You are on page 1of 18

Ria S.

Kep Ners
SENIN, 18 FEBRUARI 2013

Tumor tulang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang lunak. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur tersebut (Patofisiologi, 2002). Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.

Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna Bone Tumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainankelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan organ-organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak. Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang (kurang dari 1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan dampak yang cukup fatal bagi penderitanya. Penderita tumor tulang seringkali merasakan nyeri yang hebat bahkan pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain itu penderita juga dapat berisiko mengalami cidera akibat fraktur patologik.

Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan, karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan bergerak. Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya pada kemoterapi dan pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahui tumor tulang Benigna dan Maligna secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perawat mampu bertindak secara profesional dalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yang supportif pada penderita tumor tulang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah definisi Tumor tulang? 2. Apakah definisi Tumor tulang Benigna dan Maligna? 3. Bagaimana angka kejadian Tumor tulang Benigna dan Maligna di dunia? 4. Apa saja etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna? 5. Apa saja faktor risiko terjadinya Tumor tulang Benigna dan Maligna? 6. Apa saja jenis-jenis Tumor tulang Benigna dan Maligna? 7. Bagaimana patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna? 8. Bagaimana manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna? 9. Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna? 10. Bagaimana Web of Caution Tumor tulang Benigna dan Maligna? 11. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan Tumor tulang Benigna dan Maligna. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan definisi Tumor tulang. 2. Menjelaskan definisi Tumor tulang Benigna dan Maligna. 3. Mengetahui angka kejadian Tumor tulang Benigna dan Maligna. 4. Menjelaskan etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna. 5. Menjelaskan faktor risiko terjadinya Tumor tulang Benigna dan Maligna. 6. Menjelaskan jenis-jenis Tumor tulang Benigna dan Maligna. 7. Menjelaskan patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna. 8. Menjelaskan manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna. 9. Menjelaskan penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna. 10. Menjelaskan Web of Caution Tumor tulang Benigna dan Maligna. 11. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna. 1.4 Manfaat 1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.

2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna. 3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna.

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh yang mempunyai kerangka protein dan diperkuat kalsium, di mana lapisan luar tulang mempunyai saraf dan jaringan pembuluh darah yang kecil. Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periusteum. Dikenal juga sebagai osseus tissue, yaitu sejenis endoskeletal keras yang menjadi jaringan penghubung yang ditemukan pada banyak hewan vertebrata (bertulang belakang). Ada beberapa jenis sel penyusun tulang yaitu, osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi sebagai sintesis kolagen dan substansi dasar serta mengangkut mineral untuk kalsifikasi. Osteosit berfungsi membentuk dan meresorbsi tulang. Sedangkan Osteoklas bersama hormon paratiroid meresorbsi tulang. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan dan kemudian berlangsung terus sampai decade kedua dalam susunan yang teratur. Organ ini merupakan organ yang mendukung struktur tubuh, melindungi organ-organ internal, serta memungkinkan pergerakan atau perpindahan. Otot-otot skeletal (kerangka) melalui tendon (urat daging) menghubungkan tulangtulang panjang, dan ligamen (ikatan sendi tulang) menghubungkan tulang dengan tulang sendi. Pada sumsum tulang merah (pada matriks tulang spongy) diproduksi sel darah merah, sementara pada diaphysis diproduksi sel darah putih. Secara umum, kerangka tubuh manusia dewasa terdiri dari 206 tulang Terdapat dua hormon yang sangat berpengaruh pada proses pembentukan dan reabsorbsi tulang yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon paratiroid berfungsi untuk mengabsorbsi garam kalsium dari tulang dan menyuplainya dalam darah, sedangkan hormon kalsitonin berlawanan dengan efek paratiroid yaitu mengambil garam kalsium dari darah dan sistem pencernaan. 2.2 Tumor Tulang Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology disease). Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu: 1. Tumor tulang primer a. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam tulang itu sendiri (osteogenik). Jinak : osteoid osteoma Ganas : oesteosarkoma

b. Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik) Jinak : Kondroblastoma Ganas : Kondrosarkoma c. Tumor jaringan ikat (fibrogenik) Jinak : - Non Ossifying Fibroma Ganas : - Fibrosarkoma d. Tumor sumsum tulang (myelogenik) Ganas : multiple myeloma 2. Tumor tulang sekunder / metastasik Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari metastase tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain, misalnya pada tumor tulang yang terjadi dari tumor payudara, prostase, paru-paru. Terutama sekali tumor yang berada pada akses utama sistem vaskuler. 2.3 Tumor Tulang Benigna dan Maligna 2.3.1 Definisi Tumor Tulang Benigna dan Maligna Tumor Jinak (Benigna) Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau tumor jinak (benigna) tidak menyerang dan menghancurkan tissue (sekumpulan sel terinterkoneksi yang membentuk fungsi serupa dalam suatu organisme) yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul lagi. Tumor Ganas (Maligna) Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah Kanker, yang memiliki potensi untuk menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel ke tempat yang jauh). 2.3.3 Etiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna A. Etiologi Tumor Tulang Benigna Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen. Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu: 1. benigna bone tumor; 2. maligna bone tumor. Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551, Basic of Pathology Disease). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang

misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini. B. Etiologi Tumor Tulang Maligna Faktor penyebab tumor maligna jaringan lunak yaitu: Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik mesoderm. Virus Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel. Agens fisik Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit. Agens hormonal Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian hormon eksogenus. Kegagalan sistem imun Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun normal. Agens kimia Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida). . 2.3.4 Faktor Risiko Tumor Tulang Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu: Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang ganas selama masa kanakkanak terutama daerah metafise tulang panjang. Paparan radiasi Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA pada tulang faktor genetik contohnya: Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14 Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis, eksostosis herediter multiple L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53) Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit, hipogonadism, dan katarak

1. 2.

3. 4. 5.

6.

7.

1. 2. 3. a) b) c)

d) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang mengandung karbon. 2.3.5 Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna dan Maligna Benigna Yang merupakan tumor tulang benigna adalah: Osteokondroma Kondroma Jinak Kondroblastoma Fibroma Kondromiksoid Osteoid Osteoma Tumor Sel Raksasa OSTEOKONDROMA Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma. KONDROMA JINAK Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul dibagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak. KONDROBLASTOMA Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali. FIBROMA KONDROMIKSOID Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan OSTEOID OSTEOMA Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh dilengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada

A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1)

2)

malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin. TUMOR SEL RAKSASA Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya, biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan muncul kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa tumbuh menjadi kanker. Maligna Yang merupakan tumor tulang maligna yaitu: Kondrosarkoma Ewings Sarcoma Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna Mieloma Multipel Osteosarkoma Limfoma Tulang Maligna KONDROSARKOMA Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang paling banyak didapati diderita. Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. Namun, ada juga tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. Tumor jenis ini harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75% penderita bertahan hidup. EWINGS SARCOMA Ewings sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat. Jenis tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10tahun dan hamper tidak pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewings sarcoma bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, namun paling seringditemukan pada tulang panjang anggota gerak, panggul atau dada, bahkan jugabisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.

3) FIBROSARKOMA & HISTIOSITOMA FIBROSA MALIGNA Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selaintulang, yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.Kanker ini biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya, pengobatannya juga sama. 4) MIELOMA MULTIPEL Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah, umumnya terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih. Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan. 5) OSTEOSARKOMA Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak diketahui. bukti-bukti mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan. Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian, osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan tumor, juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. 6) LIMFOMA TULANG MALIGNA Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia 40- 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan. 2.3.6 Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna

Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali, bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase. Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ lain. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang. Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang tinggi.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003). 2.3.8 Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna dan Maligna Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase. Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna Nyeri Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis. Pembengkakan Pembengkakan lokal biasa ditemukan. Massa yang teraba Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang. Frekuensi miksi meningkat Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan. 2.3.9 Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna dan Maligna

A.

B. 1.

2. 3. 4.

A. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna Penatalaksanaan tumor tulang benigna biasanya tidak terlalu sulit dibanding dengan tumor tulang maligna. Pada tumor tulang benigna yang jelas, misalnya non-ossifying fibrosa, osteokondroma yang kecil biasanya tidak diperlukan tindakan khusus. Apabila jenis tumor diragukan maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta staging tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada staging. B. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Maligna Penatalaksanaan tumor tulang maligna merupakan bentuk kerja tim antara dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para radiologist, diperlukan untuk melihat faktor- faktor untuk evaluasi kecepatan perkembangan tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran tumor. Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien efek samping dari penanganan tumor tulang maligna dan memberikan dorongan kesehatan makanan untuk membantu melawan efek samping tersebut. Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal seperti: 1. Ukuran dan lokasi dari kanker. 2. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut. 3. Grade dari sel kanker tersebut. 4. Keadaan kesehatan umum pasien. Pasien dengan tumor tulang maligna memerlukan terapi kombinasi pembedahan(surgery), kemoterapi dan radioterapi. 1. Surgery Langkah utama penatalaksanaan tumor tulang maligna pembedahan karena tumor tulang ini kurang berespon terhadap terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk lesi agresif grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat adalah amputasi. 2. Kemoterapi Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat. 3. Radioterapi Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro maupun mikroskopik. Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total 50-55 Gy memberikan hasil bebas tumor.

BAB III PROSES KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Pasien di dorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala. Selama wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit, bagaimana pasien dan keluarga pasien mengatasi masalah, dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut; ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya, dan nyeri tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentang gerak ekstermitas merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dievaluasi. 3.2 Diagnosis Diagnosa Keperawatan berdasar pada data pengkajian, diagnosisnkeperawatan utama meliputi yang berikut: kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan resiko terhadap cedera: factor patologik yang berhubungan dengan tumor koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, prersepsi tentang proses penyakit, dan system pendukung tidak adekuat gangguan harga diri yang berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran Masalah Kolaboratif Komplikasi Potensial Komplikasi potensial yang dapat timbul antara lain: penyembuhan luka lambat defisiensi nutrisi infeksi 3.3 Perencanaan dan Implementasi Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian masalah yang efektif, peningkatan harga-diri dan tiadanya komplikasi. Asuhan keperawatan pasien yang menjalani eksisi tumor tulang pada beberapa hal sama dengan pasien lain yang menjalani pembedahan skeletal. Tanda vital dipantau;kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengakaji timbulnya komplikasi seperti thrombosis vena profunda, emboli paru, infeksi, kontraktur, dan atrofi disuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan; status neurovaskuler ekstermitas harus dikaji. Biasanya daerah tersebut didimobilisasi dengan bidai, gips, atau pembalut elastis sampai tulang menyembuh. Intervensi keperawatan 1. Memahami proses penyakit dan program terapi

Pendidikan pasien dan keluargany mengenai proses dan diagnosis penyakit serta program penangnan sangat penting. Penjelasan mengenai uji diagnostic, penanganan (mis. Perawatn luka), dan hasil yang mungkin terjadi (mis. Penurunan rentang gerak, kebas, perubahan kontur tubuh) dapat membantu pasien men yesuaikan diri dengan prosedur dan perubahan yang terjadi. Kerja sama dan kepatuhan terhadap program terapi harus didorong melalui pemahaman. Perawat dapat menkankan dan menjelaskan informasi yang diberikan oleh dokter paling efektif bila perawat hadir selama diskusi antara pasien dan dokter. 2. Pasien didorong agar bisa sedapat mungkin mandiri Pengontrolan nyeri Teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan farmakologik dapat digunakan untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien. Perawat bekerja sama deng pasien dalam merancang program menejemen nyeri yang paling efektif, sehingga akan meningkatkan pengontrolan pasien terhadap nyeri. Perawat mempersiapkan pasien dan memberikan dukunga selama prosedur yang menyakitkan. Mencegah fraktur patologik. Tumpor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana aktifitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur. Selama asuhan keperawatan tulang yang sakit harus disangga dan ditangani dengan lembut. Pasien diajar bagaimana mempergunakan alat bantu dengan aman dan bagaimana memperkuat ekstermitas yang sehat. Koping efektif Pasien dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa takut, keprihatinan dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar nereka mampu menerima dampak tumor tulang maligna. Perasaan terkejut, pututs asa, dan sedih pasti akan terjadi. Maka rujukan ke psikistri, ahli psikologi, konselor atau rohaniawan perlu diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus. Meningkatkan harga diri Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang menderita keganasan. Keluarga harus didukung dalam menjalankan penyesuaiannya yang harus dilakukan. Perubahan dalam citra diri akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi harus diketahui. Perawatan diri dan sosialisasi harus didorong. Pasien harus berpartisipasi dalam perencanaan aktifitas harian. Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri, pengembalian konsep diri dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri. 3. Memantau dan menangani komplikasi potensial Penyembuhan luka Pemyembuhan dapat terlambat karena trauma jaringan akibat pembedahan atau radiasi sebelumnya. Tekanan pada daerah luka harus diminimalkan untuk memperbaiki peredaran darah ke jaringan. Nutrisi adekuat

