Professional Documents
Culture Documents
Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (pasal 5 UU 7/92) Kegiatan Usaha Perbankan : Penghimpunan dana Penyaluran dana Jasa keuangan perbankan
(pr 2-5)
Berdasarkan prinsip syariah Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri: pelarangan riba dalam berbagai bentuknya Tidak mengenal konsep time-value of money Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan. Beroperasi atas dasar bagi hasil Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa Tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil=> dapat melakukan transaksi-2 sektor riil
Tidak mengandung unsur kedzaliman Bukan riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain. Tidak ada penipuan (gharar) Tidak mengandung materi-materi yg diharamkan Tidak mengandung unsur judi (maisyir)
Bank Syariah
Dihadapi bersama antara bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran. Tidak mengenal kemungkinan terjadinya selisih negatif (negatif spread) karena sistem yang digunakan.
Bank Konvensional
Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur , risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank. Kemungkinan terjadi selisih negatif antara pendapatan bunga dan beban bunga
Sistem Pengawasan
Adanya dewan pengawas syraiah untuk memastikan operasional bank tidak menyimpang dari syariah disamping tuntutan moralitas pengelola bank dan nasabah sesuai dengan akhlakul kharimah
Aspek moralitas sering kali terlanggar karena tidak adanya nilai-nilai religius yang mendasari operasional.
Corn flag
BUNGA
Dihitung dari pokok (uang yg dipinjamkan) Berubah sesuai kondisi (bunga) pasar Nominal tetap sesuai suku bunga Diragukan
BAGI HASIL
Dihitungan dari keuntungan Nisbah tetap sesuai akad Nominal berubah sesuai kondisi usaha Tidak ada keraguan
Penyaluran Dana
Piutang - Qardh - Murabahah - Salam
Jasa-jasa Perbankan
Rahn Wakalah Kafalah Hawalah
- Tabungan
- Deposito
- Istishna
Investasi - Mudharabah : a. Mutlaqah - Mudharabah b. Muqayyadah - Musyarakah
Sharf
Sewa
- Ijarah - Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
Fungsi
MANAGER INVESTASI
TAMWIL
INVESTOR
JASA LAYANAN
Produk jasa
Wakalah, Kafalah, Sharf, Qardh Hawalah, Rahn dsb
MAAL
SOSIAL
Dana kebajikan Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS
Penghimpunan
Jasa keuangan
Prinsip wadiah
Giro Tabungan
Deposito Tabungan
Mudharabah Musyarakah
Ujroh
Ijarah Ijarah Muntahiah Bitamlik
PENGHIMPUNAN DANA
WADIAH
Penghimpunan dana
Prinsip wadiah
Prinsip Mudharabah
Mudharabah mutlaqah
(Investasi Tidak Terikat / Unrestricted Investment)
Prinsip Wadiah
Akad titipan pihak yang mempunyai barang atau uang kepada pihak yang diberi kepercayaan untuk keselamatan, keamanan serta keutuhan harta titipan tersebut.
Wadiah
Akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil sewaktu-waktu. Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk keamanan dan pemeliharaan barang yang dititipkan. Ada 2 jenis wadiah :
Wadiah Amanah Pihak yang menerima titipan tidak
diperkenankan mengambil manfaat dari barang yang dititipkan (contoh : safe deposit box).
1. Titip barang/uang
Nasabah (Penitip) 2. Bebankan biaya penitipan Bank (Penyimpan)
Nasabah (Penitip)
4. Beri Bonus 3.Bagi Hasil
Bank (Penyimpan)
Wadiah Yad adh Dhamanah Penyimpan boleh memanfaatkan barang/uang titipan. Keuntungan sepenuhnya menjadi milik penyimpan. Penyimpan dapat memberikan insentif (bonus) kepada penitip.
2. Pemanfaatan Barang/uang
Pengguna Dana
PENGHIMPUNAN DANA
MUDHARABAH
Mudharabah
Akad usaha dua pihak dimana salah satunya memberikan modal (Shahibul Maal) sedangkan yang lainnya memberikan keahlian (Mudharib). Modal 100% berasal dari shahibul maal. Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua belah pihak, termasuk penentuan revenue atau profit sharing. Jika untung maka dibagi sesuai nisbah yang disepakati Jika rugi seluruhnya ditanggung oleh shahibul maal (jika kerugian bukan karena kelalaian mudharib). Modal dapat dikembalikan kepada shahibul maal secara berangsur-angsur.
