You are on page 1of 7

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Pada umumnya satu wilayah berkembang dari keadaan yang tingkat kompleksitasnya

lebih rendah menuju kepada keadaan yang kompleksitasnya lebih tinggi. Meningkatnya kompleksitas tersebut menyebabakan bertambahnya problem kebijakan pengembangan wilayah yang sering menjadi tidak mudah diselesaikan. Terdapat banyak kasus pada problem pengembangan wilayah, dan problem-problem semacam ini akan terjadi pula dalam pengembangan wilayah pesisir. Sebagaimana diketahui bahwa suatu wilayah itu mempunyai kondisi yang spesifik. Apabila dibandingkan kondisi wilayah yang satu terhadap lainnya, maka masing-masing akan berbeda, yaitu perbedaan dari sisi karakteristiknya, dan bila dilihat lebih mendalam maka akan berbeda pula problem yang ada atau terjadi didalamnya. Dengan demikian, akan pemiliki perbedaan dalam cara penanganannya. Pengembangan wilayah pada kawas-an pesisir sebagaimana pengembangan wilayah pada kawasan lainnya, tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahtera-an masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui perencanaan pengembangan dalam suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan yang harus diperhatikan. Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik- turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang secara aman, cepat dan lancar.

II. ISI

2.1

DERMAGA TANJUNG EMAS SEMARANG Pelabuhan Tanjung Emas (terkadang ada yang menulis Tanjung Mas), dikelola

oleh PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO), diresmikan pada tahun 1985. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota Semarang. Pelabuhan Tanjung Emas ke arah Tugu Muda Semarang berjarak sekitar 5 km atau kira-kira 30 menit dengan kendaraan sepeda motor/mobil. Fasilitas Dermaga pada pelabuhan ini: Nusantara, Pelabuhan dalam II, Dermaga Gd VII, DUKS PLTU, DUKS Pertamina, DUKS BEST serta DUKS Sriboga. Pelabuhan Tanjung Emas juga didukung dengan peralatan: Kapal Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, Gudang, Lapangan Penumpukan dan alat Bongkat, serta dengan pelayanan meliputi: Pelayanan Kapal, Pelayanan Barang, Pelayanan Terminal, Palayanan Tanah, Bangunan, Air, dan Listrik.

2.1.1

Sejarah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebelumnya bernama Pelabuhan

Semarang, yang dahulu berupa sungai kecil atau Kali Semarang yang menjadi satu-satunya urat nadi pengangkutan barang-barang dengan perahu dari dan ke kapal samudera yang berlabuh di lepas pantai. Pada menara suar pelabuhan Semarang tertera Tahun 1874, dapat menunjukkan bahwa pelabuhan Semarang berdiri pada abad ke-19. Walaupun sudah ada penambahan fasilitas pelabuhan Nusantara, Pelabuhan Semarang masih terbatas untuk disandari kapal-kapal berukuran besar. Pada masa itu, yang bisa merapat / bersandar di Dermaga Nusantara maksimum kapal-kapal dengan draft = 5 m atau berukuran 3.500 Ton bobot mati (Dwt). Sedang kapal-kapal dengan draft > 5 m masih harus berlabuh diluar pelabuhan atau dilepas pantai yang jaraknya 3 mil dari dermaga. Karena itu dikenal sebagai Pelabuhan REDE.

Sejak 1970, arus kapal dan barang yang melalui Pelabuhan Semarang cenderung semakin meningkat setiap tahun. Menurut data tahun 1970-1983 kenaikan arus barang rata-rata tiap tahun yaitu 10% lebih. Mengingat keterbatasan fasilitas pelabuhan seperti kedalaman dan lebar alur/ kolam yang tidak memadai untuk masuk / keluarnya kapal-kapal samudera, maka Pemerintah menetapkan untuk mengembangkan Pelabuhan Semarang.

2.2

DAMPAK PENTING Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang berada di bawah manajemen PT.

