You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan terselesaikannya makalah tentang kebisingan yang disusun ini, seperti yang telah direncanakan. Terima kasih juga saya sampaikan pada dosen yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada kami sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar. Makalah ini, kami maksudkan untuk menunjang mata kuliah teknik kesehatan dan keselamatan kerja tentang materi kebisingan di Jurusan Teknik Kimia sebagai bacaan tambahan Makalah tentang kebisingan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak terutama pada dosen pembimbing mata kuliah teknik kesehatan dan keselamatan kerja. Agar kedepannya penulis dapat menyusun tulisan yang lebih baik dari sebelumnya.

Medan, 13 Desember 2011 Penulis,

Daftar Isi
Kata Pengantar. i Daftar Isi.... ii 1. Pendahuluan ........... 1 1.1 Latar Belakang masalah 1 1.2 Perumusan masalah... 1 1.3 Tujuan... 1 2. Pembahasan... 2 2.1 Pengertian Kebisingan...... 2 2.2 Sumber kebisingan.... 2 2.3 Klasifikasi kebisingan.... 3 2.4 Nilai Ambang Batas kebisingan........ 4 2.5 Zona kebisingan..... 5 2.6 Dampak Kebisingan... 6 2.7 Pengendalian kebisingan.... 9 2.8 Sistem manajemen Pengendalian kebisingan..... 11 4. Daftar Pustaka... 12

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap sangat mengganggu. Secara definisi, suara yang tidak dikehendaki itu dapat dikatakan sebagai bising. Bising yang di dengar sehari-hari berasal dari banyak sumber baik dekat maupun jauh. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industry besar maupun industry rumahan ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan dampak pada kesehatan. Tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan dampak negatif terhadap tenaga kerja. Dengan kata lain, kebisingan berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja. Misalnya, terganggunya fungsi pendengaran. Banyak penderitaan terjadi disebabkan oleh kondisi dan lingkungan kerja yang berbahaya dimana pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Salah satu kondisi fisik dan lingkungan kerja yang membahayakan adalah kebisingan. Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara berubah menjadi kebisingan (noise). Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya kerja bagi sistem penginderaan manusia.

1.2. Perumususan masalah


Untuk mengetahui tingkat kebisingan tersebut maka dilakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan metode yang telah ditentukan.

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di suatu lingkungan. 2. Untuk mengetahui tingkat dampak yang diterima orang akibat kebisingan di lingkugan. 3. Untuk mengetahui cara menghindari diri dari kebisingan.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekulmolekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan. Di tempat kerja tertentu kadang-kadang bising tidak dapat dihindari atau dikurangi. tidak semua suara bising, hanya suara yang tidak enak didengar saja yang disebut bising.

2.2. Sumber kebisingan


Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu 1. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain. 3. Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lainlain. 4. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang. 5. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah. 6. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen tiruan. 7. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection). 8. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai fungsinya, misalnya penggunaan palu untuk membengkokkan benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.

2.3. Klasifikasi kebisingan


Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu : a. Kebisingan yang tetap (steady noise) Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu : 1). Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise) Kebisingan ini merupakan nada-nada murni pada frekuensi yang beragam., contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya. 2). Kebisingan tetap (Brod band noise) Kebisingan dengan frekuensi terputus dan Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steadynoise). Perbedaannya adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni). b. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1). Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise) Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. 2). Intermitent noise Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah., contoh kebisingan lalu lintas.

3). Kebisingan impulsif (Impulsive noise) Kebisigan ini dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya. Tingkat kebisingan yang membahayakan daya dengar di tempat kerja tergantung pada tingkat kebisingan tertentu dan berapa lama pekerja terpapar terhadap kebisingan setiap hari. Tingkat kebisingan dapat diukur dengan alat ukur yang disebut "sound level meter". Biasanya pengukuran dilakukan oleh orang yang telah terlatih atau pegawai pengawas ketenagakerjaan yang dilengkapi dengan alat itu, dalam menjalankan fungsinya untuk membantu manajer dan pekerja untuk melindungi mereka dari pengaruh yang merugikan dari bising.

2.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut

No.

TINGKAT KEBISINGAN (dBA) 85 88 91 94 97 100

PEMAPARAN HARIAN 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit

1. 2. 3. 4. 5. 6.

