You are on page 1of 11

HIMPUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN KERJA

I. UNDANG-UNDANG Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. hal. 1-16 BAB I Tentang Istilah-istilah (pasal 1) BAB II Ruang Lingkup (pasal 2) BAB III Syarat-syarat Keselamatan Kerja (pasal 3 & 4) BAB IV Pengawasan (pasal 5-8) BAB V Pembinaan (pasal 9) BAB VI Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja (pasal 10) BAB VII Kecelakaan (pasal 11) BAB VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja (pasal 12) BAB IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja (pasal 13) BAB X Kewajiban Pengurus (pasal 14) BAB XI Ketentuan-Ketentuan Penutup (pasal 15) 2. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie) hal. 17-26 (pasal 1-32) Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan pesawat uap ialah uap dan alat-alat lainnya yang dengan peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau tidak langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan diperuntukkan bekerja dengan tekanan yang lebih besar (tinggi) daripada tekanan udara. Ketel uap ialah suatu pesawar, dibuat guna menghasilkan uap atau stoom yang dipergunakan diluar pesawatnya. Pasal 2 Yang disebut perlatan dari suatu pesawat uap dalam Undang-undang dengan aman dari pesawat uapnya. Pasal 3 Yang disebut pemakai dari suatu pesawat uap dalam undang-undang ini dimaksud : a. jika melulu untuk dipakai dalam rumah tangga ialah kepala keluarga ataupun pemimpin dari sesuatu bangunan dalam mana pesawatnya dipergunakan. 1.

b. Dalam hal lain-lainnya ialah kepala atau pemimpin perusahaan, orderneming (estate) atau bangunan dimana pesawatnya dipakai. Pasal 4 Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan pesawat uap ialah : semua pesawat yang ditembok atau dalam tembokan dan dengan pesawat berpindah ialah : semua pesawat-pesawat yang tidak ditembok. Pasal 6 Adalah dilarang untuk menjalankan atau mempergunakan sesuatu pesawat uap dengan tidak mempunyai ijin untuknya, yang diberikan oleh Kepala Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja. Dengan Peraturan Pemerintah dapatlah di-tunjuk pesawat-pesawat uap atau atas mana tidak berlaku ayat sebelum ini. Pasal 13 Kesemua pesawat-pesawat uap dengan alat-alat perlengkapannya yang dipakai dikenakan pengawasan yang terus-menerus yang diadakan oleh Pemerintah atau Negara. Pengawasan itu dilakukan oleh pegawai-pegawai dari Jawatan Pengawasan Perburuhan dan Pengawasan Keselamatan Kerja secara yang ditetapkan dengan peraturan Pemerintah. Bila menurut peraturannya untuk pemeriksaan dan pengujian pesawatpesawat uap ditunjuk ahli-ahli selain dari pegawai dari Jawatan Pengawasan Perburuhan dan Pengawasan Keselamatan Kerja yang bersangkutan, maka ahli-ahli itu mempunyailah kekuatan yang sama seperti pegawai pemeriksaan itu dan terhadapnya berlaku pulalah segala sesuatu yang ditetapkan dalam ordonnantie mengenai tindakan-tindakan yang diutarakan atau diperuntukkan bagi pegawai-pegawai tersebut. Pasal 19 Dalam peraturan Pemerintah ditetapkan : a. kewajiban-kewajiban apa yang harus dipenuhi : I. Oleh Pemakai : II. Oleh pemakai dan oleh seorang yang meladeninya sewaktu dipakai pesawat uapnya, baik bila pesawat uap dan alat-alat perlengkapannya sedang di pakai. Maupun bila tidak dipakai b. apa yang harus diperbuat oleh pemakai sesuatu pesawat uap untuk memungkinkan tidak berbahaya, serta mempermudah pengawasannya, dan apa yang dapat diperintah oleh pegawai-pegawai dan ahli-ahli termaksud dalam pasal 13, bertalian dengan pengawasan itu. c. Dalam hal-hal mana akte ijinnya dapat dicabut, pula dalam peraturan pemerintah dimaksud dalam ayat (1), ditunjukkan dalam hal-hal mana Kepala Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja dapat memberikan kebebasan dan aturan-aturan Peraturan Pemerintah tersebut secara untuk sebagian atau dengan bersyarat. II. PERATURAN PEMERINTAH 1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening) hal. 45-66 (pasal 1-52) III. PERATURAN MENTERI DAN KEPUTUSAN MENTERI BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.01 / MEN / 1982 tentang Bejana Tekanan. hal. 189-214 BAB I Tentang Istilah-istilah (pasal 1) BAB II Ruang Lingkup (pasal 2-4) BAB III Syarat-syarat Keselamatan Kerja (pasal 5-23) BAB IV Pengisian (pasal 24-36) BAB V Pengangkutan (pasal 37-39) BAB VI Pembuatan dan Pemakaian (pasal 40-42) BAB VII Pemasangan, Perbaikan, dan Perubahan Teknis (pasal 43-45) Pasal 43 1) Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis terhadap bejana tekanan yang telah mendapatkan pengesahan pemakaian harus mendapat ijin tertulis dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya. 2) Untuk mendapatkan ijin tertulis dimaksud ayat (1) pasal ini pengusaha harus mengajukan permohonan dengan menggunakan bentuk tertentu yang disertai: a) gambar bejana tekanan yang akan dipasang, diperbaiki atau dirubah; b) gambar rencana pemasangan dan fondasi serta bagianbagiannya atau gambar rencana perbaikan, perubahan teknis dengan penjelasan cara-cara mengerjakannya; c) penjelasan kwalifikasi pelaksana pekerjaan dan tenagatenaga kerja yang akanmelaksanakan pekerjaan, pemasangan, perbaikan atau perubahan teknis. 3) Direktur atau pejabat yang ditunjuknya berwenang mengadakan perubahan teknis terhadap rencana gambar yang diajukan tersebut ayat (2) butir b pasal ini. 4) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimaksud ayat (2) butir c pasal ini pengusaha atau pengurus harus memberitahukan secara tertulis kepada Direktur. 5) Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis bejana tekanan harus sesuai dengan gambar rencana dan penjelasanpenjelasan teknisnya yang telah disahkan oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya. Pasal 44 Direktur atau pejabat yang ditunjuknya berwenang untuk mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap konstruksi, bahan, serta alat-alat pengaman bejana tekanan yang akan dibuat atau digunakan. Pasal 45 1) Setiap permohonan pengesahan gambar-gambar rencana pembuatan, pemasangan, perbaikan, perubahan teknis dan pengesahan pemakaian bejana

