You are on page 1of 8

STRES OKSIDATIF DAN PERAN ANTIOKSIDAN PADA PRIA INFERTIL PENDAHULUAN Dengan kohabitasi(kumpul kebo) biasa tanpa perlindungan

apapun jika wanita tifak hamil selama setidaknya periode satu tahun ditandai infertile. Hal ini didasarkan pada sebagian besar pasangan konsepsi yang normal mencapai konsepsi dalam waktu satu tahun dari sex biasa. Infertilisasi mempengaruhi sekitar 15% dari semua pasangan yang mencoba untuk hamil. Ini merupakan masalah klinik utama, mempengaruhi paramedic dan psikolog. Pria infertile merupakan faktor utama dari sebagian kasus, dan tidak diketahui penyebab pastinya lebih dari 25% pria infertile. Dari banyak penyebab infertile pada pria stress oksidatif (OS) telah dikaitkan dengan mempengaruhi status kesuburan dan demikian telah dipelajari secara ekstensif pada beberapa tahun terakhir. Produksi berlebihan radikal bebas atau spesies oksigen reaktif (ROS) dapat merusak sperma dan ROS telah dipelajari secara ekstensif sebagai salah satu mekanisme utama infertilitas. Spermatozoa seperti sel lainnya terus menghadapi oksigen paradox. Oksigen sangat penting untuk mempertahankan kehidupan seperti tingkat fisiologis oksigen reaktif spesies (ROS) yang siperlukan untuk menjaga fungsi sel normal. Sebaliknya metabolism seperti ROS bisa memodifikasi atau mempengaruhi fungsi sel mebahayakan kelangsungan hidup sel. Laporan menunjukkan bahwa tingginya kadar ROS yang ditemukan di semen yaitu sebesar 25% hingga 40% dari pria infertile. Spermatozoa sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh ROS yang berlebihan karena membranplasma spermatozoa mengandung sejumlah besar lemak tak jenuh ganda acids (PUFA) dan sitoplasma mengandung sedikit konsentrasi scavenging enzim . selain antioksidan intraseluler enzim tidak dapat melindungi membrane plasma yang mengelilingi akrosom dan ekor, memaksa spermatozoa untuk melengkapi antioksidan intrinsic yang terbatas pertahanan antioksidan dengan tergantung pada perlindungan yang diberikan oleh mani plasma(cairan semen). Oleh karena itu setiap kelebihan ROS harus inaktif untuk mepertahankan fungsi sel normal. PERAN FISOLOGIS ROS DALAM SISTEM REPRODUKSI PRIA ROS bisa berefek baik atau sebaliknya pada fungsi spermatozoa, tegantung pada sifat dan konsentrasi ROS serta lokasi dan lama paparan ROS. Selama perpindahan di epididimis. Sperma memperoleh kemampuan untuk bergerak progresif. Namun mengalami kapasitasi dalam saluran reproduksi wanita melalui serangkaian perubahan fisiologis. Dalam kondisi fisiologis spermatozoa menghasilkan sedikit ROS yang diperlukan unutk kapasitasi dan reaksi akrosom, aktivitas hiper, motilitas dan fertilisasi. Co-inkubasi spermatozoa dengan konsentrasi H202

