You are on page 1of 17

PRESENTASI KASUS

Gangguan Campuran Anxietas-Depresi ( F 41.2 )


Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Di RSUD Saras Husada Purworejo

Pembimbing : dr. Y. Kristiyanto, Sp.KJ

Disusun oleh : Harnugrahanto S 20070310078

SMF BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Status Perkawinan Agama Suku Bangsa Pekerjaan Alamat Tanggal Periksa : Sdr. I : 28 tahun : Laki- Laki : SMA : Belum Menikah : Islam : Jawa : Pengangguran : Wonosari RT 1 / RW 1 Ngombol Purworejo : 15 April 2013

II.

ANAMNESIS A. Sumber Anamnesis Dilakukan autoanamnesis pada Sdr. I dan alloanamnesis pada Ayah dan Ibu Sdr. I pada tanggal 15 April 2013.

B. Keluhan Utama Muncul pikiran-pikiran aneh

C. Riwayat Perjalanan Penyakit Pada tahun 1999 setelah lulus SMA, pasien sangat ingin masuk dalam pendidikan TNI, namun tidak dapat dipenuhi oleh orang tuanya karena masalah ekonomi sehingga hal itu membuat pasien sangat kecewa dan tertekan. Semenjak itu pasien mulai merasa bahwa dirinya tidak berguna dan tidak mampu, pasien sempat merasa muncul pikiran pikiran aneh yaitu pikiran merasa cemas akan masa depan, hidupnya tidak berguna, dan rasa ingin kabur dari rumah. Semenjak itu pasien suka minum-minuman keras dan mengaku kecanduan karena pasien merasa puas dan kembali percaya diri saat sudah minum minuman keras. Pada tahun 2001, atas bujukan kakak kedua pasien, pasien mulai bekerja di Jakarta di suatu proyek bangunan. Pasien mengaku pekerjaannya sebagai buruh proyek berjalan

baik, namun pasien masih suka minum minuman keras walaupun jumlahnya sudah jauh berkurang dibanding waktu pasien masih di desa. Saat itu pasien mengaku pikiran pikiran aneh yang sering timbul tidak lagi muncul. Pada tahun 2002 pasien menderita maag (dispepsia) yang menurut dokter diakibatkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol, makan pedas, asam, dan tidak teratur yang terjadi pada pasien. Hal itu membuatnya harus mondok di Rumah Sakit. Semenjak itu pasien mengaku penyakit maag nya beberapa kali kambuh karena pola makan yang tidak

teratur, walaupun pasien sudah berusaha menghindari makanan pedas, asam, dan berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada tahun 2003, kakak kedua pasien yang sangat dekat dengan pasien meninggal dunia secara mendadak akibat kecelakaan lalulintas. Hal itu membuat pasien sangat terguncang, hingga saat itu pasien memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya dan kembali ke desa. Saat itu pasien mengaku perasaan-perasaan aneh terasa cemas karena merasa tidak berguna, tidak mampu membahagiakan orang tua, tidak memiliki perkerjaan yang membanggakan, serta merasa masa depannya suram, dan putus asa. Pasien mengaku pasrah dan kehilangan kepercayaan diri dan tujuan hidup. Semenjak saat itu pasien lebih sering mengurung diri di kamar, dan jarang untuk keluar rumah dan beberapa kali mengeluh pusing. Oleh orang tua pasien, pasien lalu di periksakan di mantri kampung, dan paranormal hingga 1 tahun setelahnya nampak sudah ada perkembangan dengan mau membantu orang tua bekerja di sawah dan memberi makan ternak. Pada lebaran tahun 2012 pasien bertemu dangan beberapa temannya yang pulang kampung. Banyak teman teman pasien yang telah sukses menjadi anggota TNI, Polisi, Pengusaha, PNS, dan TKI. Pasien merasa minder dan malu, serta perasaan pasien menjadi kalut. Pada tahun 2013 karena makan yang terlambat, tiba tiba pasien mengalami nyeri yang amat sangat di daerah perut kanan atas, dan dibawa ke RSSH Purworejo dan dirawat di bagian penyakit dalam dan didiagnosis menderita dispepsia, setelah membaik pasien diizinkan pulang dan kontrol rutin di poli penyakit dalam. Setelah sampai dirumah pasien tidak pernah lagi pergi ke sawah dan merasa badannya tidak lagi fit untuk bisa bekerja, selain itu pasien mengaku perasaan-perasaan aneh semakin kuat, terasa cemas karena merasa tidak berguna, tidak mampu membahagiakan orang tua, tidak memiliki perkerjaan

