You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang Muskuloskeletal Disorders (MSDs) merupakan penyakit yang mempunyai gejala yang menyerang otot, syaraf, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan, dan syaraf tulang belakang. Gejala penyakit tersebut bukan hasil dari pekerjaan yang instan atau langsung dan bukan peristiwa akut (seperti terjatuh, terpeleset, tergelincir, atau tertimpa) tetapi diakibatkan peristiwa atau pekerjaan yang bersifat kronis atau dengan kata lain, faktor-faktor utama yang berhubungan dengan risiko gangguan muskuloskeletal di tempat kerja, meliputi beban, postur, frekuensi, dan durasi.1 Menurut data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, cedera tulang belakang adalah salah satu yang paling umum terjadi (22% dari semua kecelakaan kerja yang terjadi) dan paling banyak membutuhkan biaya untuk pengobatannya. Salah satu penyebab dari cedera ini adalah overload yang dipikul oleh tulang belakang (> 60%) dan 60% dari overload ini disebabkan oleh pekerjaan mengangkat barang, 20% pekerjaan mendorong atau menarik barang dan 20% akibat membawa barang. Disamping itu juga dilaporkan bahwa 25% kecelakaan disebabkan karena aktivitas angkat-angkut; 50-60% cedera pinggang disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material. Pekerja yang mengangkat beban berat akan mengalami kemungkinan cedera punggung 8 kali lipat dari pekerja yang hanya mengangkat barang secara tidak terus menerus.1 Laporan dari the Bureau of Labour Statistic (LBS) Departemen tenaga kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 milyar

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

US dolar setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan sakit akibat kerja lainnya. Selain itu, The National Institute for Occupational Helath and Safety memperkirakan prevalensi kasus Carpal Tunnel Syndrome yang berhubungan dengan pekerjaan pada tahun 2006 adalah 356.000 kasus. Dari 675.000 orang yang diestimasi menderita rasa sakit pada bagian tangan dan telah didiagnosis secara medis menderita CTS, lebih dari 50 % desebabkan oleh aktivitas mereka di tempat kerja.2 Penelitian yang melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukkan hasil bahwa gangguan muskuloskeletal dialami oleh 31,6 % petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin Onyx di Jawa Barat, 16,4% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor, dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta adalah kelompok pekerja yang paling banyak menderita gangguan muskuloskeletal, masing 76,7% dan 41,6%. Semua pekerja mengeluhkan nyeri di punggung, bahu, dan pergelangan tangan.3 Dalam dunia modern saat ini, tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan tekanan fisik dan psikis pada seseorang. Hal ini memperbesar resiko pekerjaan atau terkena penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya. Untuk mendukung daya saing produksi, penggunaan alat-alat modern, bahan-bahan berbahaya, zat kimia beracun dalam proses produksi serta tuntutan pekerjaan yang tinggi sering tidak dapat dihindari. Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk back pain, telah dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. Keluhan nyeri biasanya self limiting, tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya serius. Hal ini akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas orang yang mengalami back pain. Banyak penyebab nyeri muskuloskeletal telah diidentifikasi. Faktor-faktor psikologis dan sosial berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan mempengaruhi persepsi nyeri dan perkembangan disabilitas kronik. Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudit iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.1,2

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun rumusan masalah yang ingin diangkat oleh penulis, yaitu: 1. Apa yang menjadi keluhan utama yang sering muncul pada pekerja buruh angkat di pelabuhan Soekarno Hatta. 2. Bagaimana gambaran penyakit muskuloskeletal berdasarkan faktor karakteristik pekerja buruh sendiri (usia,jenis kelamin, lama masa kerja, dan jam kerja). 3. Bagaimana gambaran aspek ergonomi pekerja buruh angkat dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari yang dapat memicu munculnya gangguan muskuloskeletal. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gangguan muskuloskeletal pada pekerja buruh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui karakteristik gangguan Muskuloskeletal berdasarkan: Keluhan utama pekerja Karakteristik pekerja Usia Jenis kelamin Jam kerja Masa kerja Ergonomi Posisi kerja Proses kerja