tekanan dimaksud dalam pasal 40, 41 dan 42 pemohon diwajibkan membayar kepada Negara sejumlah biaya menurut ketentuan berlaku; 2) Biaya dimaksud ayat (1) pasal ini hanya dikenakan satu kali. 3) Selain biaya dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini pengusaha yang memiliki bejana tekanan, diwajibkan tiap-tiap tahun membayar kepada Negara biaya pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB VIII Ketentuan Peralihan (pasal 46) BAB IX Ketentuan Pidana (pasal 47) BAB X Ketentuan Penutup (pasal 48) 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.02 / MEN / 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik. hal. 245-268 BAB I Ketentuan Umum (pasal 1-56) BAB II Pemeliharaan dan Pengujian (pasal 57-60) Pasal 57 1) Terhadap instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan pemeliharaan dan pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan tahunan. 2) Pemeliharaan dan pengujian tahunan dapat dilakukan oleh konsultan kebakaran atau organisasi yang telah diakui oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 58 Pemeliharaan dan pengujian mingguan lain meliputi : membunyikan alarm secara simulasi, memeriksa kerja lonceng, memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh system alarm dan mencatat hasil pemeliharaan serta pengujian buku catatan. Pasal 59 Pemeliharaan dan pengujian bulanan antara lain meliputi : menciptakan kebakaran simulasi, memeriksa lampu-lampu indikator, memeriksa fasilitas penyediaan sumber tenaga darurat, mencoba dengan kondisi gangguan terhadap sistem, memeriksa kondisi dan kebersihan panel indikator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku catatan. Pasal 60 Pemeliharaan dan pengujian tahunan antara lain meliputi : memeriksa tegangan instalasi, memeriksa kondisi dan keberhasilan seluruh detektor serta menguji sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) % detektor dari setiap kelompok instalasi sehingga selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun, seluruh detektor sudah teruji. BAB III Sistem Deteksi panas (pasal 61-66) BAB IV Sistem Deteksi Asap (pasal 67-76) BAB V Sistem Detektor Api (pasal 77-80) BAB VI Ketentuan Lain-lain (pasal 81-82)

