konsep di atas tercermin dalam sistem manajemen mutu yang mencakup 6 unsur yaitu; 1. Kualias produk (quality of product) 2. Kualitas penyerahan (quality of delivery)

3. Kualitas biaya (quality of cost) 4. Kualitas pelayanan (quality of service) 5. Kualitas moral (quality of morale) 6. Kualitas K3 (quality of safety) Dari elemen mutu diatas, terlihat bahwa tanpa upaya K3 yang baik maka proses proses pencapaian mutu tidak akan tercapai. Keselamatan dan kesehatan kerja berperan menjamin keamana proses produksi sehingga proses produktivitasnya dapat tercapai. B.3.b. K3 dan Pengedalian Kerugian Aspek K3 juga berkaitan dengan pengendalian kerugian. K3 ukan hanya mengangkut kecelakaan atau cedera pada manusia, tetapi mengangkut sarana produksi dan asset perusahaan. Setiap kecelakaan baik cedera pada manusia, kebakaran dan kerusakan material dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi. Banyak kecelakaan yang tidak mengakibatkan korban manusia, tatapi hanya berupa kerusakan sarana produksi yang disebut non injury incident atau demage accident. Karena itu, sala satu objektif K3 adalah untuk mencegah dan mengendalikan kerugian atau sering disebut loss control management. Kerugian finansial akibat kerusakan ini jauh lebih besar

dibandingkan kerugian akibat cedera pada manusia. Menurut penelitian Frank Bird dalam bukunya loss control Management, untuk setiap 1 (satu) kali kecelakaan yang mengakibatkan meninggal, akan terjadi lebih

dari 30 kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan yang tidak berakibat cedera pada manusia. Kejadian seperti ini sangat banyak kita temukan di tempat kerja, misalnya tagga yang patah, pipa bocor, lampu meledak, pompa rusak dan lainnya. Semua kejadian ini menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi perusahaan yang akan menggoroti keuntungan. Dalam kondisi bisnis yang penuh dengan persaingan, setiap kerugian akan berakibat fatal terhadap kelangsungan organisasi. Seorang pakar Manajemen Peter Drucker mengemukakan bahwa The first duty of business is to survive, and the guiding principle of the business economics is not maximization of profit-it is avoidance of loss. Tantangan bisnis yang semakin berat, persaingan yang semakin ketat, menuntut setiap pengusaha meningkatkan daya saing melalui sfisiensi dimana salah satu kuncinya adalah mencegah kerugian (loss) akibat pemborosan, kecelakaan dan kerugian lainnya. Perusahaan tidak dapat lagi beorientasi meningkatkan keuntungan dengan menaikkan harga jual karena akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Satu-satunya pilihan untuk tetap survive adalah mencegah pemborosan agar perusahaan dapat terus bertahan. Contoh, Ada seorang pedagang telur yang setiap hari dapat menjual 100 butir telur dengan harga Rp.1000/butir. Telur tersebut dibeli dari pemasok dengan harga Rp.800/butir. Dengan demikian harga jual sebesar Rp.100.000 dan keuntungan sebesar Rp.20.000.

Pedagang telur ini kurang peduli dengan keselamatan sehingga dalam kegiatannya sering terjadi kecelakaan. Suatu saat keranjang telur terjatuh sehingga telur pecah sebanyak 20 butir. Harga penjualan dari sisa telur menjadi Rp.80.000, sama dengan modal yang dikeluarkan. Si pedagang kehilangan peluang untuk memperoleh keuntungan dalam usahanya. Bagaimana supaya usaha dapat terus berlanjut? Pedagang ini memiliki dua pilihan yaitu menaikka harga jual menjadi Rp.1.100/butir atau menjual lebih banyak untuk menutup kerugian akibat telur pecah. Menurut Peter Drucker, kedua pilihan itu sama tidak baiknya. Menjual dengan harga lebih tinggi mengakibatkan dagangan tidak laku dan pelanggan pindah ke pedagang lain. Menjual lebih banyak juga bukan pilahan baik karena memerlukan upaya dan usaha lebih besar. Oleh karena itu, strategi terbaik untuk tetap bertahan adalah mencegah agar telur tidak pecah artinya menjalankan K3 dengan baik.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. B. Saran Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo. Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985 -------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia . [s.]:Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.

You might also like