yang membanggakan, serta merasa masa depannya suram, dan putus asa. Pasien mengaku pasrah dan kehilangan kepercayaan diri dan tujuan hidup. Pasien juga merasa saat ini hanya menjadi beban dan aib bagi keluarganya. Pasien juga mengeluh sulit tidur, nafsu makan yang menurun. Kadang pasien juga merasa pusing dan tegang di kepala belakang yang diikuti dengan jantung yang berdebar-debar, namun membaik dengan sendirinya. Dalam suatu kesempatan saat kontrol, pasien menyatakan keluhan fisik dan pikiranpikiran aneh yang selama ini muncul dan oleh dokter penyakit dalam di konsulkan ke bagian poli kesehatan jiwa. Setelah dua kali kontrol, pasien merasa lebih tenang dan berencana meneruskan terapi. Riwayat merokok (+) sejak usia 17 tahun, riwayat alkohol (+) 1999-2002, riwayat penggunaan obat terlarang disangkal.

Gejala Klinis

Waktu

1999

2002

2003

2012

2013

Penurunan Fungsi

D. Riwayat Keluarga 1. Pola Asuh Keluarga Pola asuh yang didapatkan pasien dari keluarga dirasa pasien kurang baik, demokratis namun kurang adil. Kasih sayang orang tua dirasakan tercurah pada kakak pertama pasien. Pasien saat ini tinggal dengan kedua orang tua pasien. 2. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada riwayat penyakit serupa dan tidak ada penyakit bawaan pada keluarga hingga derajat 3 ataupun gangguan kejiwaan lainnya.

3. Hubungan Keluarga a. Hubungan pasien dengan kedua orang tua, dan kakak keduanya selama masih hidup baik. Mereka sayang terhadap pasien dan selalu memperhatikan kondisi pasien. b. Hubungan pasien dengan kakak pertama dan ketiga kurang harmonis. Pasien selalu menganggap bahwa kedua kakak pasien jahat dan suka mengambil haknya.

4. Silsilah Keluarga

E. Riwayat Pribadi 1. Riwayat prenatal dan perinatal Pasien tidak mengetahui secara pasti riwayat masa prenatal dan perinatal. Menurut orang tua, pasien adalah anak yang diinginkan dan dijaga serta dikontrolkan di dukun bayi dan diupacarakan sesuai adat jawa, penolong kelahiran adalah seorang dukun bayi proses kelahiran di rumah orang tua pasien. Setelah lahir pasien sempat dicekoki jamu dan tubuhnya dibalur param oleh dukun bayi.

2. Usia 0-3 tahun (masa kanak awal) Pasien juga tidak mengingat secara pasti masa kanak awal pasien. Usia 6 bulan hingga usia 5 tahun, pasien diasuh oleh kakek neneknya dirumah kakek nenek nya karena alasan kerepotan orang tua sehingga orang tua pasien juga tidak tahu pasti

riwayat perkembangannya. Seingat orang tua pasien, pasien disusukan pada saudaranya namun lebih sering diberi air tajin.

