You are on page 1of 84

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

LAPORAN STUDI LAPANGAN EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAN NERACA KONSOLIDASIAN DINAS PAJAK DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010

Diajukan oleh: Anggit Pambudi NPM: 093060016207

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi

Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Tahun 2012

ii

ii

ii

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua pertolongan dan berkah yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan Laporan Studi Lapangan ini dengan baik. Tak lupa sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia terbaik sepanjang zaman yang telah begitu luar biasa memperjuangkan cahaya Islam. Semoga kita bisa terus istiqomah mengikuti jejak beliau hingga akhir zaman. Laporan Studi Lapangan ini disusun guna memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari Program Diploma III Akuntansi Pemerintahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2012. Segala kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan Laporan Studi Lapangan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan, penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta, atas segala doa, kasih sayang, dukungan moral dan materiil, motivasi, nasehat serta semua yang telah diberikan kepada penulis. 2. Paman, bibi, saudara, kakek, nenek dan tetangga yang selalu membantu penulis di saat penulis sedang kesusahan.

3. Bapak Kusmandji, Ak., MBA, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Bapak Fadlil Usman, Ak., M.Acc. selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Ajun Akuntan serta seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama tiga tahun menjalani perkuliahan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ini. 4. Bapak Ika Gunawan, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga dan bimbingannya untuk penulis dalam penyusunan Laporan Studi Lapangan ini. 5. Ibu Sulis, ibu Kombar, ibu Devi dan semua pegawai Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin, suasana yang nyaman selama pelaksanaan Praktek Studi Lapangan dan data untuk penulisan laporan ini. 6. Teman-teman satu kosan di Hasan Kost yang sudah bersama hampir 3 tahun ini. Semoga persahabatan dan pertemanan kita tidak pernah putus satu sama lain. 7. Teman-teman satu perjuangan dari daerah asal, Kota Yogyakarta. Yang telah menemani dan bersama dengan penulis dimanapun penulis berada. 8. Teman-teman 1-T 09/10, 2-X 10/11 dan 3-E 11/12 Akuntansi Pemerintahan yang telah memberikan warna tersendiri di kehidupan penulis selama menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 9. Teman-teman satu bimbingan Laporan Studi Lapangan, yang selalu memberikan motivasi dan semangat tersendiri dalam mengerjakan Laporan Studi Lapangan ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik langsung maupun tidak langsung telah membantu dan memudahkan penulis. Terimakasih atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikan.

vi

Penulis berharap dan berdoa semoga semua bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Laporan Studi Lapangan ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa STAN pada khususnya dan masyarakat akademik pada umumnya. Amien. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Tangerang, Juli 2012

Penulis

Anggit Pambudi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN...... HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ......................... HALAMAN PERNYATAAN LULUS TIM PENILAI .......................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan ..................................................................... B. Ruang Lingkup ..................................................................................... C. Tujuan Penulisan .................................................................................. D. Metode Pengumpulan Data................................................................... E. Sistematika Pembahasan ...................................................................... BAB II DATA DAN FAKTA A. Gambaran Umum Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta ........................................................................................... 1. Kondisi geografis ........................................................................... 2. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................. 3. Visi dan Misi ..................................................................................

i ii iii iv v viii xi

1 2 3 4 5

7 7 8 9

viii

4. Struktur Organisasi Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta ............................................................ B. Kebijakan Akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 .......................................................................................... 1. Pendapatan ..................................................................................... 2. Belanja ........................................................................................... 3. Pembiayaan .................................................................................... 4. Aset ................................................................................................ 5. Kewajiban ...................................................................................... 6. Ekuitas Dana .................................................................................. C. Kertas Kerja Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta .................. D. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 .......................................................................................... BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN A. Landasan Teori..................................................................................... 1. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi ........................................... 2. Laporan keuangan konsolidasian .................................................... 3. Prosedur konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah ............. 4. Penyajian laporan keuangan konsolidasian ..................................... 5. Konsolidasi laporan keuangan BLUD ............................................. 24 24 25 28 30 31 19 17 10 11 12 12 12 16 17 9

ix

6. Konsolidasi menggunakan SIPKD .................................................. B. Pembahasan ......................................................................................... 1. Evaluasi penyusunan laporan realisasi anggaran konsolidasian di dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010 ............................................................................................... 2. Evaluasi penyusunan neraca konsolidasian di dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010 ......................... BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan.................................................................................................... B. Saran.......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ LAMPIRAN

34 36

36

43

56 57 58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan Kertas Kerja Konsolidasi LRA SKPD Gabungan Kertas Kerja Konsolidasi LRA BUD Kertas Kerja Konsolidasi Neraca Gabungan Flow Chart Penyusunan LRA dan Neraca Konsolidasian

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu entitas ekonomi yang disajikan seolah-olah seperti satu entitas tunggal. Di dalamnya merupakan gabungan dari beberapa laporan keuangan entitas yang berada dibawah satu entitas konsolidator utama/induk, yang mempunyai kewajiban untuk mengkonsolidasikan laporan-laporan keuangan entitas dibawahnya menjadi satu kesatuan laporan keuangan. Sehingga, akan dapat mencerminkan keadaan serta kinerja keuangan yang sebenarnya dari entitas-entitas yang ada di suatu lingkup pemerintahan atau pengelolaan keuangan lainnya secara utuh dan lebih lengkap. Kelengkapan yang diperlukan dalam menyusun sebuah laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah adalah bukti-bukti transaksi, laporan keuangan dinas-dinas serta kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan dibuat dua macam, yaitu laporan keuangan triwulan dan laporan keuangan tahunan. Berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2006, pemerintah daerah adalah entitas pelaporan yang wajib menyusun laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dalam kapasitasnya sebagai entitas pelaporan mewakili pemerintah daerah. Untuk menyusun laporan keuangan pemerintah daerah, PPKD akan mengkonsolidasikan seluruh laporan

2 keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungannya dengan laporan keuangan PPKD sendiri selaku entitas akuntansi. Sebagaimana dinyatakan di dalam pasal 240 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang berbunyi Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Maka kepala SKPD mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan kepada PPKD untuk kemudian disusun menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian pun sudah banyak dijelaskan di dalam beberapa buku dan juga literatur tentang pelaporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu, didasari atas rasa keingintahuan dan ketertarikan penulis terkait proses pengkonsolidasian laporan keuangan SKPD-SKPD dan juga PPKD menjadi laporan keuangan pemerintah daerah, penulis akan mencoba mengevaluasi proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian, khususnya pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca yang dilakukan oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta untuk laporan keuangan tahun 2010 berdasarkan pada teori dan pemahaman pada langkah-langkah penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang sudah penulis dapatkan . B. Ruang Lingkup Untuk membatasi permasalahan, penulis membatasi pembahasan dalam laporan ini pada evaluasi atas penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian berdasarkan laporan keuangan tahunan SKPD-SKPD dan juga PPKD di DPDPK Kota Yogyakarta yang kemudian akan disusun menjadi Laporan Realisasi

3 Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 di DPDPK Kota Yogyakarta dengan langkah-langkah penyusunan laporan konsolidasian pemerintah daerah yang ada pada literatur, buku, serta sumbersumber lainnya yang sesuai. C. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan laporan Studi Lapangan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk melihat secara langsung sekaligus mempelajari laporan keuangan yang disusun oleh DPDPK Kota Yogyakarta selaku penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta. 2. Mengevaluasi penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca

Konsolidasian di DPDPK Kota Yogyakarta Tahun 2010 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, teori yang ada dan Standar Akuntansi Pemerintahan. 3. Untuk menambah pengetahuan tentang ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dalam bentuk Laporan Studi Lapangan. 4. Untuk membandingkan teori yang sudah didapatkan semasa kuliah dengan keadaan yang terjadi di dunia kerja sebenarnya. 5. Untuk memperoleh pengalaman tentang proses penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian yang dilakukan di DPDPK Kota Yogyakarta.

