Professional Documents
Culture Documents
Definisi Epidemiologi :
yaitu : Ilmu tentang Frekuensi , Distribusi ( Penyebaran ) dan faktor faktor penentu ( determinan ) masalah kesehatan dalam masyarakat yg bertujuan utk penanggulangan masalah kesehatan .
Epid
Sejarah Epidemiologi : Dengan terjadinya perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa sesuai dg kondisi zaman maka terhadap proses terjadinya penyakit telah dikemukakan beberapa teori : 1. Contagion Theory : -. Utk terjadinya penyakit ada kontak antara manusia. -. Dikembangkan berdasar pengamatan epidemi dan penyakit lepra di Mesir. 2. Hippocratic Theory : -. Kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan .
2
Epid
3. Miasmatic Theory : -. Hampir sama dg hippocratic theory. -. Kausa penyakit berasal dari gas-gas busuk dari bumi. 4. Epidemic Theory : -. Menghubungkan terjadinya penyakit dg cuaca dan faktor geografis. Suatu zat organik dari lingkungan dianggap sbg pembawa penyakit, misalnya air yang tercemar menyebabkan gastroenteritis .
3
Epid
5. Teori Kuman ( Germ Theory ) : -. Penyakit disebabkan oleh kuman . -. Tetapi ternyata ada penyakit yg tidak disebabkan kuman
6. Teori multi kausa : -. Suatu penyakit terjadi sebagai hasil interaksi berbagai faktor, misalnya faktor biologis , kimiawi dan sosial.
Epid
TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI . 1. Antonio van Leeuwenhoek ( 1632 1723 ) Warga negara Belanda yg menemukan Mikroskop , kemudian menemukan bakteri dan parasit serta spermatozoa .
2. Robert Koch Peneliti penyakit TBC dan memperkenalkan Tuberculin pada tahun 1890 . 3. Max van Patternkofer Warga negara Jerman ini terkenal karena upaya identifikasi penyebab suatu penyakit .
Epid
4. John Snow, 1854 Sukses mengatasi kolera yg melanda London. Dianggap Father of Epidemiology. 5. Percival Pott Ahli bedah yg melakukan pendekatan epidemiologis dalam menganalisis meningginya kejadian kanker scrotum dikalangan pekerja pembersih cerobong asap. Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
Epid
6. James Lind. 1747 Meneliti hubungan kekurangan vit. C dengan Scurvy ( Scorbut ) 7. Dool dan Hill. 1950 R.Dool dan A.B.Hill adalah dua nama yg berkaitan dg hubungan merokok dan kanker paru.
Epid
PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai peran yang sangat besar karena hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk: 1. Mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia; 2. Mendeskripsi pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat; 3. Mendeskripsi hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit.
8
Epid
Dari faktor-faktor di atas maka hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk: a. mendiagnosis kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat dan mengadakan prediksi kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang serta menentukan prioritas masalah kesehatan. b. bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan seperti pengobatan, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di masy.
Epid 9
TUJUAN Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
Epid
10
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara : -.agen atau faktor penyebab penyakit, -. manusia sebagai pejamu atau host, -. faktor lingkungan yang mendukung.
Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab Penyakit.
Epid
11
FAKTOR AGEN Agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan. Agen berupa unsur hidup terdiri dari: 1. virus, 2. bakteri, 3. jamur, 4. parasit, 5. protozoa, 6. metazoa.
Epid
12
Agen berupa unsur mati: 1. fisika: sinar radioaktif; 2. kimia: karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, Cadmium, Arsen; 3. fisik: benturan atau tekanan. Unsur pokok kehidupan: 1. Air 2. udara
Epid
13
Keadaan fisiologis: kehamilan dan persalinan. Kebiasaan hidup: merokok, alkohol, narkotika, dll Perubahan hormonal: diabetes melitus,
Epid
14
FAKTOR PEJAMU Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik. . Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit adalah : 1. Genetik. Misalnya, penyakit herediter seperti hemophilia, sickle cell anemia, dll. 2. Umur. Misalnya, usia lanjut mempunyai risiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung, dll.
Epid
15
3. Jenis Kelamin. Misalnya, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, reumatoid artritis, diabetes melitus (cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung dan hipertensi (cenderung menyerang laki-laki). 4. Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pascapartum.
