You are on page 1of 110

Epidemiologi

Dr. H. Yasril Rivai

Definisi Epidemiologi :
yaitu : Ilmu tentang Frekuensi , Distribusi ( Penyebaran ) dan faktor faktor penentu ( determinan ) masalah kesehatan dalam masyarakat yg bertujuan utk penanggulangan masalah kesehatan .

Epid

Sejarah Epidemiologi : Dengan terjadinya perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa sesuai dg kondisi zaman maka terhadap proses terjadinya penyakit telah dikemukakan beberapa teori : 1. Contagion Theory : -. Utk terjadinya penyakit ada kontak antara manusia. -. Dikembangkan berdasar pengamatan epidemi dan penyakit lepra di Mesir. 2. Hippocratic Theory : -. Kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan .
2
Epid

3. Miasmatic Theory : -. Hampir sama dg hippocratic theory. -. Kausa penyakit berasal dari gas-gas busuk dari bumi. 4. Epidemic Theory : -. Menghubungkan terjadinya penyakit dg cuaca dan faktor geografis. Suatu zat organik dari lingkungan dianggap sbg pembawa penyakit, misalnya air yang tercemar menyebabkan gastroenteritis .

3
Epid

5. Teori Kuman ( Germ Theory ) : -. Penyakit disebabkan oleh kuman . -. Tetapi ternyata ada penyakit yg tidak disebabkan kuman
6. Teori multi kausa : -. Suatu penyakit terjadi sebagai hasil interaksi berbagai faktor, misalnya faktor biologis , kimiawi dan sosial.

Epid

TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI . 1. Antonio van Leeuwenhoek ( 1632 1723 ) Warga negara Belanda yg menemukan Mikroskop , kemudian menemukan bakteri dan parasit serta spermatozoa .

2. Robert Koch Peneliti penyakit TBC dan memperkenalkan Tuberculin pada tahun 1890 . 3. Max van Patternkofer Warga negara Jerman ini terkenal karena upaya identifikasi penyebab suatu penyakit .

Epid

4. John Snow, 1854 Sukses mengatasi kolera yg melanda London. Dianggap Father of Epidemiology. 5. Percival Pott Ahli bedah yg melakukan pendekatan epidemiologis dalam menganalisis meningginya kejadian kanker scrotum dikalangan pekerja pembersih cerobong asap. Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.

Epid

6. James Lind. 1747 Meneliti hubungan kekurangan vit. C dengan Scurvy ( Scorbut ) 7. Dool dan Hill. 1950 R.Dool dan A.B.Hill adalah dua nama yg berkaitan dg hubungan merokok dan kanker paru.

Epid

PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai peran yang sangat besar karena hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk: 1. Mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia; 2. Mendeskripsi pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat; 3. Mendeskripsi hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit.
8

Epid

Dari faktor-faktor di atas maka hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk: a. mendiagnosis kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat dan mengadakan prediksi kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang serta menentukan prioritas masalah kesehatan. b. bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan seperti pengobatan, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di masy.
Epid 9

TUJUAN Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat

Epid

10

PROSES TERJADINYA PENYAKIT INFEKSI

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara : -.agen atau faktor penyebab penyakit, -. manusia sebagai pejamu atau host, -. faktor lingkungan yang mendukung.
Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.

Epid

11

FAKTOR AGEN Agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan. Agen berupa unsur hidup terdiri dari: 1. virus, 2. bakteri, 3. jamur, 4. parasit, 5. protozoa, 6. metazoa.

Epid

12

Agen berupa unsur mati: 1. fisika: sinar radioaktif; 2. kimia: karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, Cadmium, Arsen; 3. fisik: benturan atau tekanan. Unsur pokok kehidupan: 1. Air 2. udara

Epid

13

Keadaan fisiologis: kehamilan dan persalinan. Kebiasaan hidup: merokok, alkohol, narkotika, dll Perubahan hormonal: diabetes melitus,

hipertiroid, dan lain-lain.


Kelainan genetika: down syndrome.

Epid

14

FAKTOR PEJAMU Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik. . Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit adalah : 1. Genetik. Misalnya, penyakit herediter seperti hemophilia, sickle cell anemia, dll. 2. Umur. Misalnya, usia lanjut mempunyai risiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung, dll.

Epid

15

3. Jenis Kelamin. Misalnya, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, reumatoid artritis, diabetes melitus (cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung dan hipertensi (cenderung menyerang laki-laki). 4. Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pascapartum.