4 D. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan serta sumber-sumber pendukung lainnya yang dapat membantu penyusunan Laporan Studi Lapangan ini, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan (library research) adalah metode penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber tertulis yang relevan dengan pokok pembahasan, yaitu dapat berupa buku-buku, literatur, media cetak, karya atau jurnal ilmiah, situs-situs internet, perundangan-undangan yang berlaku dan hasil penelitian lain baik yang telah ataupun belum dipublikasikan. Metode penelitian ini berguna untuk memperoleh pemahaman awal tentang pokok bahasan, pengertian-pengertian dasar serta landasan teori terkait dan konsep yang digunakan sebagai acuan dalam memberikan evaluasi atas permasalahan yang dibahas. 2. Penelitian lapangan Penelitian Lapangan (field research) adalah metode penelitian yang dilakukan dengan melihat secara langsung langsung objek yang menjadi pokok permasalahan atau dengan memperoleh data sekunder dari pihak lain guna memperoleh data-data yang diperlukan secara lengkap dan akurat. Dalam penelitian lapangan tidak memerlukan pengetahuan yang mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Metode penelitian lapangan ini didalamnya meliputi wawancara, observasi dan pengumpulan dokumen-dokumen yang dapat membantu sumber data yang dibutuhkan.

5 E. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang uraian latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematikan pembahasan Laporan Studi Lapangan. BAB II DATA DAN FAKTA Berisi tentang data dan fakta terkait kondisi umum DPDPK Kota Yogyakarta, kebijakan akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010, kertas kerja konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca DPDPK Kota Yogyakarta Tahun 2010, dan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010. BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam menyusun laporan Studi Lapangan, seperti teori tentang pengertian entitas pelaporan dan entitas akuntansi, laporan keuangan konsolidasian, prosedur konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah, penyajian laporan keuangan konsolidasian, konsolidasi laporan keuangan BLUD, konsolidasi dengan menggunakan SIPKD serta pembahasan mengenai evaluasi penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian di DPDPK Kota Yogyakarta tahun 2010 yang dilakukan sebagai salah satu proses dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Merupakan ringkasan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang diberikan penulis terkait penyusunan Laporan Realisasi

6 Anggaran dan Neraca Konsolidasian Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta Tahun 2010.

BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta 1. Kondisi geografis. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota. Secara geografis Kota Yogyakarta terbentang antara 110 0241 1911 sampai 1100 281 5311 Bujur Timur dan 070 151 2411 sampai 070 241 2611 Lintang Selatan. Jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,6 km. Secara administratif Kota Yogyakarta berbatasan dengan: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Kabupaten Sleman : Kabupaten Sleman dan Bantul : Kabupaten Bantul : Kabupaten Bantul dan Sleman

Kota Yogyakarta terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi, yang memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%) dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian wilayah dengan luas 1.657 ha terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya

(1.593 ha) berada pada ketinggian antara 100-199 meter dpa. Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol. Terdapat 3 (tiga) sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan, yaitu Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian barat kota. Luas Kota Yogyakarta sekitar 32,5 km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan terdiri dari 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 RW dan 2.521 RT. 2. Tugas pokok dan fungsi. DPDPK Kota Yogyakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pajak daerah dan pengelolaan keuangan daerah. DPDPK Kota Yogyakarta juga menjalankan fungsinya sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sehingga otomatis merupakan Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Yogyakarta dan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan pengelolaan APBD. b. Menyusun rancangan APBD c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah. d. Melaksanakan fungsi sebagai Bendahara Umum Daerah. e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. f. Menyusun rancangan perubahan APBD

g. Melaksanakan tugas pembantuan di bidang pajak daerah dan pengelolaan keuangan. 3. Visi dan misi. Visi dan misi yang dimiliki oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta adalah: a. Visi. Menjadi fasilitator dan motivator pengelolaan pajak daerah dan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. b. Misi. 1) Mewujudkan peningkatan pelayanan dan pendapatan daerah melalui pajak daerah. 2) Mewujudkan peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. 4. Struktur organisasi dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta. Susunan organisasi Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta, terdiri dari: a. Sekretariat, yang terdiri dari: 1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 2) Sub Bagian Keuangan. 3) Sub Bagian Administrasi Data dan Pelaporan. b. Bidang Pajak Daerah, yang terdiri dari: 1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.

10

2) Seksi Penetapan. 3) Seksi Penagihan dan Keberatan. 4) Seksi Pembukuan dan Pelaporan. c. Bidang Anggaran, yang terdiri dari: 1) Seksi Perencanaan Anggaran. 2) Seksi Pengendalian Anggaran. 3) Seksi Penyediaan Dana. d. Bidang Perbendaharaan, yang terdiri dari: 1) Seksi Pengelolaan Belanja Gaji. 2) Seksi Pengeloaan Belanja Non Gaji. e. Bidang Pelaporan, yang terdiri dari: 1) Seksi Akuntansi. 2) Seksi Pembiayaan. f. UPT g. Kelompok Jabatan Fungsional. B. Kebijakan Akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota

Yogyakarta Tahun 2010 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintah pengguna anggaran/pengguna barang dan

11

oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Laporan Realisasi APBD disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Daerah atau dikeluarkan dari Kas Umum Daerah.

Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari Kas Umum Daerah. Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 sebagian besar telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual. Dengan demikian, dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintah daerah. Kebijakan akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah: 1. Pendapatan. Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.

12

Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto. Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. 2. Belanja. Belanja adalah semua pengeluaran Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh pemerintah daerah. Belanja diakui pada periode tahun anggaran berjalan pada saat kas dikeluarkan dari Kas Daerah dan telah dipertanggungjawabkan. 3. Pembiayaan. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas Umum Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. 4. Aset. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan yang diharapkan dapat diperoleh oleh

pemerintah daerah, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-

13

keuangan yang diperlukan untuk penyedia jasa bagi kepentingan masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. a. Aset lancar. Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di Neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di Neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Neraca. Piutang dinyatakan dalam Neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barangbarang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di Neraca berdasarkan harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, menggunakan harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan dan menggunakan harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. b. Investasi.

14

Investasi adalah hak yang dimasukkan untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Investasi pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Daerah per 31 Desember 2010 terbatas pada investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak masuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimilki secara tidak berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. c. Aset tetap. Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah daerah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu

15

tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan Neraca SKPD/PPKD per 31 Desember 2010 pada harga perolehan/harga wajar saat perolehan. Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun, dalam LKPD Tahun 2010, seluruh aset tetap yang dikelola oleh SKPD/PPKD selaku pengguna barang belum disusutkan/didepresiasi. d. Aset lainnya. Aset lainnya adalah aset pemerintah daerah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Perbendaharaan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR), yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-Lain. TPTGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh pemerintah daerah sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan TPTGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal Neraca disajikan sebagai aset lancar. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang diimiliki.

