You are on page 1of 21

Makalah Pribadi MENGIDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAANNYA

Oleh: Ressa Oashttamadea SM (0810312085)

Preseptor: DR. dr. Hafni Bachtiar, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005- 2025 atau

Indonesia Sehat 2025 menyebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku juga semakin kompleks. Penyakit- penyakit ini tidak hanya berkaitan dengan aspek pelayanan kesehatan, lingkungan serta keturunan, tapi secara teoritis perilaku juga memiliki peran sebanyak 30-35% terhadap derajat kesehatan. Penyakit- penyakit yang diakibatkan oleh perilaku hidup tidak sehat dari masyarakat seperti tingginya mengonsumsi makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga dapat berakibat kepada penyakit jantung koroner sebagai pembunuh no.1 di dunia dengan prevalensi 29% di Indonesia, serta penyalahgunaan napza dapat berujung pada HIV/ AIDS yang kasusnya di Indonesia ditemukan sebanyak 10138 kasus sedangkan untuk AIDS sebanyak 2224 kasus

selama periode Januari- Juni 2012. Selain itu perilaku suka berganti-ganti pasangan seksual juga meningkatkan prevalensi terjadinya infeksi menular seksual. Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan strata pertama sangat berperan dalam menangani masalah perilaku masyarakat. Salah satu puskesmas yang terdapat di kota Padang adalah Puskesmas Ambacang Kuranji. Untuk mengevaluasi sejauh mana upaya-upaya puskesmas dalam mengelola penyakit berbasis perilaku ini maka dilakukan analisis dengan judul Mengidentifikasi Masalah Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat dan Pengelolaannya.

1.2.

Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Membahas masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat beserta pengelolaannya secara umum b. Tujuan Khusus Membahas masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji Membahas pengelolaan penyakit berbasis perilaku di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

1.3.

Batasan Masalah
3

Makalah ini membahas tentang perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan beserta pengelolaannya di Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4.

Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada literature dan

diskusi.

BAB II ANALISIS SITUASI

2.1. Sejarah Puskesmas Puskesmas Ambacang diresmikan pada hari rabu tanggal 5 juli 2006. pada saat awal berdiri Puskesmas Ambacang hanya mempunyai 5 orang staf dengan kepala puskesmas dr. Dewi Susanti Febri. Dalam perkembanganya sampai sekarang telah memiliki 45 orang staf. Pada awal tahun berdiri Puskesmas Ambacang sebelumnya merupakan wilayah kerja puskesmas. 2.2. Kondisi Geografis Wilayah kerja puskesmas Ambacang meliputi empat kelurahan dari sembilan kelurahan yang berada di kecamatan kuranji yaitu: 1. Kelurahan Pasar Ambacang 2. Kelurahan Anduring 3. Kelurahan Ampang 4. Kelurahan Lubuk Lintah

2.3. Kondisi Demografis Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Ambacang adalah 46.900 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata dengan rincian sebagai berikut 1. Kelurahan Pasar Ambacang : 16.818 jiwa
5

2. Kelurahan Anduring 3. Kelurahan Ampang 4. Kelurahan Lubuk Lintah

: 13.412 jiwa : 6.933 jiwa : 9.737 jiwa

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBACANG


GEOMAPPING SARANA KESEHATAN WILAYAH KERJA

5 7

2 7

PUSKESMAS

APOTIK

PUSTU POSYANDU BALITA POSYANDU LANSIA KLINIK SWASTA POSKESDES

AMBULAN

2.4.

Sarana dan Prasarana Data sarana dan prasarana kesehatan a. Bangunan puskesmas induk b. Bangunan puskesmas pembantu c. Rumah paramedis d. Kendaraan roda empat e. Kendaraan roda dua : 1 unit : 1 unit : 2 unit : 1 unit : 3 unit
6

f. Rumah sakit g. Rumah sakit bersalin h. Klinik kesehatan i. Praktek dokter swasta j. Bidan praktek swasta Data UKBM a. Pos yandu balita b. Pos yandu lansia c. BATRA d. Poskestren e. Toga Data Dasar/sasaran a. Pemduduk b. Ibu hamil c. Ibu bersalin d. Bayi e. Balita f. TK g. SD h. SMP/MTSN i. SMA/SMK j. PT k. Rumah ibadah

: 1 buah : 2 buah : 2 buah : 4 orang : 7 orang

: 28 buah : 6 buah : 31 buah : 1 buah : 70 buah

: 46.900 jiwa : 1074 orang : 1022 orang : 976 orang

: 4.803 orang : 8 : 22 : 5 : 3 : 1 : 65 buah buah buah buah buah buah


7

l. Panti asuhan m. Restoran/rumah makan n. Sarana air bersih

: 2 : 19 : 6726

buah buah buah

2.5. Ketenagaan 1. Tenaga kesehatan Puskesmas Ambacang a. Dokter umum b. Dokter gigi c. SKM d. Perawat (Akper) e. Perawat (SPK) f. Bidan (Akbid) g. Bidan (DI) h. Kesling (AKL) i. Analis j. Perawat gigi k. Asisten apoteker l. Sopir m. Kader posyandu n. Tenaga foluntir o. Cleaning service : 4 orang : 3 orang : 3 orang : 5 orang : 0 orang : 15 orang : 5 orang : 4 orang : 1 orang : 1 orang : 2 orang : 1 orang :112 orang : 3 orang : 1 orang

