You are on page 1of 23

BAB II ?????????????????????

A. Pengertian DIC (.................)merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi.

B. Penyebab Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC pun dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. (1,4,5,) 1. DIC akut: Infeksi: - bakteri (gram negatif, gram positif, ricketsia) virus (HIV, varicella, CMV (????), hepatitis, virus dengue) fungal (histoplasma) parasit (malaria) Keganasan : - Hematologi (AML???????) Metastase (mucin secreting adenocarcinoma) Trauma kepala berat: aktivasi tromboplastin jaringan. Kebakaran Reaksi Hemolitik???????

Reaksi?????? Penyakit hati - Acute hepatic failure

2. DIC kronik: Keganasan : rumor solid?????, lekemi, Obstetri : intrauterin fetal death (IUFD), abrasio plasenta Hematologi : sindrom mieloproliferati Vaskular: rematoid artritis, penyakit raynaud????? Cardiovascular - infark miokard Inflamasi; ulcerative colitis?????, penyakit crohn????, sarcoidosis?????

3. Manifestasi Klinis DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Manifestasi yang sering dilihat pada DIC antara lain:1,2,5, a. Sirkulasi Dapat terjadi syok hemoragi b. Susunan saraf pusat Penurunan kesadaran dari yang ringan sampai koma Perdarahan Intrakranial

c. Sistem Kardiovaskular Hipotensi Takikardi Kolapsnya pembuluh darah perifer

d. Sistem Respirasi Pada keadaan DIC yang berat dapat mengakibatkan gagal napas ang dapat menyebabkan kematian. e. Sistem Gastrointestinal Hematemesis Hematochezia

f. Sistem Genitourinaria Hematuria Oliguria

C. Patofisiologi

Metrorrhagia Perdarahan uterus

g. Sistem Dermatologi Petechiae Jaundice (akibat disfungsi hati atau hemolysis)Purpura Bulae hemoragik?????? Acral sianosis Nekrosis kulit pada ekstrimitas bawah (purpura fulminans) Infark lokal / gangren Hematom dan mudah terjadinya perdarahan pada tempat luka Thrombos

D. PENGELOLAAN DIC Pengelolaan yang benar pada penderita DIC masih kontroversial dan belum ada keseragaman. Hal ini disebabkan sangat sukar untuk melakukan percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi beragam dan

beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan melakukan pengelolaan penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan mengatasi penyakit dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan. Dalam mengelola penderita DIC ada 2 prinsip yang harus diperhatikan yaitu : 1. Khusus pengobatan individu : mengatasi keadaan yang khusus dan yang mengancam jiwa. Pengobatan baru didasarkan etiologi DIC, umur, keadaan hemodinamik, tempat dan beratnya perdarahan, tempat dan beratnya thrombus dan gejala klinis yang ada hubungannya. 2. Umum : a. Mengobati atau menghilangkan proses pencetus. Dengan mengobati faktor pencetus proses DIC dapat dikurangi atau berhenti. Mengatasi syok dan mcngembalikan volume dapat menghentikan proses DIC b. Menghentikan proses patologis pembekuan intravascular (proses koagulasi). Dapat dengan melakukan pemberian antikoagulan seperti heparin, AT III dan obat seperti hirudin rekombinan dan gabexate. c. Terapi komponen atau substitusi. Dapat dilakukan pemberian plasma beku segar atau kriopresipitat. Bila trombosit turun sampai kurang dari 25.000, pemberian trombosit konsentrat perlu diberikan. d. Menghentikan sisa fibrinolisis. Anti fibrinolisis hanya diberikan bila jelas trombosis tidak ada dan fibrinolisis yang sangat nyata. Anti fibrinolisis tidak diberikan bila DIC masih berlangsung dan merupakan kontraindikasi. Djayadiman Gatot memberikan pedoman penanganan DIC sebagai berikut : 1. Mengobati penyakit yang mendasari seperti: a. Memperbaiki perfusi b. Mengatasi hipoksia c. Mengatasi iskemia d. Menjaga keseimbangan asam basa 2. Mengganti faktor koagulasi yang berkurang. a. Penambahan faktor koagulasi: FFP, kriopresipitat b. Transfusi suspensi trombosit c. Transfusi sel darah merah 3. Pemberian anti koagulan (heparinisasi)

