You are on page 1of 21

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas ekonomi untuk memenuhi keinginan anggota masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dimungkinkan oleh peningkatan produktivitas , yang menurunkan input (tenaga kerja, modal, bahan, energi) untuk jumlah output tertentu. Menurunkan biaya peningkatan permintaan untuk barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi juga penduduk akibat pertumbuhan dan pengenalan produk baru dan jasa. Para ekonom membedakan antara jangka pendek perubahan ekonomi dalam produksi dan jangka panjang pertumbuhan ekonomi. Jangka pendek variasi dalam pertumbuhan ekonomi disebut sebagai siklus bisnis . Secara singkat, siklus bisnis terdiri dari boom dan bust dalam produksi yang terjadi selama periode atau bulan atau tahun.

Ekonomi atribut pasang surut dalam siklus bisnis ke sejumlah penyebab, termasuk: kelebihan produksi barang diikuti dengan persediaan besar yang tidak dapat langsung dijual, overexpansion kredit sehingga menumpuk utang yang menghambat pembelian; gelembung spekulatif, dan guncangan-seperti perang, pergolakan politik, dan sebagainya.

Diantara faktor-faktor lain yang mungkin mencegah peningkatan jangka panjang dalam standar hidup meskipun pertumbuhan ekonomi adalah potensi pertumbuhan penduduk sesuai atau melebihi peningkatan produktivitas.Ketika persediaan makanan memacu peningkatan pertumbuhan penduduk lebih merupakan peningkatan standar hidup.Pertumbuhan ekonomi juga dapat menarik tanpa mengacu pada perubahan kapita per standar hidup.

Selama masa kolonial, apa yang akhirnya penting bagi pertumbuhan ekonomi adalah lembaga dan sistem pemerintahan diimpor melalui penjajahan . Ada pembalikan keberuntungan yang

jelas antara negara-negara miskin dan kaya, yang jelas ketika membandingkan metode kolonialisme di suatu wilayah.Geografi dan hibah sumber daya alam bukan satu-satunya penentu dari PDB. Bahkan, mereka yang diberkati dengan faktor pendukung yang baik mengalami ekstraksi kolonial yang hanya disediakan terbatas pertumbuhan yang cepat, padahal negara-negara yang kurang beruntung di endowmen asli mereka mengalami pemukiman Eropa, kesetaraan relatif, dan permintaan untuk aturan hukum . Koloni ini pada awalnya miskin berakhir mengembangkan waralaba terbuka, kesetaraan, dan pendidikan masyarakat luas, yang membantu mereka mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih besar daripada koloni yang telah mengeksploitasi mereka skala ekonomi .

A. Latar Belakang Masalah

Tanggal 15 September 2008 menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika serikat menjadi awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh.Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan cepat menyebar dan menjalar keseluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan Negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus disuspend selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dalam menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia.

Krisis keuangan global dimulai pada pertengahan 2008 telah mengurangi pertumbuhan ekonomi global, dan banyak negarabahkan mengalami kontraksi ekonomi. Untuk

mengatasi kontraksi ekonomi, berbagai kebijakan ekonomitelah dilakukan. Pemerintah telah meningkatkan stimulus sementara bank fiskalmelalui pengeluaran meningkat danmenurunkan pajak beberapa

sentraltelah

memotongtingkatkebijakan substansial. Di

negara bahkan tingkat suku bungamencapai nol atau mendekati nol. Serupa dengan banyak negara lain, Indonesia juga telah dilakukan ekspansifkebijakan, yaitu meningkatkan stimulus fiskal dan menurunkan suku bunga.Makalah ini mengkaji dampak dari stimulus fiskal dan memotongsuku bunga pada perekonomian

Indonesiamenggunakanpendekatan keuangan kesetimbangan dihitung(FCGE) umum. Hasil e stimasi menunjukkan nomortemuan. Pertama, kombinasi dari ekspansi fiskal dan ekspansi moneter meningkatkan pertumbuhan ekonomidi Indonesia secara efektif. Sehubungan

dengan efektivitasekspansi fiskal tanpa ekspansi kebijakan moneteratau ekspansi moneter tanpa ekspansi fiskal, kombinasi dari duakebijakan yang lebih efektif.Kedua, melihat ke dalam komponen PDB, kombinasi dari ekspansi fiskal dan monetermemiliki