16

Aset Tak Berwujud merupakan aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hak jasa dan operasi Aset Tak Berwujud dalam pengembangan. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, TPTGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga. 5. Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang timbul dari masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah daerah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah daerah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar untuk jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

17

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain sampai akhir periode pelaporan. Nilai yang dicantumkan dalam Neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. 6. Ekuitas dana. Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah daerah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang. C. Kertas Kerja Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta Dalam menyusun Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian Tahun 2010, DPDPK menggunakan kertas kerja konsolidasi untuk membantu dalam proses

18

penggabungan laporan keuangan SKPD-SKPD dan PPKD. Untuk kertas kerja konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran Gabungan pada lampiran III, di dalamnya terdapat Kolom Uraian, Kolom Anggaran, Kolom LRA BUD, Kolom LRA SKPD Gabungan, Kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010, Kolom Persentase dan Kolom Realisasi Tahun 2009. Kolom LRA BUD berisi tentang Laporan Realisasi Anggaran BUD dalam hal ini adalah DPDPK selaku PPKD, sehingga jumlah saldo yang ada di dalam kolom ini adalah jumlah saldo dari LRA BUD saja yaitu DPDPK selaku BUD/PPKD. Lalu untuk Kolom LRA SKPD Gabungan, berisi tentang jumlah saldo total LRA seluruh entitas yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, baik itu SKPD, DPDPK selaku SKPKD, dan juga LRA BLU yang sudah dikonversikan sesuai dengan SAP. Kolom Uraian memberikan penjelasan mengenai akun/rekening apa saja yang ada pada LRA Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 sebagai hasil penggabungan LRA seluruh entitas di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Kolom Anggaran berisi tentang jumlah anggaran yang disediakan untuk masing-masing rekening baik itu pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama satu tahun anggaran. Selanjutnya, Kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010 berisi tentang jumlah dari saldo Kolom LRA BUD ditambah dengan jumlah dari saldo pada Kolom LRA SKPD Gabungan. Jumlah saldo pada kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010 tersebut, merupakan jumlah saldo keseluruhan Laporan Realisasi Anggaran entitas Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tahun anggaran 2010.

19

Kemudian, Kolom Persentase menunjukkan tingkat ketercapaian penyerapan anggaran selama tahun anggaran 2010, dalam hal ini merupakan hasil dari penggunaan anggaran oleh entitas-entitas di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta maupun dari penerimaan yang sudah dianggarkan sedemikian rupa pada awal tahun. Ditambah lagi, Kolom Realisasi 2009 dapat digunakan sebagai pembanding antara Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dengan realisasi anggaran tahun sebelumnya. Selanjutnya untuk Kertas Kerja Konsolidasi Neraca, didalamnya terdapat Kolom Nama Rekening, Kolom Neraca Saldo BUD, Kolom Neraca Gabungan SKPD, Kolom Jurnal Penutup, dan Neraca Saldo Setelah Eliminasi. Kolom Nama Rekening menjelaskan tentang nama-nama akun yang terdapat pada Neraca. Kolom Neraca Saldo BUD menunjukkan informasi posisi keuangan pada Neraca DPDPK selaku BUD, sedangkan Kolom Neraca Gabungan SKPD menunjukkan informasi posisi keuangan gabungan seluruh Neraca SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tahun anggaran 2010. Kolom Jurnal Penutup menunjukkan akunakun yang ditutup untuk Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta. Kemudian, terdapat Kolom Neraca Gabungan Setelah Eliminasi yang menggambarkan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta yang merupakan hasil konsolidasi dari Neraca BUD dan Neraca SKPD Gabungan setelah proses eliminasi dan jurnal penutupan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. D. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010

20

Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 merupakan hasil dari penggabungan/konsolidasi dari LRA dan Neraca seluruh entitas-entitas yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Di dalam Laporan Realisasi Anggaran dan juga Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut, tercermin tingkat penyerapan anggaran dan juga posisi keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tahun anggaran 2010. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 terdiri atas: 1. Pendapatan daerah. Pendapatan adalah semua penerimaan uang melalui Kas Umum Daerah yang menjadi hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan secara bruto, hal ini mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarakan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang dipergunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak

21

dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian, dana otonomi khusus serta bagian keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. 2. Belanja daerah. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Sementara, belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, belanja bantuan keuangan kepada pemerintah provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tak terduga. 3. Pembiayaan. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang berjalan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah ini terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan meliputi Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Sedangkan pengeluaran pembiayaan meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran pokok hutang, dan pemberian pinjaman daerah. Penjelasan lebih lanjut mengenai Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya, untuk Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 terdiri atas:

22

1. Aset daerah. Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan/atau dikuasai dan dapat diukur dengan satuan uang, tetapi tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, kandungan pertambangan, dan harta peninggalan sejarah seperti candi. Aset daerah dalam Neraca adalah seluruh barang yang dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah Kota Yogyakarta, baik yang berasal dari APBD Kota Yogyakarta, pelimpahan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, instansi vertikal, hasil swadaya masyarakat, maupun bantuan pihak ketiga lainnya. Aset Pemerintah Kota Yogyakarta yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2010 diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, dan Aset Lainnya. Aset Lancar terdiri dari Kas dan Setara Kas, Investasi kangka Pendek, Piutang, dan Persediaan. Investasi Jangka Panjang meliputi Penyertaan Modal Pemerintah Daerah, Pemberian Pinjaman, dan Investasi Jangka Panjang Lainnya. Sedangkan untuk Aset Tetap diklasifikasikan menjadi Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, serta Konstruksi Dalam Pengerjaan. Aset Lainnya meliputi antara lain Tagihan Penjualan Angsuran, Tagihan Sewa, Kemitraan Dengan Pihak Ketiga, Aset Tak Berwujud dan Aset Lain-lain. 2. Kewajiban daerah. Kewajiban daerah dikategorikan menjadi Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Kewajiban Jangka Pendek harus dibayar kembali atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi, antara lain berupa utang Perhitungan Fihak aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

23

Ketiga (PFK), Utang Bunga, Utang Kepada Fihak Ketiga, Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. Sedangkan utang jangka panjang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi, terdiri dari Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat dan Utang Jangka Panjang Lainnya. 3. Ekuitas dana. Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset dengan jumlah hutang, yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Untuk lebih jelasnya tentang Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut PP Nomor 8 Tahun 2006 wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan, umumnya bercirikan: a. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran. b. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan. c. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat. d. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Entitas pelaporan pemerintah pusat mempunyai tanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dari seluruh laporan keuangan gabungan kementerian negara/lembaga yang selanjutnya ditambah dengan laporan yang berasal dari penyelenggara fungsi perbendaharaan. Entitas pelaporan pemerintah daerah

24

25

menyusun laporan keuangan konsolidasian dari gabungan seluruh laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang selanjutnya ditambah laporan yang berasal dari penyelenggara fungsi perbendaharaan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan entitas akuntansi adalah setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola barang yang wajib menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. 2. Laporan keuangan konsolidasian. a. Pengertian. Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya serta entitas akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan dan entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu kesatuan entitas tunggal. Dalam PSAP Nomor 11 paragraf 2 disebutkan bahwa Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan disajikan secara terkonsolidasi menurut standar ini agar mencerminkan satu kesatuan entitas. Maksud terkonsolidasi adalah laporan yang dihasilkan oleh entitas pelaporan

26

merupakan penggabungan dari entitas-entitas akuntansi yang ada dibawah satu entitas pelaporan dengan proses berjenjang dalam wadah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat/Daerah. Disamping hal tersebut, dilingkup pemerintah pusat diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian tingkat pemerintah pusat sesuai dengan PSAP Nomor 11 paragraf 3 yang mengatakan Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan Badan Layanan U mum. Laporan Keuangan

Konsolidasian Pemerintah Pusat yang sering disebut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan laporan gabungan seluruh entitas pelaporan ditingkat kementerian negara/lembaga dan laporan yang berasal dari entitas pelaporan Bendahara Umum Negara (BUN). Sedangkan Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah Daerah yang sering disebut juga Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan laporan yang berasal dari entitas pelaporan ditingkat pemerintah daerah dan laporan yang berasal dari entitas pelaporan Bendahara Umum Daerah (BUD). b. Komponen laporan keuangan konsolidasian. Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2006 setidak-tidaknya terdiri dari: 1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan Realisasi Anggaran atau Realisasi APBD untuk pemerintah daerah menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja, dan

27

pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang diperbandingkan dengan anggarannya masing-masing dalam tahun anggaran yang bersangkutan. 2) Neraca. Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang terdiri dari aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana (kekayaan bersih). 3) Laporan Arus Kas (LAK). LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan penggunaan kas dari aktivitas operasi, investasi non keuangan, pembiayaan, dan aktivitas non anggaran selama satu tahun anggaran. LAK akan menjelaskan perubahan saldo kas yang dilaporkan di Neraca. 4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun rincian informasi dari ketiga komponen laporan keuangan diatas, yaitu LRA, Neraca, LAK serta informasi lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan ketiga komponen laporan keuangan tersebut tetapi dianggap relevan atau dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, contoh: kondisi makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dan sebagainya. Khusus untuk LAK hanya dihasilkan dan disusun oleh entitas pelaporan yang menjalankan fungsi perbendaharaan. Laporan keuangan tersebut menurut PSAP Nomor 11 paragraf 6 menyebutkan bahwa Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan, dimana LAK tidak dimasukkan dalam komponen laporan keuangan konsolidasian akan tetapi hanya merupakan laporan yang disusun oleh BUN/BUD.