Epid
16
5. Kekebalan. Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut. 6. Penyakit yang diderita sebelumnya. Misalnya, reumatoid artritis yang mudah kambuh. 7. Sifat-sifat manusia. Higiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit infeksi. Misalnya Balanitis, Karsinoma penis bagi orang yang tidak sirkumsisi.
Epid
17
FAKTOR LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat berupa : 1. lingkungan fisik, 2. lingkungan biologis, 3. lingkungan sosial ekonomi.
Epid
18
Selain faktor-faktor di atas, sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi.
Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain: 1. patogenitas, 2. virulensi, 3. tropisme, 4. serangan terhadap pejamu, ............... Cont...
Epid 19
5. kecepatan berkembang biak, 6. kemampuan menembus jaringan, 7. kemampuan memproduksi toksin, 8. kemampuan menimbulkan kekebalan.
Epid
20
Patogenitas Yang dimaksud dengan patogenitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu. Dalam rumus dapat dituliskan sebagai berikut. Jumlah kasus penyakit tertentu Patogenitas = --------------------------------------------Jumlah orang yg terinfeksi
Epid
21
Virulensi Virulensi ialah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal. ini berarti jumlah suatu penyakit dengan kasus yang berat dan fatal dibagi dengan jumlah semua kasus penyakit tersebut. Rumusnya seperti berikut. Jumlah kasus berat dan fatal . Virulensi = ------------------------------------------------jumlah semua kasus penyakit tertentu.
Epid
22
Tropisme
Tropisme ialah pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan atau organ yang vital seperti otak atau jantung akan lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat dibandingkan dengan penyerangan terhadap jaringan atau organ saluran napas atau saluran pencernaan atau kulit.
Epid
23
Epid
24
Kecepatan Berkembang Biak Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan untuk menimbulkan gejala penyakit dibutuhkan jumlah mikroorganisme yang cukup banyak.
Epid
25
Kemampuan yang tinggi dari suatu mikroorganisme untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan gejala penyakit. Demikian pula dengan mikroorganisme yang memproduksi toksin baik endotoksin maupun eksotoksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit.
Epid
26
RESERVOIR
Reservoir adalah tempat hidup dan berkembang biaknya agen penyebab penyakit. Yang dapat bertindak sebagai reservoir adalah: 1. manusia, 2. hewan, 3. artropoda, dan lain-lain.
Epid
27
Siklus penularan penyakit dengan manusia sebagai reservoir dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
1. Siklus penularan langsung Siklus penularan langsung ialah penularan dari seseorang sebagai reservoir pada orang lain yang rentan. Misalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri streptococcus dan staphylococcus, antara lain: a. difteri, b. penyakit kelamin, c. parotitis, d. tifus abdominalis, dan e. amoebiasis.
Epid 28
2. Siklus penularan tidak langsung Dikatakan siklus penularan tidak langsung bila manusia yang bertindak sebagai reservoir tidak menularkan pada manusia lain secara langsung, tetapi penularan dilakukan melalui artropoda seperti nyamuk kemudian nyamuk yang menularkan pada manusia yang rentan. Misalnya, a. malaria b. demam berdarah c. Chikungunya d. Filariasis.
Epid
29
Epid
30
Kejadian Penyakit dalam masyarakat : 1. Endemis : Keadaan dimana penyakit menetap ada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu. 2. Epidemi : terjadinya penyakit dalam masyarakat atau daerah tertentu sangat melebihi dari jumlah yang biasa .
Epid 31
3. Pandemi : epidemi yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup proporsi populasi yang banyak . 4. Kasus : anggota masyarakat yang menderita penyakit yang telah di diagnosa terhadapnya.
Epid
32
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR . A.Eliminasi Reservoir : 1. Mengisolasi penderita . 2. Karantina . B.Memutus mata rantai penularan : Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan .
Epid
33
C. Melindungi kelompok yang rentan : Bayi dan anak Balita adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok ini perlu perlindungan khusus ( specific protection ) dengan cara pemberian Imunisasi. Pemberian obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit tertentu seperti : malaria , meningitis dan disenteri basiler .
Epid
34
Pada anak usia muda faktor gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut, karena itu meningkatkan gizi anak adalah usaha yang penting untuk mencegah penyakit .
Epid
35
Epid
36
RASIO : Merupakan nilai relatif yg dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yg pembilangnya tdk merupakan bagian dari penyebut. Misal : Sebuah nilai kuantitatif : A dan nilai kuantitatif lain adalah : B maka Rasio kedua nilai tersebut : A/B.
