You are on page 1of 4

Efek kemoprotektif dari genus Brasssica diakibatkan oleh karena adanaya kandungan glukosinolat dan juga kapasitas dari

metabolit glukosinolat, antara lain isothiocyanates (ITC) dan indol. Senyawa tersebut berfungsi dalam modulasi biotransformasi dari beberapa sistem enzim, antara lain sitokrom P450 dan enzim-enzim konjugasi. Data dari studi epidemiologi molekuler menunjukkan bahwa variasi genetik yang berhubungan dengan fungsi enzimenzim biotransformasi, terutama enzim glutathione S-transferase (GST)M1 dan GSTT1, yang berfungsi memetabolisme ITC, merubah risiko kanker dalam responnya terhadap pemberian sayuran kubis-kubisan. Selain itu, faktor keberagaman jenis reseptor genetik dan faktor transkripsi yang berinteraksi dengan senyawa-senyawa tersebut kemungkinan memberikan kontribusi lebih jauh terhadap variasi respon terhadap brokoli. Penelitian ini menggarisbawahi metabolisme dan juga mekanisme aksi dari jenis-jenis sayuran kubis-kubisan, salah satunya adalah brokoli. Dalam studi-studi terbaru yang dilakukan pada manusia dengan mengetes efek dari sayuran kubis-kubisan, ditemukan adanya bukti efek biotransformasi dari keberagaman enzim-enzim tersebut dalam responnya terhadap sayuran kubis-kubisan tersebut. J. Nutr. 132: 29912994, 2002 Salah satu mekanisme yang mungkin berpengaruh dalam efek anti-proliferatif darisulforaphane adlah modulasi dari tanda-tanda epigenetik, seperti inhibisi pada enzim Histon deacetilase (HDAC). Namun, efek sulforaphane pada tanda epigenetik lain seperti DNA metilasi sampai saat ini masih diteliti. Promotor dari hiper-metilasi Cyclin D2 yang merupakan regulator penting dari siklus sel berhubungan dengan progresi dari kanker prostat dan restorasi dari ekspresi Cyclin d2 menekan efek anti-proliferasi dari LnCap pada sel kanker prostat. Pada sel kanker payudara, sulforaphane menekan DNA metilasi pada promotor hTERT, yang menyebabkan penekanan transkripsi, dan terjadi mekanisme regulasi ekspresi gen oleh sulforaphane.

Gambar 1 :Distribusi penyebab kematian menurut kelompok penyakit di Indonesia, SKRT 1995, SKRT 2001, Riskesdas 2007 Sumber : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

Gambar 21 : Tingkat Kefatalan (CFR) Penyakit Tidak Menular Prioritas Pada Rawat Inap Rumah Sakit Tahun 2009-2010 Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011

Beberapa preparat antineopalstik yang sering menyebabkan simtom gastrointestinal (40%) antaralain cisplatin, doxorubicin, fluorouracil. Penggunaan obat analgesik opioid dapat menyebabkan nausea, konstipasi dan gas distension pada usus halus dan usus besar sehingga menyebabkan malabsorbsi (narcotic bowel syndrome), penggunaan diuretik sering menyebabkan penurunan kadar zinc yang mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh, 1989; Twycross, 1990; Shike, 1996; Bruera, 2003; Trujillo, 2005).

Radioterapi dapat memberikan reaksi akut dan delayed reaction (komplikasi kronis). Reaksi akut dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1 minggu terapi, dapat berupa kesulitan menelan akibat edema dan mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan odinofagia, penurunan produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim (radiasi kepala leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah abdominal). Komplikasi akhir berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis intestinal dan striktur (Shike, 1996; Bruera, 2003; Trujillo, 2005). Vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan, merangsang sistem imun, mengurangi nitrit yang mencegah pembentukan nitrosamine yang berperan dalam pembentukan sel tumor. Vitamin A mengontrol diferensiasi sel dan berperan dalam pertahanan imunologis host. Penurunanan kadar vitamin tertentu dapat berhubungan dengan keganasan tertentu (vitamin A pada kanker colorectal, esophagus, leukemia, limfoma; beta carotene pada kanker gaster, pancreas, oral dan tiroid; Vit.E pada kanker paru, gaster, prostate, gall bladder, leukemia, limfoma, malignant bone tumor, tumor-tumor susunan saraf pusat; Vit. C pada kanker paru, gaster, pancreas, esophagus, colon, prostate; Vit.D (dan Calcium) pada kanker colon (Lutz, 1994; Rock, 2004 Trujillo, 2005). Trace elements seperti selenium, zinc, manganase dan copper adalah cofactor untuk beberapa enzim antioksidan seperti glutahione peroksidase, RNA polymerase, superoxide dismutase, dan diamine oksidase. Metabolismenya dipengaruhi pada penderita kanker, sebagai contoh terdapat peningkatan kadar zinc diurine penderita melanoma, keganasan ginekologis dan paru, juga kadar yang rendah dalam plasma penderita Ca prostat dan mamma. Defisiensi selenium terdapat pada Ca cervix, paru dan gall bladder (Trujillo, 2005). Anjuran konsumsi vitamin adalah : Vitamin C 300 400 mg/hari namun beberapa peneliti menganjurkan intake Vitamin C 300 1000 mg menurunkan resiko dari penyakit kanker, Vitamin A ( carotene) sebagai anti oksidan 25.000 50.000 IU, Vitamin E 100 400 unit/hari sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi kalium, natrium dan chlorida masing-masing 45 145 meq/hari, calcium 60 meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron, 2005).

You might also like