28

Sehingga dapat disimpulkan dari uraian tersebut yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasian adalah: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA). b. Neraca. c. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK). 3. Prosedur konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah laporan keuangan konsolidasian dari Laporan Keuangan SKPD, Laporan Keuangan PPKD dan Laporan Keuangan Konsolidator. Perbedaan utama dari LKPD dibandingkan dengan Laporan Keuangan SKPD dan PPKD adalah tidak adanya rekening Rekening Koran (RK) SKPD maupun PPKD. Rekening tersebut merupakan akun resiprokal yang dinihilkan melalui jurnal eliminasi saat proses konsolidasi. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah: a. Langkah pertama. 1) Membuat jurnal eliminasi. Jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan eliminasi atau menihilkan saldo akun-akun timbal balik yang ada di Neraca SKPD maupun PPKD. Akun timbal balik adalah akun-akun Rekening Koran (RK), baik itu RK-SKPD maupun RK-PPKD. Berikut ini adalah contoh dari jurnal eliminasi: RK-PPKD RK-Dinas RK-Kantor xxx xxx xxx

29 RK-Badan 2) Membuat kertas kerja. Kertas kerja dibuat untuk mempermudah dan mempercepat penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Sumber-sumber angka yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dengan menggunakan kertas kerja berasal dari laporan keuangan dinas atau unit kerja, neraca saldo dan jurnal eliminasi. Langkahlangkah yang dilakukan dalam menyusun kertas kerja konsolidasi adalah sebagai berikut: a) Memasukkan angka-angka dari neraca saldo atau laporan keuangan Pemda dan dinas sesuai dengan rekening/akun yang sudah disediakan. b) Memasukkan angka-angka dari jurnal eliminasi ke dalam rekening di sisi debet dan kredit dengan kolom yang sesuai. c) Menghitung angka-angka yang akan disajikan di dalam laporan keuangan konsolidasi yang merupakan gabungan kedua langkah di atas. b. Langkah kedua. Jurnal penutup adalah jurnal akhir yang dibuat untuk menutup saldo akun nominal menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Dibawah ini adalah format jurnal penutup untuk laporan keuangan konsolidasian: Pendapatan Penerimaan Pembiayaan xxx xxx

xxx

30

Apropriasi Belanja Estimasi Pengeluaran Pembiayaan Belanja Pengeluaran Pembiayaan Estimasi Pendapatan

xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Estimasi Penerimaan Pembiayaan SiLPA

Jurnal Penutup akan mempengaruhi nilai SiLPA di Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran menjadi jumlah yang benar dan sesuai. 4. Penyajian laporan keuangan konsolidasian. Pemerintah pusat/daerah menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari gabungan semua laporan entitas pelaporan kepada lembaga legislatif. Laporan keuangan konsolidasian tersebut disusun sesuai dengan periode pelaporan masingmasing entitas pelaporan sebagaimana disebutkan dalam PSAP Nomor 11 paragraf 7 bahwa Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan dirinci menurut organisasi, fungsi, subfungsi, program dan jenis belanja sehingga dapat diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian disusun dan disajikan secara komparatif sehingga dapat dilakukan analisis tentang perubahan kenaikan dan penurunan penggunaan anggaran.

31

5. Konsolidasi laporan keuangan BLUD. BLUD adalah SKPD atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Perlu dipahami bahwa aset dan kekayaan BLUD adalah tidak terpisahkan dari aset dan kekayaan Pemerintah Daerah, sehingga instansi pemerintah/SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan operasional BLUD. Laporan Keuangan tersebut wajib disampaikan setiap triwulan, semester dan tahunan serta disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun instansi pemerintah/SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD juga wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan kepada PPKD berdasarkan SAP untuk keperluan integrasi/ konsolidasi dalam Laporan Keuangan Pemda. Oleh karena itu, untuk pengintegrasian Laporan Keuangan BLUD dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, BLUD mengembangkan Sub Sistem Akuntansi Keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP. Apabila Sub Sistem Akuntansi Keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD belum dapat menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan Laporan Keuangan

SKPD/Pemerintah Daerah, BLUD Unit Kerja/SKPD melakukan konversi laporan

32

keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversi Laporan Keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP mencakup pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Penjelasan terkait konversi Laporan Keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP adalah sebagai berikut: a. Pengertian. Pada umumnya, pengertian akun-akun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian akun yang digunakan adalah pengertian akun menurut SAP. b. Klasifikasi. Klasifikasi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya perlu disesuaikan dengan klasifikasi aset sesuai dengan Bagan Akun Standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan. 1) Mapping klasifikasi pendapatan dan belanja ke dalam perkiraan pendapatan dan belanja berbasis SAI berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Bagan Akun Standar. 2) Mapping klasifikasi Neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas BLUD menjadi aset, kewajiban, dan ekuitas dana sesuai dengan Bagan Akun Standar. Akun penyisihan piutang tak tertagih, akumulasi penyusutan dan akumulasi amortisasi

33

tidak perlu disajikan di Neraca berdasarkan SAP, sepanjang aplikasi SAI belum menerapkan penyisihan piutang tak tertagih, penyusutan dan amortisasi. c. Pengakuan dan pengukuran. SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. Pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Biaya diakui jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset, misalnya akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap. SAP menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas serta basis kas dalam pengakuan belanja dan pendapatan. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah dan dipertanggungjawabkan. Pendapatan (tidak termasuk pendapatan yang ditransfer dari APBD) dan belanja BLUD diakui jika pendapatan dan belanja tersebut dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan atas pendapatan dan belanja tersebut. Belanja yang didanai dari pendapatan BLUD diakui sebagai belanja oleh BUD jika belanja tersebut telah dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan. Untuk kepentingan konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, perlu dilakukan penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi akun

34

pendapatan dan belanja berbasis kas. Formula penyesuaian pendapatan dan belanja akrual menjadi berbasis kas adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLUD + pendapatan diterima di muka pendapatan yang masih harus diterima. 2) Belanja Berbasis Kas = Biaya BLUD Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka. d. Pengungkapan. Pengungkapan laporan keuangan sesuai dengan SAP harus mengikuti persyaratan sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Konsolidasi Laporan Keuangan BLUD ke dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan secara berkala setiap semester dan tahunan. Laporan keuangan yang dikonsolidasikan terdiri dari Neraca dan LRA. 6. Konsolidasi menggunakan SIPKD. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) merupakan aplikasi yang dibangun oleh Direktorat Jendral Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri dalam rangka percepatan transfer data dan efisiensi dalam penghimpunan data keuangan daerah. Aplikasi SIPKD diolah oleh Subdit Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Direktorat Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. SIPKD adalah aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi di bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel.