Epid
37
Contoh: Pada KLB keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dimana 12 orang diantaranya adalah anak-anak , maka rasio anak thd dewasa adalah
12 = 0,6 20
Epid
38
Proporsi : Perbandingan dua nilai kuantitatif yg pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Sehingga perbandingan menjadi : A/(A + B ) .
Pada contoh diatas menjadi :
12 = 0,375 ( 12 + 20 )
Epid
39
Angka : Merupakan Proporsi dalam bentuk khusus, perbandingan antara pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.
Angka Insidens ( Incidence rate ) : Insidens merupakan kasus baru suatu penyakit yg terjadi dalam kurun waktu tertentu. Ini merupakan cara terbaik utk menentukan risiko timbulnya penyakit.
40
Epid
Batasan angka insidens yaitu proporsi kelompok individu yg terdapat dalam penduduk suatu wilayah yg semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu
Epid
41
Angka insidens =
Angka Prevalens ( Prevalence rate ) : Terdapat 2 ukuran : Point prevalence = Jumlah semua kasus yg dicatat pd saat ttt jumlah penduduk
Epid
42
Periode preval. = Jumlah semua kasus yg dicatat utk 1 periode jumlah penduduk
Epid
43
CDR =
x 1000
IMR =
Jumlah kematian umur < 1 tahun selama 1 tahun x 1000 Jumlah lahir hidup pd tahun tsb
Epid
44
MMR =
Jumlah kematian ibu hamil,persalinan, dan nifas selama 1 tahun. x 100.000. Jumlah lahir hidup pd tahun tsb.
Epid
45
Jumlah kematian krn penyakit tertentu Jumlah seluruh penderita penyakit tsb.
X 1000
ANGKA MORBIDITAS Jumlah penderita selama 1 tahun ANGKA MORB = Jumlah pddk pd pertengahan tahun tsb.
x 1000
Epid
46
Surveilans penyakit menular ialah kegiatan yg teratur mengumpulkan , mengolah, dan menganalisa data tentang insidens penyakit menular untuk -. mengidentifikasi kelompok penduduk dg risiko tinggi. -. memahami cara penyebaran . -. mengurangi atau memberantas penyebarannya.
Epid
47
Surveilans dapat dilakukan dg 2 cara : 1. Aktif 2. Pasif . Surveilans aktif : pengumpulan data dilakukan secara langsung utk mempelajari penyakit tertentu dlm waktu relatif singkat. Surveilans pasif : pengumpulan data yg diperoleh dari laporan bulanan unit pelayanan kesehatan.
Epid
48
Pengamatan aktif dilakukan bila : 1. Ditemukan penyakit baru . 2. Penelitian ttg cara penyebaran yg baru penyakit tertentu. 3. Risiko tinggi terjadinya penyakit musiman. 4. Penyakit tertentu yg timbul didaerah baru atau akan menimbulkan pengaruh pd kelompok tertentu atau penyakit dg insidens rendah mendadak terjadi peningkatan.
Epid
49
Surveilans dilakukan pd : 1. Peny. Yg dpt menimbulkan wabah. 2. Peny. Kronis. 3. Peny. Endemis. 4. Peny. Baru yg dapat menimbulkan masalah epidemiologis. 5. Peny. Yg bisa menimbulkan epidemi ulang.
Epid
50
Sasaran Surveilans
1. Individu. 2. Populasi lokal / kelompok individu. 3. Populasi nasional. 4. Populasi internasional.
Epid
51
INDIVIDU : Dilakukan pada individu yg terinfeksi dan mempunyai potensi utk menularkan penyakit. Yaitu : *. Penderita. *. Karier . *. Orang dg risiko tinggi. Surveilans disini dimaksudkan utk : -. Contact person. -. Terjadinya infeksi lebih lanjut. -. Keberhasilan pengobatan . -. Pengamatan lanjutan.
Epid 52
POPULASI LOKAL : Yaitu kelompok penduduk yg terbatas pd orang-orang dg risiko terkena suatu penyakit ( population at risk ). Pengamatan dilakukan pada : 1. contact person . 2. pejamu yg rentan : bayi, anak yg belum diimunisasi 3. orang dg penyakit yg mudah relaps. Spt TBC. 4. kelompok individu yg kontak dg penderita spt petugas kesehatan. Populasi nasional dilakukan thd semua penduduk setelah dilakukan program pemberantasan, mis. Penyakit polio .