a. Bila langkah 1 dan 2 belum berhasil b. Bertujuan mencegah tromboemboli c. Dihentikan bila ada perbaikan klinis, peningkatan trombosit, fibrinogen dan AT III serta penurunan FDP d. Dosis : Bolus 100 U/kg beratbadan, dilanjutkan dengan 10-15 U/kg berat badan/jam infuse kontinyu 4. Pemberian inhibitor koagulasi a. AT III : 100 U/KgBB selama 3 jam, dilanjutkan dengan 100 U/KgBB/hari perinfus. b. Protein C dan Protein S 5. Pemberian anti fibrinotik a. Dipertimbangkan bila ada plasmin b. Penurunan 2 antiplasmin 6. Pengobatan alternative a. Penggunaan gabaxate mesylate yang merupakan inhibitor sintesis berbagai protease serin pada koagulasi, fibrinolisis, system komplemen dan kinin serta menekan produksi tromboxane A2. Dosis 1-2 mg/KgBB/jam selama 14 hari. b. Untuk DIC yang disebabkan oleh sepsis dapat ditambahkan recombinant human activated protein C. Agen ini menghambat Faktor V dan VIIIa serta menghambat plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) 7. Pengobatan DIC pada Neonatus Pada dasarnya sama yaitu: a. Mengobati penyakit dasarnya b. Pengobatan suportif yang agresif c. Menganti komponen plasma d. Pemberian antikoagulan 8. Perawatan umum DIC pada neonatus: a. Berikan obat secara IV atau oral b. Sesedikit mungkin memberikan suntikan c. Hindari prosedur yang invasif untuk mencegah trauma atau perdarahan d. Berikan Vitamin K sejak awal ada tanda koagulapati. e. Awasi kemungkinan perdarahan f. Transfusi Tukar

1) Perlu

dipertimbangkan

bila

perdarahan

berlanjut

dan

kelainan

laboratorium masih menetap. 2) Dipakai darah lengkap segar dengan heparin dapat memberikan faktor pembekuan, AT III, Trombosit serta sel darah merah dewasa. 3) Menghindari kelebihan cairan 4) Membuang FDP, Toksin, bahan tromboplastik 5) Dapat diulangi setelah 24 jam. E. PENATALAKSANAAN 1. Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC 2. Pemberian heparin . heparin diberikan 200 u/kgBB iv tiap 4-6 jam.kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah 24-48 jam sesudah mencapai keadaan normal 3. Terapi pengganti . darah atau PRC diberikan untuk mengganti darah yang keluar. 4. obat penghambat fibrinolitik F. Komplikasi 1. Syok 2. Mekrosis tubular akut 3. Edema Pulmonal 4. Gagal ginjal kronis 5. Komvlusi 6. gagal sistem organ besar G. Pemeriksaan Diagnostik Spesifik DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa. Tidak ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat. Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk: D-dimer Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih tinggi dibanding dengan keadaan normal. Prothrimbin Time (PTT) Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor

pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC. Fibrinogen Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah. Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi. Complete Blood Count (CBC) CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk menegakkan diagnose. Hapusan Darah Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC. Skor Tes Pembekuan Scoring system untuk DIC diajukan oleh ISTH (International Society on thrombosis and Hemostasis) Skor atau Skala Jumlah Platelet (x109/L) PT (detik) <3 >3 but <6 <1 Meningkat sedang Peningkatan yang tajam 6 0 >100 1 <100 2 <50 3

Fibrinogen(g/L) >1 Fibrin-related markers* (meningkat) TOTAL Tidak meningkat

Jika 5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC tes diulang 1-2 hari setelah tes pertama dilakukan.

*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan

untuk tes spesifik. (diadaptasi dari Franchini, et al., 2006, 6)

PATOFISIOLOGI/PATHOFLOW, KOMPLIKASI, PEMERIKSAAN PENUNJANG N DIAGNOSTIK....... SELESAIKAN..... ASKEP GADAR DIC?????

BAB III Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1 Adanya faktor-faktor predisposisi: Septicemia (penyebab paling umum) Komplikasi obstetric SPSD (sindrom distress pernafasan dewasa) Luka bakar berat dan luas Neoplasia

Gigitan ular Penyakit hepar Beda kardiopulmonal Trauma

2 Pemeriksaan fisik: Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif a. kulit dan mukosa membrane Perembesan difusi darah atau plasma

Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen Bula hemoragi Hemoragi subkutan Hematoma Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak kebiruan, abu abu, atau ungu gelap ) b. sistem GI Mual dan muntah Uji guayak ositif pada emesis atau aspirasi Nasogastrik dan feses Nyeri hebat pada abdomen Peningkatan lingkar abdomen c. sistem ginjal Hematuria Oliguria d. sistem pernafasan Dispnea Takipnea Sputum mengandung darah e. sistem kardiovaskuler Hipotensi meningkat dan postural Frekuensi jantung meningkat Nadi perifer tidak teraba f. sistem saraf perifer Perubahan tingkat kesadaran