3. Usia 3-11 tahun (masa kanak pertengahan) Pada masa ini, setelah usia 5 tahun pasien diasuh kembali oleh orang tuannya. Pasien mulai bersekolah SD pada usia 6 tahun. Namun menurut orang tua, pasien selalu protes karena hanya disekolahkan di SD desa, sementara kakak-kakaknya bersekolah di SD Purworejo (Kota). Prestasi di sekolah biasa saja, namun pasien kurang bisa bersosialisasi dengan baik terhadap teman dan cenderung tertutup, pasien bukan termasuk anak yang nakal dan dimanja ayah dan ibunya. Menurut orang tua pasien, pada usia 4 tahun pasien sudah tidah pernah menggunakan dot. Pada usia tahun 6 tahun, pasien sudah tidak pernah lagi mengompol dan usia 10 tahun, pasien sudah tidur sendiri di kamarnya.

4. Masa kanak akhir Pada usia ini pasien berkonflik dengan guru mengajinya yang dinilai pasien ajarannya mulai berubah dan kurang mengena di hati pasien, pasien akhirnya berhenti mengaji. Pasien kurang senang bersosialisasi dan tidak begitu banyak teman, hanya tetangga sekitar. Prestasi disekolah biasa saja, belum pernah mendapatkan ranking di kelas.

5. Masa Remaja Pada usia remaja, pasien telah menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMA, dan ingin sekali masuk ke pendidikan militer (TNI), namun hal itu tidak dapat dipenuhi oleh orang tuanya karena masalah ekonomi, sehingga membuat pasien tertekan dan melarikan diri kearah yang kurang baik.

6. Masa dewasa a. Riwayat pendidikan Pasien adalah siswa yang prestasinya tidak begitu menonjol. Pasien bersekolah dari SD, SMP, SMA, tanpa melalui TK ataupun PAUD.

b. Riwayat bekerja Setelah lulus dari SMA, pasien sempat menganggur setahun dan akhirnya bekerja menjadi buruh bangunan di Jakarta. Setelah kakak keduanya meninggal, pasien kembali ke desa menemani orang tuanya di desa dan bekerja di sawah dan mengurus ternak. Setelah mondok di RS pada tahun 2012 akhir, hingga saat ini pasien banyak menganggur karena merasa fisiknya tidak kuat.

c. Riwayat pernikahan Pasien saat ini belum menikah, bahkan pasien terkesan putus asa dengan usia dan kondisi kehidupannya saat ini, pasien merasa sudah sulit mencari pasangan hidup

d. Riwayat keagamaan Pasien beragama Islam dan pasien rajin sholat lima waktu. Pasien juga sering mengaji sendiri dirumah, terutama setelah shalat.

e. Riwayat sosial Pra morbid : Hubungan pasien dengan lingkungan cenderung tertutup, bahkan teman-teman pasien hanya berkisar di teman sekolah dan beberapa tetangga dekat. Pasien juga mengaku belum pernah memiliki sahabat yang dekat. Morbid : Hubungan sosial pasien lebih tertutup. Saat ini pasien menghindari bertemu teman temannya karena merasa minder dan rendah diri.

f. Situasi kehidupan sekarang Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya. Pasien saat ini sudah mulai mau sedikit sedikit membantu untuk mengurusi ternak, namun masih belum mau ke sawah. Waktu luang diisi dengan mengaji dan bermain gitar.

F. KESIMPULAN ANAMNESIS 1. Seorang laki-laki 28 tahun dengan alamat Wonosari, Ngombol. Pasien merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Status pasien belum menikah. Pendidikan terakhir SMA. Aktivitas pasien saat ini hanya membantu orang tua mengurus ternak. 2. Pasien datang dengan keluhan muncul pikiran-pikiran aneh terasa cemas karena merasa tidak berguna, tidak mampu membahagiakan orang tua, tidak memiliki perkerjaan yang membanggakan, serta merasa masa depannya suram, dan putus asa. Pasien mengaku pasrah dan kehilangan kepercayaan diri dan tujuan hidup. Pasien merasa sulit tidur, nafsu makan yang menurun. Pada saat saat tertentu muncul keluhan pusing dan tegang diikuti jantung yang berdebar, namun membaik dengan sendirinya. 3. Faktor Predisposisi a. Pada pasien ini, pribadi introvert dan jarang keluar rumah menjadi faktor predisposisi. 4. Faktor Precipitasi a. Pada tahun 1999, pasien tidak dapat mengikuti pendidikan militer (TNI) yang dicita citakannya karena masalah ekonomi. b. Pada tahun 2003, kakak ke dua pasien yang dekat dengan pasien meninggal dunia. c. Pada tahun 2013, pasien mondok di RS karena dispepsia. 5. Faktor Pemberat a. Pasien memiliki penyakit kambuhan dispepsia. b. Pasien minder melihat teman temannya sudah mapan. 6. Faktor Peringan a. Orangtua pasien mendukung pasien untuk kembali berobat dan mensupport kondisi pasien. b. Hubungan pasien dengan orang tua yang tinggal serumah terjaga baik. c. Pasien mau berobat. 7. Perjalanan Penyakit a. Pasien mulai merasakan gejala sejak 1999 dan pernah membaik, namun mulai 2003 setelah kakak pasien meninggal, gejalanya memburuk. Setelah pasien