Epid 53
T U J U A N SURVEILANS : 1. Mengetahui distribusi geografis peny. Endemis dan peny. Yg dapat menimbulkan epidemi . 2. Mengetahui periodisitas suatu penyakit. 3. Mengetahui situasi peny. Tertentu . 4. Mengetahui gambaran epidemiologis penyakit tertentu. 5. Melakukan pengendalian penyakit.
Epid
54
HOSPITAL SURVEILLANCE :
Infeksi Nosokomial : Rumah sakit merupakan tempat yg paling mudah menularkan penyakit. Oleh karena itu pengamatan epidemiologis harus dilakukan intensif oleh petugas khusus. Penularan penyakit di RS dapat terjadi melalui : 1. Penderita ke penderita. 2. Petugas kesehatan ke penderita . 3. Alat-alat yg digunakan. 4. Sumber air yg tercemar .
Epid
55
Epid
56
KONSEP SEHAT 1. konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu . 2. konsep sehat dipandang dari sudut ekologi. Konsep sehat secara fisik dan bersifat individu ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah penentuan normal masih belum dapat dibakukan.
Epid
57
Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
Epid
58
Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep sehat yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut. Health is stage of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity suatu keadaan sehat yang komplit meliputi fisik, mental, sosial dan bukan hanya ketiadaan dari penyakit ataupun kelemahan/kecacatan.
Epid
59
Konsep sehat tersebut sangat ideal hingga dalam kenyataan sulit dicapai maka timbullah beberapa kritik terhadap konsep tersebut. 1.Sehat bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan berubah-ubah setiap saat. 2.Batasan sejahtera sangat sulit ditentukan. 3.Indikator yang digunakan untuk mengukur sangat banyak dengan validitas yang berbeda-beda.
Epid
60
Penilaian thd kesehatan Masyarakat didasarkan : *. Angka kematian . *. Angka Kelahiran . *. Usia Harapan Hidup, Dsb. Yang kemudian dijadikan Indikator derajat kesehatan masyarakat.
Epid
61
JENIS EPIDEMIOLOGI :
1. Epidemiologi Deskriptif . -. Apabila hanya mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yg mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan atau munculnya masalah kesehatan tsb.
Hasil Epidemiologi Deskriptif hanya menjawab pertanyaan : Who , Where , When , tetapi tidak menjawab pertanyaan Why timbulnya masalah .
Epid 62
2. Epidemiologi Analitik . -. Bila telah mencakup pencarian jawaban thd penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan. Disini diupayakan adanya jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yg dimaksud ( WHY ) utk kemudian dianalisa hubungannya dg akibat yg ditimbulkan.
Epid
63
PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya, terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun. Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana.
Epid
64
Level dan Clark menggambarkan riwayat perjalanan penyakit sebagai berikut. Prapatogenesis Infeksi Sakit Patogenesis 1. Sembuh 2. Kronis 3. Cacat 4. mati.
Epid
65
Tahap Klinis
Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala . Untuk menemukan penderita pada tahap ini relatif tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit pada tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.
Epid
66
Manifestasi klinis pada tahap ini sangat bervariasi, mulai dan yang sangat ringan dan tidak spesifik sampai yang sangat berat atau meninggal dunia. Variasi ini disebut Spektrum Penyakit. Spektrum penyakit dapat digambarkan sebagai berikut.
Infeksi Tidak Tampak Subklinis
ringan
sedang klinis
berat
berat sekali
mati
Epid
67
SCREENING TEST UNTUK DETEKSI PENYAKIT Screening test disebut juga Uji Saring atau Uji Tapis. Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dg cara :
1. Deteksi tanda dan gejala dini . dibutuhkan pengetahuan ttg tanda dan gejala tsb yg dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan demikian timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan pengobatan.
Epid
68
2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala. Dapat dilakukan dg mengadakan Uji tapis terhadap penduduk yg tampaknya sehat, tetapi mungkin menderita penyakit.
69
Epid
BATASAN UJI TAPIS : Uji tapis ialah cara utk mengidentifikasi penyakit yg belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yg dapat dengan cepat memisahkan antara orang yg mungkin menderita penyakit dg orang yg tidak menderita . Orang dg hasil uji tapis yg positif harus dilanjutkan dg pemeriksaan lanjutan apakah ybs memang sakit atau tidak, utk kemudian diteruskan dg pengobatan intensif agar tidak membahayakan, khususnya utk penyakit menular.