35

Ada dua alternatif yang dapat dipilih dalam menghasilkan laporan keuangan melalui Aplikasi SIPKD, yaitu: a. Laporan keuangan lengkap. 1) Buku Jurnal SKPD. 2) Buku Jurnal PPKD. 3) Buku Besar Rekening Anggaran. 4) Buku Besar Rekening Neraca. 5) Laporan Realisasi Anggaran. 6) Laporan Arus Kas. 7) Neraca SKPD dan Neraca Konsolidasi. b. Laporan keuangan standar. Laporan Keuangan Standar antara lain menghasilkan dokumen-dokumen sebagai berikut: 1) Laporan Realisasi Anggaran. 2) Laporan Arus Kas. 3) Neraca SKPD dan Neraca Konsolidasi. Untuk tujuan konsolidasi, terdapat menu jurnal konsolidator, yang harus dilakukan oleh SKPKD untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Menu ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Jurnal-Penyetoran.

36

Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal penerimaan kas dari STS yang sudah divalidasi Kas Daerah. b. Jurnal-SP2D. Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal pengeluaran kas dari SP2D yang sudah divalidasi oleh Kas Daerah. c. Jurnal-Transfer Antar Bank. Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal penerimaan kas dan atau pengeluaran kas dari transaksi transfer atas rekening kas daerah yang sudah divalidasi kas daerah. Transfer atas rekening daerah terjadi pada DBI yang memiliki Rekening Koran (rekening kas daerah) lebih dari satu. Sehingga, untuk keperluan konsolidasi, masing-masing SKPD tinggal menginput data keuangan, lalu data keuangan tersebut akan dikirimkan ke database SKPKD untuk dikonsolidasikan secara terkomputerisasi menjadi laporan keuangan

konsolidasian. B. Pembahasan 1. Evaluasi penyusunan laporan realisasi anggaran konsolidasian di dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta (Laporan Realisasi APBD) merupakan gabungan dari LRA seluruh entitas akuntansi di lingkungan

37

Pemerintah Kota Yogyakarta berikut entitas pelaporannya, yaitu LRA seluruh SKPD/Dinas dan LRA DPDPK selaku PPKD/BUD. LRA masing-masing SKPD merupakan laporan pelaksanaan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD masingmasing SKPD, sedangkan LRA DPDPK (selaku PPKD) merupakan laporan

pelaksanaan dari DPA PPKD. Dalam melakukan proses konsolidasi LRA SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, terlebih dahulu Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta mengumpulkan laporan keuangan SKPD-SKPD yang telah diterima dan diserahkan oleh bagian Sekretariat di DPDPK. Kemudian, laporan-laporan keuangan tersebut diregister di bidang pelaporan lalu diserahkan ke masing-masing pengampu/korektor SKPD di bidang pelaporan agar diuji kelengkapan serta dikoreksi kebenaran pencatatannya melalui mekanisme rekonsiliasi dengan catatan dari pengampu masing-masing SKPD yang sudah disusun setiap bulannya, sehingga jika ada perbedaan maka DPDPK dapat segera menginformasikan hal tersebut kepada SKPD terkait untuk dikoreksi dan diperbaiki serta kemudian menyerahkan kembali laporan keuangannya ke DPDPK. Setelah semua laporan keuangan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta diterima dan selesai direkonsilisasi, DPDPK memasukkannya ke dalam Kertas Kerja Konsolidasi LRA Pemerintah Kota Yogyakarta. Di dalam kertas kerja itulah, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) masing-masing SKPD berikut Laporan Realisasi Anggaran (LRA) DPDPK selaku PPKD dan juga SKPD dikonsolidasikan. Tidak terdapat eliminasi akun-akun resiprokal dalam proses pengkonsolidasian Laporan Realisasi Anggaran. Teknik konsolidasinya adalah

38

dengan menambahkan saldo pada rekening yang sama diantara LRA-LRA yang ada dan memasukkannya ke kolom LRA Gabungan. Sedangkan untuk rekening yang hanya ada pada satu LRA entitas akuntansi tertentu saja, rekening beserta saldonya langsung dimasukkan ke Kolom LRA Gabungan. Sebagai contoh adalah rekening pendapatan transfer yang tidak ada pada LRA SKPD Gabungan dan hanya ada di LRA PPKD pada tabel III.1 berikut ini: Tabel III.1 Kertas Kerja Konsolidasi Untuk LRA Pemkot Yogyakarta Tahun 2010
LRA SKPD

ANGGARAN
PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah

LRA BUD

GABUNGAN

LRA GABUNGAN

622,281,028,692.00

614,973,004,594.00

0.00

614,973,004,594.00

Pusat- Dana Perimbangan

490,290,777,726.00 80,998,335,726.00

484,628,282,720.00 75,585,120,720.00

0.00 0.00

484,628,282,720.00 75,585,120,720.00

Dana Bagi Hasil Pajak


Dana Bagi Hasil Bukan

Pajak (Sumber Daya Alam)

249,280,000.00 395,444,062,000.00 13,599,100,000.00

0.00 395,444,062,000.00 13,599,100,000.00

0.00 0.00 0.00

249,280,000.00 395,444,062,000.00 13,599,100,000.00

Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

Sumber: Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan Dapat dilihat pada Lampiran III Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan, terjadi akumulasi penambahan pada saldo akun kelompok Pendapatan Asli Daerah, yang merupakan akibat dari konsolidasi yang dilakukan antara LRA SKPD-SKPD (Gabungan) dengan LRA BUD selaku entitas pelaporan dan konsolidator. Saldo akun total kelompok Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 179.423.640.057,51 merupakan hasil dari total saldo Realisasi PAD BUD sebesar Rp 104.320.394.986,20 ditambah dengan total saldo Realisasi PAD SKPD seluruh lingkungan Pemerintah Kota

39

Yogyakarta sebesar Rp 75.103.245.071,31. Kemudian, pada baris akun Pendapatan Transfer pada kolom LRA Gabungan, jumlah saldo total Pendapatan Transfer Pemerintah Kota Yogyakarta adalah sebesar Rp 614.973.004.594. Jumlah tersebut seluruhnya merupakan hasil pendapatan transfer yang disalurkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui BUD sehingga dalam kolom LRA SKPD Gabungan tidak terdapat adanya saldo terkait Akun Pendapatan Transfer. Karena, transaksi pendapatan transfer dari pemerintah pusat hanya terjadi di DPDPK selaku PPKD/BUD. Begitu juga pada baris Akun Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Jumlah saldo sebesar Rp 21.099.280.000 keseluruhannya merupakan hasil dari kegiatan transaksi BUD, karena hibah dicatat dan diterima hanya di PPKD saja. Selanjutnya pada baris Akun Belanja Operasi, total saldo sebesar Rp 784.516.524.448,43 merupakan total saldo Realisasi Belanja Operasi BUD sebesar Rp 87.890.978.224,43 berikut Realisasi Belanja Operasi SKPD-SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar Rp 696.625.546.224. Untuk Realisasi Belanja Modal jumlah total pada kolom LRA Gabungan sebesar Rp 54.040.432.205 merupakan gabungan dari Realisasi Belanja Modal BUD sebesar Rp 81.696.700 dan Realisasi Belanja Modal SKPD Gabungan sebesar Rp

53.958.735.505. Sementara untuk akun Belanja Tak Terduga hanya berasal dari Realisasi Belanja Tak Terduga BUD sebesar Rp 1.309.524.008. Proses penambahan akun-akun LRA ini terus berlanjut sampai pada akun SiLPA yang menunjukan besarnya sisa pembiayaan yang masih ada akibat adanya Surplus/Defisit yang dialami