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan tempat penelitian guna mengurangi kejadian gangguan muskuloskeletal pada pekerjanya. 2. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat menjadi referensi berguna bagi pembaca yang ingin menambah wawasan mengenai topik yang diteliti. 3. Dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi penelitian dengan topik yang sama di masa yang akan datang. 4. Bagi peneliti sendiri pada khususnya, proses dan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pembelajaran yang sangat berharga terutama untuk perkembangan keilmuan peneliti.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Work-Related Musculoskeletal Disorder National Institute for Occuoational Safety and Health (NIOSH,1997) mengeluarkan buku yang berisi tinjauan kritis mengenai fakta epidemiologis untuk Work Related Musculoskeletal Disorder (WMSD) pada leher, ekstremiti atas tulang belakang. Secara Istilah Musculoskeletal Disorders (MSDs) itu sendiri merujuk kepada kondisi yang melibatkan saraf, tendon, otot dan struktur penyokong tubuh. WMSD atau cedera otot akibat bekerja merupakan suatu istilah yang ditujukan pada gangguan terhadap jaringan tubuh atau kondisi yang disebut diatas, yang diakibatkan oleh aktivitas atau paparan terkait pekerjaan. Sebagai contoh adalah postur dan gerakan tubuh yang buruk, berulang, dipaksakan (overuse) dan terakumulasi. Selain faktor diatas, WMSD dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti vibrasi, suhu rendah dan lain-lain.1,4 Istilah WMSD biasa digunakan oleh pakar ergonomi untuk gangguan yang diakibatkan oleh karakteristik pekerjaan yang buruk, sedangkan Cummulative Trauma Disorder (CTD) merupakan istilah yang digunakan dilakangan medis bila gangguan jaringan otot (Musculoskeletal Disorder) telah menjadi penyakit. Pengetahuan tentang potensi WMSD diperlukan untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman dan tetap sehat bagi penggunanya. Dibawah ini adalah macam-macam karakterisitk dari cedera otot akibat bekerja :1,4,5 Proses mekanik dan fisiologis. Berhubungan dengan intensitas kerja dan durasi pekerjaan. Akibat akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Proses pemulihan memakan waktu yang lama. Lokasi gejala sulit diidentifikasi dan tidak spesifik. Jarang dilaporkan.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

Disebabkan oleh faktor yang beragam (multifaktor). Secara umum, analisis terhadap pekerjan (task analysis) dan pengamatan terhadap gejala lampau lebih berarti dibandingkan pengamatan secara fisik, hal ini disebabkan karena cedera otot akibat bekerja merupakan akumulasi dari berbagai mikrotrauma yang disebabkan pemaksaan posisi tubuh yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.5,6 Hubungan antara paparan yang berupa faktor kerja fisik dengan perkembangan penyakit tertentu dapat dipengaruhi juga oleh faktor psikososial. Oleh karena itu dalam menyelidiki faktor resiko yang menjadi penyebab munculnya MSD, faktor ini juga mendapat perhatian.4,6 2.2. Sistem Muskuloskeletal Pengetahuan mengenai struktur dan fungsi sistem muskuloskeletal diperlukan dalam aplikasi hukum fisika dan konsep rekayasa teknik pada tubuh manusia. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam

substrukstur utama antara lain tendon, ligamen, fascia (pembungkus), kartilago, tulang dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak. Sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam sistem muskuloskeletal keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut unit fungsional sistem muskuloskeletal.7,8 2.2.1. Jaringan Penghubung Tulang ligamen, tendon dan kartilago adalah jaringan penghubung dalam tubuh. Mereka menyediakan sokongan, meneruskan tenaga dan memelihara integritas secara struktural. Ligamen dan tendon adalah jaringan penghubung padat yang mirip dalam morfologi dan fungsinya. Ligamen menghubungkan tulang dengan tulang, mengupayakan kestabilan dalam