rendah telah terbukti merangsang kapasitasi spermatozoa, hiperaktivasi, reaksi akrosom dan fusi oosit. Menurut suatu penelitian superoksida dan oksida nitrat juga mengambil bagian dalam kemampuan sperma bertemu oosit tetapi tidak memiliki tindakan dalam zona menembus zona pelusida, rendahnya konsentrasi hydrogen peroksida menyebabkan tirosin fosforilasi, yang pada gilirannya pengikatan membrane spermatozoa denga ZP-3 protein pada zona pelusida dan akhirnya spermatozoa dan oosit melebur. MEKANISME GENERASI OKSIDAN DALAM SPERMA MANUSIA PRODUKSI ROS OLEH SPERMATOZOA penelitian menunjukkan sperma manusia dapat menghasilkan ROS. Tingkat ROS diproduksi oleh spermatozoa yang berkorelasi negative dengan kualitas spermatozoa pada semen asli. Spermatozoa bawah berjalan trenasformasi yang luar biasa salaam tahap akhir diferensiasi dan kehilangan sitoplasma untuk menjadi spermatid dewasa. Ketika spermatogenesis trganggu , mekanisme ekstruksi sitoplasma akan rusak. Dalam situasi seperti ini sebagai akibat spermiasi setiap sisa sitoplasma yang berhubungan dengan spermatozoa dipertahankan di wilayah pertengahan bagian tidak teratur sitoplasmik mass. Dalam keadaan ini spermatozoa yang dirilis setelah spermiasi dianggap belum matang dan cacat secara fungsional. Mereka mampu menghasilkan penigkatan jumlah ROS melalui mekanisme yang mungkin dimediasi oleh enzim sitosol glukosa-6-fosfat dehidrogenase. MITOKONDRIA-SUMBER DAN TARGET ROS Spermatozoa dapat menghasilkan ROS dalam 2 cara yaitu: Nikotinamida adenine dinukleotida fosfat (NADPH) sistem oksidase pada tingkat plasma sperma dan (NADPH) tergantung oksidasireduksi (Diphorase) pada tingkat mitokondria. Spermatozoa kaya mitokondria karena membutuhkan pasokan energy yang konstan untuk hidup. Produksi ROS meningkat secara signifikan pada disfungsi mitokondria. Yang mana berefek balik terhadap fungsi mitokondria spermatozoa. ROS utama yang dihasilkan pada spermatozoa manusia adalah anion superoksida (O*2). Penurunan satu electron produk O2 sekunder bereaksi dengan dirinya sendiri dalam reaksi dismutase, yang sangat dipercepat oleh superoksida dismutase untuk menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2). Dengan adanya logam transisi seperti besi dan tembaga, H2O2 dan O*2 dapat berinteraksi untuk menghasilkan radikal hidroksil (OH-) (Haber-Weiss reaksi). Atau hidroksil radikal dapat diproduksi dari hydrogen peroksida (reaksi Fenton), yang membutuhkan reduktor seperti askorbat atau ion besi. Radikal hidroksil dianggap inisiator yang sangat kuat dari peroksidase lipid kaskade dan dapat mengendap hilangnya fungsi sperma.\ SPESIES OKSIGEN REAKTIF YANG DIPRODUKSI OLEH LEUKOSIT Leukosit peroksidase-positif adalah sumber utama ROS dalam air mani(semen) dan satu dikonstribusikan oleh prostat dan vesica seminalis. Peroksidase positif termasuk leukosit PMN yang merupakan 50-60% dari semua leukosit semen, dan makrofag, yang merupakan 20-30% dari semua leukosit semen. Kapasitas leukosit menghasilkan ROS berhubungan dengan aktivitas

mereka sebagai respon peradangan dan infeksi. Selama aktivasi produksi NADPH meningkat, dan sistem myloperoksidase leukosit diaktifkan, menyebabkan ledakan pernafasan dengan diikuti peningkatan level ROS. Leukosit yang diaktifkan dapat memproduksi hingga 100 kali lipat jumlah ROS yang lebih tinggi dibandingkan dengan leukosit yang tidak diaktifkan. Kerusakan sperma akibat leukosit yang berasal dari ROS dapat terjadi ketika konsentrasi leukosit seminalis abnormal (tinggi), seperti pada leukositospermia. WHO mengidentifikasi leukositospermia (penigkatan leukosit dalam semen) sebagai kehadiran peroksidase positif leukosit dalam konsentrasi >1x 106 per milliliter semen. Kerusakan sperma dapat terjadi bahkan pada konsentrasi leukosit di bawah WHO cut-off nilai leukositospermia.