Epid

16

5. Kekebalan. Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut. 6. Penyakit yang diderita sebelumnya. Misalnya, reumatoid artritis yang mudah kambuh. 7. Sifat-sifat manusia. Higiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit infeksi. Misalnya Balanitis, Karsinoma penis bagi orang yang tidak sirkumsisi.

Epid

17

FAKTOR LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat berupa : 1. lingkungan fisik, 2. lingkungan biologis, 3. lingkungan sosial ekonomi.

Epid

18

Selain faktor-faktor di atas, sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi.
Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain: 1. patogenitas, 2. virulensi, 3. tropisme, 4. serangan terhadap pejamu, ............... Cont...
Epid 19

5. kecepatan berkembang biak, 6. kemampuan menembus jaringan, 7. kemampuan memproduksi toksin, 8. kemampuan menimbulkan kekebalan.

Epid

20

Patogenitas Yang dimaksud dengan patogenitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu. Dalam rumus dapat dituliskan sebagai berikut. Jumlah kasus penyakit tertentu Patogenitas = --------------------------------------------Jumlah orang yg terinfeksi

Epid

21

Virulensi Virulensi ialah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal. ini berarti jumlah suatu penyakit dengan kasus yang berat dan fatal dibagi dengan jumlah semua kasus penyakit tersebut. Rumusnya seperti berikut. Jumlah kasus berat dan fatal . Virulensi = ------------------------------------------------jumlah semua kasus penyakit tertentu.

Epid

22

Tropisme
Tropisme ialah pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan atau organ yang vital seperti otak atau jantung akan lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat dibandingkan dengan penyerangan terhadap jaringan atau organ saluran napas atau saluran pencernaan atau kulit.

Epid

23

Pejamu yang Diserang


Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang manusia, dikatakan bahwa mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang pendek, seperti salmonella typhi dan para typhi, sebaliknya bila mikroorganisme selain menyerang manusia juga menyerang hewan dapat dikatakan bahwa mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang luas.

Epid

24

Kecepatan Berkembang Biak Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan untuk menimbulkan gejala penyakit dibutuhkan jumlah mikroorganisme yang cukup banyak.

Epid

25

Kemampuan Menembus Jaringan, Memproduksi Toksin, dan Menimbulkan Kekebalan

Kemampuan yang tinggi dari suatu mikroorganisme untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan gejala penyakit. Demikian pula dengan mikroorganisme yang memproduksi toksin baik endotoksin maupun eksotoksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit.

Epid

26

RESERVOIR

Reservoir adalah tempat hidup dan berkembang biaknya agen penyebab penyakit. Yang dapat bertindak sebagai reservoir adalah: 1. manusia, 2. hewan, 3. artropoda, dan lain-lain.

Epid

27

Siklus penularan penyakit dengan manusia sebagai reservoir dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.

1. Siklus penularan langsung Siklus penularan langsung ialah penularan dari seseorang sebagai reservoir pada orang lain yang rentan. Misalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri streptococcus dan staphylococcus, antara lain: a. difteri, b. penyakit kelamin, c. parotitis, d. tifus abdominalis, dan e. amoebiasis.
Epid 28

2. Siklus penularan tidak langsung Dikatakan siklus penularan tidak langsung bila manusia yang bertindak sebagai reservoir tidak menularkan pada manusia lain secara langsung, tetapi penularan dilakukan melalui artropoda seperti nyamuk kemudian nyamuk yang menularkan pada manusia yang rentan. Misalnya, a. malaria b. demam berdarah c. Chikungunya d. Filariasis.

Epid

29

Portal of entry and exit :

Port dentre : -. Kulit -. Saluran nafas -. Saluran cerna -. Saluran kemih

Exit : -. Saluran nafas -. Saluran cerna -. Saluran kemih

Epid

30

Kejadian Penyakit dalam masyarakat : 1. Endemis : Keadaan dimana penyakit menetap ada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu. 2. Epidemi : terjadinya penyakit dalam masyarakat atau daerah tertentu sangat melebihi dari jumlah yang biasa .
Epid 31

3. Pandemi : epidemi yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup proporsi populasi yang banyak . 4. Kasus : anggota masyarakat yang menderita penyakit yang telah di diagnosa terhadapnya.

Epid

32

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR . A.Eliminasi Reservoir : 1. Mengisolasi penderita . 2. Karantina . B.Memutus mata rantai penularan : Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan .

Epid

33

C. Melindungi kelompok yang rentan : Bayi dan anak Balita adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok ini perlu perlindungan khusus ( specific protection ) dengan cara pemberian Imunisasi. Pemberian obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit tertentu seperti : malaria , meningitis dan disenteri basiler .

Epid

34

Pada anak usia muda faktor gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut, karena itu meningkatkan gizi anak adalah usaha yang penting untuk mencegah penyakit .

Epid

35

Ukuran Morbiditas dan Mortalitas


Agar data Morbiditas dan Mortalitas dapat digunakan utk membandingkan maka data absolut diubah menjadi data relatif. Dalam epidemiologi ukuran yg digunakan dalam menentukan Morbiditas dan mortalitas adalah : Angka, Rasio dan Proporsi .

Epid

36

RASIO : Merupakan nilai relatif yg dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yg pembilangnya tdk merupakan bagian dari penyebut. Misal : Sebuah nilai kuantitatif : A dan nilai kuantitatif lain adalah : B maka Rasio kedua nilai tersebut : A/B.

Epid

37

Contoh: Pada KLB keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dimana 12 orang diantaranya adalah anak-anak , maka rasio anak thd dewasa adalah
12 = 0,6 20

Epid

38

Proporsi : Perbandingan dua nilai kuantitatif yg pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Sehingga perbandingan menjadi : A/(A + B ) .
Pada contoh diatas menjadi :

12 = 0,375 ( 12 + 20 )

Epid

39

Angka : Merupakan Proporsi dalam bentuk khusus, perbandingan antara pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.

Angka Insidens ( Incidence rate ) : Insidens merupakan kasus baru suatu penyakit yg terjadi dalam kurun waktu tertentu. Ini merupakan cara terbaik utk menentukan risiko timbulnya penyakit.

40
Epid

Batasan angka insidens yaitu proporsi kelompok individu yg terdapat dalam penduduk suatu wilayah yg semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu

Epid

41

Angka insidens =

Jumlah kasus baru x K (konstanta) Jumlah penduduk Yg awalnya tdk sakit

Angka Prevalens ( Prevalence rate ) : Terdapat 2 ukuran : Point prevalence = Jumlah semua kasus yg dicatat pd saat ttt jumlah penduduk

Epid

42

Periode preval. = Jumlah semua kasus yg dicatat utk 1 periode jumlah penduduk

Epid

43

INDEKS MORTALITAS DAN MORBIDITAS


ANGKA KEMATIAN KASAR ( Crude Death Rate = CDR )

CDR =

Jumlah kematian selama 1 tahun Jumlah pddk pd pertengahan tahun tsb.

x 1000

ANGKA KEMATIAN BAYI ( Infant Mortality Rate = IMR )

IMR =

Jumlah kematian umur < 1 tahun selama 1 tahun x 1000 Jumlah lahir hidup pd tahun tsb

Epid

44

ANGKA KEMATIAN IBU ( Maternal Mortality Rate = MMR )

MMR =

Jumlah kematian ibu hamil,persalinan, dan nifas selama 1 tahun. x 100.000. Jumlah lahir hidup pd tahun tsb.

Epid

45

CASE FATALITY RATIO ( CFR )


CFR =

Jumlah kematian krn penyakit tertentu Jumlah seluruh penderita penyakit tsb.

X 1000

ANGKA MORBIDITAS Jumlah penderita selama 1 tahun ANGKA MORB = Jumlah pddk pd pertengahan tahun tsb.

x 1000

Epid

46

PENGAMATAN EPIDEMIOLOGIS ( SURVEILANS )

Surveilans penyakit menular ialah kegiatan yg teratur mengumpulkan , mengolah, dan menganalisa data tentang insidens penyakit menular untuk -. mengidentifikasi kelompok penduduk dg risiko tinggi. -. memahami cara penyebaran . -. mengurangi atau memberantas penyebarannya.

Epid

47

Surveilans dapat dilakukan dg 2 cara : 1. Aktif 2. Pasif . Surveilans aktif : pengumpulan data dilakukan secara langsung utk mempelajari penyakit tertentu dlm waktu relatif singkat. Surveilans pasif : pengumpulan data yg diperoleh dari laporan bulanan unit pelayanan kesehatan.

