You are on page 1of 2

BAB IV PENUTUP 4.

1 Kesimpulan Ketergantungan terhadap tembakau sudah menjadi epidemi secara global yang dapat menyebabkan kecacatan, penyakit, produktivitas menurun dan kematian. Menurut World Heatlh Organization (WHO), ada 1,3 milyar perokok di dunia dan sepertiganya berasal dari populasi global yang berusia 15 tahun ke atas serta 84% di antaranya berasal dari dunia ketiga. Demikian pula di Indonesia, kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja. Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Oleh karena itu, perlu cara untuk menurunkan angka prevalensi perokok. Peranan promosi kesehatan dalam menurunkan angka prevalensi perokok sangatlah besar karena kurangnya pengetahuan masyarakat, khususnya perokok pemula remaja di mana mereka tidak sepenuhnya sadar akan resiko penyakit dan kematian dini akibat keputusannya membeli produk tembakau dan remaja yang belum mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak merokok. Promosi kesehatan yang telah ada, antara lain pendidikan masyarakat, peringatan kesehatan pada bungkus rokok, program berhenti merokok, kebijakan pengendalian tembakau dan lain-lain belum mampu mengurangi angka prevalensi merokok. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah perokok, paparan asap rokok serta penyakit dan kematian yang diakibatkan oleh asap rokok.

45

4.2 Saran Agar tercapainya tujuan promosi kesehatan, perlu dilakukan pengembangan dan pembaruan promosi kesehatan yang telah ada dalam menurunkan angka prevalensi perokok. Selain itu, perlu dukungan penuh dari pihak terkait seperti dinas kesehatan kota, pemerintah daerah, aparat hukum, serta tokoh masyarakat dalam hal terlaksananya program-program yang sudah direncanakan.

46

You might also like