Gelisah Ketidaksadaran vasomotor g. sistem muskuloskeletal Nyeri : otot,sendi,punggung Perdarahan sampai hemoragi Insisi operasi Uterus post partum Fundus mata perubahan visual Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik atau dada, dll. 3 Kerusakan perfusi jaringan a. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala b. Ginjal : penurunan pengeluaran urin c. Paru : dispnea dan orthopnea d. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada lengan perifer dan kaki ) B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan adanya pembekuan darah. 3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan 4. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan. 6. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita 7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi 8. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang dirasakan. C. Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder.

Hasil yang diharapkan: a. b. c. d. No 1. Menunjukan tidak ada manifestasi syok Menunjukan pasien tetap sadar dan berorientasi Menunjukan tidak ada lagi perdarahan Menunjukan nilai-nilai laboraturium normal Rasional mengidentifikasi kemajuan

Intervensi

Pantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda Untuk vital, dan perubahan sisi baru dan potensial.

indikasi-indikasi atau penyimpangan.

2.

Mulai kewaspadaan pendarahan a. Kewaspadaan apabila ada resiko terhadap (jumlah trobosit kurang dari

Untuk potensial lanjut.

meminimalkan perdarahan lebih

perdarahan

50.000/CU mm23) 1. Tempatkan tanda kewaspadaan perdarahan

di atas tempat tidur klien, sehingga petugas perawatan kesehatan lainnya mengetahui adanya kewaspadaan terhadap perdarahan. 2. 3. 4. Pertahanan semua sisi fungsi selama 5 menit. Pantau hasil pemeriksaan koagulasi. Berikan transfuse darah seperti yang diminta

dan sesuai dengan penatalaksanaan medis. 5. Instruksikan klien untuk menhindari

aktivitas fisik berlebih. 6. Tes gualak untuk semua feses dan muntahan

terhadap darah.

7. 8.

Inspeksi urine terhadap heaturia nyata. Periksa warna dan konsistensi feses. Feses

hitam seperti menunjukkan perdarahan GIT. 9. Inspeksi kulit, rongga oral dan konjungtiva

setiap hari dan catat luasnya ptekiacdan memar bila ada. 10. Gunakan pencukur jenggot listrik sebagai pengganti pisau cukur. 11. Gunakan sikat gigi berbulu halus untuk menyikat gigi. 12. Hindari pengukuran suhu rektal dan tindakan enema. 13. Hindari aspirin dan berbagai produk yang mengandung aspirin. 14. Instruksikan klien untuk berjalan dengan menggunakan alas kaki. 15. Selama menstruasi, catat jumlah pembalut yang digunakan. b. Kewaspadaan bila ada resiko terhadap

hemoragi spontan (jumlah trombosit kurang dari 20.000/CU mm23). 1. Tempatkan tanda kewasfdaan perdarahan

di atas tempat tidur klien, sehingga petugas perawatan kesehatan lainnya mengetahui adanya kewaspadaan terhadap perdarahan. 2. Berikan pelunak feses (bila tes Guaiak

negative).

3.

Instruksikan

klien

untuk

menghindari

meniup tau batuk keras. 4. Pertahankan tirah baring klien untuk

menghindari trauma yang tidak diinginkan. 5. Pertahankan posisi kepala, tempat tidur

ditinggikan untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan resiko terjadinya hemoragi intrakranial. 6. Pantau tanda vital, warna kulit dan suhu,

nadi pedalis, status mental, dan bunyi paru setiap 4 jam. 7. Setiap 2-4 jam, anjurkan klien membalik

badan, napas dalam dan latihan gerak perlahan. 8. Gunakan kumur perawatan mulut, sebagai

pengganti sikat gigi. 9. Hindari penggunaan pencuci mulut

komersial. Gunakan larutan salin atau campuran natrium bikarbonat dan hydrogen peroksida. Pertahankan pelumas atau pelembab kulit dengan lotion.

2.

Diagnosa keperawatan

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan adanya pembekuan darah. Hasil yang diharapkan : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi No. Intervensi Rasional

1. 2. 3. 4.

Posisikan klien agar ventilasi udara efektif. Berikan oksigen dan pantau responnya. Lakukan pengkajian pernapasan dengan sering. Kurangi kebutuhan oksigen dengan menurangi aktivitas yang berlebih.

