You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia dan alam merupakan satu kesatuan. Hubungan dua elemen itu, seakan tak bisa lepas satu sama lain. Hubungan simbiosis keduanya pun menjadi keniscayaan. Namun, dalam perkembangan manusia modern, alam seakan menjadi objek untuk meneguhkan dan meneruskan kehidupan manusia. Alam yang rusak, sampah dimana-mana, berimplikasi kepada banyaknya bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Disinilah diperlukan kesadaran ekologis manusia untuk paham dengan alam. Manusia yang secara sadar peduli dengan alam. Yang menarik adalah, masyarakat kita dahulu begitu menghargai alam. Hal ini terbukti dengan adanya ritual bersih desa, sebagai bentuk atau wujud penghormatan manusia terhadap alam. Yang menarik, menurut Frans Magnis Suseno, relasi kehidupan masyarakat jawa dengan alam terbina erat. Kehidupan masyarakat jawa, bermula dari alam. Hal ini terbukti dengan mata pencaharian masyarakat yang erat kaitannya dengan alam, katakan saja seperti petani. Petani hidup dari alam. Para petani mengolah alam, untuk menghasilkan bahan makanan. Lalu, kehidupan yang selaras ini mampu menguatkan sensifitas spiritual. Masyarakat jawa memang hidup di tengah berbagai simbolisme, sebagai wujud spiritual. Kepercayaan terhadap sesuatu diluar manusia inilah yang

memunculkan simbol-simbol yang mampu menjaga relasi hubungan manusia dengan alam. Salah satunya ialah ritual bersih desa.

B. Rumusan Masalah 1. Apa makna bersih desa? 2. Bagaimana tata cara upacara bersih desa? 3. Bagaimana sikap masyarakat sekarang terhadap budaya bersih desa? 4. Bagaimana budaya bersih desa mempengaruhi masyarakat itu sendiri? C. Tujuan 1. Menjelaskan makna bersih desa. 2. Menjelaskan tata cara budaya bersih desa. 3. Menjelaskan sikap masyarakat sekarang terhadap budaya bersih desa. 4. Menjelaskan pengaruh budaya bersih desa terhadap masyarakat itu sendiri.

BAB II PEMBAHASAN
Pada hakikatnya akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal budi. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai koderat alami yang dimiliki. Sedangkan berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup

manusia.(Herimanto, 2010:18) Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa sansekerta budh yang artinya akal. Budi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan dan dapat membedakan baik-buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti tabiat , perangai, dan akhlak. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kejadian. Dari uraian di atas kita dapat memperoleh gambaran bahwa hanya manusialah yang memiliki kemampuan untuk berkebudayaan. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa yang kesemuanya itu bersumber pada akal manusia. Bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia.(Joko. 1998 :36) Manusia dan kebudayaan juga tidak dapat lepas dari kata masyarakat karena semuanya saling terkait antara manusia, masyarakat dan budaya. Menurut Joko Tri Prasetya dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar tahun 1998 halaman 36, masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada manusia, karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung hak dan kewajiban. Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan dari

masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat manusianya yaitu mencapai kebudayaan. Dengan kata lain, dimana orang hidup bermasyarakat pasti akan timbul kebudayaan karena budaya adalah sebagai jalan atau arah didalam bertindak dan

berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan itu tidak dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat. Jadi, dimana manusia hidup bermasyarakat di sanalah ada kebudayaan. Wujud dari budaya yang dihasilkan dari manusia yang bermasyarakat salah satunya menurut J.J.Hoeningman adalah artefak (karya). Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat , dapat berupa benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Didalam kehidupan masyarakat Jawa ada satu wujud dari budaya artefak ini, yang diberi nama Tradisi Bersih Desa. Sebagian orang Jawa, khususnya dibeberapa daerah di Jawa Tengah bagian selatan dan juga Daerah Istimewa Yogyakarta sampai sekarang masih melaksanakan adat kebiasaan yang dinamakan Tradisi Bersih Desa. Ritual Bersih Desa tidak selalu sama di setiap daerah atau desa karena memang leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda di setiap daerah. Di daerah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, tradisi adat ini disebut rasulan. Tradisi Bersih Desa ini dilaksanakan satu kali dalam setahun, yaitu pada waktu penduduk tani selesai melaksanakan panen padi raya secara serentak. Bersih Desa oleh penduduk tani dimaksudkan untuk mengucapkan terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi) sebagai penjaga keamanan para tani, sehingga mereka berhasil memanen padi yang telah ditanamnya, disamping itu juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panen hasil tanaman padi tersebut.