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

persendian. Sedangkan tendon merekat otot pada tulang, menyalurkan tenaga dari otot. Fascia juga merupakan jaringan penghubung padat yang melindungi organ atau bagian dari organ dan memisahkannya satu dengan yang lainnnya. 7,8 Tendon dapat berfungsi pada sekitar pojok, seperti dalam jari dan sendi pergelangan. Sistem tarikan dalam tendon jari sangat krusial untuk berfungsinya tangan. Gangguan padanya akan membawa pada perubahan lengan momen tendon dan juga menngkatkan penyimpangan tendon (jarak tendon harus bergeser) ketika jari berkotraksi (ditarik) maupun relaksasi (diregangkan) dan akan membawa pada dampak bowstringing, yaitu melengkungnya tendon. 7,8 Kartilago melindungi permukaan tulang artikular dan juga terdapat dalam beberapa organ-telinga, hidung, sistem pernafasan, piringan sendi tulang belakang. Sedangkan tulang dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari struktur tulang keseluruhan dan sebagai jaringan. Tulang kerangka manusia keseluruhan terdiri dari keseluruhan dan sebagai jaringan. Tulang kerangka manusia terdiri dari beberapa jaringan yang mengupayakan sokongan kerangka dan memelihara keseimbangan mineral. Secara umum, tulang dibagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah tulang panjang tangan dan kaki sedangkan kelompok kedua adalah kerangka aksial, yaitu termasuk tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, rusuk dan pinggul.7,8 2.2.2. Otot Skeletal Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot kerangka merupakan penyokong 50% berat tubuh dan menggunakan hampir 50% dari metabolisme tubuh. Terdapat 400 otot didalam tubuh masing-masing dengan memiliki fungsi yang khusus. Secara umum, mereka bertugas membangun gerkanan pada sendi. Masing-masing otot adalah bagian bagian tubuh sendiri yang terpisah. Otot terdekat pada tulang oleh

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

tendon dan melintasi satu atau lebih sendi. Mereka di bawah kendali langsung sistem saraf voluntary atau sering disebut sistem saraf somatik.7,8 Keunikan sifat dari otot adalah bahwa otot dapat mengkerut dan berkontraksi. Sistem yang dapat berkontraksi membutuhkan : 7,8 Mekanisme kontraksi. Metode untuk menstimulasi dan mengendalikan mekanisme tersebut. Energi untuk mengarahkan mekanisme. Kebanyakan otot terangkai dalam kelompok sekitar sendi, sehingga satu atau beberapa (penggerak utama atau agonis) bertanggung jawab untuk sebuah aktivitas, sedangkan yang lainnya, otot antagonis, beraktivitas sebaliknya. Fungsi yang terkoordinasi membutuhkan antagonis berelaksasi ketika otot penggerak utama bergerak. Pada kebanyakan aktivitas, beberapa bergerak bersamaan, sebagai sinergi dan kadangkala beberapa sendi terlibat, sehingga beberapa otot mengendalikan (menstabilkan) satu sendi sementara yang lain mengerakkan sendi menjauhi atau mendekati sendi yang distabilkan. 7,8 2.2.3. Tulang Sendi Tulang sendi adalah gabungan dari dua atau lebih tulang. Bergantung pada struktur, tulang sendi dikelompokkan sebagai sendi sinovial, dimana tidak ada jaringan antara permukaan artikular, sendi fibrous, dimana jaringan menjembatani sendi dan sendi kartilaginus, dimana kartilage menjembatani sendi. Kebanyakan sendi adalah sinovial. Contoh sendi fibrous adalah hubungan antara tulang pada tengkorak, sementara sendi kartilaginus terdapat pada usia anak yang mendukung pertumbuhan dan pada tulang belakang. 7,8 2.2.4. Anatomi Tulang Belakang Tulang belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi kerana rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

melalui sendi yang terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu : 8,9 Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat. Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cedera.8,9