Untuk oksigenasi

meningkatkan yang adekuat

antara kebutuhan dan suplai.

5.

Kendalikan stimulus dari lingkungan.

3.

Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan Hasil yang diharapkan :

Rasa nyeri yang dialami klien berkurang No. 1. Intervensi Rasional tingkat nyeri

Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri, gunakan Mengetahui skala tingkat nyeri. klien untuk

mengetahui

tindakan selanjutan. 2. Baringkan klien pada posisi yang nyaman, berikan penyangga bantal untuk mencegah tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu. 3. Bantu memberikan perawatan ketika klien

mengalami perdarahan hebat atau rasa tidak nyaman. 4. 5. Pertahankan lingkungan yang nyaman. Berikan waktu istirahat yang cukup, buat jadwal aktivitas dan pemeriksaan diagnostik, bila

memungkinkan, sesuaikan dengan toleransi klien.

6.

Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti musik, imajinasi atau distraksi lainnya.

7.

Berikan analgesik sesuai order dokter dan kaji keefktifannya.

4.

Diagnosa keperawatan Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan

tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi. Kriteria Hasil Interfensi Keperawatan Kaji tanda-tanda vital setiap 1 jam. Kaji dan pantau jantung terhadap

Mempertahankan status nemodinamik yang 1. adekuat. 2.

frekuensi dan irama jantung. 3. Evaluasi pengeluaran urin setiap

jam (jumlah dan berat jenis). 4. 5. Kaji bunyi napas setiap 1 jam. Kaji kualitas dan keberadaan nadi

perifer setiap 4 jam. 6. Pertahankan masukan dan

pengeluaran yang akurat. 7. 8. Berikan cairan IV, sesuai intruksi. Berikan produk-produk darah sesuai

intruksi. 9. Evaluasi nilai-nilai hasil

laboraturium Hb, Ht, Na, K, Cl, PT, PTT, jumlah platelet produk solit fibri,

fibrinogen dan masa pembekuan.

10. Pertahankan tirah baring.

5.

Diagnosa keperawtan Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan

syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan. Kriteria Hasil Interfensi Keperawatan Kaji semua permuakaan kulit setiap

Kulit akan tetap utuh, tanpa ada bagian yang 1. mengalami memar atau lecet.

4 jam. 2. Angkat, periksa, dan gantikan semua

balutan yang menekan, setiap 4-8 jam sesuai intruksi. 3. 4. 5. Atur posisi pasien setiap 2 jam. Evaluasi semua keluhan-keluhan. Periksa jumlah SDP terhadap

potensi inveksi. 6. Beri obat sesuai intruksi, untuk

member rasa nyaman. 7. Hindari fungsi berlebihan untuk pemeriksaan laboraturium,

keperluan

gunakan aliran arterial atau akses IV pada pembuluh besar untuk pengambilan darah. 8. Gunakan bantalan restrain yang

empuk jika diperlukan. 9. Untuk keamanan, bantu semua

gerakan untuk turun dari tempat tidur. 10. Lakukan hygiene oral tiap 4 jam.

11. Kaji semua orificium terhadap adanya hemoragi atau memar.

6.

Diagnosa keperawatan Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa

aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita Hasil yang diharapkan : Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya. No. 1. Intervensi Keperawatan Mandiri Catat petunjuk perilaku, misalnya gelisah, peka rangsang, kurang kontak mata, perilaku Rasional Indikator derajat ansietas/stress misalnya pasien merasa tidak dapat terkontrol di rmah, kerja atau masalah. Stress dapat

menarik perhatian.

gangguan fisik juga reaksi lain.

2.

Dorong menyatakan perasaan, beri umpan Membuat hubungan terapeutik, balik. membantu mengidentifikasi stress. klien penyebab

3.

Akui bahwa masalah ansietas dan masalah Validasi bahwa perasaan normal mirip dengan diekspresikan orang lain, dapat membantu menurunkan stress. klien dalam

tingkatkan perhatian mendengarkan klien. 4.