Epid

48

Pengamatan aktif dilakukan bila : 1. Ditemukan penyakit baru . 2. Penelitian ttg cara penyebaran yg baru penyakit tertentu. 3. Risiko tinggi terjadinya penyakit musiman. 4. Penyakit tertentu yg timbul didaerah baru atau akan menimbulkan pengaruh pd kelompok tertentu atau penyakit dg insidens rendah mendadak terjadi peningkatan.

Epid

49

Surveilans dilakukan pd : 1. Peny. Yg dpt menimbulkan wabah. 2. Peny. Kronis. 3. Peny. Endemis. 4. Peny. Baru yg dapat menimbulkan masalah epidemiologis. 5. Peny. Yg bisa menimbulkan epidemi ulang.

Epid

50

Sasaran Surveilans
1. Individu. 2. Populasi lokal / kelompok individu. 3. Populasi nasional. 4. Populasi internasional.

Epid

51

INDIVIDU : Dilakukan pada individu yg terinfeksi dan mempunyai potensi utk menularkan penyakit. Yaitu : *. Penderita. *. Karier . *. Orang dg risiko tinggi. Surveilans disini dimaksudkan utk : -. Contact person. -. Terjadinya infeksi lebih lanjut. -. Keberhasilan pengobatan . -. Pengamatan lanjutan.
Epid 52

POPULASI LOKAL : Yaitu kelompok penduduk yg terbatas pd orang-orang dg risiko terkena suatu penyakit ( population at risk ). Pengamatan dilakukan pada : 1. contact person . 2. pejamu yg rentan : bayi, anak yg belum diimunisasi 3. orang dg penyakit yg mudah relaps. Spt TBC. 4. kelompok individu yg kontak dg penderita spt petugas kesehatan. Populasi nasional dilakukan thd semua penduduk setelah dilakukan program pemberantasan, mis. Penyakit polio .
Epid 53

T U J U A N SURVEILANS : 1. Mengetahui distribusi geografis peny. Endemis dan peny. Yg dapat menimbulkan epidemi . 2. Mengetahui periodisitas suatu penyakit. 3. Mengetahui situasi peny. Tertentu . 4. Mengetahui gambaran epidemiologis penyakit tertentu. 5. Melakukan pengendalian penyakit.

Epid

54

HOSPITAL SURVEILLANCE :

Infeksi Nosokomial : Rumah sakit merupakan tempat yg paling mudah menularkan penyakit. Oleh karena itu pengamatan epidemiologis harus dilakukan intensif oleh petugas khusus. Penularan penyakit di RS dapat terjadi melalui : 1. Penderita ke penderita. 2. Petugas kesehatan ke penderita . 3. Alat-alat yg digunakan. 4. Sumber air yg tercemar .

Epid

55

Penderita yg dirawat di RS merupakan Host / pejamu yg rentan. Hal ini disebabkan :


1. Penyakitnya atau kondisinya yg lemah. 2. Pengaruh obat spt antibiotik,kemoterapi, radiasi, operasi. 3. Infus, kateter, jarum suntik dll.

Epid

56

KONSEP SEHAT 1. konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu . 2. konsep sehat dipandang dari sudut ekologi. Konsep sehat secara fisik dan bersifat individu ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah penentuan normal masih belum dapat dibakukan.

Epid

57

Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Epid

58

Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep sehat yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut. Health is stage of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity suatu keadaan sehat yang komplit meliputi fisik, mental, sosial dan bukan hanya ketiadaan dari penyakit ataupun kelemahan/kecacatan.

Epid

59

Konsep sehat tersebut sangat ideal hingga dalam kenyataan sulit dicapai maka timbullah beberapa kritik terhadap konsep tersebut. 1.Sehat bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan berubah-ubah setiap saat. 2.Batasan sejahtera sangat sulit ditentukan. 3.Indikator yang digunakan untuk mengukur sangat banyak dengan validitas yang berbeda-beda.

Epid

60

Penilaian thd Kesehatan *. Pemeriksaan *. Pemeriksaan *. Pemeriksaan

individu didasarkan pada : Fisik. Laboratorium . Lain-lain.

Penilaian thd kesehatan Masyarakat didasarkan : *. Angka kematian . *. Angka Kelahiran . *. Usia Harapan Hidup, Dsb. Yang kemudian dijadikan Indikator derajat kesehatan masyarakat.