Epid
70
Epid
71
Epid
72
SASARAN :
*. Penyakit kronis : 1. infeksi bakteri ( lepra ,TBC, dll ) 2. infeksi virus ( hepatitis ) 3. penyakit non infeksi : hipertensi, diabetes melitus, peny.jantung karsinoma serviks, prostat dll 4. AIDS.
Epid
73
Uji tapis selektif / spesifik : Dilakukan terhadap orang-orang yg mepunyai risiko atau yg kemudian dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tertentu seperti : *. Penyakit jantung koroner . *. Karsinoma serviks. *. Karsinoma prostat . *. HIV / AIDS .
Epid
74
PENELITIAN EPIDEMIOLOGIS Pada dasarnya semua jenis penelitian dilakukan krn adanya masalah. Dalam epidemiologi tidak semua masalah dilakukan penelitian . Masalah yg akan diteliti harus diidentifikasi krn masalah epidemiologi sangat banyak.
Epid
75
Utk menentukan suatu masalah penelitian ada 3 ketentuan : 1. Terdapat kesenjangan antara apa yg seharusnya dg kenyataan yg ada . 2. Adanya pertanyaan kenapa kesenjangan tsb terjadi. 3. Minimal terdapat dua alternatif jawaban utk menjawab pertanyaan penelitian.
Epid
76
MACAM-MACAM PENELITIAN
Epid
3. Penelitian analitis --> bertujuan menguji hipotesis spesifik utk menentukan adanya hubungan sebab akibat. 4. Penelitian eksperimental --> menentukan adanya hubungan sebab akibat timbulnya suatu penyakit atau mencari efektifitas dan efisiensi obat .
Epid
78
Berdasarkan pendekatan :
1. Cross Sectional --> pengamatan dilakukan dalam satu saat / periode dg ciri setiap subjek studi hanya diamati satu kali 2. Longitudinal --> dilakukan dg mengikuti proses perjalanan penyakit alamiah. Kalau perjalanan penyakit kedepan --> Penelitian Prospektif ( kohort ). Kalau perjalanan peny.kebelakang --> Penelitian Retrospektif atau kasus kontrol .
Epid
79
BERDASARKAN KETERLIBATAN PENELITI : 1.Penelitian Observasional --> bila peneliti tdk terlibat secara aktif dalam melakukan intervensi dan hanya secara pasif mengadakan pengamatan thd perjalanan penyakit 2.Penelitian Intervensional --> bila peneliti terlibat secara aktif dan terencana serta mengendalikan intervensi. Penelitian ini dapat dilakukan dg cara Field trial atau clinical trial .
Epid 80
Penelitian prospektif ( penelitian kohort ) Adalah penelitian yg bersifat longitudinal dg mengikuti proses perjalanan peny. kedepan berdasar urutan waktu. Penelitian ini dimaksudkan utk menemukan insidens penyakit pd kelompok yg mempunyai faktor risiko maupun yg tidak, kemudian insidens pada kedua kelompok tsb dibandingkan apakah terdapat hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan penyakit pada kelompok yg mempunyai dan kelompok yg tidak mempunyai.
Epid
81
Kelompok yang diteliti tersebut dinamakan KOHORT . Penelitian Kohort ini mengikuti paradigma Sebab Akibat .
82
Epid
Keadaan awal
prospektif
Insidens penyakit
Positif
negatif
Positif
bandingkan
negatif
Epid
83
Faktor Risiko : Yaitu faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Ada 2 macam : 1. Faktor risiko intrinsik : a. Jenis kelamin dan usia . b. Faktor anatomi atau konstitusi tertentu. c. faktor nutrisi .
Epid
84
2. Faktor risiko ekstrinsik : -. Berupa keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik maupun sosial budaya dan perilaku. Faktor risiko berbeda dg Agen ( penyebab penyakit ). Agen penyakit adalah mikro organisme atau kondisi lingkungan yg bereaksi secara langsung pada Host .
Epid
85
-. -. -. -. -.
-. Minum Alkohol. -. Gaya hidup. -. Asbes. -. Sexual behaviour. -. Bahan kimia, dll
Epid
86
Berlawanan dg faktor risiko ada yang disebut faktor Protektif yaitu faktor yang melindungi terhadap timbulnya penyakit .