2.5. Zona Kebisingan


Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan 1. Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya. 2. Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi. 3.Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar. 4.Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya. Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) 1. Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari 2. Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug) 3. Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff 4. Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug

2.6. Dampak Kebisingan


Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu/tidak diinginkan secara: a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja). b. Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi) Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan yang dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut : a. Gangguan fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukann tenaga ekstra dan juga menambah kebisingan. Di samping itu kebisingan dapat juga mengganggu Cardiac Out Put dan tekanan darah. Pada berbagai penyelidikan ditemukan bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu: 1). Sistem internal tubuh Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk kehidupan seperti: a). Kardiovaskuler (jantung, paru-paru, pembuluh) b). Gastrointestinal (perut,usus) c). Syaraf (urat syaraf) d). Musculoskeletal (otot, tulang) dan e). Endocrine (kelenjar). Sebenarnya proses adaptasi sendiri adalah indikasi dari perubahan fungsi tubuh karenanya tidak begitu disukai. Kebisingan yang tinggi juga dapat mengubah ketetapan koordinasi gerakan, memperpanjang waktu reaksi dan menaikkan respon waktu, semuanya ini dapat berkahir dengan human error. Pada keadaan-keadaan tertentu, kebisingan dapat menyebabkan penurunan resistensi listrik dalam kulit, penurunan aktifitas lambung, atau adanya bukti elektromiographic dalam hal peningkatan tensi otot Nesswetha pada tahun 1964 telah melakukan studi eksperimental teknis

mengenai adaptasi sistem syaraf vegetatif dan pertimbangan-pertimbangan bahwa yang menjadi subyek percobahan adalah mereka yang telah terbiasa dengan kebisingan. Umumnya mereka ini memiliki sistem kompensasi yang memungkinkan untuk bekerja pada suatu lingkungan yang bising, dimana pada kasus subyek yang belum terbiasa sistem tersebut harus dibentuk secara perlahan-lahan. Peningkatan refleks-refleks labyrinthin telah dilaporkan pada telephonist. 2). Ambang pendengaran Ambang pendengaran adalah suara terlemah yang masih bisa di dengar. Makin rendah level suara terlemah yang di dengar berarti makin rendah nilai ambang pendengaran, berarti makin baik pendengaranya. Kebisingan dapat mempengaruhi nilai ambang batas pendengaran baik bersifat sementara (fisiologis) atau menetap (patofisiologis). Kehilangan pendengaran bersifat sementara apabila telinga dengan segera dapat mengembalikan fungsinya setelah terkena kebisingan 3). Gangguan pola tidur. Pola tidur sudah merupakan pola alamiah, kondisi istirahat yang berulang secara teratur, dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta kesembuhan. Kebisingan dapat menganggu tidur dalam hal kelelapan, kontinuitas, dan lama tidur. Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi belum terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara yang akan mengganggu tidurnya, maka orang tersebut mudah marah/tersinggung. Berprilaku irasional, dan ingin tidur. Terjadinya pergeseran kelelapan tidur dapat menimbulkan kelelahan. Berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa presentase seseorang bisa terbangun dari tidurnya sebesar 5 % pada tingkat intensitas suara 40 dB (A) dan meningkat sampai 30 % pada tingkat 70 dB (A). Pada tingkat intensitas suara 100 dB (A) sampai 120 dB (A), hampir setiap orang akan terbangun dari tidurnya. b. Gangguaan psikologis Gangguan fisiologis lama kelamaan bisa menimbulkan gangguan psikologis.(1) Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya. Stabilitas mental adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi atau bertindak normal. Suara yang tidak dikehendaki memang tidak menimbulkan mental illness akan tetapi dapat memperberat problem mental dan perilaku yang sudah ada. Reaksi terhadap gangguan ini sering menimbulkan keluhan terhadap kebisingan yang berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu lintas. Umumnya kebisingan pada lingkungan melebihi 50 55 dB pada siang hari dan 45 55 dB akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila kenyaringan kebisingan meningkat, maka dampak terhadap psikologis juga akan meningkat. Kebisingandikatakan mengganggu, apabila pemaparannya menyebabkan orang tersebut berusaha untuk mengurangi, menolak suara tersebut atau meninggalkan tempat yang bisa menimbulkan suara yang tidak dikehendakinya.

c. Gangguan patologis organis Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. Kelainan yang timbul pada telinga akibat bising terjadi tahap demi tahap sebagai berikut: 1). Stadium adaptasi Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnya reversible. 2). Stadium temporary threshold shiff Disebut juga audtory fatigue yang merupakan kehilangan pendengaran reversible sesudah 48 jam terhindar dari bising itu. Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar bising adalah 16 jam. Bila pada waktu bekerja keesokan hari pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan terjadi permanent hearing lose.