1. a. b. c. 2. a. b. 3. a. b. c. 4. a. b. c. d. 5. a. b. c. d. 6. a.

Karena kehilangan selera makan, mual dan muntuah sering terjadi akbat efek samping kemoterapi dan radiasi, maka perlu diberikan nutrisi yang memadai untuk mempercepat penyembuahan dan kesehatan. Osteomalisi dan infeksi operasi luka. Antibiotika profilaksis dan teknik balutan aseptic ketat dilakukan untuk mengurangi terjadinya oesteomalisis dan infeksi luka opersi. Bila pasien mendapat kemoterapi, hitung jenis leukosit harus dipantau dan pasien harus diinstruksikan untuk menghindari bertemu dengan orang yang demam atau infeksi. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Persiapan dan koordinasi untuk perawatan kesehatan berkelanjutan dimulain sejak dini sebagai suatu usaha multidisiplin. Pendidikan pasien ditujukan pada pengobatan, pembalutan, dan program terapi, selain program terapi fisik dan okupasi. Penggunaan peralatan khusus secara aman harus dijelaskan. Pasien dan keluargnaya harus mempelajari tanda dan gejala kemungkinan komplikasi. 3.4 Evaluasi Hasil yang diharapkan menerangkan proses penyakit dan program terapi menerangkan proses patologik menentuka sasaran program terapeutik mencri penjelasan informasi mampu mengontrol nyeri memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang diresepkan tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selam menjalankan aktivitas hidup hidup sehari-hari, atau tempat operasi tidak mengalami patah tulang patologik menghindari stress pada tulang yang lemah mempergunakan alat bantu dengan aman memperkuat ektermitas yang sehat memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif mengemukakan perasannya dengan kata-kata mengidentifikasi kekauan dan kemampuannya membuat keputusan meminta bantuan bila perlu memperlihatkan konsep diri yang positif mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu ditanggungnya. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya Memperlihatkan peneriamaan perubahan citra diri Memperlihatkan kemandirian dalam kemandirian hidup sehari-hari Memperlihatkan tiadanya komplikasi Memperlihatkan penyembuhan luka

b. c. d. e. f. 7. a.

Tidak mengalami kerusakan kulit Mempertahankan atau meningkatkan berat badan Tidak mengalami infeksi Mengatasi efek saping terapi Melaporkan gejala tosisitas obat atau komplikasi pembedahan Berpartisipasi dalam keperawatan kesehatan berkelanjutan dirumah Mematuhi regimen yang ditentukan (mis. Menelan setiap obat yang diresepkan, tetap menjalankan program terapi fisik dan okupasi) b. Menyretujui perlunya supervise kesehatajn jangka panjang c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

DAFTAR PUSTAKA c. smelzer, Suzanne, Brenda g. bare. 2002. Keperawatan medika-bedah vol.3. Jakarta: penerbit buku kedokteran (EGC) w.sudoyo, aru, bambang setiyohadi, idrus alwi, Marcellus simadibrata k, siti setiati. 2010. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: internapublishing.
Diposkan oleh sayyidah humairoh di 20.45 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
ARSIP BLOG 2013 (6) o April (3) o Februari (3) Tumor tulang Tumor tulang edisi februari MENGENAI SAYA

sayyidah humairoh Lihat profil lengkapku


Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like