Gambar 3: Struktur tulang belakang10

2.3 Faktor-faktor Penyebab Cedera

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai masalah muskuloskeletal terkait kerja kebanyakan menyingkap prevalensi masalah muskuloskeletal dan mempelajari faktor resiko kerja pada lingkungan kerja industri manufaktur. Dengan adanya penelitianpenelitian di bidang ini, telah banyak diketahui bahwa pekerjaan fisik di industri atau manufaktur lebih memiliki resiko pengembangan masalah muskuloskeletal pada para pekerjanya. Masalah tersebut terbukti sebagai multifaktorial dan dapat dijelaskan oleh beberapa faktor resiko kerja seperti tenaga, postur kerja, pergerakan dan getaran, tekanan psikososial. Seiring berkembangnya penelitian yang mempelajari faktor resiko-faktor resiko tersebut satu dekade ini,

berkembanglah piranti-piranti observasi, metode pengukuran langsung serta piranti survei yang mendukung penelitian. Beberapa diantaranya adalah kuesioner Nordic untuk piranti survei, OWAS dan RULA untuk observasi postur kerja serta EMG untuk mengevaluasi aktivitas otot.1,14

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

10

Selain faktor resiko kerja, terdapat beberapa faktor individual atau faktor personal yang ditemukan terkait dengan masalah muskuloskeletal pada beberapa studi. Faktor personal tersebut antara lain adalah karakteristik individu seperti umur, tinggi, berat, jenis kelamin, kebiasaan merokok, jumlah anak dan tenaga maksimum (maximum voluntary force MVF); faktor ekstra-okupasional kepribadian.1,4,14,15 NIOSH sendiri merangkum bahwa masalah muskuloskeletal terkait dengan faktor resiko kerja postur (canggung; statis), kerja repetitif, getaran, tenaga dan tuntutan psikososial. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko-faktor resiko pada suatu sistem kerja.1,4 Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot akibat bekerja yaitu :1,14,15
2.3.1 Faktor Pribadi (Personal factors)14

seperti

hobi,

olahraga;

sejarah

medis

dan

Kondisi

dari

seseorang

yang

dapat

menyebabkan

terjadi

musculoskeletal disorder. Berikut adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap kejadian MSDs:15 Masa Kerja14 Merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal Usia14 Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun . Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
Proposal penelitian/ Paramita/C11106093 11

disorders,

terutama

untuk

jenis

pekerjaan

yang

menggunakan kekuatan kerja yang tinggi

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadiberkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Jenis Kelamin14 Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.
2.3.2. Faktor Pekerjaan (Work factors)15

Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Pada situasi kerja di industri akan sangat sulit menggeneralisasi terjadinya WMSD bila memakai acuan faktor pribadi. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja. Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh :15
Postur kerja : Posisi dari operator yang memerlukan energi berlebih sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan atau persendian, dalam analisis postur kerja yang menjadi objek pengamatan adalah postur leher, lengan atas, lengan baeah, pergelangan tangan, punggung dan kaki.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

12

Postur statis: Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja adalah sangat minimum dalam periode waktu tertentu. Postur statis menyebabkan sebagian dari serabut otot-otot tertentu mengalami kelelahan. Kelelahan otot yang tidak disertai dengan istirahat atau relaksasi yang cukup pada akhirnya akan menimbulkan rasa sakit pada otot yang bersangkutan. Durasi Kerja15

Lama bekerja atau persentase penggunaan dari total pekerjaan secara wajar terkait dengan masalah muskuloskeletal. Durasi yang lebih panjang bagi seorang pekerja untuk mempertahankan posisi statis atau postur kerja yang tidak normal ataupun durasi kerja yang repetitif lebih lama akan membuat seseorang memiliki kemungkinan makin besar

mengembangkan masalah muskuloskeletal. Lingkungan tempat kerja Alat kerja 2.4 Gejala MSDs Berikut ini beberapa gejala umum yang menandai terjadinya MSDs:1,4 1. Rasa sakit pada sendi 2. Rasa sakit pada tangan, bahu, lengan bawah, lutut, kaki, dan lain-lain 3. Rasa sakit, ngilu dan kebas pada tangan atau kaki 4. Jari tangan atau kaki memucat 5. Punggung atau leher sakit 6. Terjadi pembengkakan atau radang 7. Terjadi kekakuan (agak sukar bergerak) 8. Rasa panas atau seperti terbakar 9. Rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan 10. Rasa sakit yang membuat terjaga di tengah malam dan rasa untuk memijat leher, bahu, lengan, pergelangan tangan dan punggung Secara garis besar keluhan atau gangguan pada sistem muskuloskeletal terdiri atas:1