3). Stadium persistem trehold shiff Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi lebih lama, sekurang-kurangnya 48 jam setelah meninggalkan lingkungan bising, pendengaran masih terganggu. 4). Stadium permanent trehold shiff

Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran menetap sifatnya, gangguan ini banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan. Tuli akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochlea berupa rusaknya syaraf pendengaran. Proses terjadinya gangguan pendengaran terjadi secara berangsur-angsur, yaitu mula-mula tidak terasa adanya gangguan pendengaran, baru setelah penderita sadar bahwa ia memerlukan suara-suara keras untuk sanggup mendengarkan suatu percakapan diketahui adanya gangguan pendengaran. Pergeseran ambang pendengaran nampak dalam tahun-tahun pertama terpapar kebisingan. Orang yang belum pernah berada dalam kebisingan biasanya menunjukkan perbaikan yang bagus setelah dipindakan dari kebisingan, sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun terkena bising dan tuli agak berat sekali kemungkinan untuk pulih. d. Komunikasi Kebisingan dapat menganggu pembicaraan. Paling penting disini bahwa kebisingan menganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang di bicarakan oleh orang lain, apakah itu berupa: 1). Percakapan langsung (face to face). 2). Percakapan telepon. 3). Melalui alat komunikasi lain, misalnya radio, televisi dan pidato. Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kantor, tempat ibadah, perpustakaan, rumah sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang bisa dimengerti tergantung dari faktor seperti : level suara pembicaraan, jarak pembicaraan dengan pendengaran, bahasa/kata yang dimengerti, suara lingkungan dan faktor-faktor lain.

2.7. Pengendalian Kebisingan


Pada prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari: a. Pengendalian secara teknis Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain : 1). Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak, menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.

2). Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan melumasi semua bagian yang bergerak. 3). Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang. 4). Merendam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda. 5). Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja. Pemasangan perendam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan yang bising. b. Pengendalian secara administrasi. Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, pelatihan bagi pekerja terhadap bahaya kebisingan, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran. c. Pemakaian alat pelindung diri (ppe = personal protective eguipment) Alat pelindung diri untuk mengurangi kebisingan meliputi ear plugs dan ear muffs. Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

Dalam undang-undang yang berlaku, para pimpinan perusahaan berkewajiban melindungi para pekerjanya dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Pimpinan perusahaan harus mengusahakan agar keadaan bising di tempat kerja berada dalam batas-batas yang aman.

Ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi sumber-sumber bising dan waktu pemaparannya bagi pekerja. Jika bising tidak dapat dikurangi dari batas yang diperbolehkan, maka pimpinan perusahaan harus menyediakan perlengkapan perlindungan yang dilengkapi dengan informasi dan intruksi tentang bagaimana penggunaannya bagi pekerja.

2.8. Sistem managemen pengendalian kebisingan


Kewajiban bagi pekerja: 1. pekerja dapat menilai kapasitas daya dengar diri bersama dengan pekerja lain. 2. menggunakan alat pengendalian yang disediakan bersama-sama dengan mesin-mesin yang ada atau terpasang di pabrik 3. melaporkan kerusakan alat pengendalian bising atau alat pelindung telinga untuk diperbaiki atau diganti 4. mengenakan alat pelindung telinga di daerah-daerah bising Para manager dapat berperan melalui: 1. menyusun kebijakan dan rancangan serta praktek-praktek managemen 2. mengadakan penilaian mengenai jumlah keseluruhan daerah yang bising. 3. melaksanakan penyelidikan tuntas mengenai pilihan pengendalian bising 4. meminimalisasi dampak negatif dari bising agar terjadi kemudahan dalam operasi, akses pemeliharaan dan produktivitas. Jika hal-hal tersebut dilaksanakan dengan baik, maka resiko kecelakaan kerja akan menurun dan kesehatan pekerja pun tidak akan terganggu. Menurut penelitian, tanaman dapat mengurangi atau meredam kebisingan, yaitu dengan mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95% (Grey and Deneke, 1978). Dengan meletakan beberapa jenis tanaman di sudut ruangan yang cukup rapat akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah selain itu tanaman dapat memberikan oksigen yang segar dalam ruangan. Ada baiknya jika Anda meletakan tanaman di sudut-sudut ruangan kerja Anda agar tingkat kebisingan di ruang kantor Anda dapat diminimalisir dan meningkatkan oksigen sebagai udara segar di ruangan kantor Anda. Ruang kantor yang baik dapat mengurangi stres, improvisasi porduktifitas, dan pada akhirnya meningkatkan performa kerja Anda.

DAFTAR PUSTAKA

Id.jobsdb.com www.mediaindonesia.com Kesehatan.kompasiana.com www.wikimu.com www.wikipedia.com

Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kebisingan

Fakultas Teknik Departemen Teknik Kimia


Dosen pembimbing : Ir.Anizar M.Kes

Disusun oleh: Krissandrata (080405029) Hermansyah Citra (110405049) Mutiara (110405055) Bunga Indah Sari( 110405082)

You might also like