A. MAKNA KEGIATAN BERSIH DESA Dari arti katanya, Bersih Desa degan mudah dapat

dipahami. Bersih adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk desa untuk membersihkan rumah, kebun, halaman, jalan raya, dan tempat-tempat

umum dari berbagai bentuk kotoran. Kegiatan pembersihan, tidak hanya dilakukan sebatas membersihkan kotoran yang ada dalam wujud fisik saja. Akan tetapi, kegiatan pembersihan juga berlaku untuk membersihkan komunitas warga dan desa dari pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mengganggu. Sedangkan kata Desa, bagi orang Jawa diartikan sebagai

sebuah jagad. Jagad itu berisikan manusia dan lingkungannya yang tinggal dalam keseimbangan dan keselarasan. Oleh karena itu, setiap orang dan unsur-unsur lain di dalam jagad harus mengusahakan keseimbangan dan keselarasan terus-menerus. Jika suatu ketika, manusia tidak hidup sesuai dengan aturan, sistem nilai dan perilaku sehari-hari di dalam jagad, mereka bisa mendapatkan bala dan bencana. Hal yang sama akan terjadi juga apabila lingkungan di dalam jagad dan berbagai unsur alam tidak diperhatikan dengan baik. Dari pemahaman di atas, Bersih Desa dapat dipahami sebagai suatu cara untuk menjaga kehidupan yang seimbang dan selaras antara manusia dan alam dengan cara membersihkan desa atau jagad dari berbagai kotoran yang bersifat fisik dan hal-hal negatif yang mengganggu.

B. TATA CARA BERSIH DESA


Dalam rangka mengucapkan terimakasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi)

sebagai penjaga keamanan para tani, sehingga mereka berhasil memanen padi yang telah ditanamnya, dan juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panen hasil tanaman padi tersebut.
Dalam acara tradisi Bersih Desa, diantaranya : masyarakat mengadakan beberapa kegiatan,

1. Mengadakan penyimpanan padi yang rapi ke dalam suatu tempat yang aman, yang dinamakan lumbung padi. Lumbung tersebut selain diisi padi hasil panen, juga beberapa perlengkapan sesaji yang ditaruh di atas tumpukan padi di dalam lumbung tersebut. Alat perlengkapan sesaji tersebut antara lain air putih dalam kendi yang terbuat dari tanah, ini mempunyai
5

maksud selain untuk memberikan minuman kepada Dewi Sri jika ia berkunjung, juga berarti membersihkan/keweningan agar seseorang berbuat bersih/baik. Ada lagi daun keluwih, yang mengandung maksud agar petani tersebut setiap panen padi diberikan keluwihan (kelebihan). Selain itu tersedia daun sirih, masyarakat jawa percaya daun sirih digunakan untuk menyirih jika Dewi Sri berkunjung. Lalu dupa atau kemenyan, sebagai perlengkapan sesaji. Dengan sesajian tersebut, para petani bermaksud selain menghargai dan menghormati Dewi Sri, juga agar Dewi Sri (Dewi Padi) ini menjaga keselamatan para petani terutama dalam pelaksanaan menanam padi, merawat dan memanen padi dapat berhasil dengan baik. 2. Kegiatan pembersihan. Biasanya dilakukan dengan membersihkan kuburan, halaman, masjid, jalan-jalan atau gang-gang yang jarang dilewati banyak orang. Hal ini dimaksudkan agar keadaan kampung atau desa tampak bersih. Kegiatan pembersihan ini dilakukan secara bersama-sama dengan gotong royong/kerja bakti oleh seluruh warga kampung/desa. 3. Mengadakan acara masak-memasak dan saling kunjung mengunjungi. Dalam acara ini dilaksanakan apa yang disebut munjung atau pemberian dari yang muda ke yang tua dan weweh atau sesuatu diberikan oleh yang tua kepada yang muda, atau kepada kerabat dan kenalan dekat dengan dasar kasih sayang. Sebagai wujud rasa syukur yang dilaksanakan dengan cara berbagi kepada sesama. 4. Mengadakan kenduri bersama oleh seluruh warga desa, yang biasanya diadakan bersama-sama di suatu halaman masjid atau halaman/lapangan yang luas tertentu. Para penduduk membawa perlengkapan kenduri masingmasing berupa nasi dan lauk yang ditempatkan pada baskom atau penampan. Selanjutnya diadakan doa bersama yang dipimpin oleh seorang yang disebut modin atau kaum . Dalam acara ini diadakan pemberian makanan kepada fakir miskin dan para peminta-minta. 5. Mengadakan pentas hiburan rakyat. Ini adalah puncak acara Bersih Desa/Mejemukan, biasanya dilaksanakan malam hari, antara lain