Mudharabah
Ada 2 jenis mudharabah :
Mudharabah Mutlaqah Mudharib diberikan kebebasan
dalam mengelola dana shahibul maal (sepanjang memenuhi syariah Islam).
Prinsip Mudharabah
Merupakan akad antara pemilik dana sebagai Shahibul Maal dengan Bank sebagai pengelola dana atau Mudharib untuk mengelola dana dan memperoleh keuntungan serta dibagi sesuai nisbah yang disepakati pada awal akad
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib : Mudharabah Mutlaqah, aplikasi di perbankan merupakan investasi tidak terikat berupa deposito atau tabungan Mudharabah Muqayyadah, Investasi terikat
GAMBAR (ii)
SKEMA MUDHARABAH
BANK NASABAH
MODAL 100 %
SKILL
PROYEK
OMZET / KEUNTUNGAN
Mudharabah Muqayyadah
1 Proyek Tertentu
SPECIAL PROJECT
4 Penyaluran Dana
5 Bagi Hasil
6. Bagi Hasil
2 Hubungi
3 Inv dana
Investor
Kesimpulan
Sistem bagi hasil tidak dapat memastikan keuntungan di muka, karena harus memperhitungkan hasil investasi Secara finansial tidak ada kepastian sistem bagi hasil lebih besar/kecil dari bunga dan sebaliknya, tergantung pada besar indeks hasil investasi dari Bank ybs. Sistem bunga akan lebih ringkas tapi tidak adil dan potensi memberatkan
Murabahah Istishna, Istishna paralel Salam, Salam Paralel Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah
Ujroh
SKEMA MURABAHAH
BANK
3 5 1 4 2
SUPPLIER
NASABAH
NASABAH MEMESAN BARANG KEPADA BANK BANK MEMBELI DAN MEMBAYAR BARANG KEPADA SUPPLIER BANK MENJUAL BARANG KEPADA NASABAH SUPPLIER MENGIRIM BARANG KEPADA NASABAH NASABAH MEMBAYAR KEPADA BANK (TUNAI ATAU CICILAN)
ISTISHNA Akad jual beli (mashnu) antara pemesan (mustashni) dengan penerima pesanan (shani) spesifikasi (jenis, macam, ukuran, mutu, jumlah) dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan ( dimuka, cicilan dan dibelakang)
Skema Istishna
PRODUSEN (PEMBUAT)
3.Kirim BarangPesanan 1.Negosiasi Pesan
2. Tagih
BANK SYARIAH
PRODUSEN (PEMBUAT)
5.Kirim BarangPesanan
KONSUMEN (PEMBELI)
6.Bayar
4. Tagih
2.Negosiasi Pesan
3. Tagih
BANK SYARIAH
Skema Salam
PENJUAL (PETANI)
3.Kirim BarangPesanan 1.Negosiasi Bayar
2. Kirim Dokumen
BANK SYARIAH
PENJUAL (PETANI)
5.Kirim BarangPesanan
PEMBELI
4. Kirim Dokumen
3.Negosiasi Bayar
BANK SYARIAH
Modal 100%
Proyek/Usaha
Nisbah X%
Pembagian Keuntungan
Modal
GAMBAR (iii)
PROYEK PROYEK
OMZET / KEUNTUNGAN
IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewa akan berpindah kepada mustajir.
Penjual/ Supplier
Obyek Sewa
Nasabah
3. Sewa Beli
Jasa Perbankan
Wakalah
Kafalah
Hiwalah
Rahn Qard Sharf
JASA PERBANKAN
WAKALAH Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu kegiatan (taukil) atas nama pemberi kuasa
Skema al-Wakalah
Nasabah Muwakil
KONTRAK + FEE
BANK WAKIL
KAFALAH Akad pemberian jaminan (makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan (kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan.
Skema al-Kafalah
PENANGGUNG
TERTANGGUNG (Jasa/Objek) DITANGGUNG
BANK
JAMINAN
NASABAH
KEWAJIBAN
HIWALAH Akad perpindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhalalaih) dari nasabah lain ( muhal) Muhil meminta muhalalaih untuk membayar terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli Pada saat jatuh tempo muhal akan membayar ke
muhalalaih
Muhalalaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan
Skema al-Hiwalah
MUHALALAIH (BANK)
5 Bayar
MUHIL (PENYUPLAI)
1 Suplai Barang
MUHAL (PEMBELI)
RAHN Akad penyerahan fisik barang/ harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima
Skema ar-Rahn
Marhun Bih Pembiayaan
1c
2 Permohonan Pembiayaan
Murtahin Bank
Rahin Nasabah
1a
1 b Titipan/Gadai Pembiayaan
Marhun Jaminan
Qardh
Akad hutang-piutang uang, tanpa bunga. Umumnya digunakan untuk pinjaman kesejahteraan karyawan. Dapat pula disalurkan sebagai bagian dari fungsi sosial bank syariah (dalam hal ini penerima qardh harus merupakan mustahiq).