EFEK ROS Semua radikal bebas sangat beracun bagi semua jenis molekul biologis termasuk DNA, lipid, protein dan karbohidrat. Tingkat kerusakan radikal bebas tergantung pada sifat dan jumlah ROS dan faktor ekstraselular seperti suhu, tekanan oksigen dan komposisi lingkungan sekitarnya. (misalnya ion, protein, protein dan ROS scavengers). PEROKSIDASI LIPID MEMBRAN PLASMA SPERMA Lipid merupakanmakromolekul yang paling rentan hadir dalam membrane plasma sperma dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), asam lemak yang mengandung lebih dari dua ikatan rangkap karbon-karbon. ROS menyerang PUFA dalam membrane sel yang mengarah ke kaskade reaksi kimia yang disebut peroksidase lipid. Salah satu produk dengan peroksidase lipid malondialdehid, yang telah digunakan sebagai tujuan produk dalam array biokimia untuk memantau tingkat kerusakan peroksidativ ke spermatozoa. Lipid peroksidatif disimpulkan dapat menyebabkan hilangnya fluiditas membrane yang sangat penting untuk motilitas sperma dan peleburan sperma dan oosit. EFEK PADA MOTILITAS SPERMA Peningkatan pembentukan ROS telah dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma. Namun, mekanisme terjadinya secara tepat belum diketahui. Satu hipotesis menunjukkan bahwa H2O2 berdifusi melintasi membrane sel ke dalam sel dan menghambat aktivitas enzim seperti G6PDH yang melalui heksosa-monofosfat mengontrol ketersediaan intraselular NADPH, yang kemudian digunakan sebagai sumber electron oleh spermatozoa untuk bahan bakar generasi ROS oleh sistem enzim yang dikenal sebagai NADPH oxidase. Penurunan G6PDH mengarah ke penurunan ketersediaan NADPH dan seiring akumulasi gluthatione teroksidasi. Perubahan ini dapat menyebabkan penurunan pertahanan antioksidan dari spermatozoa, yang akhirnya mengarah pada peroksidasi membrane pospolipid

Hipotesis lain melibatkan serangkaian peristiwa yang saling mengakibatkan penurunan axonemal fosforilasi protein dan sperma imobilisasi, baik yang berhubungan dengan penurunan fluiditas membrane yang diperlukan peleburan sperma dan oosit. KERUSAKAN DNA DAN APAPTOSIS DIINDUKSI OLEH ROS Kerusakan ksidasi mitokondria DNA baik diketahui terjadi di semua sel aerobic, yang kaya mitokondria dan ini mungkin termasuk spermatozoa. Dua faktor melindungi DNA spermatozoa dari gangguan oksidatif yaitu karakteristik kekuatan pembungkus DNA dan antioksidan yang hadir dalam semen. Kerusakan oksidatif dapat menyebabkan degradasi dasar, fragmentasi DNA dan silang protein. Spermatozoa dengan DNA yang rusak akan kehilangan kemampuan untuk menuburkan oosit. ROS juga dapat menyebabkan mutasi gen seperti mutasi titik polimorfisme mengakibatkan penurunan kualitas semen. Ketika kerusakan DNA spermatozoa kecil maka dapat mengalami perbaikan diri. Oosit juga mampu memperbaiki DNA yang rusak dari spermatozoa. Namun jika kerusakan luas, apaptosis dan fragmentasi embrio dapat terjadi. Apaptosis digambarkan sebagai kematian sel yang terpogram merupakan fenomena fisiologis ditandai dengan perubahan morfologi dan biokimia seluler yang menyebabkan sel mati, ini membantu dalam pengeliminasian spermatozoa abnormal. Apaptosis diatur secara ketat oleh faktor ektrinsik dan intrinsic dan dapat dipicu oleh berbagai rangsangan. Contoh rangsangan ektrinsik: radiasi, kemoterapi, dan paparan toksin. ROS dihasilkan dari spermatozoa abnormal yang dpat merangsang proses apaptosis, mengakibatkan kematian spermatozoa. Tingginya kadar ROS mengaanggu mitokondria sehingga pelepasan protein sitokrom-C dari mitokondria yang mengaktifkan caspases dan menginduksi apaptosis. Apaptosis pada sperma juga dapat dimulai dengan jalur ROS independen yang melibatkan permukaan sel protein Fas 45(fas) adalah anggota dari Tumo Necrosis Factor (TNF) reseptor. Ketika kadara ROS meningkat , proses apaptosis mungkin juga dimulai pada spermatozoa yang matang. Proses apatosis mungkin dipercepat oleh ROS yang diinduksi kerusakan DNA, yang akhirnya mengarah pada penurunan jumlah sperma. Akibatnya, pasien mungkin datang denga azoospermia. PERAN ANTIOKSIDAN (Potential scavengers of ROS) karena ROS berperan baik secara fisiologis maupun patologis array dari antioksidan mempertahankan keadaan ROSdalam plasma seminalis. Antioksidan bertindak sebagai penangkap radikal untuk melindungi spermatozoa terhadap ROS. Antioksidan ini adalah superoksidase dismutase (SOD). Katalase dan glutatiion peroksidase (GPX). Selain itu semen berisi berbagai molekul antioksidan non-enzimatik seperti vitamin C, vitamin E, Piruvat, gluthation dan Carnitine (tabel 1). Antioksidan ini mengkompensasi hilangnya enzim sitoplasma sperma sebagai sitoplasma diekstrusi selama spermiogenesis, yang pada akhirnya mengurangi mekanisme perbaikan endogen dan pertahanan enzimatik.