mengadakan pergelaran wayang kulit semalam suntuk, ketoprak dan uyon-

uyon, kesenian reog, jathilan dan kesenian rakyat lainnya. Semua ini untuk memberikan hiburan pada masyarakat agar para penduduk gembira setelah kerja membanting tulang di sawah. Ini juga sebagai tanda petani telah menikmati keberhasilan panen mereka. Sumber : (Lilis Lestari, S.Sn., M.Pd., 2011) (Dieng Karnedi, 2009) C. SIKAP MASYARAKAT SEKARANG TERHADAP BUDAYA BERSIH DESA Fenomena yang dapat diamati dewasa ini, masyarakat cenderung acuh dan tidak peduli lagi dengan budaya bersih desa. Semakin sedikit saja orang yang paham tata cara dan makna yang terkandung dalam bersih desa. Apalagi generasi mudanya. Sangat jarang ditemukan generasi muda yang peduli dan paham akan makna bersih desa, bagi mereka hal itu bukan merupakan sesuatu yang penting dan menarik lagi. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat sekarang ini menjadi kurang peduli dengan kebudayaan bersih desa, antara lain : 1. Globalisasi Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005 : 15). Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas

kebangsaan dan kenegaraan. Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa globalisasi merupakan proses penyeragaman gagasan oleh seluruh bangsa di dunia. Hal ini menuntut kita untuk mengikuti gagasan yang sudah disepakati bersama tersebut, dimana akibatnya batas-

batas kebangsaan dan kenegaraan terhapus dan semua arus budaya dari luar dapat dengan sangat mudah masuk ke Indonesia yang datang beriringan dengan berbagai kemudahan dan modernitas. Sehingga merubah pola pikir masyarakat kita menjadi globaloriented yang membuat masyarakat tidak lagi peduli dengan budayanya sendiri. 2. Teknologi dan Transportasi Kemajuan teknologi dan transportasi yang sangat pesat akhir. Memudahkan semua orang untuk mengambil informasi dari belahan dunia lain dan pergi ke belahan dunia manapun. Hal ini membuat masyarakat kita tidak lagi peduli dengan budayanya karena budaya dan hal-hal menarik dari belahan dunia lain dianggap sebagai sesuatu yang baru dan lebih menarik untuk di eksplorasi. Jadi , masyarakat lebih tertarik mengikuti konser musik dan sebagainya dibanding mengikuti semua prosesi bersih desa seperti yang dilakukan masyarakat jawa yang lampau sebelum teknologi dan transportasi menjadi semodern sekarang. 3. Akulturasi Seiring dengan adanya globalisasi yang mengaburkan batas-batas wilayah sehingga budaya dari manapun dapat dengan mudahnya masuk dan bercampur menyesuaikan diri dengan kebudayaan di Indonesia. Pada kasus ini, percampuran budaya barat dengan budaya masyarakat jawa misalnya. Akan

menghasilkan budaya masyarakat jawa yang lebih modern. Semua budaya yang tidak dapat diterima akal dan penalaran akan dihapus. Semuanya harus serba rasional, maka tidak heran jika terus seperti ini budaya bersih desa akan ditinggalkan pula. 4. Kepercayaan (Agama) Seperti yang kita telah ketahui, dalam prosesi ritual bersih desa ada beberapa prosesi yang menurut agama atau kepercayaan sekarang dianggap bertentangan. Contohnya, dalam agama Islam

pemberian sesaji kepada Dewi Sri dalam salah satu ritual bersih desa dianggap syirik dan melanggar aturan agama Islam. Sumber : Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap Budaya Bangsa (Darmawan Napitulu, S.T., M.Kom., 2009) Pengaruh/Dampak Globalisasi terhadap Kebudayaan Indonesia (Fajar Sulistyanto, 2010) Dampak Modernisasi terhadap Akulturasi Budaya (Rina Khaerunnisa, 2011) D. PENGARUH BUDAYA BERSIH DESA TERHADAP MASYARAKAT ITU SENDIRI Sebenarnya jika kita tinjau lebih dalam lagi makna dari kebudayaan bersih desa, akan ada begitu banyak sisi positif yang dapat masyarakat dapat, diantaranya : 1. Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama dalam kenduri yang dilakukan di halaman masjid atau lapangan secara bersama. 2. Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua . Hal ini memberikan suatu tauladan bahwa yang muda sudah sewajarnya memberi hormat kepada yang lebih tua. Bagaimanapun, orang yang lebih tua itu sebagai panutan. 3. Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong. Berarti menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dari kerja sama masyarakat dalam melaksanakan kenduri bersama. 4. Adanya sikap perilaku kemanusiaan. Ini bisa kita lihat dengan cara membagi sedekah/makanan kepada fakir miskin/pemintaminta waktu kenduri bersama. 5. Mengajarkan tentang kesehatan, kebersihan dan keindahan. Hal yang bisa kita lihat adanya pelaksanaan kebersihan kuburan,

