You are on page 1of 21

Emergency Therapy

Terapi Oksigen
CP Singh, Nachhattar Singh, Jagraj Singh, Gurmeet Kaur Brar, Gagandeep Singh

HElSA ELDATARINA MONIKA RIA P.


L/O/G/O

Abstrak
Tujuan untuk memperbaiki hipoksia alveolar dan / atau jaringan. Setiap gangguan yang menyebabkan hipoksia merupakan indikasi pemberian oksigen. Pengiriman Oksigen tergantung pada : Fungsi kardiovaskular (cardiac output dan aliran jantung), Hematologi (Hb dan afinitas oksigen) dan sistem pernapasan (tekanan oksigen arteri).

Terapi oksigen harus diberikan sesuai dengan pedoman. Penggunaan pulse oksimetri merupakan metode yang sederhana, cepat, noninvasif, dan dapat diandalkan untuk saturasi oksigen dalam memantau oksigenisasi jaringan.

Pendahuluan
Ventilasi Difusi pada membran kapiler alveolar

Oksigen ke Jaringan
Hemoglobin Cardiac Output

Perfusi Jaringan
Terapi Oksigen diperlukan untuk kegagalan pernafasan pada berbagai kondisi seperti asma yang berat, bronkitis kronis, pneumonia, dan infark miokard, dll.

Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan berkaitan dengan pengiriman jumlah O2 yang adekuat dan eliminasi CO2 dari sel-sel tubuh dengan jumlah yang sesuai dan pemeliharaan keseimbangan asam-basa normal dalam tubuh. Pasokan O2 dan eliminasi CO2 dari berbagai jaringan di tubuh tergantung pada fungsi berbagai bagian dari sistem pernapasan seperti dinding dada dan otot pernapasan, saluran udara dan paru-paru, CNS (termasuk pusat pernafasan meduler), medula spinalis, CVS, dan sistem endokrin.
Suatu gangguan di bagian manapun dari sistem ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.

Kegagalan Pernafasan
Terjadi ketidakmampuan untuk menjaga gas darah arteri pada tingkat normal, sedangkan menghirup udara saat beristirahat di permukaan laut. Tekanan parsial O2 biasanya < 60 mmHg dengan atau tanpa tekanan parsial CO2 >49 mmHg dalam darah arteri.

Tipe Gagal Nafas

Akut

Berkembang tiba-tiba atau lambat jika paru-paru sudah berpenyakit.

Kronis

Berkembang lambat karena penyakit paruparu yang mendasari

Kegagalan pernapasan dapat terjadi bahkan jika paru-paru normal seperti pada penyakit sistem saraf, dinding dada, atau saluran napas atas.

Pertukaran gas yang tidak adekuat dikaitkan dengan hipoksemia dengan atau tanpa hiperkarbia
Tipe I

Terjadi ketika ada gangguan pada pertukaran gas perifer pada bagian tubuh.

Tipe II

Ventilasi tidak adekuat menyebabkan hipoksemia dengan hiperkarbia

Pada PPOK, asma bronkial, penyakit neuromuskular dan kelainan dinding dada.

Penyebab yang berbeda-beda dari kegagalan pernafasan akut


A. Defek Ventilasi
Depresi Pusat Pernafasan
Obat-obatan seperti narkotika, anestesi, dan sedatif Infark serebral Trauma serebral Gangguan Neuromuskular Myasthenia gravis Sindroma Guillain-Barre Cedera otak atau tulang belakang Polio, porfiria, botulismus Obstruksi Jalan Nafas Penyakit paru obstruktif kronik Asma akut berat

Defek Restriktif Penyakit Paru Interstitial Kifoskoliosis, spondilitis ankilosa

Palsy Diafragma Bilateral


Obesitas berat

B. Gangguan Difusi dan Pertukaran Gas


Edema Paru Sindroma Distress Pernapasan Akut

Tromboemboli Paru
Fibrosis Paru

C. Kelainan Ventilasi Perfusi


Penyakit Paru Obstruktif Kronik Sindroma Distress Pernafasan

Fibrosis Paru

Tromboemboli Paru

Pengelolaan
Tujuan terapi pada gagal napas untuk mencapai dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat serta mengembalikan kondisi dari proses yang menyebabkan kegagalan.
Kegagalan pernapasan tipe-1 O2 dengan konsentrasi tinggi diberikan untuk memperbaiki hipoksemia. Awalnya ditentukan apakah hipoksemia dapat dikurangi dengan terapi O2 sendiri atau kebutuhan O2 dengan intervensi ventilasi berdasarkan ada atau tidak hiperkapnia dan penyakit paru. Pasien dengan ARDS tidak membaik dengan terapi oksigen sederhana dan mereka membutuhkan ventilasi mekanis (Positive end expiratory pressure - PEEP).