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

13

1. Keluhan yang bersifat reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan 2. Keluhan bersifat irreversible (persistensi/ menetap), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. 2.5 Jenis-jenis Muskuloskeletal Disease1,4,5,11,12,13 Jenis MSDs Definisi Gejala Faktor risko tempat kerja
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Gangguan tekanan/ pemampatan pada syaraf yang mempengaruhi syaraf tengah, salah satu dari tiga syaraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik dan motorik.CTS pada pergelangan tangan merupakan terowongan yang terbentuk oleh carpal tulang pada tiga sisi dan ligamen yang melintanginya. Gangguan pada pembuluh darah dan syaraf pada jari yang disebabkan oleh getaran alat atau bagian / permukaan benda yang Gatal dan mati rasa pada jari khususnya di malam hari, sakit seperti terbakar, mati rasa yang menyakitkan, sensasi bengkak yang tidak terlihat, melemahnya sensasi genggaman karena hilangnya fungsi syaraf sensorik. Manual handling, postur, getaran, repetisi, force/ gaya yang membutuhkan peregangan, frekuensi, durasi, suhu Mengetik dan proses pemasukan data, kegiatan manufaktur, perakitan, penjahit dan pengepakan/ pembungkusan

Pekerjaan di berpotensi

Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS)

Mati rasa, gatalgatal, dan putih pucat pada jari, lebih lanjut dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap panas dan

Getaran, durasi, frekuensi, intensitas getaran, suhu dingin

Pekerjaan konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobil dan supir truk, penjahit,

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

14

Low Back Pain Syndrome (LBP)

bergetar dan menyebar langsung ke tangan. Dikenal juga sebagai getaran yang menyebabkan white finger, traumatic vasospastic diseases atau fenomena Raynauds kedua Bentuk umum dari sebagian besar kondisi patologis yang mempengaruhi tulang, tendon, syaraf, ligamen, intervertebral disc dari lumbar spine (tulang belakang).

dingin. Gejala biasanya muncul dalam keadaan dingin.

pengebor, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga, atau penggosok lantai

Peripheral Nerve Entrapment Syndromes

Pemampatan atau penjepitan syaraf pada tangan atau kaki (syaraf sensorik, motorik dan autonomik)

Sakit di bagian tertentu yang dapat mengurangitingkat pergerakan tulang belakang yang ditandai oleh kejang otot. Sakit daritingkat menengah sampai yang parah dan menjalar sampai ke kaki. Sulit berjalan normal dan pergerakan tulang belakang menjadi berkurang. Sakit ketika mengendarai mobil, batuk atau mengganti posisi. Gejala secara umum pucat, terjadinya perubahan warna dan terasa dingin pada tangan/kaki, pembengkakan, berkurangnya sensitivitas dalamgenggaman, sakit, dan lemahnya refleksi tendon. Gejala khusus tergantung jenis syaraf yang

Pekerjaan manual yang berat, postur janggal, force/gaya, beban objek, getaran, repetisi, dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.

Pekerja lapangan atau bukan lapangan, pelayan, operator, tekhnisian dan manajernya, profesional, sales, pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis dan pengetikan, supir truk, pekerjaan manual handling, penjahit dan perawat.

Postur, repetisi, force/ gaya, getaran dan suhu.