Berikan informasi yang adekuat dan nyata Keterlibatan tentang apa yang akan dilakukan, misalnya perencanaan

keperawatan

tirah baring, pembatasan masukan per oral dan memberikan rasa control dan prosedur tindakan yang lain. 5. Berikan lingkungan yang tenang membantu menurunkan ansietas. untuk Memindahkan klien dari stress

istirahat.

luar, meningkatkan relaksasi, dan membantu menurunkan

ansietas. 6. Dorong klien atau orang terdekat untuk Tindakan menyakan perhatian. membantu meringankan dukungan klien energi dapat untuk untuk

dituangkan pada penyembuhan. 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku Perilaku yang berhasil dapat koping yang dilakukan pada masa lalu. dikuatkan pada penerimaan

masalah atau stress saat ini, meningkatkan rasa kontrol diri klien. 8. Bantu klien belajar mekanisme koping paru, Belajar cara untuk mengatasi misalnya teknik mengatasi stress dan masalah dapat membantu dalam menurunkan stress,

keterampilan berorganisasi.

meningkatkan kontrol penyakit. 9. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi sedatif, misalnya Dapat barbiturat, agen antiansientas dan diazepam. digunakan ansietas untuk dan

menurunkan

memudahkan istirahat. 10. Rujuk pada perawat spesialis, pelayanan sosial Dibutuhkan atau penaasehat agama. meningkatkan eksaserbasi. bantuan kontrol untuk dan

7.

Diagnosa keperawatan

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi Hasil yang diharapkan Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.

Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik. No. 1. Intervensi Keperawatan Rasional

Gunakan pendekatan yang tenang dan Penjelasan yang jelas dan sederhana dapat menenangkan klien sewktu memberi dan menggunakan istilah-istilah noninformasi. Beri dorongan untuk bertanya. medis atau umum dapat mengurangi tingkat kecemasan dan rasa bingung klien. Rasa ansietas tersebut dapat mengganggu kegiatan belajar dari persepsi klien.

2.

Jelaskan mengenai gambaran singkat tes, Penjelasan

tentang

apa

yang

tujuan tes, persiapan tes, dan perawatan diharapkan membantu mengurangi setelah tes. ansietas.

8.

Diagnosa keperawatan

Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang dirasakan Hasil yang diharapkan : Peningkatan partisipasi klien dalam perawtan dirinya. Perubahan gaya hidup. No. 1. Intervensi Keperwatan Biarkan klien dan oreng Rasional terdekat Mempermudah penyelesaian

mengungkapkan perasaannya.

masalah dan memungkinkan perawat mengidentifikasi fase kesedihan klien.

2.

Hindari pemberian informasi yang bertubi-tubi Interaksi

terapi

dapat

selama fase awal proses berduka. Jawab membantu perubahan individu pertanyaan khusus. Masukan informasi saat klien untuk menerima informasi

menunjukan kesiapan mempelajari perawatan berlebihan.

diri. 3. Beri nomor telepon orang yang bias dimintai Sistem pendukung kuat dapat dukungan oleh klien dan kleuarga saat pulang. seperti keluarga penting untuk Ingatkan klien untuk melihat dirinya dengan kemajuan klien dalam proses pandangan yang berbeda. Katakana pada klien berduka. bahwa ia harus menerima keadaannya sekarang. 4. Berikan penghargaan untuk mengekspresikan Dukungan komunitas penting perasaan. Arahkan klien pada kelompok untuk meningkatkan kemajuan ke atah penerimaan.

pendukung komunitas sesuai indikasi. 5.

Pertahankan keluarga mendapatkan informasi Membantu klien menyatukan tentang kemajuan klien.Libatkan keluarga secara kembali citra tubuh yang baru. sering dalam perawatan klien.

6.

Bila

memungkinkan,

biarkan

klien

untuk Meningkatkan kontrol diri.

menentukan pilihan dalam penawaran diri atau perawatan higiene rutin. 7. Bantu klien memandang penyakit kronis atau Janji palsu menghambat untuk

perubahan citra tubuh sebagai tantangan untuk kebutuhan pertumbuhan mungkin. daripada Gunakan situasi istilah yang

individu

tidak mengungkapkan perasaan.

tantangan

pertumbuhan sebagai ganti kecacatan. Bila ada penyakit terminal,tekankan bahwa penelitian untuk pengobatan masih terus berlanjut dan hindari janji palsu. 8. Lakukan rujukan psikiatrik sesuai peklaksanaan Bantuan profesional mungkin bila perlu. perlu untuk membantu klien yang maladaptive, misalnya menyangkal jangka panjang, menarik diri dari sosial dan regresi. Diagnosa banding yang harus diperhatikan :

Kekurangan vitamin K Fibrinolisis sekunder Hemofili 3.5 EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota im kesehatan lainnya Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien: Tidak ada manifestasi syok Pasien tetap sadar dan berorirentasi Tidak ada lagi perdarahan Nilai-nilai laboraturium normal Klien tidak merasa sesak lagi Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang Kebutuhan volume cairan terpenuhi Integritas kulit terjaga Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat

ditangani. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.

Gaya hidup klien berubah.

You might also like