40

oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebagai usaha untuk menutup anggaran yang Defisit lewat pembiayaan. Di dalam LRA SKPD Gabungan, sudah termasuk di dalamnya jumlah saldo LRA Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta yang berupa BLUD. Untuk tujuan konsolidasian, laporan keuangan BLUD yang berlandaskan SAK harus dikonversikan terlebih dahulu sesuai dengan SAP pada akun pendapatan dan belanjanya. Karena pendapatan dan belanja BLUD berbasis akrual, maka harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi berbasis kas agar LRA BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta dapat dikonsolidasikan. Rumus formula untuk konversi tersebut adalah sebagai berikut: a. Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLUD + pendapatan diterima di muka pendapatan yang masih harus diterima. b. Belanja Berbasis Kas = Biaya BLUD Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka. Barulah ketika LRA BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta tersebut pada akun pendapatan dan belanjanya sudah dikonversikan sesuai dengan SAP, LRA BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta dapat dikonsolidasikan. Langkah-langkah konsolidasi LRA yang dilakukan oleh DPDPK Kota Yogyakarta sudah cukup benar. Tidak ada proses yang berbeda secara signifikan dalam hal konsolidasian yang dilakukan dengan teori dan langkah-langkah konsolidasi yang ada pada buku dan sumber-sumber yang ada. Namun, DPDPK Kota Yogyakarta masih menggunakan cara manual untuk proses konsolidasinya, yaitu hanya menggunakan

41

program penghitungan Microsoft Excel dan belum disertai sistem konsolidasi/aplikasi sistematis ataupun menggunakan prosedur konsolidasi SIPKD yang dapat mempermudah proses konsolidasinya. Kemudian, untuk jurnal penutup akun-akun nominal pada Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian juga belum ada catatannya, dengan alasan bahwa jurnal tersebut merupakan jurnal yang sederhana sehingga apabila diperlukan informasinya, tinggal melihat pada kertas kerja lalu menulisnya sebentar saja sudah selesai. Memang, untuk pencatatan jurnal penutup tidaklah terlalu rumit, dan prosesnya pun hampir sama seperti jurnal pembalik. Akan tetapi, jurnal penutup diperlukan untuk membuat nilai saldo SiLPA pada akhir tahun anggaran di LRA menjadi benar, serta mempengaruhi juga nilai saldo SiLPA di Neraca menjadi sesuai dengan LRA. Jurnal penutup yang diperlukan untuk LRA adalah jurnal penutup untuk Akun Pendapatan, Belanja serta Pembiayaan. Berikut adalah jurnal penutup yang seharusnya dicatat oleh DPDPK Kota Yogyakarta untuk LRA Gabungan tahun 2010: o Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain pendapatan Asli Daerah Yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum 11.031.304.700,40 57.923.105.336,11 73.460.190.158 2.124.930.562 395.444.062.000 78.254.579.242 32.214.650.779

42

Dana Alokasi Khusus Dana Penyesuaian Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya SiLPA o SiLPA Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tidak Terduga o Penggunaan SiLPA

13.559.100.000 81.353.699.000 48.991.022.874 13.849.280.000 7.250.000.000 815.495.924.651,51 839.866.480.661,43 559.146.974.048 159.119.638.920 379.637.470,43 30.530.575.535 35.339.698.475 4.287.291.550 14.321.567.817 22.849.064.073 11.046.126.965 1.296.757.800 239.624.000 1.309.524.008 98.196.733.349,97 1.589.781.128 318.363.751

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah

43

SiLPA o SiLPA Pembayaran Pokok Hutang

100.104.878.228,97 761.652.154,88 761.652.154,88

Sehingga berdasarkan jurnal penutup diatas, nilai SiLPA untuk LRA tahun anggaran 2010 adalah sebesar = 815.495.924.651,51 839.866.480.661,43 +

(100.104.878.228,97-761.652.154,88) = 74.972.670.064,17. Nilai SiLPA tersebut merupakan saldo akhir jumlah saldo pembiayaan yang masih tersisa di rekening BUD/DPDPK selaku PPKD sebagai hasil dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan pada tahun anggaran 2010. 2. Evaluasi penyusunan neraca konsolidasian di dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010. Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan gabungan Neraca dari seluruh entitas akuntansi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta berikut entitas pelaporannya, yaitu Neraca seluruh SKPD dan Neraca DPDPK Kota Yogyakarta selaku PPKD/BUD. Dalam proses pengkonsolidasian Neraca SKPD-SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, DPDPK selaku PPKD sekaligus entitas akuntansi sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya,

mengumpulkan laporan keuangan SKPD yang telah diterima di bagian Sekretariat DPDPK untuk diregister di bidang pelaporan, kemudian diserahkan ke masing-masing pengampu/korektor agar di koreksi dan diuji kelengkapannya terlebih dahulu. Selanjutnya, dilakukanlah rekonsiliasi untuk mencocokan antara catatan masingmasing pengampu SKPD-SKPD di bidang pelaporan dengan laporan keuangan SKPD

44

yang telah diterima oleh bidang pelaporan. Apabila ditemukan adanya kesalahan atau perbedaan baik saldo ataupun nama akun, maka bidang pelaporan dapat segera memberitahukannya kepada SKPD terkait untuk mengkoreksi dan memperbaiki laporan keuangannya. Setelah itu, laporan keuangan SKPD yang telah dikoreksi dan diperbaiki ,diserahkan kembali ke bidang pelaporan di DPDPK untuk dilakukan proses konsolidasi. Saldo-saldo yang terdapat di Neraca SKPD-SKPD dimasukkan ke dalam kertas kerja konsolidasi Akuntansi BUD berdasarkan nama akun/rekening pada format yang sudah disediakan. Di dalam kertas kerja konsolidasi tersebut, dilakukanlah proses eliminasi akun-akun resiprokal seperti RK SKPD dan RK PPKD. Teknik pengkonsolidasiannya secara umum sama seperti pada pengkonsolidasian Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu dengan menjumlahkan saldo yang ada pada kolom Neraca BUD dengan saldo pada kolom Neraca SKPD Gabungan serta kemudian memindahkannya pada kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi kecuali perlu diperhatikan untuk beberapa hal sebagai berikut: a. Untuk rekening timbal balik (akun resiprokal) harus dieliminasi satu dengan lainnya dengan jurnal eliminasi, yaitu rekening RK PPKD di Neraca dinasdinas/SKPD Kota Yogyakarta dieliminasi dengan rekening RK SKPD yang ada di Neraca DPDPK Kota Yogyakarta selaku PPKD. Cara membuat jurnal eliminasi adalah seperti membuat jurnal pembalik, yaitu rekening yang saldonya di debet kemudian dikreditkan dan yang saldonya di kredit kemudian didebetkan, sehingga

45

dengan demikian rekening-rekening timbal balik menjadi tidak ada lagi di Neraca Gabungan. b. Saldo SiLPA di Neraca PPKD dan SKPD-SKPD belum menunjukkan saldo SiLPA yang sesungguhnya. Adapun saldo SiLPA yang sesungguhnya baru dapat dilihat di Neraca Gabungan (konsolidasian) dan LRA Gabungan. Sehingga, saldo SiLPA di Neraca Gabungan harus sama dengan saldo SiLPA di LRA Gabungan. Oleh karena itu, untuk menentukan saldo SiLPA di Neraca Gabungan caranya adalah dengan menjumlah seluruh kas yang ada di Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta baik itu Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran (yang belum disetor ke Kasda) dan Kas di Bendahara Penerimaan (yang belum disetor ke Kasda) dikurangi dengan uang milik pihak ketiga yang berasal dari utang perhitungan pihak ketiga/utang PFK (contoh utang PFK adalah utang PPN/PPH, utang potongan iuran Taspen, Askes yang belum disetor oleh Pemerintah Kota Yogyakarta ke pihak ketiga) dan Pendapatan Yang Ditangguhkan. Hasil dari konsolidasi yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 6 Kertas Kerja Konsolidasi Neraca. Saldo Akun-Akun Aset Lancar tidak ada eliminasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara memindahkan serta menjumlahkan langsung saldo Aset Lancar yang ada di Neraca BUD dan Neraca Gabungan SKPD ke kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi. Begitu juga dengan Akun-Akun Aset Tetap, teknik konsolidasinya serupa dengan cara konsolidasi pada Akun-Akun Aset Lancar. Saldo yang ada pada Neraca BUD dijumlahkan dengan saldo yang ada di Neraca Gabungan