2.6. Kondisi sosial, budaya dan ekonomi


8

Penduduk wilayah kerja puskesmas ambacang sebagian besar beragama islam, dengan mata pencaharian : Tani Pegawai negri ABRI Buruh Lain-lain : 45 % : 20 % :2% : 15 % : 18 %

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Perilaku Skinner (1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus), tanggapan, dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni: 1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan- rangsangan tertentu, misalnya makanan lezat menimbulkan air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup emotional behavior, misalnya menangis karena sedih atau sakit, tertawa karena senang, dan sebagainya. 2. Operant respons, ialah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu,dimana perangsangan tersebut memperkuat responsyang telah dilakukan oleh organism, misalnya saat seorang anak telah belajar lalu mendapat prestasi dan diberi hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar. Di dalam kehidupan sehari-hari, respondent respons sangat terbatas keberadaannya pada manusia, karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons sehingga kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil. Sebaliknya operant respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya sangat besar. Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, sebagai berikut:
10

1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal- hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan- tindakan untuk mencegah penyakit seperti memilih makanan, berolahraga teratur, dll. 2. Perilaku sakit (the sick role behavior), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannta atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan dan pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

3.2. Penyakit yang Berbasis pada Perilaku 1. Penyakit jantung Merupakan istilah yang digunakan untuk segala macam kelainan yang terjadi pada jantung seperti gangguan irama jantung, infeksi, kelainan congenital, termasuk gangguan pada pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner. Insidens penyakit jantung terbanyak di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, yang merupakan pembunuh utama dengan prevalensi 29%. Beberapa factor resiko yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya PJK yaitu pola makan yang tidak sehat (tinggi kolesterol), kebiasaan merokok, dan kurang olahraga.

2. HIV/ AIDS

11

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air mani, cairan vagina, air susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah. Pada umumnya penyakit ini disebabkan oleh perilaku seks bebas dan pemakaian jarum suntik yang berganti-ganti.

3. Infeksi Menular Seksual (IMS) Merupakan infeksi yang menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal) dimana kemungkinan menular meningkat sejalan dengan semakin seringnya berganti-ganti pasangan seks. Contoh penyakitnya yaitu gonore, herpes, dan sifilis.

4. Ketergantungan NAPZA Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis terhadap NAPZA, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi) dan apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat (withdrawal symptom). Ketergantungan ini biasanya diawali dengan penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Zat-zat yang tergolong NAPZA adalah narkotika, zat psikotropika, serta zat adiktif lainnya seperti alkohol, inhalan, dan tembakau.

5. Penyakit yang berhubungan dengan merokok


12

Merokok dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan paru dan stress pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek maupun kronis. Selain itu merokok juga dapat memperparah kondisi-kondisi kesehatan tertentu seperti asma dan alergi. Beberapa penyakit yang beresiko tinggi untuk diderita perokok antara lain adalah ISPA, PPOK, dan kanker paru.

3.3. Upaya yang Dilakukan Upaya yang dapat dilakukan untuk tatalaksana penyakit berbasis perilaku: Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik di pusat, provinsi maupun kabupaten. Melakukan intervensi terhadap 3 faktor utama yang berhubungan dengan penyakit berbasis perilaku yaitu: aspek pelayanan kesehatan, lingkungan, serta perilaku itu sendiri. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan penyakit berbasis perilaku. Melakukan kerjasama lintas sektor, seperti memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.

13

BAB IV IDENTIFIKASI PERILAKU MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN PENYAKIT YANG BERBASIS PADA PERILAKU DI PUSKESMAS AMBACANG KURANJI

4.1. Penyakit Jantung

Grafik 1. Data Penderita Penyakit Jantung Bulan Februari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang Kuranji Masalah perilaku yang berhubungan dengan penyakit jantung: Masih rendahnya tingkat aktivitas fisik masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, dimana pada laporan tahunan 2011 didapatkan pencapaian sebanyak 82,5%, sementara target yang harus dicapai adalah 100% (kesenjangan 17,5%). Usaha promotif & preventif yang telah dilakukan: Penyuluhan di dalam ruangan tentang tentang penyakit jantung sebanyak 6x selama Januari Juli 2012.
14

Usaha kuratif yang dilakukan: Merujuk pasien ke RSUD dr. Rasidin atau RSUP dr. M. Djamil Padang