Diantara antioksidan biologi yang baik, SOD dan 2 isozim dan katalase memiliki peran yang siginifikan. SOD spontan dismutase (O-2) anion untuk membentuk O2 and H2O2, sementara katalase mengkonversi H2O2 to O2 and H2O. 2(O-2) + 2H SOD H2O2 + O2 H2O2 katalaseH2O + O2 (LIAT PDF BANG) Superoxide dismutase scavenges baik ekstraseluler dan intraseluler anion superoksida dan mencegah peroksidasi lipid dari membran plasma. SOD juga mencegah prematur dan hiper aktivasi kapasitasi disebabkan oleh radikal superoksida sebelum ejaculating Katalase mendetoksifikasi baik intraseluler dan H2O2 ekstraselular ke air dan O2. Selain itu, katalase mengaktifkan NO-induced kapasitasi sperma, yang merupakan mekanisme yang kompleks yang melibatkan H2O2. antioksida Mekanisme aksi Hal ini melanggar rantai besar anti-oksidan dalam plasma membran. Vit E
Langsung menetralkan anion superoksida, hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. Ini menekan peroksidasi lipid. Meningkatkan fusi spermatozoa dengan oosit dan meningkatkan zona pelusida mengikat Rantai melanggar antioksidan. Kompetitif melindungi lipoprotein dari peroxyl radikal. Mendaur ulang vitamin E. Bereaksi terhadap peroxyl radikal dan mencegah perkerusakan oksidatif sperma. Menetralkan lipid peroksida kerusakan dimediasi membran plasma sperma dan DNA. Menetralkan anion super oksida. Glutation tereduksi memetabolisme H2O2 dan OH radikal. Menetralkan anion super oksida dengan baik intra maupun ekstra seluler Menetralkan hidrogen peroksida. Hal ini dapat mengurangi kehilangan pergerakan yang disebabkan oleh leukosit yang dihasilkan ROS.

Vit C Albumin

Gluthation Superoksida-dismutan katalase

Superoksida-dismutan Menetralkan anion super oksida (intra dan ekstra selular). Meningkatkan laju reaksi akrosom dan pelestarian motilitas sperma. Koenzim Q10 Ini adalah energi yang mempromosikan agen, dan mengurangi generasi anion oksida super. Ini bertindak sebagai prekursor glutation.

N-asetil-Lsistein

Glutation peroksidase / reduktase sistem membentuk perlindungan yang sangat baik terhadap PUT plasma membran spermatozoa. Glutation peroksidase (Se-GSH-Px) dengan glutation (GSH) sebagai elektron donor menghilangkan peroxyl (ROO) radikal dari berbagai peroksida termasuk H2O2. Glutathione reduktase (GSH-Red), kemudian melahirkan berkurang GSH dari GSSG seperti yang ditunjukkan dalam mengikuti persamaan: 2 GSH + H2O2 Se G SH Px GSSG + 2H2O

GSSG + NADPH + H+

G SH

R ed

2GSH + NADP+ (LIAT PDF BANG)