BAB VII Ketentuan Pidana (pasal 83) BAB VIII Ketentuan Penutup (pasal 84-86) 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.04 / MEN / 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi. hal. 277-312 BAB I Ketentuan Umum (pasal 1-32) BAB II Ruang Lingkup (pasal 33-34) BAB III Alat Perlindungan (pasal 35-48) BAB IV Penggerak Mula (pasal 49-53) BAB V Perlengkapan Transmisi Tenaga Mekanik (pasal 54-64) BAB VI Mesin Perkakas Kerja (pasal 65-108) BAB VII Mesin Produksi (pasal 109-115) BAB VIII Dapur (pasal 116-134) BAB IX Pemeriksaan dan Pengujian (pasal 135-137) Pasal 135 1) Setiap pesawat Tenaga dan Produksi sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan. 2) Pengujian Pesawat Tenaga dan Produksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali. 3) Pemeriksaan berkala dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. 4) Pemeriksaan dan Pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain. Pasal 136 Pengurus atau pemilik Pesawat Tenaga dan Produksi harus membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Pegawai Pengawas termasuk penyediaan alat-alat bantu. Pasal 137 Biaya pemeriksaan dan Pengujian dibebankan kepada Pengusaha. BAB X Pengesahan (pasal 138-141) BAB XI Ketentuan Lain-lain (142-144) BAB XII Ketentuan Penutup (pasal 145-147) 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.05 / MEN / 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. hal. 313-341

BAB I Ketentuan Umum (pasal 1-4) BAB II Ruang Lingkup (pasal 5) BAB III Peralatan Angkat (pasal 6-74) BAB IV Pita Transport (pasal 75-97) BAB V Pesawat Angkutan diatas Landasan dan diatas Permukaan (pasal 98-115) BAB VI Alat Angkutan Jalan Ril (pasal 116-133) BAB VII Pengesahan (pasal 134-137) BAB VIII Pemeriksaan dan Pengujian (pasal 138-139) Pasal 138 1) Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan; 2) Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan sebesar 125% dari jumlah beban maksimum yang diujikan; 3) Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik Pesawat Angkat dan Angkut harus sekurang-kurangnya memenuhi yang ditentukan dalam PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik); 4) Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali; 5) Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain. Pasal 139 Biaya pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Angkut dibebankan kepada Pengusaha. BAB IX Ketentuan Peralihan (pasal 140) BAB X Ketentuan Lain-lain (pasal 141-142) BAB XI Ketentuan Pidana (pasal 143) BAB XII Ketentuan Penutup (pasal 144-146) 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.02 / MEN / 1989 tentang Pengawasan Intalasi Penyalur Petir. hal. 389-412 BAB I Ketentuan Umum (pasal 1-7) BAB II Ruang Lingkup (pasal 8-9) BAB III

Penerima (Air Terminal) (pasal 10-14) BAB IV Penghantar Penurunan (pasal 15-27) BAB V Pembumian (pasal 28-34) BAB VI Menara (pasal 35-38) BAB VII Bangunan yang Mempunyai Antena (pasal 39-42) BAB VIII Cerobong yang lebih tinggi dari 10 m (pasal 43-49) BAB IX Pemeriksaan dan Pengujian (pasal 50-54) Pasal 50 1) Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat; 2) Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji: a) Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai; b) Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir; c) Secara berkala setiap dua tahun sekali; d) Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir; Pasal 51 1) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk; 2) Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyediaan alat-alat bantu Pasal 52 Dalam pemeriksaan berkala harus diperhatikan tentang hal-hal sebagai berikut: a. elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat; b. kerusakan-kerusakan dan karat dan penerima, penghantar dan sebagainya; c. sambungan-sambungan; d. tahanan pembumian dan masing-masing elektroda maupun elektroda kelompok. Pasal 53 1) Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat dalam buku khusus tentang hari dan tanggal hasil pemeriksaan; 2) Kerusakan-kerusakan yang didapati harus segara diperbaiki. Pasal 54 1) Tahanan pembumian dan seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm; 2) Pengukuran tahanan pembumian dan elektroda bumi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan yang timbul disebabkan kesalahan polarisasi bisa dihindarkan;