efek multiplier yang besar, mendorong permintaan agregatmelalui peningkatan konsumsi, investasi,belanja pemerintah, ekspor dan impor. Sementara itu, dari sisi produksi, kombinasi dariekspansi fiskal dan moneter memiliki efek positif pada peningkatan produksi semua sektor ekonomi. Iniefek berasal masukrendah, dll) dari insentif fiskal (pajak investasi. Selain yang lebih rendah, bea

dalam meningkatkan

itu,kenaikan permintaan

agregat jugamendorong perusahaan untukmeningkatkanproduksi mereka.Pelonggaran Ketiga, stimulus fiskal dan moneter secara kelembagaan telah miskin dan kaya di meningkatkan pendapatan daerah pedesaan dan pembeliankekuatan rumah tangga gilirannya

danperkotaan. Peningkatan pada

menghasilkan lebih tinggisemuakonsumsi rumah tangga.

ISI

Sebagaimana diketahui, saat ini perekonomian dunia tengah mengalami masa-masa sulit. Laju pertumbuhan ekonomi negara maju mengalami perlambatan yang cukup signfikan.Kemudianberlanjut pada beberapa negara berkembang yang memiliki keterkaitan langsung. Krisis ini diyakinidisebabkan oleh gagal bayarsub prime mortgage yang telah disekuritisasi sehingga berdampaksistemik pada sektor keuangan terutama di Amerika serikat. Indonesia sebagai negara small open economy telah terpengaruh krisis keuangan global ini. Kebangkrutan beberapa perusahaan besar Amerika Serikat mengakibatkan peningkatan capitaloutflow sehingga menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah. Disamping itu, kinerja pasar modal juga mengalami penurunan yang tercermin dari penurunan IHSG yang tajam.Dampaknya terhadap sektor riil adalah kontraksi ekspor akibat penurunan permintaan yang kemudian memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.Berbagai kebijakan telah ditempuh oleh otoritas moneter dan fiskal untuk mendorong kinerja pasar modal, pasar keuangan dan sektor riil.Langkah-langkah ini telah menunjukkan perkembangan yang positif.

1. KRISIS EKONOMI GLOBAL Seluruh dunia telah diliputi oleh krisis financial (krisis ekonomi global), seluruh negara-negara di dunia baik itu negara maju maupun negara berkembang telah terjebak dalam kesulitan yang sangat rumit.Beberapa negara yang sebelumnya menikmati kondisi ekonomi yang kuat yang mempunyai teknologi yang canggih dalam hal ilmu pengetahuan, pangan, senjata, obat-obatan terlihat hancur perekonomiannnya.Fakta dari masalah tersebut adalah bahwa ekonomi negara-negara tersebut ditopang oleh kebijakan yang sangat rapuh yang meyebabkan collaps terkena dampak krisis ekonomi global. Krisis finansial global yang menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian dunia secara drastis pada tahun 2008 diperkirakan masih akan terus berlanjut, bahkan akan

meningkat intensitasnya pada tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan emerging markets, situasi ini dapat merusak fundamental perekonomian, dan memicu terjadinya krisis ekonomi. Kekhawatiran atas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to quality dari investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini, telah memberikan tekanan pada mata uang seluruh dunia, termasuk Indonesia dan mengeringkan likuiditas dolar Amerika Serikat di pasar domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas di negara-negara maju maupun berkembang cenderung bergejolak di tengah ketidakpastian yang meningkat. Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, meskipun Indonesia telah membangun momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tidak akan terlepas dari dampak negatif perlemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang mulai berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III tahun 2008, dan second round effectnya akan mulai dirasakan meningkat intensitasnya pada tahun 2009, diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia dalam tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil, maupun sektor moneter dan sektor fiskal (APBN). Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen psikologis maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penurunan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0 persen, dan depresiasi nilai tukar rupiah disertai dengan volatilitas yang meningkat. Sepanjang tahun 2008, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sebesar 17,5 persen. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga

tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya penurunan utang (deleveraging) dari lembaga keuangan global. Krisis keuangan Amerika Serikat menyebabkan masalah global keuangan dunia, untuk mengatasi hal tersebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan sepuluh arahan: (1) semua kalangan tetap optimis, dan bersinergi menghadapi krisis keuangan, (2) tetap pertahankan nilai pertumbuhan enam persen, (3) optimalisasi APBN 2009, (4) dunia usaha khususnya sektor riil harus tetap bergerak, (5) semua pihak agar cerdas menangkap peluang, (6) galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri, (7) tingkatkan sikap profesionalisme, (8) kerja sama dalam menghadapi masalah, (9) tidak melakukan langkah non partisan, (10) komunikasi yang bijak. Sementara itu Mudrajad Kuncoro (2008) mengatakan bahwa setidaknya ada dua langkah strategis dalam mengatasi dampak krisis keuangan global, yaitu Demand pull strategy dan supply push strategy. Demand pull strategy mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan luar negeri dan menyediakan peluang pasar. Langkah strategis lainnya adalah supply push strategy yang mencakup strategy pendorong sisi penawaran, ini bisa dilakukan dengan ketersediaan bahan baku, dukungan permodalan, bantuan teknologi/mesin/alat, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

2. PENYEBAB KRISIS EKONOMI GLOBAL Di tengah dinamika ekonomi global yang terus-menerus berubah dengan akselerasi yang semakin tinggi sebagaimana digambarkan di atas, Indonesia mengalami terpaan badai krisis yang intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju kebangkrutan ekonomi.

Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter beberapa waktu yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap tiga hal.Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir. Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat tambal-sulam, adhoc, dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar. Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan sepenuhnya untuk menyelamatkan sektor modern dari titik kehancuran.Sementara itu, sektor tradisional, sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah menggema. Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan crony capitalism yang telah membuat struktur perekonomian menjadi sangat rapuh terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang sempat dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat dianak-tirikan, sektor pertanian pun juga tak kunjung mature sebagai penopang laju industrialisasi. Yang saat itu terjadi adalah derap industrialisasi melalui serangkaian kebijakan yang cenderung merugikan sektor pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu berkembang secara sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia.

Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan di atas adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political adjustment) tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi, namun mengakibatkan ekses yang ujungujungnya justru counter productive bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi perekonomian mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya perekonomian menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan. Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan tapi pasti telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi.Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan praktik-praktik korupsi itu. Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998. Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh pemerintah.Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya.Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya solidaritas sosial.

3. CARA MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL

Mengatasi Penyebab dan Dampak Krisis Ekonomi Global masih menjadi berita hangat tanpa melewati 1 (satu) hari pun dalam bulan-bulan terakhir ini.Berbicara krisis ekonomi adalah bukan berbicara tentang nasib 1 (satu) orang bahkan lebih dari itu semua karena ini menyangkut nasib sebuah bangsa.Berbagai argument dan komentar pun dilontarkan di berbagai media yang selalu memojokkan pemerintahan Yudhoyono dan BI (Bank Indonesia) Di salah satu media menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya: 1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri 2. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional 3. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) 4. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis. Kedengarannya memang masuk akal tapi untuk menghadapi krisis itu bukanlah semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini perlu dihadapi bersama jangan sampai kejadian Krisis Ekonomi Global Part II ini lebih dahsyat meluluhlantakkan Perekonomian Indonesia seperti yang telah terladi pada Badai Krisis Moneter Part I di Era Soeharto. Sadar atau pun tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali ini sudah sangat jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat.Dimana-mana pengangguran semakin bertambah Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai menarik saham dalam industri-industri di

Indonesia. Dari kejadian kejadian itu akan menjadikan peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di tanah air belum lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah disibukkan dengan masalah yang lebih di prioritaskan sehingga dengan

bebasnya para koruptor meneruskan aksinya ditiap jenjang. Selamat buat para koruptor Anda bisa keluar dari persembunyain untuk sementara Waktu. How pity a Country ! Memang sangat Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara Agraris tapi disisi lain beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Yah ini mungkin salah satu kelemahan dari bangsa kita bahkan diri kita yang sebagai rakyat yang kurang berusaha secara profesional dalam mengelola asset-asset yang ada dalam lahanlahan indonesia. Lihat saja kekayaan Alam Indonesia mulai dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik karena Fasilitas-fasilitas nelayan kurang memadai sehingga negaranegara lain meraup keuntungan dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum lagi persediaan minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-tambang Emas yang masih dikuasai negara asing.Jadi sangat disayangkan Punya Harta yang sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat dinikmati secara maksimal oleh bangsa ini. Jadi memanglah pas ketika Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI ) menyatakan bahwa Krisis ekonomi global telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang hancur-hancuran seperti pada bursa saham sehingga menghentikan operasionalnya. Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global yang di motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian diatas dapat memberi gambaran bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika kita meningkatkan kesadaran sebagai masyarakat indonesia termasuk element pemerintah berikut departement terkait untuk meningkat pengelolaan sumber daya secara profesional sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam penyediaan hasil bumi dan dapat mandiri serta terbebas sebagai

negara importir bahan pangan dan minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara Pengekspor Terbesar.

