You are on page 1of 18

Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

Kesehatan umum Tingkat pendidikan Keturunan (herediter) Lingkungan Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri j. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit. k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk. l. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu. 3. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970) Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang menuntut perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan.

Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta kesadaran akan banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan seperti ketika mereka muda dulu. Gejala depresi cukup kerap terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu kewajaran. Para manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah penyakit yang tak bisa disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk bunuh diri bahkan bisa tebersit di benak mereka. Yang Berubah di Usia Senja a. Penurunan daya ingat

Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti akan mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun, namun belum signifikan. "Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya. Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala umum demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali. b. Agorafobia

Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah. c. Takut terhadap kematian

Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering dialami lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur, berkeringat, mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis. Si penderita mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu rasa takut, seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman teman atau orang yang dicintai. d. Keinginan mudah berubah

Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi, mereka bisa merasa sedih atau marah.

e.

Sensitif dan kekanak-kanakan

Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan lainnya serta perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada emosi. Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental. Karena penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin dimanja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news center Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144 orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams dan The Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola nafas. Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam jurnal yang bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience. a. Penyakit fisik

Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang tidak sesehat sewaktu ia muda dulu, bisa jadi mereka tengah mengidap penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat mereka merasa tertekan. Ditambah otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal lagi seperti sebelumnya. Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami depresi. b. Isolasi sosial dan rasa kesepian

Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak mereka tumbuh besar dan sudah memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain bersama keluarganya. Belum lagi hubungan dengan teman sesama. Kurang optimalnya fungsi fisik membuat mereka juga menjauh dari lingkungan sosial karena tak lagi bisa berpartisipasi aktif di kalangan masyarakat setempat. Rasa kesepian juga semakin mendera ketika teman-teman terdekat atau pasangan hidup sudah lebih dulu meninggal. berbagai sumber/arm/R-4 ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL (Alam Perasaan & Konsep Diri) Tujuan : Menjelaskan perubahan-perubahan psikososial yang menyertai proses menua Menyebutkan masalah yang timbul sebagai konsekuensi perubahan psikososial Mengidentifikasi & menyusun rencana intervensi sebagai implikasi keperawatan terhadap masalah yang timbul. Perubahan Psikososial Lansia

Pensiun Identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan Sadar akan kematian Kehilangan hubungan dengan teman-teman & famili Penyakit kronis & ketidakmampuan Perubahan terhadap gambaran diri, konsep diri Kesepian (loneliness) Masalah Psikososial Lansia Aspek Sosial Lansia : Sikap, nilai, keyakinan terhadap lansia, label/stigma, perubahan sosial Ketergantungan : Penurunan fungsi, penyakit fisik Gangguan konsep diri Gangguan alam perasaan : Depresi Faktor Resiko Masalah Psikososial Lansia Sumber finansial yang kurang Tipe kepribadian : manajemen stress Kejadian yang tidak terduga Jumlah kejadian pada waktu yang berdekatan Dukungan sosial kurang PENGERTIAN KONSEP DIRI Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual (Beck, William dan Rawlin,1986) Konsep diri tidak langsung ada begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu. Konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. Konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Gangguan Konsep diri : Kekacaua individu dalam melihat citra tubuh, penampilan peran atau

identitas personal.

KOMPONEN KONSEP DIRI 1. Gambaran diri / Citra Tubuh ( Body Image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Gangguan Gambaran Diri : Perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan bentuk, ukuran, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Perubahan fisik terkait usia, efek penyakit

2. Ideal Diri. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu ( Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita - cita, nilai - nilai yang ingin di capai .

Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : 1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. 4. Kebutuhan yang realistis. 5. Keinginan untuk menghindari kegagalan. 6. Perasaan cemas dan rendah diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Kelliat, 1992 ).

Gangguan Ideal diri : Ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, dan tidak realistis

3. Harga Diri (Self Esteem) Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,1991). Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Gangguan Harga diri : Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,

4. Peran. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992). Gangguan Peran : Berubah atau berhentinya fungsi peran disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Muncul tatkala perubahan tidak diterima individu. Faktor yang mempengaruhi : peran berlebihan, citra tubuh, perubahan fisik, faktor sosial.