Epid

61

JENIS EPIDEMIOLOGI :

1. Epidemiologi Deskriptif . -. Apabila hanya mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yg mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan atau munculnya masalah kesehatan tsb.
Hasil Epidemiologi Deskriptif hanya menjawab pertanyaan : Who , Where , When , tetapi tidak menjawab pertanyaan Why timbulnya masalah .
Epid 62

2. Epidemiologi Analitik . -. Bila telah mencakup pencarian jawaban thd penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan. Disini diupayakan adanya jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yg dimaksud ( WHY ) utk kemudian dianalisa hubungannya dg akibat yg ditimbulkan.

Epid

63

PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya, terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun. Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana.

Epid

64

Level dan Clark menggambarkan riwayat perjalanan penyakit sebagai berikut. Prapatogenesis Infeksi Sakit Patogenesis 1. Sembuh 2. Kronis 3. Cacat 4. mati.

Epid

65

Tahap Klinis
Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala . Untuk menemukan penderita pada tahap ini relatif tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit pada tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.

Epid

66

Manifestasi klinis pada tahap ini sangat bervariasi, mulai dan yang sangat ringan dan tidak spesifik sampai yang sangat berat atau meninggal dunia. Variasi ini disebut Spektrum Penyakit. Spektrum penyakit dapat digambarkan sebagai berikut.
Infeksi Tidak Tampak Subklinis

ringan

sedang klinis

berat

berat sekali

mati

Epid

67

SCREENING TEST UNTUK DETEKSI PENYAKIT Screening test disebut juga Uji Saring atau Uji Tapis. Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dg cara :

1. Deteksi tanda dan gejala dini . dibutuhkan pengetahuan ttg tanda dan gejala tsb yg dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan demikian timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan pengobatan.

Epid

68

2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala. Dapat dilakukan dg mengadakan Uji tapis terhadap penduduk yg tampaknya sehat, tetapi mungkin menderita penyakit.

69
Epid

BATASAN UJI TAPIS : Uji tapis ialah cara utk mengidentifikasi penyakit yg belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yg dapat dengan cepat memisahkan antara orang yg mungkin menderita penyakit dg orang yg tidak menderita . Orang dg hasil uji tapis yg positif harus dilanjutkan dg pemeriksaan lanjutan apakah ybs memang sakit atau tidak, utk kemudian diteruskan dg pengobatan intensif agar tidak membahayakan, khususnya utk penyakit menular.

Epid

70

Sifat pemeriksaan uji tapis :

1. Cepat dapat memilah sasaran.


2. Tidak mahal. 3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan. 4. Tidak membahayakan petugas atau penderita .

Epid

71

Tujuan Uji Tapis :


1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dg gejala tidak khas thd orang yg tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit ( population at risk )
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak menjadi sumber penularan .

Epid

72

SASARAN :
*. Penyakit kronis : 1. infeksi bakteri ( lepra ,TBC, dll ) 2. infeksi virus ( hepatitis ) 3. penyakit non infeksi : hipertensi, diabetes melitus, peny.jantung karsinoma serviks, prostat dll 4. AIDS.

Uji tapis dpt dilakukan : -. Massal. -. Selektif / spesifik .

Epid

73

Uji tapis selektif / spesifik : Dilakukan terhadap orang-orang yg mepunyai risiko atau yg kemudian dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tertentu seperti : *. Penyakit jantung koroner . *. Karsinoma serviks. *. Karsinoma prostat . *. HIV / AIDS .

Epid

74

PENELITIAN EPIDEMIOLOGIS Pada dasarnya semua jenis penelitian dilakukan krn adanya masalah. Dalam epidemiologi tidak semua masalah dilakukan penelitian . Masalah yg akan diteliti harus diidentifikasi krn masalah epidemiologi sangat banyak.

Epid

75

Utk menentukan suatu masalah penelitian ada 3 ketentuan : 1. Terdapat kesenjangan antara apa yg seharusnya dg kenyataan yg ada . 2. Adanya pertanyaan kenapa kesenjangan tsb terjadi. 3. Minimal terdapat dua alternatif jawaban utk menjawab pertanyaan penelitian.

Epid

76

MACAM-MACAM PENELITIAN

Pembagian berdasarkan tujuan :


1. Penelitian Eksploratif --> mengadakan penelusuran mendalam utk menggali berbagai faktor yg berkaitan dg timbulnya penyakit. Hasil penelitian ini berupa hipotesis yg digunakan utk penelitian lanjutan . 2. Penelitian deskriptif --> menguraikan ciri-ciri subjek studi dalam populasi utk mencari prevalensi suatu penyakit. Hasil penelitian ini berupa hipotesis spesifik yg perlu diuji dg penelitian analitis.
77

Epid

3. Penelitian analitis --> bertujuan menguji hipotesis spesifik utk menentukan adanya hubungan sebab akibat. 4. Penelitian eksperimental --> menentukan adanya hubungan sebab akibat timbulnya suatu penyakit atau mencari efektifitas dan efisiensi obat .