4.KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR Ekspor Salah satu dampak krisis keuangan global adalah penurunan permintaan ekspor Amerika Serikatpada negara-negara Asia seperti Cina, Jepang, Korea selatan dan Singapura.Hal ini tercermin daripenurunan harga komoditas tersebut di pasar internasional. Agustus 2008 ekspor KalimantanTengah menurut negara tujuan peringkat 1 ditujukan pada Singapura, kedua Cina, ketiga negaranegaraasia lainnya dan Korea Selatan menempati urutan keempat. Sementara Amerika Serikatmenempati urutan ke-8. Secara langsung ekspor ke Amerika Serikat akan mengalami penurunannamun bobotnya sangat kecil. Namun demikian, patut diwaspadai indirect effect yaitu penurunanekspor pada negara lainnya karena ketergantungan Amerika Serikat pada negara asia sangat tinggi. Sementara itu, sampai dengan September 2008 komoditas ekspor utama Kalimantan Tengah yangterdiri dari karet mentah, barang-barang kayu, bijih besi, CPO dan batubara diperkirakan masih akantumbuh positif namun melambat. Trend perlambatan ekspor diperkirakan akan lebih signifikan padabeberapa bulan yang akan datang.Dampak penurunan harga ditengarai tidak secara simultan menekan pertumbuhan ekonomiKalimantan Tengah. Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekspor ke luar negeri masih akan didukungtransaksi antar daerah. Nilai transaksi ekspor dalam negeri masih cukup besar yang didominasi olehbatubara, bijih besi, karet dan CPO. Kebutuhan batubara diperkirakan masih akan meningkat untukmemenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Sementara itu, CPO dan karet diarahkan untuk memenuhikebutuhan dalam negeri.

Impor Keketatan likuiditas yang menyebabkan tidak stabilnya kondisi nilai tukar Rupiah terhadap USD akanmendorong penundaan impor. Sampai dengan Agustus 2008 impor telah menunjukkanperlambatan.Satu-satunya negara impor Kalimantan Tengah adalah dari Malaysia dalam bentukpupuk dan mesin generator. Perlambatan impor ini terkonfirmasi oleh besarnya nilai perubahan stokyang ditengarai berupa barang-barang modal yang telah diadakan beberapa periode sebelumnyadan akan digunakan untuk berproduksi pada masa yang akan datang.Berdasarkan komposisi PDRB impor Kalimantan Tengah didominasi oleh impor antar daerah dariBanjarmasin, Jawa dan Sulawesi.

5.KINERJA SEKTOR PERKEBUNAN DAN PERTAMBANGAN Kinerja sektor perkebunan masih tumbuh positif namun cenderung melambat pada dua triwulanterakhir.Pengaruh penurunan harga CPO dan Karet ditengarai cukup signifikan terhadap kinerjasektor ini.Produksi ditengarai masih stabil namun karena harga yang relatif murah menyebabkannilai tambah sektor ini tidak setinggi triwulan sebelumnya.Hal serupa pada sektor pertambangan yaitu menunjukkan tren menurun beberapa tahun

terakhir.Pembatasan eksplorasi batubara ditengarai menyebabkan penurunan kinerja sektor ini.Semenjakadanya krisis bahan bakar dan listrik, mendorong pemenuhan batubara nasional. Dengan demikian, sebagian besar batubara yang dihasilkan digunakan untuk pembangkit listriktenaga uap nasional.Secara umum penurunan kinerja sektor perkebunan dan pertambangan diperkirakan masih akandidukung oleh kinerja sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektorpengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa serta sektor bangunan. Dengan demikian,perlambatan masih memungkinkan terjadi dalam

