You are on page 1of 12

Kalazion

Ahmed Haykal Hilman 10.2008.160 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Email : airmatrix2003@yahoo.com

PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.

Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam

penglihatan.

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.

ISI
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasardasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Hal-hal yang bisa ditanyakan adalah : Identitas Menanyakan keluhan utama Menanyakan sudah berapa lama keluhannya Menanyakan riwayat perjalanan penyakit Menanyakan sudahkah dilakukan pengobatan Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga1

Pemeriksaan Fisik & Penunjang


Umum : Pemeriksaan fisik umum yaitu pemeriksaan tanda vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu, dan nadi.

Inspeksi : Adakah kelainan yang terlihat jelas (misalnya mata merah, asimetri, nistagmus dan ptosis). Kemudian lihat konjungtiva, kornea, iris pupil, dan kelopak mata. Apakah

pupil simetris, bagaimana ukurannya, apakah keduanya merespon normal dan seimbang pada cahaya. Lakukan tes mata, satu per satu

Gambar 3. Snellens chart

Gambar 4. Test penglihatan warna

Lakukan tes penglihatan warna : misalnya dengan menggunakan kartu ishihara. Lakukan tes lapang pandang dengan tes konfrontasi dan periksa adanya bintik buta. Lakikan tes gerak bola mata : tanyakan mengenai diplopia dan nistagmus.

Palpasi : Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata : Beri tahu pasien untuk duduk. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata. Lakukan palpasi pada kedua bola mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata terasa keras Histopatologi: dilakukan untuk mendiagnosa dini apakah ada keganasan atau tidak.1,2

Differential Diagnosis
Hordeolum : infeksi kelenjar di palpebra. Bila kelenjar meibom terkena timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi di kelenjar Zeis atau Moll. Biasanya disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Gejalanya antara lain, terdapat pembengkakan (edema), rasa nyeri dan sensasi terbakar pada kelopak mata. Pengobatannya adalah kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit. Selain itu juga diberikan antibiotik, antibiotik topikal yang dapat diberikan antara lain, bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari ataupun eritromicin salep mata. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi

penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Jika keadaan tidak membaik dalam 48 jam, dilakukan insisi dan drainase bahan purulen.

Karsinoma Kelenjar Sebasea : Kegananasan pada kelenjar sebasea sebagian besar mengenai daerah atas kelopak mata, yaitu pada kelenjar Meibom kelopak mata. Walaupun begitu kelenjar sebasea lain masih bisa terkena, seperti kelenjar Zeis. Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Beberapa pasien dengan karsinoma kelenjar Meibom mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus dari tarsus atau sebuah pertumbuhan berbentuk jamur atau papilloma menyerupai papilloma sel skuamosa atau karsinoma sel skuamosa papilla. Tempat predileksinya terdapat pada palpebra superior dan terlihat massa bewarna kuning yang berisi lemak, massa ini juga dapat berupa papil-papil. Tumor pada pinggir palpebra menyebabkan hilangnya bulu mata. Biasanya, lesi tidak nyeri, berindurasi atau berulkus diikuti dengan hilangnya silia pada daerah khalazion berulang. Pada kondisi inflamasi seperti blepharoconjungtivitis atau keratokonhungtivitis juga dapat menyertai karsinoma sel sebasea. Biasanya penampakan dari luar hanya berupa benjolan, namun bila kelopak mata dibalik, tampak benjolan dengan permukaan tidak rata berwarna kekuningan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dari jaringan biopsi. Tatalaksana utama pada penyakit ini adalah pembedahan.1,3,4

Working Diagnosis
Kalazion : merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya. Kalazion terkadang sulit dibedakan dengan hordeolum, dimana dari hasil pemeriksaan fisik, yang juga muncul sebagai benjolan pada kelopak mata.2,5

Etiologi
Kelenjar Meibom memproduksi minyak yang mengalir keluar dalam air mata. Minyak keluar dari kelenjar melalui saluran kecil yang membuka sedikit di belakang bulu mata pada palpebra superior dan inferior. Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun didalam kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut. Kalazion sering dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea.3,6

Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur. Laki-laki dan wanita mempunyai potensi yang sama dengan kecenderungan lebih sering didapati pada usia dewasa akibat pengaruh hormon androgen yang berperan dalam produksi sebum.1

Patofisiologi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa pada kelenjar Meibom. Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil. Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak mata seperti hordeolum atau berkembang dari retensi kelenjar Meibom. Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.

Kerusakan pemecahan lipid (lemak) yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan ebaliknya. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran dan penebalan kelenjar meibom.2,8

Gejala Klinis
Benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan. Pseudoptosis Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Kekakuan pada kelopak mata Sensivitas terhadap cahaya Peningkatan keluarnya air mata Berat dari kelopak mata Rasa seperti mengantuk.4,6

Penatalaksanaan
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi (diserap). 1. Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari. 2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan. 3. Hindari pajanan sinar matahari terlalu sering 4. Hindari mengucek-ucek atau menekan kalazion 5. Tutup mata pada saat membersihkan kalazion 6. Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata 7. Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan.

Medika mentosa Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika kalazion tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Injeksi 0,2 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat kalazion.

Ekskokleasi Kalazion Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan

insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.1,5,8

Pencegahan
Jangan membiasakan mengucek mata Menjaga kebersihan mata Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu2

Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.2

Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.

10

PENUTUP

Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa yang berlokasi di kelenjar Meibom atau kelenjar zeis. Kalazion biasanya berkembang secara spontan sebagai hasil dari penyumbatan satu atau lebih kelenjar. Nodulnya berkembang secara lambat dan biasanya tidak sakit dan eritematosa. Lesinya biasanya hilang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan saat lesinya di drainase baik secara eksternal melalui kulit kelopak mata atau secara internal melalui tarsus, atau saat lipid yang tertekan difagosit dan granuloma menghilang. Sebagian kecil daripada jaringan parut nungkin akan tetap ada. Kadangkadang pasien dengan kalazion mungkin mengalami pengelihatan kabur yang sekunder sampai astigmatisma karena tekanan dari kalazion terhadap bola mata. Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumardi M. Catatan dokter muda: Kalazion. Des 2011. 2. Ilyas Sidarta H. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakata: Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal 28-29. 3. Wijaya Nana: Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.Hal 20-21 4. Hollwich F. Buku panduan oftalmologi. Edisi 2. Jakarta: binarupa aksara. 2009. 5. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia. 2009. 6. Sumardi M. Catatan dokter muda: Anatomi dan fisiologi palpebra. Oktober 2011. 7. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Jakarta:Erlangga. 2003. h. 150-1. 8. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK UI, Jakarta;2005.

12

You might also like