mondok di RS tahun 2012 karena dispepsianya memburuk hingga rawat inap, pasien merasa dirinya semakin tidak berguna hingga saat ini. 8. Respon terapi a. Respon terapi yang diberikan cukup baik, kunjungan pertama dan kedua di poli jiwa menunjukan respon positif dari pasien.

III.

STATUS MENTALIS A. Subyektif Pasien mengatakan keluhan muncul pikiran pikiran aneh yaitu cemas karena merasa tidak berguna, tidak mampu membahagiakan orang tua, tidak memiliki perkerjaan yang membanggakan, serta merasa masa depannya suram, dan putus asa. Pasien mengaku pasrah dan kehilangan kepercayaan diri dan tujuan hidup. Pasien juga merasa saat ini hanya menjadi beban dan aib bagi keluarganya, kadang diikuti keluhan rasa pusing. Pasien juga memilik riwayat maag (dispepsia). B. No. Pemeriksaan Status Mental 1. Kesan Umum Tampak merawat tubuh dengan baik, gizi sedang. Pasien terlihat rapi dan bersih, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. 2. Kesadaran Kuantitatif (E4V5M6) Kualitatif : CM 3. Pembicaraan Kuantitas : logorhoe Kualitas : relevan Saat diwawancarai pasien nampak berfikir sejenak sebelum : GCS 15 Sadar penuh tanpa rangsang Hasil Keterangan

apapun dapat berkomunikasi

Kecepatan produksi : kurang menjawab. Pembicaraan sesuai spontan apa yang ditanyakan, namun

diucapkan dan dijelaskan secara berlebihan, kadang diulang ulang.

4.

Sikap/Tingkah laku

- Sikap : Kooperatif - Perilaku : Normoaktif

Saat diwawancarai pasien tampak bisa diajak kerjasama, dapat

diajak bicara dan memperlihatkan sikap dan tingkah laku seperti pada umumnya orang normal, yaitu tenang, bergerak tidak

berlebihan namun pasien harus dipancing. 5. Afek - Kualitatif : Normal - Kuantitatif : Appropriate 6. Mood Eutimik Ekspresi wajah pasien sesuai

dengan apa yang dirasakan pasien Mood rentang normal, tidak ada mood tertekan atau melambung

7.

Proses Pikir 1. Bentuk Pikir 2. Isi Pikir Realistik Rasa khawatir (+) Rasa bersalah (+) Rasa tak berguna (+) Waham curiga (-) Waham kejar (-) Waham kebesaran (-) Waham cemburu (-) Waham bizarre: Siar pikir (-) Sedot pikir (-) Kendali pikir (-) Sisip pikir (-) Berdasar pada realita

8.

Persepsi

Halusinasi auditorik (-) Halusinasi visual (-)

Halusinasi audiovisual (-) Ilusi (-)

9.