Ini scavenges(mengais-ngais -_-) peroksida lipid sehingga menangkap reaksi berantai progresif lipid peroksidasi. Hal ini juga scavenges hidrogen peroksida (H2O2) yang bertanggung jawab untuk inisiasi lipid peroksidasi, Glutathione reduktase (GRD) menstimulasi pengurangan glutathione disulfida untuk glutation tereduksi. Hal ini menjamin pasokan substrat reduktif (NADPH) ke glutathione peroksidase. G6PD diperlukan untuk konversi nicotinamide adeninedinucleotidephosphate (NADP +) ke bentuk tereduksi nya (NADPH). Vit. E adalah rantai melanggar antioksidan utama dalam membran sperma dan tampaknya memiliki dosis tergantung effect.48 Ini pemulung superoksida, H2O2 dan radikal hidroksil. Administrasi 100mg vitamin E tiga kali sehari selama 6 bulan dalam kelompok pasien asthenozoospermic dengan wanita normal . mitra menunjukkan penurunan yang signifikan dalam Lipid peroksidasi dan peningkatan motilitas dan kehamilan rates. Vitamin C merupakan rantai penting lainnya melanggar dan radikal hidrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma. Ini mencegah lipid peroksidasi, mendaur ulang vitamin E dan melindungi terhadap Kerusakan DNA yang disebabkan oleh radikal H2O2. Administrasi 200 mg vitamin C oral bersama dengan vitamin E dan glutation selama 2 bulan secara signifikan mengurangi tingkat glutathione hidroksil dalam spermatozoa dan juga menyebabkan peningkatan sperma count. Coenzyme Q10 adalah non-enzimatik antioksidan yang berhubungan dengan lipoprotein densitas rendah dan melindungi terhadap peroxidative damage. Ini adalah energi mempromosikan agen dan meningkatkan sperma dan motility. Hal ini hadir dalam sperma pertengahan sepotong mendaur ulang vitamin E dan mencegah pro-oksidan activity. suplementasi oral 60 mg / hari koenzim Q10 ditunjukkan untuk meningkatkan pemupukan tingkat menggunakan injeksi sperma intra sitoplasma (ICSI) di normospermic subur males. Antioksidan seperti vitamin E dan C, glutation, sistein N-Asetil, SOD, katalase, Albumin, Taurin dan Hypotaurine mencegah pengurangan mortility sperma dan N-asetil sistein dan koenzim Q10 meningkatkan motilitas sperma. PENILAIAN STRES OKSIDATIF Namun banyak pria yang menunjukkan yang normal parameter analisis air mani standar tetap subur menunjukkan analisis semen rutin (Pengukuran volume mani, spermetozoal motilitas, kerapatan, viabilitas dan morfologi), tidak selalu memberikan lengkap diagnostik information.Sebagai hasil dari penelitian yang aktif di bidang evaluasi semen manusia, serangkaian sperma tes fungsi telah dikembangkan (Tabel-2). Namun, tidak ada tes tunggal yang mampu mengevaluasi semua langkah-langkah yang terlibat dalam pembuahan. Evaluasi rutin Fungsi special sperma
Volume cairan mani, jumlah sperma, motilitas, Morfologi, Viabilitas, Leukosit dalam air mani, antibodi sperma. Integritas membran, lendir serviks Spermainteraksi, CASA, Kapasitasi, akrosom reaksi, Zona pelusida mengikat, zona pelusida

penetrasi, oosit sperma-melebur. HOST, uji postcoital, Tru-Trax, Penetrak, SPA, Fungsi tes sperma Tes reaksi akrosom, tingkat reseptor Mannose. HZA, IVF IVF: in vitro fertilisasi; CASA: dibantu komputer analisis sperma; SPA: sperma penetrasi Assay, HZA: hemizona assay; PEMBAWA ACARA: Uji pembengkakan hipo-osmotik