Epid

78

Berdasarkan pendekatan :
1. Cross Sectional --> pengamatan dilakukan dalam satu saat / periode dg ciri setiap subjek studi hanya diamati satu kali 2. Longitudinal --> dilakukan dg mengikuti proses perjalanan penyakit alamiah. Kalau perjalanan penyakit kedepan --> Penelitian Prospektif ( kohort ). Kalau perjalanan peny.kebelakang --> Penelitian Retrospektif atau kasus kontrol .

Epid

79

BERDASARKAN KETERLIBATAN PENELITI : 1.Penelitian Observasional --> bila peneliti tdk terlibat secara aktif dalam melakukan intervensi dan hanya secara pasif mengadakan pengamatan thd perjalanan penyakit 2.Penelitian Intervensional --> bila peneliti terlibat secara aktif dan terencana serta mengendalikan intervensi. Penelitian ini dapat dilakukan dg cara Field trial atau clinical trial .
Epid 80

Penelitian prospektif ( penelitian kohort ) Adalah penelitian yg bersifat longitudinal dg mengikuti proses perjalanan peny. kedepan berdasar urutan waktu. Penelitian ini dimaksudkan utk menemukan insidens penyakit pd kelompok yg mempunyai faktor risiko maupun yg tidak, kemudian insidens pada kedua kelompok tsb dibandingkan apakah terdapat hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan penyakit pada kelompok yg mempunyai dan kelompok yg tidak mempunyai.

Epid

81

Kelompok yang diteliti tersebut dinamakan KOHORT . Penelitian Kohort ini mengikuti paradigma Sebab Akibat .

82
Epid

Keadaan awal

prospektif

Insidens penyakit
Positif

Kelompok yg punya faktor risiko

negatif
Positif

bandingkan

Kelompok tdk punya faktor risiko

negatif

Epid

83

Faktor Risiko : Yaitu faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Ada 2 macam : 1. Faktor risiko intrinsik : a. Jenis kelamin dan usia . b. Faktor anatomi atau konstitusi tertentu. c. faktor nutrisi .

Epid

84

2. Faktor risiko ekstrinsik : -. Berupa keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik maupun sosial budaya dan perilaku. Faktor risiko berbeda dg Agen ( penyebab penyakit ). Agen penyakit adalah mikro organisme atau kondisi lingkungan yg bereaksi secara langsung pada Host .

Epid

85

Contoh faktor Risiko :

-. -. -. -. -.

Merokok. Diet / makanan. Obesitas. Radiasi. Obat-obatan .

-. Minum Alkohol. -. Gaya hidup. -. Asbes. -. Sexual behaviour. -. Bahan kimia, dll

Epid

86

Berlawanan dg faktor risiko ada yang disebut faktor Protektif yaitu faktor yang melindungi terhadap timbulnya penyakit .

Contoh :
Ca Lambung : Risiko : -. Smoke foods, salt canned foods, nitrate or nitrite preserved foods. Protektif : -. Milk, green and yellow vegetables, Vit. C containing foods.

Ca Esophagus :

Risiko : -. Alkohol, Minuman sangat panas . Protektif : -. Fresh fruit and vegetables.

Epid

87

Jenis penelitian kohort :

Penelitian satu kohort : Pada dasarnya bersifat deskriptif, karena pada awal penelitian tidak dibedakan antara kelompok yg terpapar faktor risiko dengan yg tidak terpapar faktor risiko.
Penelitian dua kohort : Sejak awal penelitian sudah dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang terpapar faktor risiko dan kelompok yg tidak terpapar faktor risiko .
88
Epid

Keuntungan penelitian kohort :

1. Dapat digunakan utk mengetahui perkembangan normal ( ontogenik ) yg terjadi dengan berjalannya waktu . 2. Dapat mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat faktor penyebab yg dilakukan oleh orang secara sengaja, mis. merokok . 3. Dapat digunakan utk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit . 4. Dapat digunakan utk mempelajari hubungan sebab akibat.