Operator register, kasir, pekerjaan perakitan, dan pekerja kantoran.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

15

Peripheral Neuropathy

Gejala permulaan yang tersembunyi dan membahayakan dari dysesthesias dan ketidakmampuan dalam menerima sensasi

Tendinitis dan tenosynovitis

Tendinitis: merupakan peradangan pada tendon, adanya struktur ikatan yang melekat pada masingmasing bagian ujung dari otot ke tulang. Tenosynovitis: merupakan peradangan

kena: Syaraf sensorik: gatal, mati rasa, dan sakit pada area suplai, terasa sakit dan panas, sakit seperti tumpul atau sensasi pembengkakan yang tidak kelihatan. Syaraf motorik: lemah, kekakuan pada otot, kesulitan memegang sebuah objek. Syaraf autonomik: pembengkakan pada aliran darah Gatal-gatal yang sering timbul, mati rasa, terasa sakit bila disentuh, lemahnya otot dan munculnya atrophy yang merusak jaringan syaraf motorik, melambatnya aliran konduksi syaraf, berkurangnya potensi atau amplitudo syaraf sensorik dan motorik. Pegal, sakit pada bagian tertentu khususnya ketika bergerak aktif seperti pada siku dan lutut yang disertai dengan pembengkakan. Kemerahmerahan, terasa terbakar, sakit dan membengkak ketika bagian tubuh tersebut

Manual handling, force, repetisi, getaran dan suhu.

Sektor manufaktur, pekerja di sektor publik dan industri jasa.

Getaran, durasi, frekuensi, intensitas getaran, suhu, dingin

Pekerjaan konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobil dan supir truk, penjahit, pengebor, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga,

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

16

tendon yang juga melibatkan synovium (perlindungan tendon dan pelumasnya).

beristirahat.

atau penggosok lantai

2.6 Sikap Kerja yang Ergonomis Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien adalah jika:1 a. Menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang berbeda, atau b. Membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau c. Terasa nyaman bagi masing-masing orang. Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain:1 a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lainlain. b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja. c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala). d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok). Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

17

Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :1 a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah. b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin. c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya. d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri. Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan pencernaan.1 Sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang, maka sikap kerja duduk yang paling baik adalah sedikit lordose pada pinggang dan sedikit kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh buruk pada tulang belakang terutama pada lumbosacral dapat dikurangi. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang yang sesuai dengan bentuk anatomis alami tulang belakang. 1 Keuntungan dari sikap kerja duduk jika dibandingkan dengan sikap kerja berdiri adalah: 1 a. Menghilangkan tumpuan berat badan pada kaki. b. Memungkinkan tubuh menghindari sikap yang tidak alamiah. c. Kurangnya penggunaan energi sehingga bisa mengurangi atau

memperlambat terjadinya kelelahan. d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

18

e. Memberikan kestabilan lebih besar pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketepatan dan ketelitian. f. Memungkinkan pengoperasian alat kendali kaki dengan lebih mudah, tepat dan aman dalam posisi tubuh yang tetap baik.

Gambar 5: Cara mengangkat beban yang baik menurut NIOSH (1997)1

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

19

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Pada setiap populasi, tiap individu anggota tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk setiap penyakit atau kondisi tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat berbagai faktor yang dapat berkait dengan kejadian Muskuloskeletal Disorder seperti faktorpekerja dan faktor ergonomi. NIOSH menyebutkan bahwa faktor resiko individu timbulnya MSDs di antaranya:1
Umur Jenis Kelamin Lama masa kerja Jam kerja Jenis pekerjaan Riwayat pekerjaan

Sedangkan faktor ergonomi yang berpengaruh terhadap MSDs antara lain:1


Posisi kerja Proses kerja Tata letak dan lingkungan kerja Alat kerja

Di antara berbagai macam faktor tersebut, maka variable independen pada penderita adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama masa kerja, jam kerja), faktor ergonomi (posisi kerja, proses kerja). 3.2 Kerangka Konsep Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka disusunlah pola variable sebagai berikut:

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

20

Skema 1: Kerangka Konsep

3.3 Kerangka Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen dari penelitian ini adalah gangguan muskuloskeletal pada pekerja.