Contoh :
Ca Lambung : Risiko : -. Smoke foods, salt canned foods, nitrate or nitrite preserved foods. Protektif : -. Milk, green and yellow vegetables, Vit. C containing foods.
Ca Esophagus :
Risiko : -. Alkohol, Minuman sangat panas . Protektif : -. Fresh fruit and vegetables.
Epid
87
Penelitian satu kohort : Pada dasarnya bersifat deskriptif, karena pada awal penelitian tidak dibedakan antara kelompok yg terpapar faktor risiko dengan yg tidak terpapar faktor risiko.
Penelitian dua kohort : Sejak awal penelitian sudah dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang terpapar faktor risiko dan kelompok yg tidak terpapar faktor risiko .
88
Epid
1. Dapat digunakan utk mengetahui perkembangan normal ( ontogenik ) yg terjadi dengan berjalannya waktu . 2. Dapat mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat faktor penyebab yg dilakukan oleh orang secara sengaja, mis. merokok . 3. Dapat digunakan utk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit . 4. Dapat digunakan utk mempelajari hubungan sebab akibat.
Epid
89
5. Dapat digunakan utk mempelajari insidens penyakit . 6. Tidak mempunyai hambatan masalah etika. 7. Dapat dilakukan perhitungan statistik utk menguji hipotesis. 8. Dapat diketahui lebih dari satu outcome thd satu pemaparan, mis. Hubungan rokok dg karsinoma paru ternyata juga ada hubungan dg penyakit jantung dll.
Epid
90
Kerugian :
1. Penelitian ini membutuhkan sampel yg besar dan waktu yg lama sehingga sulit utk mempertahankan subjek studi agar tetap dapat mengikuti proses. 2. Membutuhkan biaya yg besar. 3. Sulit dilakukan pada penyakit yg jarang terjadi . 4. Tidak efisien utk penelitian penyakit dg fase laten yg lama.
Epid
91
Penelitian retrospektif disebut juga penelitian kasus kontrol , kadang-kadang dipergunakan istilah Trohok yaitu kohort yg dibaca dari belakang sesuai dg proses perjalanan penyakit yg diikuti. Denganperkataan lain mengikuti perjalanan penyakit dari akibat ke sebab .
Epid
92
Macam penelitian Retrospektif : a. Merupakan penelitian analitis . b. Dapat juga berupa penelitian eksploratif, kalau : -. Data yg berhubungan dg sifat-sifat penting kelompok tidak diketahui . -. Perjalanan penyakit alamiah tidak diketahui jelas. -. Tidak dapat dibuat hipotesis spesifik . Penelitian dapat dilakukan pada : 1. Rumah sakit ( hospital based ). 2. Di masyarakat ( community based ).
Epid 93
Ciri-ciri penelitian Retrospektif : 1. 2. 3. 4. Merupakan penelitian yg bersifat observational . Diawali dg kelompok penderita dan bukan penderita . Terdapat kelompok kontrol. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpapar oleh faktor risiko yg sama dg kelompok kasus. 5. Membandingkan besarnya paparan oleh faktor risiko antara kedua kelompok. 6. Tidak mengukur insidens.
Epid
94
KEUNTUNGAN : 1. Sangat sesuai utk penelitian penyakit yg jarang terjadi, mis. -. Hubungan kelainan kongenital dan kelainan genetika. -. Hubungan rokok dg kanker paru-paru. -. Terdapatnya adenokarsinoma vagina pd gadis remaja. 2. Pelaksanaannya relatif lebih cepat dari penelitian prospektif. 3. Sampel yg dibutuhkan lebih kecil. 4. Biaya penelitian relatif lebih kecil. 5. Tidak dipengaruhi faktor etika, spt pada eksperimental. 6. Data yg ada dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian di RS.
Epid
95
KERUGIAN : 1. Kesalahan kasus yg disebabkan salah diagnosa. 2. Informasi pemaparan diperoleh dg mengingat kembali masa lalu yg cukup lama shg ada potensi timbulnya bias. 3. Validasi thd data yg diperoleh tidak dapat dilakukan. 4. Tidak dapat dilakukan utk penelitian evaluasi pengobatan.
96
Epid
PENELITIAN
EKSPERIMENTAL .
-. Merupakan metode yg paling kuat utk mengungkap hubungan sebab akibat. -. Hambatan utama pd manusia adalah faktor etika, disamping itu ada faktor hukum, sosial budaya dll, tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan t.u. utk menemukan obat dalam terapi.