Epid

89

5. Dapat digunakan utk mempelajari insidens penyakit . 6. Tidak mempunyai hambatan masalah etika. 7. Dapat dilakukan perhitungan statistik utk menguji hipotesis. 8. Dapat diketahui lebih dari satu outcome thd satu pemaparan, mis. Hubungan rokok dg karsinoma paru ternyata juga ada hubungan dg penyakit jantung dll.

Epid

90

Kerugian :

1. Penelitian ini membutuhkan sampel yg besar dan waktu yg lama sehingga sulit utk mempertahankan subjek studi agar tetap dapat mengikuti proses. 2. Membutuhkan biaya yg besar. 3. Sulit dilakukan pada penyakit yg jarang terjadi . 4. Tidak efisien utk penelitian penyakit dg fase laten yg lama.

Epid

91

PENELITIAN RETROSPEKTIF ( KASUS KONTROL )

Penelitian retrospektif disebut juga penelitian kasus kontrol , kadang-kadang dipergunakan istilah Trohok yaitu kohort yg dibaca dari belakang sesuai dg proses perjalanan penyakit yg diikuti. Denganperkataan lain mengikuti perjalanan penyakit dari akibat ke sebab .

Epid

92

Macam penelitian Retrospektif : a. Merupakan penelitian analitis . b. Dapat juga berupa penelitian eksploratif, kalau : -. Data yg berhubungan dg sifat-sifat penting kelompok tidak diketahui . -. Perjalanan penyakit alamiah tidak diketahui jelas. -. Tidak dapat dibuat hipotesis spesifik . Penelitian dapat dilakukan pada : 1. Rumah sakit ( hospital based ). 2. Di masyarakat ( community based ).
Epid 93

Ciri-ciri penelitian Retrospektif : 1. 2. 3. 4. Merupakan penelitian yg bersifat observational . Diawali dg kelompok penderita dan bukan penderita . Terdapat kelompok kontrol. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpapar oleh faktor risiko yg sama dg kelompok kasus. 5. Membandingkan besarnya paparan oleh faktor risiko antara kedua kelompok. 6. Tidak mengukur insidens.

Epid

94

KEUNTUNGAN : 1. Sangat sesuai utk penelitian penyakit yg jarang terjadi, mis. -. Hubungan kelainan kongenital dan kelainan genetika. -. Hubungan rokok dg kanker paru-paru. -. Terdapatnya adenokarsinoma vagina pd gadis remaja. 2. Pelaksanaannya relatif lebih cepat dari penelitian prospektif. 3. Sampel yg dibutuhkan lebih kecil. 4. Biaya penelitian relatif lebih kecil. 5. Tidak dipengaruhi faktor etika, spt pada eksperimental. 6. Data yg ada dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian di RS.

Epid

95

KERUGIAN : 1. Kesalahan kasus yg disebabkan salah diagnosa. 2. Informasi pemaparan diperoleh dg mengingat kembali masa lalu yg cukup lama shg ada potensi timbulnya bias. 3. Validasi thd data yg diperoleh tidak dapat dilakukan. 4. Tidak dapat dilakukan utk penelitian evaluasi pengobatan.

96
Epid

PENELITIAN

EKSPERIMENTAL .

-. Merupakan metode yg paling kuat utk mengungkap hubungan sebab akibat. -. Hambatan utama pd manusia adalah faktor etika, disamping itu ada faktor hukum, sosial budaya dll, tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan t.u. utk menemukan obat dalam terapi.

Epid

97

UJI KLINIS ( CLINICAL TRIAL ). Umumnya dimaksudkan mencari efektifitas dan efisiensi obat utk menyembuhkan penyakit. Jadi dimaksudkan utk mengubah perjalanan penyakit dg tujuan pengobatan dan pencegahan ( kuratif dan prefentif ).

Epid

98

KONSEP DASAR : Uji klinis ditujukan utk mencari obat yg efisien atau menentukan efektifitas obat jenis baru yang telah dicoba pada hewan. Penelitian ini dilakukan dg membandingkan kelompok penderita yg diberi obat tertentu dengan kelompok yg diberi obat lain atau plasebo.

Epid

99

CIRI-CIRI : 1. Uji klinis merupakan studi kasus . 2. Dilakukan dg metoda eksperimental. 3. Menguji hipotesis spesifik. 4. Intervensi dilakukan secara aktif dan terencana oleh peneliti. 5. Menggunakan kelompok kontrol. 6. Alokasi kelompok dipilih secara random .

