You are on page 1of 5

Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari

kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya. Kepribadian secara umum Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai baik atau buruk karena bersifat netral. Kepribadian menurut Psikologi Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama. Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut. Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan sbb(E. Koswara): 1. sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.

2. sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah kepribadian, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri setiap orang. 3. sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut sejarah hidup, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic atau biologis, pengalamanpengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh factor-faktor bawaan dan lingkungan. KEPRIBADIAN menurut Allport adalah: sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Sedangkan menurut Pervin dan John: kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada trait. Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu: Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga: Trait relatif stabil dari waktu ke waktu Trait konsisten dari situasi ke situasi Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: ada proses adaptif adanya perbedaan kekuatan, dan kombinasi dari trait yang ada Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang

sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Feist, 2006). Teori trait dimunculkan pertama kalinya oleh Gordon W. Allport. Selain Allport, terdapat dua orang ahli lain yang mengembangkan teori ini. Mereka adalah Raymond B. Cattell dan Hans J. Eysenck. Allport mengenalkan istilah central trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu. Central trait dipercaya sebagai jendela menuju kepribadian seseorang. Menurut Allport, unit dasar dari kepribadian adalah trait yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasisituasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Mereka dapat mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik. Oleh sebab itu Allport percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok. Sama seperti Allport, Cattell juga percaya bahwa kata-kata yang digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya dan orang lain adalah petunjuk penting kepada struktur kepribadian. Perbedaan mendasar antara Allport dan Cattell adalah bahwa Cattell percaya kepribadian dapat digeneralisir. Yang harus dilakukan adalah dengan mencari trait dasar atau utama dari ribuan trait yang ada. Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau faktor lingkungan sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk, melainkan melalui pengaruh resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik kepribadian. Sehubungan dengan adanya peran genetik dalam pembentukan kepribadian, terdapat 4 pemahaman penting yang perlu diperhatikan: 1. Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan kepribadian, faktor non-genetik tetap mempunyai peranan bagi variasi kepribadian 2. Meskipun faktor genetik merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi lingkungan, faktor non-genetik adalah faktor yang paling bertanggungjawab akan perbedaan lingkungan pada orang-orang 3. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis kelamin anak, urutan kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada tiap anak. 4. Meski terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Terumuskannya sejumlah teori kepribadian merupakan cermin dari upaya ilmiah manusia untuk memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Dewasa ini dikenal tiga teori utama yang satu dengan yang lainnya berbeda, yakni teori kepribadian Psikoanalisa (Freud), teori kepribadian Behaviorisme (Skinner), dan teori kepribadian Humanistik (Maslow) [1]. Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi kepribadian, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya. Melihat asal katanya, personality itu sendiri berasal dari kata latin persona yang berarti topeng. Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yang kemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yang disusunnya. Abraham Harold Maslow (1908-1970) memperlihatkan komitmen yang tinggi terhadap anggapan dasar tentang manusia sebagai makhluk bebas, sementara Sigmund Freud (1856-1939) dan Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) sebagai penganut determinisme berlawanan dengan Maslow, mereka berasumsi bahwa manusia bukanlah makhluk yang bebas melainkan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi oleh sejumlah determinan. Freud menyatakan bahwa determinan manusia berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (faktor internal), sementara Skinner menyatakan bahwa faktor-faktor penentu tersebut berasal dari stimulus-stimulus eksternal. Maslow berpendapat bahwa manusia itu makhluk rasional, sementara Freud berpegang pada anggapan dasar bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional, dimana sebagian besar dari tingkah laku manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional yang tidak disadari; Skinner dalam hal ini tidak begitu terikat pada hipotesis rasional-irasional. Tentang motivasi, rumusan Freud bertumpu pada konsep homeostatis, yaitu suatu konsep yang diilhami oleh gagasan kesetimbangan (equilibrium) fisis Leibniz, ia menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama dimotivasi oleh upaya pengurangan tegangantegangan internal (memuncaknya energi naluri/insting dari id) yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis. Dalam hal ini Skinner berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak digerakkan oleh agen-agen internal yang disebut naluri, melainkan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Freud dengan psikoanalisanya percaya bahwa misteri manusia akan bisa diungkap seluruhnya melalui upaya-upaya ilmiah, karena pada dasarnya tubuh manusia mengikuti hukum-hukum fisika; Skinner dan segenap behavioris memiliki anggapan yang sama dengan Freud. Berlawanan dengan pandangan di atas, Maslow sepaham dengan William James (1842-1910), seorang filsuf dan tokoh psikologi terkemuka Amerika, bahwa manusia tidak akan bisa diungkap sepenuhnya hanya melalui upaya-upaya ilmiah. Pelibatan aspek ketaksadaran (unconsciousness) dalam psikoanalisa telah menarik minat Carl Gustav Jung (1875-1961) untuk bergabung dengan Freud. Mengikuti alur Freud, konstruksi dasar psikologi Jung juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan filsafat Abad ke-19, seperti teori Evolusi Darwin, temuan-temuan arkeologis, dan studi

komparatif tentang masyarakat dari budaya-budaya yang berbeda. Tetapi kemudian terjadi pertentangan mendasar antara kedua tokoh besar tersebut. Jung menolak penekanan Freud yang meletakkan dorongan seksual manusia di atas kebutuhannya terhadap makanan, kehidupan spiritual, atau pengalaman-pengalaman religius tertentu. Dia juga tidak sependapat dengan pandangan mekanistik Freud tentang dunia; bagi Jung, karekter manusia tidak hanya dikondisikan oleh apa-apa yang telah terjadi di masa lampau, tapi juga dipengaruhi oleh visi-visi masa depan. Adapun Freud tidak setuju dengan konsepsi Jung tentang collective unconscious, teori ini bertumpu pada pandangan phylogenetic tentang pengalaman-pengalaman masa lampau dari ras manusia yang diwariskan secara individual melalui memory traces. Teori kepribadian Freud dan Jung mencakup seluruh aspek sadar dan tak sadar dalam diri manusia, untuk membedakan teorinya dengan psikoanalisa Freud, maka Jung menamai teori kepribadiannya dengan istilah psikologi analitik. Individuasi (realisasi diri) merupakan inti ajaran Jung, berkaitan dengan pergeseran titik pusat kesadaran dari ego ke self, dimana gagasan ini dibangun Jung secara transpersonal berdasarkan studi atas simbol-simbol mitologis dan simbol-simbol religius agama Barat maupun Timur. Dengan data-data tersebut, Jung berupaya mencari hubungan antara isi ketaksadaran dalam diri manusia di Barat dengan mite-mite dan ritus-ritus manusia primitif.

You might also like