4.2. HIV/ AIDS Selama Januari Juli 2012 tidak ditemukan kasus HIV/ AIDS di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Usaha promotif & preventif yang telah dilakukan: Penyuluhan tentang HIV/ AIDS terhadap siswa SMP dan SMA di sekolah- sekolah dan pesantren ramadhan, yang telah dilakukan sebanyak 5 kali selama bulan Januari Juli 2012. Pembinaan terhadap guru mengenai HIV/ AIDS untuk meneruskan informasi kepada siswa. Usaha kuratif yang dilakukan: Merujuk pasien ke RSUP dr. M. Djamil Padang

15

4.3. Infeksi Menular Seksual Selama tahun 2011, hanya ditemukan 2 kasus infeksi menular seksual yaitu gonore dan sifilis sedangkan selama bulan Januari Juli 2012 tidak ditemukan kasus infeksi menular seksual di Puskesmas Ambacang Kuranji. Usaha promotif & preventif yang telah dilakukan: Penyuluhan di dalam dan luar ruangan mengenai infeksi menular seksual sebanyak 1 kali selama bulan Januari Juli 2012. Usaha kuratif yang dilakukan: Jika ditemukan kasus baru, kedua pasangan dihadirkan di puskesmas untuk diberikan informasi mengenai penyakit yang diderita. Merujuk pasien dan pasangannya ke RSUP dr. M. Djamil

4.4. Ketergantungan NAPZA Selama Januari Juli 2012 tidak ditemukan kasus ketergantungan NAPZA di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Usaha promotif & preventif yang telah dilakukan:

16

Penyuluhan tentang NAPZA terhadap siswa SMP dan SMA di sekolah dan pesantren ramadhan, biasanya bersamaan dengan penyuluhan tentang HIV/AIDS. Penhyuluhan ini telah dilakukan sebanyak 5 kali selama bulan Januari Juli 2012.

Di setiap kelurahan terdapat pojok anti narkoba yang dibina oleh karang taruna dari masing-masing kelurahan, dengan kegiatan berupa penyuluhan ke pesantren ramadhan dan sekolah-sekolah.

Usaha kuratif yang dilakukan: Merujuk pasien ke RS HB Saanin

4.5. Penyakit yang Berhubungan dengan Merokok

Grafik 3. Data Penderita ISPA Bulan Januari Juli 2012 di Puskesmas Ambacang Kuranji Masalah perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang berhubungan dengan merokok:

17

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak merokok di dalam rumah, dimana pencapaian di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji hanya 40,35%, sementara target yang harus dicapai adalah 100% (kesenjangan 59,65%).

Dari 59, 65% masyarakat yang merokok di dalam rumah, 48,3% nya mengidap ISPA.

Usaha promotif & preventif yang telah dilakukan: Penyuluhan di dalam dan luar ruangan tentang ISPA dan faktor yang mempengaruhinya sebanyak 16 kali selama bulan Januari Juli 2012. Usaha kuratif yang dilakukan: Mengobati pasien di Balai Pengobatan, jika penyakit pasien dipengaruhi oleh factor lingkungan maka pasien dirujuk ke Klinik Sanitasi.

18

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 1. Perilaku masyarakat Ambacang Kuranji yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit adalah rendahnya tingkat aktivitas fisik yang berhubungan dengan penyakit jantung dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak merokok di dalam rumah yang berhubungan terhadap tingginya insiden ISPA. Sedangkan untuk kasus infeksi menular seksual insidennya masih rendah dan untuk HIV/AIDS serta ketergantungan NAPZA, tidak ada kasus yang terjadi selama bulan Januari Juli 2012. 2. Pengelolaan penyakit berbasis perilaku di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji dilakukan dengan upaya promotif dan preventif berupa penyuluhan di dalam dan luar ruangan, dimana selama periode Januari Juli 2012 penyuluhan untuk penyakit jantung telah dilakukan sebanyak 6 kali, HIV/AIDS & penyalahgunaan NAPZA sebanyak 5 kali, infeksi menular seksual sebanyak 1x, dan ISPA sebanyak 16 kali. Untuk upaya kuratif, kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas akan dirujuk ke pusat pelayanan yang lebih lengkap.

5.2. Saran 1. Mengadakan kegiatan pekan olahraga bersama di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji sehingga masyarakat menjadi terpacu untuk melakukan aktivitas fisik.
19

2. Melakukan kerjasama lintas sektoral bersama PKK, LSM, untuk menghimbau masyarakat agar tidak merokok di dalam rumah serta memberikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga tentang bahaya menjadi perokok pasif. 3. Meningkatkan frekuensi penyuluhan penyakit menular seksual dan penyalahgunaan obat agar kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat semakin meningkat.

20

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Prof.Dr.Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta Laporan tahunan 2011 Puskesmas Ambacang Kuranji. Laporan bulanan Januari Juli 2012 Puskesmas Ambacang Kuranji. http://www.medicalnewstoday.com/articles/237191.php diakses pada tanggal 27 Agustus 2012. http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76 diakses pada tanggal 27 Agustus 2012. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf diakses pada tanggal 27 Agustus 2012.

21

You might also like