Pelabuhan Indonesia III (Persero), merupakan pelabuhan yang penting dan strategis bagi sistem transportasi laut maupun perkembangan perekonomian Pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Tantangan dan ancaman yang dihadapinya sangat besar mengingat persaingan antar pelabuhan Indonesia di Indonesia maupun persaingan dari pelabuhan-pelabuhan luar negeri yang dewasa ini meningkat. Ada beberapa dampak negatif yang terjadi akibat pembangunan dermaga Tanjung Emas Semarang, yaitu : 1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau pantai berbatu. Adanya pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan terjadi perubahan fungsi dan tata guna lahan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya, kawasan tersebut berfungsi sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang, namun setelah ada proses pembangunan pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan fungsi tersebut. Air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga meningkatkan volume air limpasan (run off) dan meningkatkan terjadinya potensi genangan dan mengubah pola genangan. Dampak dampak turunan dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, timbulnya keresahan dan persepsi negatif masyarakat, gangguan terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran, serta bangkitan lalu lintas.

2. Penurunan Kualitas udara dan Peningkatan Kebisingan Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatn konstruksi dan kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Peningkatan kebisingan pada kegiatan pelabuhan terutama berasal dari kegiatan konstruksi (seperti mobilisasi alat berat, pengangkutan material, pemancangan dan pembangunan terminal) dan loading offloading di pelabuhan.

3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan Penurunan kualitas air laut ditandai dengan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan pencemaran air laut. Penurunan peningkatan kualitas air kegiatan konstruksi pada pembangunan dermaga atau pelabuhan akan berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas air laut terutama pada tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material keruk. Kegiatan operasional akan memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika pembangunan pelabuhan terletak di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran terutama yang dihasilkan dari discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional loading-offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal.

4. Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai Kegiatan pembangunan dermaga atau pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya perubahan batimetri, pola arus laut dan gelombang dan secara simultan mengakibatkan dampak turunan yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi (perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sedimen sejajar pantai yang terganggu. Dampak ini merupakan isu yang paling penting dalam

setiap pembangunan di wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan secara berkesinambungan.

5. Gangguan Terhadap Biota Perairan Kegitan pembangunan dermaga atau pelabuhan akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap biota perairan yang berada disekitar wilayah pelabuhan. Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di wetland/lahan basah seperti ekosistem mangrove. Dampak yang ditimbulkan pada ekosistem mangrove yaitu hilangnya tempat hidup, bertumbuh dan berkembang biota-biota yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove contohnya bangsa krustase, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang lamun. Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional pelabuhan. Bahkan pencemaran akibat buangan kapal-kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan tersebut.

Pada kegiatan pembangunan dermaga atau pelabuhan tidak semuanya berdampak negatif tetapi juga memiliki dampak positif khususnya bagi perkembangan kota Semarang yaitu meningkatkan pendapatan bagi kota dan juga membuka peluang kerja bagi masyarakat di sekitar pembangunan dermaga atau pelabuhan tersebut. Namun pembangunan dermaga atau pelabuhan sangat perlu untuk direncanakan dengan baik dan bermanfaat bagi kota dalam jangka waktu yang panjang.

1. Memperlancar segala kegiatan yang berada di dermaga, baik itu kebutuhan untuk pelabuhan bagi berbagai jenis kapal 2. Meningkatkan sarana prasaran suatu kota, terutama membantu dalam bidang transportasi 3. Meningkatkan pendapatan daerah kota Semarang ( transportasi,

rekreasi/pariwisata,dll ) 4. Membuka lapangan pekerjaan baru, baik untuk kebutuhan operasional pelabuhan tetapi juga untuk kebutuhan konservasi wilayah pesisir. Agar terjadi kelestarian lingkungan di sekitar dermaga

III.PENUTUP

3.1 KESIMPULAN 3.1.1


Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik- turunkan penumpang. 3.1.2 Dalam setiap pembangunan dermaga pasti terdapat beberapa dampak penting, dari segi positif terutama yang berhubungan dengan pengembangan sarana prasarana kebutuhan untuk pelabuhan dan untuk dampak negative terutama tentang rusaknya lingkungan sekitar terutama biota air

DAFTAR PUSTAKA

Zulfan. 2008. Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar. Universitas Sumatera Utara Medan. http://mudinmurnieamstrong.blogspot.com/2012/11/tugas-amdal-dampakpembangunan-di.html http://taufanyd.blogspot.com/2008/09/infrastruktur-investasi-kota-semarang.html http://id.wikipedia.org/wiki/Dermaga

You might also like