QARDH Akad pinjaman dari Bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai dengan pinjamannya.
Skema al-Qardh
PERJANJIAN QARDH
NASABAH
TENAGA KERJA MODAL 100 %
BANK
PROYEK USAHA
100 %
KEMBALI MODAL
KEUNTUNGAN
SHARF
Akad jual beli Valuta asing yang dilakukan secara tunai maupun non tunai dengan tujuan tidak untuk berspekulasi
B.
Hukum Bunga (Interest) Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang Terjadi pada zaman Rasulullah SAW, baik riba nasiah maupun riba Fadhl. Dengan demikian praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya. Praktek pembungaan uang ini banyak dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun individu.
b.
D. 1.
Dasar - dasar Penetapan Bunga bank memenuhi kriteria riba yang diharamkan Allah SWT, seperti dikemukakan oleh :
2.
a) Imam Nawawy dalam al Majmu b) Ibn Al - Araby dalam Ahkam al Quran c) Al Aini dalam Umdah al Qary d) Al Sarkhasyi dalam al Mabsuth e) Ar Raghib al Isfahani f) Yusuf al- Qardhawy dalam Fawaid al Bunuk g) Muhammad Abu Zahrah h) Muhammad Ali al Shabuni i) Wahbah al Zuhaily dalam al Fiqh al ISlamy wa Adillatuh Bunga uang dari pinjaman/simpanan yang berlaku diatas lebih buruk dari riba yang diharamkan Allah SWT dalam al-Quran, karena riba hanya dikenakan tambahan pada saat si peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman pada saat jatuh tempo. Sedangkan bunga bank sudah langsung dikenakan tambahan sejak terjadinya transaksi.
3. Telah adanya ketetapan akan keharaman bunga bank oleh tiga Forum Ulama Internasional, yaitu : a. Majmaul Buhuts al-Islamiyyah di al-Azhar Mesir pada Mei 1965 b. Majma al-Fiqh al-Islamy Negara-negara OKI yang diselenggarakan di Jeddah tanggal 10-16 Rabiul Awal 1406 H / 22-28 Desember 1985 c. Majma Fiqh Rabithah al-Alam al-Islamy Keputusan 6 Sidang IX yang diselenggaran di Makkah tanggal 12-19 Rajab 1406 H d. Keputusan Dar al-Itfa, Kerajaan Saudi Arabia, 1979 e. Keputusan Supreme Shariah Court Pakistan 22 Desember 1999
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2000 yang menyatakan bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syariah
5. Sidang Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 di Sidoarjo yang menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekomonian khususnya Lembaga Perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam 6. Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1992 di Bandar Lampung yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam dengan sistem tanpa bunga
Perkembangan bank syariah di Indonesia secara formal dimulai tahun 1992 dan serius dikembangkan mulai tahun 1998
1)
2)
3)
Ketentuan Undang-Undang: UU tentang Perbankan Tahun 1967 (tidak mengenal bank syariah) UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan (hanya mengenal bank bagi hasil) ; Dual Banking System
Lokakarya MUI
2001
2003
UU no. 10/1998, Bank Indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional Bank konvensional diperkenankan membuka KC syariah.
BI membuat dan menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah Pengemb PUAS & SWBI
UU no.23/1999:
Bank Muamalat Indonesia berdiri sebagai hasil dari pertemuan tahunan MUI pd bulan Agustus 1990
BI bertanggungjawab terhadap pengaturan dan pengawasan perbankan termasuk bank syariah BI dapat menetapkan kebijakan moneter dg menggunakan prinsip syariah Berdiri BUS kedua Dibuka kantor cabang syariah untuk yang pertama kalinya BI memiliki Tim Penelitian dan Pengaturan Perbankan Syariah Penyempurnaan jaringan kantor. PBI No. 41/2002 Konversi BUK menjadi BUS Konversi KCK menjadi KCS Konversi KCP/KK menjadi KCS Membuka window syariah di KCK
dan Pembiayaan