Kegagalan pernapasan tipe-2

Gagal nafas pada paru-paru yang normal, terdapat ventilasi alveolar yang tidak adekuat dan diperlukan bantuan ventilasi Pada pasien dengan riwayat penyakit paru seperti pada PPOK eksaserbasi akut, terapi oksigen terkontrol diperlukan. Ventilasi mekanis harus dihindari pada pasien dengan PPOK karena penghentian dari ventilator akan sangat sulit.

Hipoksia dan Hipoksemia


Hipoksia adalah kekurangan oksigen di tingkat jaringan Hipoksemia berarti tekanan oksigen arteri yang rendah di bawah nilai normal yang diharapkan (85-100 mmHg). Kegagalan pernafasan akut bersifat mendadak pada orang yang sebelumnya sehat , sedangkan bertahap pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis yang sudah ada.

Gambaran umum yang berkaitan dengan hipoksemia : Rasa gelisah Palpitasi Berkeringat Penurunan kesadaran Sakit kepala Kebingungan, dan sianosis. Tekanan darah pada awalnya mungkin naik tapi akan turun seiring keparahan hipoksemia yang makin memburuk. Hiperkapnia menyertai hipoksemia bila terjadi hipoventilasi

Selama kegagalan pernafasan akut, pada awalnya membutuhkan konsentrasi O2 tinggi memperbaiki hipoksemia sehingga mencegah kerusakan organ. Distribusi O2 ke jaringan dan pemanfaatan yang tepat merupakan hal yang penting. Diagnosis berdasarkan tampilan klinis penyakit dan pemeriksaan yang relevan. Diagnosis gagal nafas akut ditegakkan oleh pemeriksaan gas darah dan penentuan pH.

ARDS
Memperbaiki hipoksemia : Penggunaan ventilator oksigen terkontrol sering memerlukan PEEP (positive end expiratory pressure). PaO2 sekitar 60 mmHg dengan FiO2 serendah mungkin yang dicapai dengan PEEP dalah sekitar 10-15 cmH2O. Setelah 24 jam awal, FiO2 tidak boleh melebihi 60% (untuk mengurangi risiko toksisitas O2).

Asma Bronkial Berat Akut


Umumnya mengalami hipoksemia dikoreksi dengan O2 melalui nasal kanula atau masker wajah dengan aliran 4-6 L / menit untuk mencapai FiO2 sebesar 3540%. Laju aliran disesuaikan untuk mempertahankan PaO2 sekitar 80 mmHg atau lebih. Pemberian obat sedatif dan tranquilizer dihindari Obat sedatif dapat memicu retensi CO2 tidak hanya pada pasien PPOK tetapi juga pada pasien asma.

Pneumonia Berat
Pada pneumonia virus atau bakterial akut, terjadi hipoksemia dan gagal napas. O2 diberikan dengan aliran 4-6 L / menit untuk mencapai PaO2 di atas 60 mmHg. Hygiene bronkial dan pengobatan dengan antibiotik dan obat-obatan yang lain sementara dilanjutkan.

Penyakit Paru Interstitial


Pasien mengalami gagal nafas karena fulminant onset atau karena infeksi berulang paru menjadi kaku dan daya compliance rendah. Beberapa pasien memerlukan O2 harus menghirup oksigen FiO2 sekitar 40% sedini mungkin. Beberapa pasien mungkin menjadi dispneu setelah penggunaan oksigen sebelum dan sesudah aktivitas fisik.

Tromboemboli Paru
O2 diperlukan dalam keadaan sesak, hipoksemia tergantung pada keadaan sirkulasi paru yang tersumbat. Infark paru dicegah dengan pemberian terapi O2.

Pneumothorax Spontan dan Pneumomediastinum


Hipoksemia dipicu pada pasien yang mempunyai penyakit paru sebelumnya. O2 100% diberikan pada periode jangka pendek menyebabkan denitrifikasi udara di pleura dan mediastinum yang akhirnya diabsorbsi di sirkulasi. Begitu sebaiknya yang telah terbukti kebenarannya melebihi 12-16 jam untuk menghindari toksisitas oksigen.

You might also like