jangka panjang namun pengaruhnya tidak secarasimultan menurunkan kinerja perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. 6.KINERJA PERBANKAN Kinerja perbankan masih menunjukkan perkembangan yang positif.Lajupertumbuhan kredit mencapai 33,68% lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan DPK yangmencapai 17,42%. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan sektor riil menggunakan danaperbankan dalam aspek permodalan. Untuk mendukung daya beli masyarakat cenderungmemanfaatkan fasilitas kredit konsumtif. Tingginya ekspansi kredit kecuali kredit konsumsi ditengarai akan mengalami perlambatan padabeberapa bulan mendatang. Tren kenaikan BI-rate diperkirakan direspon oleh perbankan selama+ 3 bulan yang tercermin dari kenaikan rata-rata suku bunga kredit.Selanjutnya, kenaikan rataratasuku bunga kredit direspon dengan penurunan kredit dalam jangka waktu yang cukuppendek (lihat lampiran). Respon kenaikan suku bunga DPK akibat kenaikan BI-rate tercatat cukup cepat pada kisaran 4bulan.Kenaikan suku bunga tertinggi dialami deposito, sementara suku bunga tabungan dangiro cenderung lebih stabil. NPL gros sampai dengan bulan September 2008 masih menunjukkan perkembangan yangmenurun dan cenderung terkendali.Sementara itu, terdapat indikasi penurunan kredit menurut lokasi proyek terutama dalam bentukkredit investasi dan modal kerja.Penurunan ini disebabkan oleh pengurangan ekspansi kreditperbankan nasional untuk meredakan dampak krisis keuangan global terhadap perbankannasional. 7.MEMBANGUN GLOBAL KETAHANAN EKONOMI DARI ANCAMAN KRISIS

Krisis Yunani memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Kedisiplinan dalam menjaga kebijakan fiskal ternyata menentukan stabilitas perekonomian suatu negara. Krisis

yang terjadi di Eropa belakangan ini kembali membuat kita perlu memperkuat fundamental ekonomi karena ancaman krisis global akan terus terjadi. Beberapa dampak krisis keuangan global dapat berupa berfluktuasinya indeks harga saham, imbal hasil ( yield) surat utang negara dan credit default swap (CDS). Dari sektor riil, derivasi krisis keuangan berpotensi menurunkan target penyerapan tenaga kerja nasional.

Beberapa hari ini kita mengalami keresahan yang serupa. Geliat pasar yang ramai di bulan Maret, April, menjadi lesu di bulan Mei ini. Ada sekitar Rp 400 triliun dana asing yang sudah pindah keluar negeri, dari pasar saham dan dialihkan ke investasi lain yang lebih terukur risikonya. Fenomena yang kemudian menurunkan nilai rupiah ke titik Rp Rp 9.300 per dolar AS ini adalah reaksi dari keraguan pasar akibat krisis Yunani dan negara-negara Eropa lainnya yang masih dikhawatirkan akan memengaruhi perekonomian dunia.

Ancaman krisis keuangan akan selalu terjadi sebagai konsekwensi logis dari sistem ekonomi dunia yang terintegrasi. Maka kita perlu membangun ketahanan ekonomi nasional (resilient) dari ketidakpastian-permanen (permanent uncertainty) ekonomi global. Dinamika yang terjadi di pasar karena permanent uncertainty perlu dikelola keseimbangannya, sehingga dapat mencapai stabilitas yang mendukung pembangunan ekonomi. Stabilitas ini dibutuhkan, sehingga pelaku pasar dapat memperkirakan risiko dalam berinvestasi di Indonesia. Singkatnya, tingginya ketidakpastian akibat dari rentannya ketahanan ekonomi nasional dapat berakibat pada semakin tingginya risiko untuk berinvestasi di Indonesia, yang dapat menghambat pembangunan ekonomi, terutama di sektor riil.

Dalam perspektif sektor keuangan, maka penerapan kebijakan fiskal yang sangat hati-hati akan dapat menahan external-shock dengan baik. Kebijakan untuk tetap mempertahankan defisit anggaran pada kisaran 2,1 persen dari PDB (Rp 133,7 triliun), dapat memompa ekonomi nasional untuk tumbuh (growth) secara berimbang dengan tetap memperhatikan

target inflasi. Belajar dari pengalaman Yunani, krisis terjadi karena kurangnya prinsip kehatihatian dalam menetapkan besaran kebijakan fiskal, sehingga akhirnya berpengaruh kepada kemampuan negara untuk memperoleh pendanaan dalam membiayai anggaran dan ditambah dengan besarnya kebutuhan untuk membiayai hutang yang dimiliki.