46

SKPD, kemudian dipindahkan ke kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi karena memang tidak terdapat eliminasi pada Akun-Akun Aset Tetap. Lain halnya dengan Akun-Akun RK-SKPD yang ada di Neraca BUD maupun RK-PPKD di Neraca Gabungan SKPD. RK-SKPD dan RK-PPKD merupakan akunakun timbal balik yang harus dieliminasi pada waktu proses pengkonsolidasian. DPDPK Kota Yogyakarta tidak mencatat jurnal eliminasi terhadap akun-akun resiprokal sewaktu melakukan proses konsolidasi. Eliminasi langsung dilakukan dengan mengambil jumlah saldo yang dapat diambil langsung dari Buku Besar atau Neraca. Berikut adalah jurnal-jurnal eliminasi untuk penyusunan Neraca

Konsoldasian DPDPK: o RK-Taman Pintar RK-PPKD o RK-Dinas Kesehatan RK-PPKD o RK-RSUD RK-PPKD
o

7.106.376.055 7.106.376.055 5.786.705.046 5.786.705.046 33.870.754.998 33.870.754.998 447.460.700 447.460.700 9.500.000 9.500.000 4.774.569.998 4.774.569.998

RK-Kantor Kimpraswil RK-PPKD

o RK-Kantor Kebakaran RK-PPKD o RK-Dinas Perizinan RK-PPKD

47 o RK-SKPKD-DPDPK RK-PPKD o RK-Dindukcapil RK-PPKD o RK-Dinas Perhubungan RK-PPKD o RK-Badan Lingkungan Hidup RK-PPKD o RK-Dinas Perindagkoptan RK-PPKD o RK-Dinas Pariwisata RK-PPKD o RK-Dinas Pengelolaan Pasar RK-PPKD

498.477.562.720 498.477.562.720 1.160.049.000 1.160.049.000 5.600.138.151 5.600.138.151 1.782.251.950 1.782.251.950 377.937.010 377.937.010 1.180.519.500 1.180.519.500 13.006.982.663 13.006.982.663

Bagian Debet jurnal eliminasi untuk saldo kredit RK-SKPD di Neraca DPDPK sedangkan bagian Kredit adalah jurnal eliminasi untuk RK- PPKD di Neraca SKPD. Jurnal eliminasi diatas merupakan jurnal eliminasi saldo RK-SKPD Kredit pada Neraca PPKD (BUD). RK-SKPD Kredit adalah akun rekening SKPD-SKPD yang menghasilkan pemasukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, contohnya adalah Taman Pintar. Taman Pintar adalah BLUD yang memperoleh pendapatan dari retribusi masuk pengunjung Taman Pintar, penjualan barang-barang di Taman Pintar

48

dan pendapatan-pendapatan lainnya. Begitu juga dengan Dinas Kesehatan, memperoleh pendapatan dari retribusi pengunjung Puskesmas dan instansi kesehatan lainnya yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Akan tetapi, tidak semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah SKPD yang dapat menghasilkan pemasukan bagi Kas Daerah, sebagai contohnya adalah Inspektorat. Inspektorat tidak melakukan pemungutan apapun sehingga tidak dapat memperoleh pendapatan yang nantinya dapat disetorkan ke Kas Daerah. Oleh karena itu, Inspektorat tidak mempunyai rekening RK SKPD Kredit pada Neraca DPDPK selaku BUD. Kemudian, di dalam Kertas Kerja Konsolidasi Neraca juga terdapat eliminasi RKSKPD Debet pada kolom Neraca PPKD. Berlawanan dengan RK-SKPD Kredit yang merupakan saldo dari SKPD penghasil pemasukan/pendapatan bagi Kas Daerah. Semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki RK-SKPD Debet di Neraca BUD. Hal ini dikarenakan semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan kewajiban pembayaran seperti membayar gaji pegawai, belanja operasional dan juga belanja modal seperti halnya juga DPDPK selaku BUD. Biaya-biaya tersebut dibiayai dari anggaran yang sudah disusun sedemikian rupa oleh DPDPK untuk masing-masing SKPD sebagaimana peruntukannya masing-masing. Berikut ini adalah jurnal eliminasi untuk RK-SKPD Debet di Kertas Kerja Konsolidasi Neraca DPDPK: o RK-PPKD RK-Dinas Pendidikan 343.301.693.272 343.301.693.272

49 o RK-PPKD RK-Kantor Pengelolaan Tapin o RK-PPKD RK-Dinas Kesehatan o RK-PPKD RK-RSUD o RK-PPKD RK-Dinas Kimpraswil o RK-PPKD RK-Kantor Penanggulangan Kebakaran dan Linmas o RK-PPKD RK-Bappeda o RK-PPKD RK-Dinas Perhubungan o RK-PPKD RK-Badan Lingkungan Hidup o RK-PPKD RK-Dindukcapil o RK-PPKD RK-KPMP o RK-PPKD 4.789.917.144 4.664.659,491 4.664.659.491 12.252.373.174 12.252.373.174 27.995.348.664 27.995.348.664 3.168.692.460 3.168.692.460 2.058.515.667 2.058.515.667 3.391.667.651

7.328.004.036 7.328.004.036 53.131.530.425 53.131.530.425 47.202.807.142 47.202.807.142 30.772.399.232 30.772.399.232 4.789.917.144

50

RK-Kantor KB o RK-PPKD RK-Dinkesostrans o RK-PPKD RK-Disperindagkoptan o RK-PPKD RK-Kesbang o RK-PPKD RK-DPRD o RK-PPKD RK-Kepda Wakepda o RK-PPKD RK-Sekretariat Daerah o RK-PPKD RK-Sekretariat DPRD o RK-PPKD RK-Inspektorat o RK-PPKD RK-BKD o RK-PPKD RK-DPDPK-SKPKD o RK-PPKD

3.391.667.651 10.130.217.453 10.130.217.453 10.885.146.007 10.885.146.007 1.624.821.583 1.624.821.583 6.045.956.683 6.045.956.683 698.848.133 698.848.133 34.225.855.326 34.225.855.326 13.647.952.868 13.647.952.868 3.620.565.048 3.620.565.048 29.899.759.763 29.899.759.763 68.321.087.643,31 68.321.087.643,31 21.650.876.244

51

RK-DPDPK o RK-PPKD RK-Dinas Perizinan o RK-PPKD RK-Dinas Ketertiban o RK-PPKD RK-Kecamantan Tegalrejo o RK-PPKD RK-Kecamatan Jetis o RK-PPKD RK-Kecamatan Gondokusuman o RK-PPKD RK-Kecamatan Danurejan o RK-PPKD RK-Kecamatan Gedongtengen o RK-PPKD RK-Kecamatan Pakualaman o RK-PPKD RK-Kecamatan Ngampilan o RK-PPKD RK-Kecamatan Wirobrajan o RK-PPKD

21.650.876.244 5.079.367.830 5.079.367.830 10.066.437.370 10.066.437.370 2.340.236.205 2.340.236.205 1.799.309.099 1.799.309.099 2.808.651.187 2.808.651.187 2.045.915.335 2.045.915.335 1.795.833.062 1.795.833.062 1.570.683.196 1.570.683.196 1.579.203.407 1.579.203.407 1.916.009.878 1.916.009.878 1.885.048.704