3) Pemeriksaan pada bagian-bagian dan instalasi yang tidak dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran secara listrik. BAB X Pengesahan (pasal 55-59) BAB XI Ketentuan Pidana (pasal 60) BAB XII Aturan Peralihan (pasal 61) 6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11 / M / BW / 1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran hal. 477-498 I. Petunjuk Umum II. Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran III. Pemasangan Sistem Proteksi Kebakaran IV. Pemeriksaan dan Pengujian 1. Klasifikasi hunian. Klasifikasi jenis hunian akan menentukan persyaratan standar teknik sistem proteksi kebakaran yang harus diterapkan. 2. Sumber ignition. Perhatikan potensi apa saja yang dapat menjadi sumber pemicu kebakaran dan perhatikan apakah alat pengaman yang diperlukan telah sesuai. Kapan diadakan pemeriksaan terakhir dan apakah syarat-syarat yang diberikan telah dilaksanakan. 3. Bahan-bahan yang mudah terbakar/meledak. Perhatikan jenis-jenis bahan yang diolah, dikerjakan atau disimpan. Kenali sifat fisik dan sifat-sifat kimianya. Apakah mengandung potensi mudah terbakar atau meledak. Apakah ada prosedur keselamatan kerja dan dilaksanakan dengan benar. 4. Kompartemen. Amati keadaan lingkungan tempat kerja terhadap masalah penyebaran api, panas, asap. Apakah telah ada upaya untuk mengendalikannya. 5. Pintu darurat. Amati jalur evakuasi, pintu ke luar atau tangga darurat. Apakah ada rintangan yang dapat mengganggu, apakah ada petunjuk arah, apakah ada penerangan darurat. Panjang jarak tempuh mencapai pintu keluar tidak melebihi 36 meter untuk risiko ringan, 30 meter untuk risiko sedang dan 24 meter untuk risiko berat. 6. Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Apakah alat pemadan api ringan telah sesuai jenis dan cukup jumlahnya. Apakah penempatannya mudah dilihat dan mudah dijangkau serta mudah untuk diambil. Periksa pula masa efektif bahan pemadamnya serta masa uji tabungnya. 7. Instalasi alarm. a. Periksa apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti gambar pemasang, katalog, dan petunjuk pemeliharaan; b. Periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan sebelumnya telah dilaksanakan; c. Periksalah indikator pada panel kontrol dalam status stand by;

d. Lakukan test fungsi perlengkapan pada panel. Apakah semua perlengkapan dan indikator bekerja dengan baik. Apakah telah dipasang penandaan zone alarm; e. Lakukan test fungsi kerja sistem dengan mengaktifkan tombol manual dan detector pada setiap zona alarm sambil mencocokkan gambar dengan pelaksanaannnya. Amati konfirmasi indikasi lokal alarm dan indikasi pada panel, apakah berfungsi dan sesuai dengan nomor zonanya. Amati pula apakah kekerasan suara alarm dapat didengar pada jarak terjauh pada zona tersebut. f. Lakukan test open circuit dengan cara membuka resistor pada rangkaian detector terakhir. Amati konfirmasi pada panel, apakah ada indikasi foult alarm; g. Catat semua penyimpangan yang ditemukan. 8. Instalasi Hydran dan Springkler. a. periksalah apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti gambar pemasangan, katalog, dan petunjuk pemeliharaan; b. periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan sebelumnya telah dilaksanakan; c. Periksalah indikator pada panel kontrol apakah dalam status stand by; d. Periksa ruang pompa dan catat data-data teknik pompa, motor penggerak dan perlengkapan yang ada, panel kontrolnya dan lain-lain; e. Periksa sistem persediaan air apakah dapat menjamin kebutuhan air untuk operasi pemadaman dalam waktu sesuai standar waktu tertentu; f. Lakukan test kerja pompa dengan membuka kerangan uji yang disediakan dalam ruang pompa dan amati tekanan pompa. Langkah-langkah pengujian pompa sebagai berikut: 1) Catat tekanan stand by; 2) Catat tekanan pompa pacu jalan; 3) Tutup kembali kerangan uji dan catat tekanan pompa pacu stop; 4) Buka kembali kerangan uji sampai pompa utama jalan dan catat tekanannya; 5) Amati beberapa saat tekanan operasi pompa uta ma dan catat; 6) Tutup kembali karangan uji dan pompa utama biarkan tetap jalan. Catat 7) tekanannya dan amati safety valve bekerja atau tidak; 8) Test pompa cadangan. Catat tekanan start dan tekanan operasionalnya seperti langkah pengujian pompa utama. g. Evaluasi pompa. Pompa hydran harus mempunyai karakteristik tekanan minimal 4,5 kg/cm2 dan laju aliran minimal 500 US GPM. Cocokkan spesifikasi pompa berdasarkan katalog dengan hasil uji coba.