Hal yang paling dikhawatirkan dari dampak krisis ekonomi adalah kelangkaan 'likuiditas', baik di tingkat global maupun nasional. Pemilik modal akan menahan untuk berinvestasi sampai kondisi dirasa kondusif untuk menjamin tingkat pengembalian (return). Untuk mengantisipasi permasalahan ini, dibutuhkan hubungan yang baik dengan berbagai lembaga keuangan yang dapat menjadi rekan untuk membantu likuiditas sehingga krisis tidak berimbas kepada negara-negara lainnya. Dalam konteks regional, krisis yang terjadi di suatu negara, seperti di Yunani, menjadi tanggung jawab tidak hanya pemerintah negara Eropa, tetapi juga negara tetangganya, seperti Jerman. Aksi yang responsif yang dilakukan oleh negara-negara tetangga ini juga menjadi penting perannya dalam mengantisipasi krisis ekonomi.

Selain dukungan dari lembaga keuangan dan negara-negara tetangga yang mempunyai hubungan dagang yang strategis, kebijakan pemerintah juga perlu diambil untuk lebih mengefektivitaskan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran ini diarahkan pada sektor-sektor yang mampu menumbuhkan usaha dan menyerap tenaga kerja. Investasi sektor riil perlu didorong untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan menjamin supply barang dan jasa. Sementara penyerapan tenaga kerja dilakukan untuk tetap menjamin kemampuan daya beli masyarakat. Belajar dari krisis ekonomi tahun 2008, maka stimulus fiskal mempunyai peran dalam mengakselarasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri saat banyak sektor swasta yang menahan aktivitas usahanya karena ketidakpastian dan risiko yang tinggi.

Krisis yang terjadi juga akan menurunkan permintaan, sehingga untuk negara-negara yang berorientasi ekspor, krisis ekonomi di negara mitra dagang akan menurunkan permintaan dari negara tersebut. Dalam upaya untuk menahan laju perlambatan ekspor, perlu dilakukan beberapa langkah strategis. Pemeritnah perlu melakukan penguatan ekspor melalui diversifikasi pasar dan tujuan ekspor. Misalnya, pemerintah mengambil langkah yang dapat mengurangi ketergantungan (dependency) akan suatu pasar ekspor.

Pemberian insentif berupa pengurangan pajak ekspor, bantuan pembiayaan melalui pembelian Wesel Ekspo Berjangka (WEP), penyederhanaan prosedur ekspor dan perbaikan infrastruktur dapat membantu para eksportir untuk memperluas pasar mereka. Infrastruktur dan pengurangan berbagai pajak ini sudah pernah dilakukan oleh banyak negara ketika mengalami krisis 2008. Indonesia juga mengalokasikan dana untuk stimulus fiskal yang dipakai untuk membangun infrastruktur, selain timulus pajak. China mengalokasikan jumlah besar untuk pembangunan infrastruktur.

Kebijakan untuk komposisi alokasi stimulus fiskal juga perlu disesuaikan dengan nature perekonomian Indonesia. Berapa besar leverage dari stimulus fiskal terhadap pembukaan lapangan kerja di Indonesia, dan tenaga kerja mana yang disasar adalah pekerjaan rumah yang tidak kalah sulitnya bagi pemerintah. Pilihan kebijakan untuk direct spending dibandingkan dengan stimulus pajak mempunyai implikasi masing-masing. Belajar dari krisis 2008, maka pemerintah perlu mempertimbangkan besaran direct spending untuk infrastruktur yang implikasinya langsung diterima sektor riil. Selain itu, kebijakan ini juga perlu didukung oleh kinerja kementerian lainnya, seperti PU (Pekerjaan Umum) yang mempunyai tugas untuk merealisasikan dana untuk membangun infrastruktur ini.

Akhirnya, dalam sistem ekonomi yang digerakkan oleh 'sentimen-pasar', kita perlu menjaga momentum optimisme ekonomi Indonesia di tengah-tengah ancaman krisis ekonomi dunia.

Capital outflow merupkan ancaman serius akibat dampak krisis ekonomi di tempat lain. Walaupun memang capital outflow ini terdiri dari dana investor yang bermain di sektor keuangan, pengaruh dari sentimen negatif terhadap pasar akan memberikan efek perlambatan keyakinan terhadap investasi-investasi di sektor riil lainnya.