10

jalan-jalan sepi dan lain-lain, sehingga akan membuat keindahan di samping kesehatan. 6. Mengajarkan tentang kehidupan yang teratur, penghematan dan pemanfaatan. Penyimpangan hasil panen padi ke dalam lumbung dengan maksud agar para petani tidak mengalami kekurangan, sehingga akan tercapai pengaturan ekonomi yang baik. 7. Adanya semangat untuk memelihara budaya dan kesenian . Hal ini tercermin dengan adanya acara- acara kesenian seperti kethoprak, reog, jathilan, wayang, dan kegiatan seni lainya dalam hal yang positif mengingat saat ini kemajuan zaman dan informasi telah dengan cepat mengikis budaya-budaya bangsa yang patut kita lestarikan. 8. Sarana untuk kembali memupuk semangat kekeluargaan antar warga dan juga semangat nasionalisme. Dengan adanya tradisi ini masyarakat terus menjaga kebersamaan baik untuk kegiatan pra rasulan maupun saat pelaksanaan itu sendiri yang tentu saja dapat memupuk kembali semangat kekeluargaan. Sumber : Kelompok 6 Namun, seperti dua sisi mata uang. Ketika kebudayaan bersih desa tersebut memberikan efek positif terhadap masyarakat. Kita dapat menemukan pengaruh negatif dalam budaya bersih desa. Pengaruh negatif tersebut yaitu : Ada beberapa ritual bersih desa yang mengajarkan kita untuk kembali ke ajaran dinamisme dan animisme. Hal ini dapat dilihat dari adanya sesaji yang dimanifestasikan Dewi Sri sebagai Dewi penolong terhadap keberhasilan para petani. Sumber : Kelompok 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Makna bersih desa Bersih Desa dapat dipahami sebagai suatu cara untuk menjaga kehidupan yang seimbang dan selaras antara manusia dan alam dengan cara membersihkan desa atau jagad dari berbagai kotoran yang bersifat fisik dan hal-hal negatif yang mengganggu. 2. Tata cara upacara bersih desa: a. b. c. d. e. Mengadakan penyimpanan padi yang rapi ke dalam suatu tempat yang aman. Kegiatan pembersihan. Mengadakan acara masak-memasak dan saling kunjung mengunjungi. Mengadakan kenduri bersama oleh seluruh warga desa. Mengadakan pentas hiburan rakyat.

3. Sikap masyarakat sekarang terhadap budaya bersih desa Sikap masyarakat cenderung acuh dan tidak peduli lagi dengan budaya bersih desa. Semakin sedikit saja orang yang paham tata cara dan makna yang terkandung dalam bersih desa. Apalagi generasi mudanya. Sangat jarang ditemukan generasi muda yang peduli dan paham akan makna bersih desa, bagi mereka hal itu bukan merupakan sesuatu yang penting dan menarik lagi. 4. Pengaruh budaya bersih desa terhadap masyarakat itu sendiri a. Pengaruh positif : 1.) Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2.) Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua . 3.) 4.) Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong. Adanya sikap perilaku kemanusiaan.

11

12

5.)

Mengajarkan keindahan.

tentang

kesehatan,

kebersihan

dan

6.)

Mengajarkan

tentang

kehidupan

yang

teratur,

penghematan dan pemanfaatan. 7.) 8.) Adanya semangat untuk memelihara budaya dan kesenian. Sarana untuk kembali memupuk semangat kekeluargaan antar warga dan juga semangat nasionalisme. b. Pengaruh negatif : Beberapa ritual bersih desa yang mengajarkan kita untuk kembali ke ajaran dinamisme dan animisme. B. Saran 1. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk melestarikan tradisi bersih desa agar tetap ada dan manjadi tradisi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. 2. Dibutuhkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda untuk melestarikan kebudayaan tradisi Bersih Desa. 3. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan warganya yang bersama-sama peduli kepada budaya tradisi Bersih Desa sebagai salah satu kekayaan budaya daerah, akan membuat warisan leluhur ini tetap lestari.

You might also like