5. Identitas Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sundeen, 1991)

Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang, seperti : 1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain. 2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya 3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis 4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya 5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang 6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan direalisasikan (Meler dikutip Stuart and Sundeen, 1991) Gangguan Identitas : kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

MASALAH KEPERAWATAN Gangguan harga diri : harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri Resiko perilaku kekerasan Gangguan citra tubuh Gangguan identitas personal Perubahan penampilan peran Ketidakmampuan PRINSIP TINDAKAN Meningkatkan harga diri Memaksimalkan kemandirian : self care, ADL Meningkatkan kontrol diri : peran serta, pengambilan keputusan Menyediakan dukungan sosial RENCANA TINDAKAN Konseling individual Perawat berperan sebagai fasilitator untuk membantu klien Tripple S : Sabar, Simpatik, Service Fokus : - Terapi individual - Bantu individu mengidentifikasi kekuatan

- Penurunan harapan yang tidak realistis Pendekatan kelompok Tujuan : - Menguatkan integritas ego pada lansia - Penguatan kontak sosial bagi anggota kelompok - Meningkatnya perasaan sama terhadap perubahan menjadi tua - Meningkatkan ingatan masa lalu & kemampuan berempati terhadap annggota lain Intervensi Jaringan Tujuan : - Meningkatkan peran-peran yang tersedia bagi lansia termasuk identitas personal, harga diri & penampilan peran Modifikasi lingkungan Hindari penilaian negatif, beri pujian realistis Perluas kesadaran klien terhadap aspek positif yang dimiliki Beri kesempatan klien untuk berhasil Diskusikan harapan-harapan klien Tingkatkan interaksi sosial EVALUASI Dapat diukur melalui : - Perilaku merawat diri - Kontak mata - Postur - Pernyataan tentang diri

ALAM PERASAAN Adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan : gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania : Suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emocional yang mudah tersinggung dan terangsang. Depresi : Statu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ced dan berduka yang

berlebihan dan berkepanjangan Depresi pada lansia bukan merupakan patologi tunggal, biasanya multifactorial oleh karena stress lingkungan & penurunan kemampuan beradaptasi. Diagnosis Depresi menurut kriteria DSM-III R Jika terdapat 5/lebih gejala : Perasaan tertekan hampir sepanjang hari Secara nyata penurunan perhatian/keinginan untuk berbagai aktivitas/kesenangan BB turun/naik secara nyata Insomnia/hipersomnia Agitasi Rasa capai/lemah & hilangnya kekuatan Perasaan bersalah, tidak berharga Hilangnya kemampuan berfikir, konsentrasi atau membuat keputusan Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri Depresi pada lansia seringkali kurang/tidak terdiagnosa karena hal-hal sbb: Penyakiit fisik yang dideriat seringkali mengacaukan gambaran depresi, ex:mudah lelah, Penuruanan BB Lansia yang menutupi rasa sedihnya justru dengan menunjukkan bahwa dia lebih aktif Kecemasan, obsesional, histeria hipokondria yang merupakan gejala depresi justru sering menutupi depresinya Masalah sosial yang juga diderita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit. PENGKAJIAN Faktor predisposisi : Genetik (kembar monozigot), kehilangan, tipe kepribadian tertentu, penilaian negatif terhadaf diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan (keyakinan akan ketidakmampuannya ; tidak berupaya mengembangkan respon adaptif), kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan. Faktor presipitasi : berbagai penyakit fisik (faktor biologis), kehilangan (faktor psikologis) Perilaku & mekanisme koping : denial, supresi MASALAH KEPERAWATAN Berduka disfungsional Ketidakberdayaan Gangguan pola tidur Resiko terhadap cedera

Perubahan nutrisi Defisit perawatan diri Ansietas

TUJUAN & TINDAKAN Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif Tindakan : Lingkungan aman, cegah terjadinya kecelakaan Hubungan saling percaya prwt klien Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi intensitas masalah Ubah pikiran negatif identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan), bantu mengubah persepsi yang salah/negatif ; positif, beri pujian Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum. PERUBAHAN PSIKOLOGIS TERKAIT PROSES PENUAAN