3.3.2 Variabel Independen Variabel independen dari penelitian ini adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama masa kerja, jam kerja), faktor ergonomi (posisi kerja, proses kerja).

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

21

3.4 Definisi Operasional Penelitian 3.4.1 Variabel dependen 3.4.1.1 Gangguan Muskuloskeletal (keluhan utama) Definisi: apa yang dikeluhkan oleh pekerja yang berhubungan dengan kerja yang dilakukan sehari-hari. Kriteria objektif: - nyeri leher - nyeri tangan - nyeri belakang - nyeri pinggang - nyeri punggung - nyeri kaki - lain-lain 3.4.2 Variabel Independen 3.4.2.1 Masa kerja Definisi: lamanya responden melakukan kerja di pabrik tersebut sampai waktu penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam tahun. Kriteria objektif:
- < 1 tahun

- 1-3 tahun - 4-7 tahun - >7 tahun 3.4.2.2 Jam kerja setiap hari/minggu Definisi: lamanya bekerja di pabrik tersebut dan dinyatakan dalam jam. Kriteria objektif:
- < 4 jam sehari @ < 20 jam seminggu

- 4-6 jam sehari @ 20-30 jam seminggu - 6-8 jam sehari @ 30-40 jam seminggu - > 8 jam sehari @ > 40 jam seminggu

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

22

3.4.2.3 Usia Definisi: usia responden dari tanggal lahir (seperti yang tercantum dalam KTP) sampai dilakukannya penelitian dan dinyatakan dalam tahun. Kriteria objektif: - < 30 tahun - 30-50 tahun - > 50 ahun 3.4.2.4 Jenis Kelamin Definisi: perbedaan gender dari responden seperti yang tercantum dalam KTP. Kriteria objektif: Laki-laki Perempuan

3.4.2.5 Posisi Kerja Definisi: bagaimana posisi tubuh pekerja saat melakukan pekerjaannya. Kriteria objektif: Duduk dalam waktu yang lama Berdiri dalam waktu yang lama Membungkuk dalam waktu yang lama Melutut dalam waktu yang lama Lain-lain

3.4.2.6 Cara Kerja Definisi: bagaimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari-hari. Kriteria objektif: Banyak melakukan kerja dengan komputer (mengetik) Mengangkat barang yang berat Mendorong dan menarik (dengan paksaan) Memutar dan mengetuk (dengan paksaan) Bekerja dengan getaran tinggi Lain-lain

3.4.2.7 Tata letak dan lingkungan kerja

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

23

Definisi: kondisi tempat di mana para pekerja melakukan pekerjaannya sehari-hari. Kriteria Objektif - Jawaban dari responden menyatakan tata letak dan lingkungan kerja mempengaruhi munculnya keluhan utama <70% : lingkungan kerja adalah ergonomis. - Jawaban dari responden menyatakan tata letak dan lingkungan kerja mempengaruhi munculnya keluhan utama >70% : lingkungan kerja adalah tidak ergonomis. 3.4.2.8 Alat kerja Definisi : alat yang digunakan untuk membantu memudahkan pekerjaan pekerja. Kriteria Objektif - Alat penarik - Alat pendorong - Pengalas pundak

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

24

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang mana pengukuran variable dilakukan untuk mengetahui karakteristik gangguan muskuloskeletal pada pekerja berat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar dengan menggunakan kuesioner.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2012 sampai dengan 28 Mei 2012. 4.2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja buruh angkat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. 4.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini semua pekerja buruh angkat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Dalam hal ini, akan disebarkan kuesioner kepada para pekerja buruh untuk memperoleh informasi. 4.3.3 Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling, yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

25

mudah dijangkau atau didapatkan. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar jumlah sampel yang diinginkan dapat tercapai. 4.3.4 Kriteria Seleksi 4.3.4.1 Kriteria Inklusi - Semua pekerja buruh angkat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. 4.3.4.2 Kriteria Eksklusi - Pekerja-pekerja yang tidak hadir pada saat pengambilan data. - Pekerja-pekerja yang menolak untuk menjadi sampel penelitian. - Pekerja-pekerja yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap.