Periksa sirkit pengendalian pompa antara lain: 1) Suplai daya listrik harus ditarik dari sisi suplai dari panel utama dengan menggunakan saklar sendiri; 2) Kabel penghantar yang dipakai harus jenis kabel tahan api atau dapat diizinkan menggunakan kabel lain dengan syarat harus dipasang dalam pipa berulir; 3) Pada sirkit instalasi pemadam kebakaran tidak diizinkan adanya pembebanan lain yang tidak berhubungan dengan keperluan pelayanan pompa; 4) Alat pengaman sirkit pompa harus mempunyai karakteristik mampu dialiri arus 125% beban penuh secara terus menerus dan pada 600% beban penuh membuka tidak kurang dari 20 detik tetapi tidak lebih dari 50 detik; 5) Antara motor dan sirkit kendali tidak diizinkan dipasang pengaman beban lebih. h. Pengujian operasional hydran. 1) Buka titik hydran terdekat dengan pompa. Ukur tekanan pada mulut pancar dengan pipa pitot dan catat tekanan pada manometer di ruang pompa; 2) Buka titik hydran kedua yaitu titik hydran terjauh dan titik pengujian pertama tetap terbuka. Ukur tekanan pada mulut pancar dan tekanan manometer di ruang pompa; 3) Buka titik hydran ketiga yaitu titik hydran pertengahan dan titik hydran pertama dan kedua tetap terbuka. Ukur tekanan pada mulut pancar dan tekanan manometer di ruang pompa. i. Evaluasi pengujian operasional. Syarat yang diminta adalah tekanan terberat tidak lebih dari 7 kg/cm2 dan tekanan pada titik terjauh tidak kurang dari 4,5 kg/cm2. 9. Instalasi khusus Pada obyek-obyek tertentu ada kalanya memerlukan sistem proteksi kebakaran secara khusus dengan media tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik obyek yang bersangkutan. Kriteria penilaian instalasi khusus harus berpedoman pada standar yang berlaku dan spesifikasi teknis peralatan dari pabrik pembuatnya. 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 03 / MEN / 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang. hal. 559-575 BAB I Ketentuan Umum (pasal 1-2) BAB II Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Bagian 1 Umum (pasal 3) Bagian 2 Bagian-bagian Lift dan Pemasangannya (pasal 4) Paragraf 1 Mesin dan Kamar Mesin (pasal 5-6)

Paragraf 2 Tali Baja dan tromol (pasal 7-8) Paragraf 3 Bangunan Ruang Luncur dan Lekuk Dasar (pasal 9-10) Paragraf 4 Kereta (pasal 11-12) Paragraf 5 Governor dan Perlengkapan Pengaman (pasal 13-18) Paragraf 6 Bobot Imbang, Rel Pemandu dan Peredam atau Penyangga (pasal 19-21) Paragraf 7 Instalasi Listrik (pasal 22-23) BAB III Pembuatan, Pemasangan, Perbaikan, Perawatan dan Perubahan Lift (pasal 2429) BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian (pasal 30) Pasal 30 1) Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai dengan standard uji yang telah ditentukan. 2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali. BAB V Pengawasan (pasal 31) BAB VI Ketentuan Pidana (pasal 32-34) 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Kep. 75 / MEN / 2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 04 0225 2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja. hal. 605-607

You might also like