Epid

100

Keuntungan : 1. Dapat digunakan utk mencari efisiensi dan efektifitas obat atau prosedur pengobatan . 2. Penelitian dg eksperimen digunakan sbg penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada percobaan hewan. 3. Dengan uji klinis peneliti dapat mengendalikan intervensi yg diberikan.

Epid

101

Kelemahan : 1. Tidak semua masalah dapat dilakukan uji klinis , karena ada hambatan faktor etika . 2. Sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu yg tepat utk melakukan uji klinis . Bila suatu obat telah dipasarkan secara luas maka uji klinis tidak dapat dilakukan , sebaliknya bila obat masih dalam penelitian pada percobaan hewan maka uji klinis tidak etis utk dilakukan.

Epid

102

Langkah Penelitian : 1. Tentukan latar belakang masalah . 2. Tentukan kuesioner dan rumuskan tujuan penelitian dg jelas. 3. Rumuskan hipotesis penelitian tentang variabel independen dan variabel dependen . 4. Tentukan pemeriksaan hasil yg dikehendaki. 5. Tentukan populasi studi dan kriteria subjek. 6. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yg digunakan. 7. Apakah diperlukan penyamaran atau tidak, kalau perlu apakah samar tunggal, ganda atau tripel.
103

Epid

Pilihan antara penelitian Prospektif dan Retrospektif


Penelitian kohort Kasus kontrol

1. Apabila yg diketahui adalah penyebab 1. Apabila yg diketahui adalah akibat dan yg ingin diketahui adalah dan yg ingin diketahui adalah akibat. penyebab. 2. Apabila akibat yg ingin diketahui banyak ditemukan . 3. Apabila jarak waktu antara adanya penyebab dan timbulnya akibat relatif singkat. 4. Apabila ingin lebih mengetahui hubungan sebab akibat. 5. Apabila angka Drop Out diperkirakan rendah . 2. Apabila akibat yg telah diketahui sedikit ditemukan .

3. Apabila jarak waktu antara adanya penyebab dan timbulnya akibat terlalu lama.
4. Apabila ingin mengetahui hubungan awal sebab akibat. 5. Apabila angka Drop Out diperkirakan tinggi .

Epid

104

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya PTM. Di Indonesia, keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi. Pembahasan epidemiologi PTM tidak dapat melepaskan diri dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah penyakit. Akan dibicarakan konsep PTM sebagai penyakit dari segi epidemiologi, frekuensi sebagai masalah dalam masyarakat, pengetahuan tentang faktor penyebab/faktor risikonya dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait.

Epid

105

Penyakit Tidak Menular

1. Beberapa Pengertian Istilah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan: a. Penyakit kronik. b. Penyakit non-infeksi. c New communicable disease. d. Penyakit degeneratif. Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik

Epid

106

2. Karakteristik Penyakit Tidak Menular Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti: a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu. b. Masa inkubasi yang panjang. c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik). d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis. e. Mempunyai variasi yang luas. f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya. g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas.
Epid 107

Perbandingan PTM dengan penyakit menular, dapat dilihat sebagai berikut:


Penyakit Menular 1. Banyak ditemui di negara berkembang 2. Rantai penularan yg jelas. 3. Perlangsungan akut 4. Etiologi mikroorganisme jelas. 5. Bersifat single-kausa 6. Diagnosis mudah 7. Agak mudah mencari penye babnya 8. Biaya relatif murah 9. Jelas muncul di permukaan lO.Morbiditas dan mortalitas cenderung menurun Penyakit Tidak Menular 1. Ditemui di negara industri 2. Tidak ada rantai penularan 3. Perlangsungan kronik 4. Etiologi tidak jelas 5. Biasanya multiple-kausa 6. Diagnosis sulit 7. Sulit mencari penyebabnya 8. Biaya mahal 9. Ada iceberg phenomen lO.Morbiditas dan mortalitas cenderung meningkat.
Epid 108

Beberapa kesulitan dapat dihadapi dalam menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya penyakit, Situasi-situasi di mana pengamatan perorangan dianggap kurang cukup untuk menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

l.Masa laten yang panjang antara exposure dengan penyakit. 2. Frekuensi paparan faktor risiko yang tidak teratur. 3.Insiden penyakit yang rendah. 4.Risiko paparan yang kecil. 5.Penyebab penyakit yang multikompleks.

Epid

109

Epid

110

You might also like