4.4 Jenis Data dan Prosedur Penelitian 4.4.1 Jenis Data Penelitian Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh subjek penelitian. 4.4.2 Prosedur penelitian Prosedur dalam penelitian ini adalah: Menetapkan pekerja yang akan diteliti Membagikan kuesioner kepada subjek penelitian

4.5 Manajemen Penelitian 4.5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari instansi tempat diadakannya penelitian dalam hal ini adalah Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Kemudian, setiap subjek penelitian akan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tentang gangguan muskuloskeletal oleh subjek penelitian. 4.5.2 Teknik Pengolahan Data Pengolahan dilakukan setelah penelitian pencatatan kuesioner dengan menggunakan program computer SPSS16.0 dan Microsoft Excel utnuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

26

4.5.3

Penyajian Data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk menggambarkan data yang telah diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk menggambarkan distribusi frekuensi disertai penjelasan yang sesuai.

4.6 Etika Penelitian Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah: Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada instansi terkait sebagai lokasi penelitian sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian. Berusaha menjaga kerahasiaan subjek penelitian dengan cara tidak menuliskan nama subjek penelitian tetapi hanya berupa inisial, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Bernard, B. P. (1997). Musculoskeletal disorders and workplace factors. A critical review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back pain. NIOSH Publication No. 97-141. 2. Zarro, C. (2009, September 30). Muscle and joint pain costs European economies up to 240 billion a year. The Work Foundation. Retrieved on Mei 7, 2012, from http://www.theworkfoundation.com
3. Budiono, A. M. Sugeng, dkk.2003.Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja :Hygiene Perusahaan, Ergonomic, Kesehatan Kerja, dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Undip.

4. Baker, N. A., Jacobs, K. and Tickle-Degnen, L. (2003). The Association between the meaning of working and musculoskeletal discomfort. International Journal of Industrial Ergonomics. 31(4), 235-247. 5. OSHA (1999). Preventing Musculoskeletal Disorders in Construction Workers. Retrieved on Mei 7, 2012, from

http://www.elcosh.org/record/document/581/d000560.pdf
6. La DOu, Joseph. 1994. Occupational Health and Safety 2nd Edition. National Safety Council

7. Gibson, John. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern. Jakarta : Kedokteran EGC 8. Apley AG, Solomon L: Apleys System of Orthopaedics and Fractures. 8th Edt. England: ELBS with Butterworth-Heinmann. 2001. P:300-350.
9. Saladin K. 2007. Anatomy and Physiology In: Support and Movement: The Skeletal System. USA: McGraw-Hill. P: 249-285. 10. Pashman R. (2007). Motion Preservation for the Cervical Spine. Cited on: April 12, 2012. URL:www.mspine.com/Spinal-Anatomy.htm

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

28

11. De Beech, Rip Op & Verlee Herman. 2000. Research On Work Related Low Back Work Disorder. Luxemburg: Europian Agency For Safety And Helath At

12. Armstrong, T. J., Buckle, P. and Fine, L. J. (1993). A conceptual model for work related neck and upper-limb musculoskeletal disorders. Scandinavian Journal of Work, Environment and Health. 19(2), 73-84. 13. Chiang, H. C., Ko,Y. C., Chen, S. S., Yu, H. S., Wu, T. N. and Chang, P.Y. (1993). Prevalence of shoulder and upper-limb disorders among workers in the fish processing industry. Scandinavian Journal of Work, Environment and Health. 19(2), 126-131.
14. Guo et al &Chaffin. 1979. Individual Factors Associated with Work-related Musculoskeletal Disorders. National Institute For Occupational Safety andHealth (1997). 15. National Occupational Health and Safety Commision. 2005. Manual handling :Worksafe Standard Australia. Canberra : Australian Government Publishing Service.

Proposal penelitian/ Paramita/C11106093

29

You might also like