Hubungan jiwa

Mudah

Mudah

dibina

hubungannya

dengan pemeriksa. 10. Perhatian sulit ditarik, mudah Pasien agak sulit ketika diajak bicara dan mudah difokuskan pada pembicaraan 11. Orientasi O : Baik Mengetahui dirinya sendiri, orang lain, dan pemeriksa W : Baik Dapat membedakan waktu pagi, siang, dan sore T : Baik Dapat rumah, menyebutkan mengetahui di alamat mana

dicantumkan

dirinya sekarang S : Baik Dapat membedakan situasi yang ramai dan sepi 12. IV. Insight Baik Pasien merasa sakit dan berobat

SINDROMA YANG DITEMUKAN Sindrom Anxietas (rasa khawatir akan masa depan, pusing dan tegang di kepala belakang, jantung berdebar-debar), Sindrom depresi (Masa depan suram, merasa bersalah dan tidak berguna, sulit tidur, menurunnya aktivitas dan nafsu makan )

V.

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS A. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F.41.2) B. Gangguan Cemas Menyeluruh (F.41.1) C. Gangguan Somatoform Tak Terinci (F.45.1) D. Gangguan Hipokondrik (F.45.2)

VI.

PEDOMAN DIAGNOSIS A. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F.41.2) Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

No.

Kriteria Diagnosis

Pada Pasien

Terpenuhi / Tidak

1.

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun Ditemukan sindrom depresi, dimana masing-masing tidak depresi dan anxietas menunjukkan rangkaian gejala yang yang cukup berat untuk tidak lebih

Terpenuhi

menegakkan berat satu sama lain. otonomik

diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, Gejala beberapa ditemukan gejala otonomik tidak

harus yang muncul tidak terus- terus menerus.

walaupun

menerus, di samping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. 2. Bila ditemukan anxietas berat disertai Sindrom depresi yang lebih ringan, maka harus dan dipertimbangkan anxietas lainnya kategori atau anxietas yang Tidak Terpenuhi

depresi

gangguan ditemukan tidak ada gangguan yang lebih dominan.

anxietas fobik. 3. Bila ditemukan sindrom depresi dan Sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk anxietas yang ada Tidak Terpenuhi

menegakkan masing-masing diagnosis, tidak berat. maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat maka

dikemukakan

satu

diagnosis

gangguan depresif harus diutamakan.

4.

Bila gejala-gejala tersebut berkaitan Tidak terkait dengan erat dengan stress kehidupan yang stress kehidupan

Tidak Terpenuhi

jelas, maka harus digunakan kategori secara jelas. F.43.2 gangguan penyesuaian.

B. Gangguan Cemas Menyeluruh (F.41.1) Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti: No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien Terpenuhi / Tidak 1. Penderita harus menunjukkan anxietas Ditemukan sebagai gejala primer gejala Tidak Terpenuhi

yang anxietas dan depresi tidak lebih

berlangsung hampir setiap hari untuk yang

beberapa minggu sampai beberapa berat satu sama lain bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang. 2. Gejala-gejala tersebut biasanya Gejala khususnya akan ketegangan motorik anxietas Terpenuhi

mencakup unsur-unsur berikut: a. Kecemasan (khawatir

nasib buruk, merasa seperti di dan over aktivitas ujung tanduk, sulit konsentrasi, otonomik dsb). hanya

berlangsung kadang-

b. Ketegangan motorik (gelisah, kadang. sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai). c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,

jantung berdebar-debar, sesak

napas,

keluhan

lambung,

pusing kepala, mulut kering, dsb.). 3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan ditenangkan keluhan-keluhan yang menonjol. 4. Adanya gejala-gejala lain yang Sindrom depresi Tidak Terpenuhi berlebihan (reassurance) somatik untuk serta berulang Tidak Terpenuhi

sifatnya sementara (untuk beberapa ditemukan menetap hari), khususnya depresi, tidak bersamaan dengan

membatalkan Gangguan

diagnosis Anxietas

utama sindrom anxietas.

Menyeluruh,

selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik

(F.40.-), gangguan panik (F.41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-).