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu : 1. 2. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative

3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari

kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain. 4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut a. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapiadanya kondisi patologis (tidak sehat) berganda, misalnya: tenaga berkurang,energi menurun, kulit keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.Secara umum kondisi fisik yang sudah memasuki masa lansia mengalamipenurunan secara berlipat ganda. Hal ini menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial, sehingga dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam hal ini, agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan fisik dengan kondisi psikologis maupun sosial, sehingga mau tidak mau, perluuntuk mengurangi kegiatan yang bersifat mem-forsir fisiknya. Seorang lansiaperlu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat,dan olah raga yang seimbang. b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kaliberhubungan dengan gangguan fisik, seperti: Gangguan jantung,Gangguan metabolisme (proses pencernaan energi kimiawi dalamtubuh), misalnya: Diabetes Mellitus.Vaginitis (peradangan pada saluran melahirkan) Baru selesai operasi: misalnya Prostatektomi (operasi prostat) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsumakan sangat berkurang Penggunaan obat-obat tertentu, seperti obat darah tinggi, golongansteroid (obat-obat penekan proses radang), dsb. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya Pasangan hidup telah meninggal Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. c. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: 1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak,tenang dan mantap sampai sangat tua. 2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi padadirinya. 3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupankeluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksamasehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi moratmarit. 5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

d.

Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karenapensiun sering diartikan sebagai kehilangan kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang pension lebih tergantung dari model kepribadiannya, seperti yang telah diuraikan di atas. Reaksitersebut, ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan, ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pension (pasrah). Masing-masing punya dampak, baik positif yaitu lebihmenentramkan, dan dampak negatif yang akan mengganggu kesehatan lansia.Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan perlubenar-benar diisi dengan kegiatan kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukanhanya dengan masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.Persiapan tersebut dengan berencana, terorganisasi, dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun, perlu dilakukan kajian untuk menentukanarah minatnya agar tetap memiliki kegiatan dan positif. Untuk merencanakan

kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa pensiun, dilakukan pelatihanyang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing denganberwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis danragam pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnyasehingga keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selamaditekuni, ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masatua, sehingga tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjaditidak berguna, menganggur, dan sebagainya. e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.Misalnya badan bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur,dan sebagainya akan menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegahdengan selalu mengajak mereka pada aktivitas, selama yang bersangkutanmasih sanggup, agar tidak merasa terasing. Karena jika keterasingan terjadiakan semakin menolak untuk berkomunikasi dan kadang-kadang terus munculperilaku regresi seperti mudah menangis, marahmarah, mengumpulkanbarang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menahan orang lainsehingga perilakunya seperti anak kecil.Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas, pada umumnyalansia yang tinggal bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangatberuntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudarabahkan kerabat umumnya ikut membantu mereka dengan penuh kesabarandan pengorbanan. Namun, bagi mereka yang tidak punya sanak saudarakarena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak ada karenasudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seperti terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk perawatan bagi lansia disamping sebagai long stay rehabilitation yang tanpa kehidupan bermasyarakat. Di sisi lain

perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dankehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada dalam masyarakat sebagai seorang lansia .

Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b. kesehatan umum c. Ttingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakitpenyakit. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka. 2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak. 3. Gangguan halusinasi. 4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi. 5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

http://es.scribd.com/doc/87653694/27/Perubahan-Pskiologi-Dan-Mental-Pada-Lansia

Pasted from <file:///C:\Users\user\Documents\PERUBAHAN%20PSIKOLOGIS%20PADA%20MASA%20 TUA.docx>

http://www.scribd.com/Ferry_Effendi_2707/d/86524107-gejala-tua http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/ PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA hasan kawaguchi 16.35

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut: a. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : 1. Gangguan jantung 2. Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus 3. Vaginitis 4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi 5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang 6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :


Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. Perubahan Aspek Psikososial

c.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: 1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. 2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. 3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. 5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya. e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

You might also like