52

RK-Kecamatan Mantrijeron o RK-PPKD RK-Kecamatan Gondomanan o RK-PPKD RK-Kecamatan Mergangsan o RK-PPKD RK-Kecamatan Kraton o RK-PPKD RK-Kecamatan Umbulharjo o RK-PPKD RK-Kecamatan Kotagede o RK-PPKD RK-Sekretariat KPU o RK-PPKD RK-Kantor Arsip dan Perpustakaan o RK-PPKD RK-Dinas Parbud o RK-PPKD RK-Dinas Pengelolaan Pasar

1.885.048.704 1.526.063.249 1.526.063.249 1.526.063.249 1.979.281.155 1.893.505.102 1.893.505.102 3.550.746.968 2.138.490.460 2.138.490.460 2.138.490.460 548.877.979 548.877.979 3.152.418.076 3.152.418.076 6.387.683.821 6.387.683.821 15.670.183.826 15.670.183.826

Bagian debet adalah untuk jurnal eliminasi saldo rekening kredit RK-PPKD di Neraca SKPD sedangkan bagian kredit adalah jurnal eliminasi untuk saldo rekening debet RK-SKPD di Neraca DPDPK selaku BUD. Selain jurnal eliminasi yang tidak

53

dicatat oleh DPDPK sewaktu melakukan proses konsolidasi, masih ada lagi jurnal penutup. Dikarenakan faktor kesederhanaan dari pencatatan jurnal yang bersangkutan, DPDPK tidak membuat catatan secara tertulis terkait jurnal-jurnal tersebut. Akan tetapi, kedua jurnal tersebut diperlukan untuk memperoleh informasi tentang proses konsolidasi dan juga saldo SiLPA di akhir tahun anggaran yang ada di Neraca. Berikut ini adalah jurnal penutup yang laporan konsolidasian berdasarkan Kertas Kerja Konsolidasi Neraca DPDPK:
o

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah SiLPA

1.389.781.128 518.363.751 1.908.144.879

Sehingga berdasarkan jurnal penutup tersebut diatas dapat diperoleh saldo SiLPA untuk Neraca akhir tahun anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dengan perhitungan sebagai berikut: Kas Di Kasda + Kas di Bendahara Pengeluaran Utang PFK Pendapatan Yang di Tangguhkan = 63.090.148.640,17+15.311.719.9001.850.599.553-1.578.598.923 = 74.972.670.064,17. Jumlah saldo SiLPA di Neraca tersebut menunjukkan jumlah pembiayaan yang masih tersisa di rekening DPDPK, dan jumlahnya pun sama dengan saldo rekening SiLPA di LRA Gabungan sebesar 74.972.670.064,17. Fungsi dari jurnal penutup di atas digunakan untuk menutup Akun Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah dan Akun Penerimaan Piutang Daerah yang merupakan Akun Pembiayaan. Kedua akun tersebut masuk ke dalam komponen penerimaan pembiayaan untuk tahun 2010, sehingga saldo pembiayaan pada tahun

54

anggaran bersangkutan harus ditutup untuk penerimaan/pengeluaran pembiayaan tahun selanjutnya. Neraca Gabungan SKPD yang ada di Kertas Kerja Konsolidasi Neraca DPDPK sudah termasuk di dalamnya gabungan dari Neraca SKPD Taman Pintar dan RSUD Pemerintah Kota Yogyakarta yang berstatus BLUD. Neraca kedua BLUD tersebut telah dikonversikan berdasarkan SAP agar dapat dikonsolidasikan dengan Neraca DPDPK selaku BUD untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010. Proses penyusunan Neraca Gabungan (konsolidasian) yang dilakukan oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta untuk laporan keuangan tahun 2010 juga sudah cukup baik. Namun, kekurangannya adalah ada pada sisi pencatatan jurnal eliminasi dan juga jurnal penutup. Kedua jurnal tersebut masuk ke dalam teori serta langkah-langkah yang seharusnya ada saat proses pengkonsolidasian laporan keuangan. Hal ini dilatarbelakangi karena DPDPK merasa tidak perlu mencatatnya dikarenakan hal tersebut merupakan proses yang tertulis berdasarkan teori saja dan pada kenyataannya tidak terlalu diperlukan. Ditambah lagi, sesungguhnya kedua jurnal tersebut berfungsi hanya sebagai pembantu saja dalam proses pengkonsolidasian laporan keuangan. Pembaca dapat mencari tahu terhadap kedua jurnal tersebut, karena pada Kertas Kerja Konsolidasi Neraca BUD, sudah disediakan kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi, yang merupakan Neraca Saldo hasil dari proses eliminasi yang dilakukan terhadap akun-akun resiprokal serta adanya kolom Jurnal Penutup apabila diperlukan tentang informasi jurnal penutup.

55

Sebagai tambahan, proses penyusunan Neraca Konsolidasian ini juga masih menggunakan proses manual. Hanya menggunakan Software Microsoft Excel untuk membuat kertas kerja sekaligus penghitungannya. Proses secara manual seperti ini, lebih rawan timbul kesalahan dibandingkan dengan menggunakan sistem yang sudah terotomatisasi, contohnya adalah dengan menggunakan sistem SIPKD. Namun, dikarenakan sumber daya manusia di DPDPK Kota Yogyakarta cukup berkompeten dan handal dibidangnya masing-masing, maka kesalahan-kesalahan penghitungan dapat diminimalisir, dan memberikan hasil yang cukup baik dengan diraihnya Opini WTP untuk Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta selama 3 tahun berturutturut semenjak tahun 2009.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Dari pembahasan atas data dan fakta yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses administrasi dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian SKPD-SKPD dan PPKD di DPDPK Kota Yogyakarta sudah cukup baik. Hal tersebut didukung dengan adanya pengampu/korektor bagi masingmasing SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang terbagi ke dalam beberapa kelompok SKPD, sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi. 2. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tahun 2010 yang dilakukan oleh DPDPK Kota Yogyakarta juga sudah cukup baik. Dengan adanya kertas kerja konsolidasi yang memadai, dapat membantu DPDPK dalam proses penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasiannya. Akan tetapi, DPDPK tidak mencatat jurnal penutup untuk akun-akun nominal pada Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian. 3. Proses penyusunan Neraca Konsolidasian yang dilakukan oleh DPDPK sudah cukup baik. Kekurangannya terletak pada tidak adanya catatan tentang jurnal eliminasi ataupun jurnal penutup yang seharusnya dibuat oleh DPDPK Kota Yogyakarta sewaktu proses konsolidasi.

56

57 4. Proses penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian masih menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dengan perhitungan manual serta belum disertai bantuan sistem untuk konsolidasi seperti SIPKD. B. Saran Dari simpulan-simpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran perbaikan untuk DPDPK Kota Yogyakarta terkait penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian Tahun 2010 sebagai berikut: 1. Melakukan pencatatan jurnal eliminasi untuk akun-akun resiprokal dan mencatat jurnal penutup untuk akun-akun nominal pada Neraca dan juga Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian. 2. Melakukan proses konsolidasi dengan bantuan aplikasi atau sistem yang dapat mempermudah dalam proses konsolidasi mengingat jumlah SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang cukup banyak, untuk menghindari

kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian,Indra.2002.Sistem Akuntansi Sektor Publik.Jakarta:Penerbit Salemba Empat Mulyana,Budi.2011.Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta:STAN-Press Bastian,Indra,Soepriyanto,Gatot.2006.Sistem Publik.Jakarta:Penerbit Salemba Empat Akuntansi Sektor

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 84 Tahun 2008 Tentang Fungsi,Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan http://wine-homework.blogspot.com/2011/10/penyusunan-laporan-keuanganpemerintah.html (diakses pada 12 Juli 2012)

58

57

You might also like