Sentimen negatif ini menurunkan IHSG dan terdepresiasinya nilai tukar mata uang rupiah. Ini nantinya akan berdampak pada sektor produksi dalam negeri, terutama mereka yang menggunakan komponen impor dalam jumlah besar. Meningkatnya biaya produksi ini akan menurunkan daya saing produk kita dibandingkan negara lainnya. Belum lagi ancaman produk lain yang masuk ke Indonesia seiring dengan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement) akan semakin membuat kita perlu bekerja keras dan cermat mengelola berbagaiinstrumen keuangan yang dapat memitigasi pengaruh global terhadap sektor keuangan dan sentimen negatif yang dapat ditimbulkan.

Sebagai penutup, stabilitas politik perlu kita jaga bersama. Karena hal ini dapat menjaga stabilitas bagi perekonomian regional. Di kawasan ASEAN, politik yang sedang terjadi di Thailand dapat berdampak positif sekaligus juga berpotensi negatif bagi Indonesia. Positif karena Indonesia mendapatkan limpahan modal investasi dan turis akibat destabilitas politik yang terjadi. Namun pada saat yang bersamaan muncul pemahaman bahwa destabilitas politik akan dapat saja terjadi di Indonesia. Apabila hal ini terjadi, maka akan berdampak pada pegurangan investasi baik dalam pasar uang maupun sektor riil (foreign direct investment).

Berbagai faktor, seperti ketahanan ekonomi nasional terhadap krisis luar negeri yang mempegaruhi sentimen negatif di sektor keuangan, pilihan kebijakan stimulus fiskal yang dapat mengakselarasi pertumbuhan, dan peran sektor riil yang mempunyai daya tahan dalam

mendukung keunggulan daya saing dan stabilitas politik regional dan nasional adalah beberapa faktor yang perlu dikelola oleh pemerintah, DPR, LSM dan masyarakat luas. Dengan begitu kita dapat menunjukkan kepada dunia bahwa perekonomian di Indonesia sangatlah kondusif dan memberikan insentif yang cukup untuk siapapun yang ingin berinvestasi dan memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian Indonesia.

KESIMPULAN

1. Krisis keuangan global diperkirakan akan memberikan dampak berupa perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 dan 2009. 2. Hampir semua sektor ekonomi akan terkena dampaknya, terutama yang berorientasi ekspor dan menggunakan bahan baku impor relatif banyak. 3. Sektor perbankan diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2008, dan sedikit membaik pada tahun 2009 mendatang namun masih belum sebaik pada masa sebelum terjadinya krisis. Krisis keuangan global terhadap kinerja perbankan diperkirakan moderat 4. Dampak krisis keuangan global terhadap kinerja perekonomian cenderung minimal dalam jangka pendek dan moderat dalam jangka panjang. 5. Dampak krisis keuangan global terhadap ekspor Indonesia diperkirakan sudah cukup tinggi. SARAN Dalam menghadapi krisis ekonomi global di harapkan: Adanya kerjasama pemerintah beserta rakyat dalam membangun perekonomian yang lebih baik. Merelokasi dana dan investasi dari investor untuk kesejahteraan rakyat.

MAKALAH

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Oleh:

KELOMPOK 2 : I1A011062 : I1A011003 : I1A011068 : I1A011092 : I1A011030 : I1A011013 : I1A011049 : I1A011037 : I1A011089 : I1A011098

Abdul Latif Dhia Raihana Rahdi Gideon Wisnu Chrisyoga Mardiyah Hayati M. Hafiz Rahmadhani M. Rangga A. Mutia Kusumawardhani Olivia Dewi Rianti Selvia Wijayanti Siti Adjar Novika

PRODI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM BANJARBARU 2011

DAFTAR PUSTAKA

1. http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2009/04/17/peran-bi-dalam-mengatasi-krisis-global/

2. http://lppm.ugm.ac.id/lppm-highlights/212

3. http://www.jurnas.com/news/44212/Krisis_Global_Tak_Halangi_Pertumbuhan_Ekonomi_In donesia/1/Ekonomi

4. http://www.yiela.com/view/437065/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-positif-ditengahkrisis-global 5. http://banking.blog.gunadarma.ac.id/peraturanBI/MicrosoftWordBoksPengaruhKrisisKeuanganGlobal.pdf

6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24562/4/Chapter%20I.pdf

7. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/093687C6-AD32-453B-80A7977FE94F9562/21681/IskandarSimorangkirJustinaAdamanti.pdf

You might also like