C. Gangguan Somatoform Tak Terinci (F.45.1) Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti: No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien Terpenuhi / Tidak 1. Keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, Ditemukan gejala Tidak Terpenuhi

bervariasi dan menetap, akan tetapi keluhan fisik pada gambaran klinis yang khas dan lengkap pasien, akan tetapi dari gangguan somatisasi tidak tidak selalu menetap

terpenuhi. 2. Kemungkinan ada ataupun tidak faktor Tidak semua Terpenuhi

penyebab psikologis belum jelas, akan keluhan ditemukan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik penyebab fisik yang dari keluhan-keluhannya. mendasari.

D. Gangguan Hipokondrik (F.45.2) Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti: No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien Terpenuhi / Tidak 1. Keyakinan menetap minimal 1 penyakit Pasien fisik serius yang mendasari keadaanya, setelah walaupun pemeriksaan merasa mondok, Terpenuhi

fisik badan menjadi tidak

menunjukan tidak ada alasan fisik yang kuat bekerja. memadahi. 2. Penolakan yang menetap dan tidak mau Setelah dijelaskan Tidak Terpenuhi

menerima penjelasan dokter bahwa dan diberikan obat tidak ditemukan penyakit abnormalitas dari UPD dan Jiwa, fisik yang melandasi keluhannya pasien menerima. mau

VII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL : Gangguan Campuran Anxietas-Depresi ( F 41.2 ) : Tipe kepribadian cenderung introvet, agak sulit berinteraksi dan terbuka.

Aksis I Aksis II

Aksis III : Dispepsia tipe ulkus. Aksis IV : Keadaan ekonomi, dan tidak semua anggota keluarga mau memberi support. Aksis V : 80-71. Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,

pekerjaan, sekolah, dll.

VIII.

TERAPI Farmakoterapi Fluoxetin 20 mg 1x1 (pagi) : Golongan anti depresi SSRI, yang menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase, sehingga terjadi peningkatan jumlah Aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP. Clobazam 10 mg 1x1 (malam) : Golongan benzodiazepine bereaksi dengan reseptornya akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas yang menyebabkan sindrom anxietas mereda.

Psikoterapi Cognitif Behavioral Terapi, membantu pasien untuk berfikir tentang bagaimana melihat diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar. CBT difokuskan pada masalah dan kesulitan yang ada di sini dan sekarang. Teknik relaksasi, program untuk management stress, menurunkan tekanan otot, menurunkan tekanan darah, mengontrol denyut nadi dan pernafasan, teknik relaksasi merujuk pada kegiatan relaksasi formal dan passive, dengan duduk atau berbaring dengan sedikit gerakan. Seperti meditasi dan biofeedback. Suportif, dengan membangun hubungan terapeutik yang solid melalui empati terhadap pasien. Ventilasi, dengan membiarkan pasien menceritakan keluh kesahnya. Pasien dibimbing untuk terbuka terhadap orang lain yang dapat pasien percaya. Sugesti, dengan membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat berbaur dengan masyarakat dan penyakit dapat dikontrol apabila pasien kontrol secara rutin dan rajin meminum obat. Mengedukasi keluarga pasien tentang keadaan pasien dan butuh dukungan sepenuhnya dari keluarga tentang keadaan pasien.

IX.

PROGNOSIS Indikator Premorbid 1. Riwayat Pendidikan 2. Faktor Genetik 3. Pola asuh keluarga 4. Ciri kepribadian 5. Stressor Psikososial 6. Sosial Ekonomi 7. Status Perkawinan 8. Kegiatan Spiritual Indikator Morbid 1. Onset 2. Jenis penyakit 3. Kronologis perjalanan penyakit 4. Faktor organik 5. Respon terapi 6. Beraktivitas sosial 7. Dukungan keluarga Pada pasien SMA Tidak ada Demokratis Introvert, tertutup Ada Ekonomi lemah Belum menikah Baik Pada pasien Usia remaja Gangguan anxietas-depresi Kronis Tidak ada Baik Baik Tidak semua anggota keluarga mendukung Prognosis baik baik baik jelek jelek jelek jelek baik Prognosis jelek baik jelek baik baik baik jelek

You might also like