Saat ini, hanya kombinasi tes dapat memberikan evaluasi menyeluruh sperma function. Metode yang paling umum untuk quantitating ROS adalah pengukuran tingkat pembentukan ROS luminol diinduksi chemiluminescense. Angka ini mungkin tidak akurat mencerminkan status sperma merusak ROS. Metode yang umum digunakan untuk mengukur ROS adalah: a) Reaksi yang melibatkan nitroblue tetrazolium (NBT) atau sitokrom C-Fe3 + kompleks yang mengukur ROS pada permukaan membran sel. b) Reaksi yang mengukur ROS dihasilkan dalam atau di luar sel, memanfaatkan bergantung luminal chemiluminescence. c) Metode Resonansi spin elektron yang lebih sensitif dan dapat mengidentifikasi ROS yang dihasilkan dalam sel tetapi memerlukan operasi terampil dan mahal instrumen. EVALUASI STATUS STRES OKSIDATIF (OOS) Keseimbangan dari ROS disebut sebagai keseimbangan penciptaan dan kehancuran. Dalam kondisi normal ada keseimbangan yang tepat antara Oksidan dan antioksidan. Pergeseran dalam kadar ROS terhadap pro-oksidan dan oksidan dalam air mani dan sekret vagina dapat menginduksi stres oksidatif pada spermatozoa. Demikian pula penurunan kegiatan antioksidan (misalnya, SOD, katalase, Se-GSH-Px, GSH-Red, GSH) dalam air mani berkorelasi dengan idiopatik infertility. Ada kemungkinan bahwa peningkatan tingkat ROS produksi (yang menunjukkan stres oksidatif tinggi) dapat menghambat aksi dari enzim-enzim antioksidan atau alternatif ekspresi penurunan melekat ini enzim antioksidan dapat menyebabkan peningkatan oksidatif stress. ini akan mengakibatkan peningkatan PUT, menurun motilitas sperma, kelangsungan hidup dan fungsi, dan akhirnya menyebabkan infertilitas. Deteksi langsung dari radikal bebas hanya mungkin dengan electron spin resonance (ESR atau EPR untuk resonansi paramagnetik elektron). Sayangnya ini Metode dibatasi untuk peralatan laboratorium yang mahal dan bahkan lebih membatasi untuk sistem bebas sel, jaringan budaya dan organisme kecil. Peroksidase yang paling penting ROS dihasilkan oleh tindakan radikal bebas. Ada beberapa metode yang berbeda untuk deteksi mereka. Yang paling yang penting adalah luminometric dan kolorimetri metode, yang didasarkan pada peroksida-peroksidase reaksi, yang mengarah ke emisi cahaya atau warna produksi. Penilaian tingkat ROS produksi / generasi menggunakan luminol sebagai probe dapat menjadi ukuran dinamis oksidatif stress. Namun klinis evaluasi generasi ROS ini dibatasi oleh waktu paruh yang sangat singkat ini gratis radicals. Banyak metode tidak langsung tersedia untuk deteksi ROS diinduksi kerusakan membran lipid. Alat tes asam thiobarbituric umumnya digunakan. Acid (TBA) zat reaktif thiobarbituric seperti malondialdehid (MDA) yang diukur dengan spektrofotometri analysis. Mengukur aktivitas TBA-MDA seperti pada indikator dari PUT tetap menjadi salah satu metode

yang paling manjur untuk menilai kerusakan oksidatif sperm. TBAMDA ini pengukuran akan perlu dikombinasikan dengan tes lain yang akan mampu mengukur tingkat Produksi ROS dan produksi antioksidan untuk penilaian keseluruhan OSS dalam infertilitas. KESIMPULAN Hal ini penting untuk andrologist untuk memahami radikal bebas sumber-sumber, mekanisme generasi, dan kerusakan mereka dapat menyebabkan sistem reproduksi laki-laki. Di Selain itu, juga penting untuk menyadari berbagai penyakit yang meningkatkan pembentukan ROS dalam darah, plasma dan cairan mani. Sebuah pendekatan yang beragam adalah diperlukan untuk pengobatan infertilitas laki-laki disebabkan oleh radikal bebas. Metode ini dapat digunakan untuk mengurangi ROS produksi. (Misalnya penambahan antioksidan selama teknik persiapan sperma). Dengan banyaknya banyak sintetis dan antioksidan alami, sangat penting untuk menggunakan mereka bijaksana. Uji klinis menggunakan antioksidan in vivo dan in vitro telah menghasilkan utama debat, dan penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum seseorang dapat bersikap optimis tentang peran antioksidan dalam pengobatan pria infertil.

You might also like