Epid
97
UJI KLINIS ( CLINICAL TRIAL ). Umumnya dimaksudkan mencari efektifitas dan efisiensi obat utk menyembuhkan penyakit. Jadi dimaksudkan utk mengubah perjalanan penyakit dg tujuan pengobatan dan pencegahan ( kuratif dan prefentif ).
Epid
98
KONSEP DASAR : Uji klinis ditujukan utk mencari obat yg efisien atau menentukan efektifitas obat jenis baru yang telah dicoba pada hewan. Penelitian ini dilakukan dg membandingkan kelompok penderita yg diberi obat tertentu dengan kelompok yg diberi obat lain atau plasebo.
Epid
99
CIRI-CIRI : 1. Uji klinis merupakan studi kasus . 2. Dilakukan dg metoda eksperimental. 3. Menguji hipotesis spesifik. 4. Intervensi dilakukan secara aktif dan terencana oleh peneliti. 5. Menggunakan kelompok kontrol. 6. Alokasi kelompok dipilih secara random .
Epid
100
Keuntungan : 1. Dapat digunakan utk mencari efisiensi dan efektifitas obat atau prosedur pengobatan . 2. Penelitian dg eksperimen digunakan sbg penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada percobaan hewan. 3. Dengan uji klinis peneliti dapat mengendalikan intervensi yg diberikan.
Epid
101
Kelemahan : 1. Tidak semua masalah dapat dilakukan uji klinis , karena ada hambatan faktor etika . 2. Sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu yg tepat utk melakukan uji klinis . Bila suatu obat telah dipasarkan secara luas maka uji klinis tidak dapat dilakukan , sebaliknya bila obat masih dalam penelitian pada percobaan hewan maka uji klinis tidak etis utk dilakukan.
Epid
102
Langkah Penelitian : 1. Tentukan latar belakang masalah . 2. Tentukan kuesioner dan rumuskan tujuan penelitian dg jelas. 3. Rumuskan hipotesis penelitian tentang variabel independen dan variabel dependen . 4. Tentukan pemeriksaan hasil yg dikehendaki. 5. Tentukan populasi studi dan kriteria subjek. 6. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yg digunakan. 7. Apakah diperlukan penyamaran atau tidak, kalau perlu apakah samar tunggal, ganda atau tripel.
103
Epid
1. Apabila yg diketahui adalah penyebab 1. Apabila yg diketahui adalah akibat dan yg ingin diketahui adalah dan yg ingin diketahui adalah akibat. penyebab. 2. Apabila akibat yg ingin diketahui banyak ditemukan . 3. Apabila jarak waktu antara adanya penyebab dan timbulnya akibat relatif singkat. 4. Apabila ingin lebih mengetahui hubungan sebab akibat. 5. Apabila angka Drop Out diperkirakan rendah . 2. Apabila akibat yg telah diketahui sedikit ditemukan .
3. Apabila jarak waktu antara adanya penyebab dan timbulnya akibat terlalu lama.
4. Apabila ingin mengetahui hubungan awal sebab akibat. 5. Apabila angka Drop Out diperkirakan tinggi .
Epid
104
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya PTM. Di Indonesia, keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi. Pembahasan epidemiologi PTM tidak dapat melepaskan diri dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah penyakit. Akan dibicarakan konsep PTM sebagai penyakit dari segi epidemiologi, frekuensi sebagai masalah dalam masyarakat, pengetahuan tentang faktor penyebab/faktor risikonya dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait.
Epid
105
1. Beberapa Pengertian Istilah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan: a. Penyakit kronik. b. Penyakit non-infeksi. c New communicable disease. d. Penyakit degeneratif. Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik
Epid
106
2. Karakteristik Penyakit Tidak Menular Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri seperti: a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu. b. Masa inkubasi yang panjang. c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik). d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis. e. Mempunyai variasi yang luas. f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya. g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas.
Epid 107
Beberapa kesulitan dapat dihadapi dalam menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya penyakit, Situasi-situasi di mana pengamatan perorangan dianggap kurang cukup untuk menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
l.Masa laten yang panjang antara exposure dengan penyakit. 2. Frekuensi paparan faktor risiko yang tidak teratur. 3.Insiden penyakit yang rendah. 4.Risiko paparan yang kecil. 5.Penyebab penyakit yang multikompleks.
Epid
109
Epid
110