You are on page 1of 16

PRESENTASI KASUS

OTITIS MEDIA AKUT STADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUS

Pembimbing : dr. Makmuridin Ghofur, Sp.THT Disusun oleh : Isnaini Ashar 20050310200

KEPANITERAAN KLINIK THT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan kasus dengan judul: OTITIS MEDIA AKUT STADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUS

Hari/ tanggal: februari 2011

Mengetahui Dosen Pembimbing Klinik

dr. Makmuridin Ghofur, Sp.THT

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya presentasi kasus dengan judul otitis media akut stadium oklusi tuba eustachius dapat saya selesaikan penyusunannya dalam rangka memenuhi salah satu tugas saya sebagai coass yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian THT di RSUD Panembahan Senopati. Dengan selesainya referat ini, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada : dr. Makmuridin Ghofur Sp.THT sebagai pembimbing dalam penyusunan presentasi kasus juga sebagai pembimbing selama kepaniteraan klinik THT ini. Sepenuhnya saya menyadari bahwa referat ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan untuk memperbaiki referat ini maupun untuk pembuatan selanjutnya. Lepas dari segala kekurangan yang ada, semoga presentasi kasus ini berguna bagi kita semua.

Yogyakarta , Februari 2011

Penyusun

BAB I STATUS PASIEN

I.

Anamnesis A. Identitas pasien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjan Alamat RM : sdr. S : 18 tahun : laki-laki : siswa : Bantul : 423389

B. Keluhan utama

: telinga kiri berdengung 3 hari.

C. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke poli THT dengan keluhan telinga sebelah kiri berdenging 3 hari, sekarang pendengaran telinga kiri agak menurun. Pasien sebelumnya flu 1 minggu yang lalu dan minum obat warung. Sekarang flu sudah agak mereda. Riwayat Penyakit Dahulu : (-) D. Riwayat Penyakit Keluarga : (-)

1.

Telinga Pendengaran menurun :

kanan (-) (-) (-)

kiri (-) (+) (+)

Suara berdengung/berdenging : Sakit dalam telinga :

Keluar cairan dan warnanya Vertigo/pusing 7 keliling Gatal Suara bindeng (egophoni) Kemasukan air, binatang dll Lain-lain 2. Hidung. Tersumbat Ingus Bersin Gatal Pendarahan hidung Penciuman berkurang

: : : : : :

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

::::::-

Sakit di daerah muka & kepala : Suara (bicara) bindeng Lain-lain 3. Tenggorokan Sakit tenggorokan Sakit waktu menelan Rasa banyak dahak Rasa ada yang menyumbat ::::::-

Gatal Batuk Panas tenggorokan Suara parau/sesak Lain-lain

::+ :::-

II.

Status Lokalis /Pemeriksaan THT 1. Telinga Tragus pain Auricula Canalis aurikularis Discharge Membran timpani Rinne Test Weber Test Schwabach Test Dextra (-) (-) (-) (+) Sinistra (-) (-) (-) (-)

cone of light (+) cone of light (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Gambar Membrana Timpani


Kanan Kiri

2. Hidung Dorsum nasi Septum nasi Cavum nasi Chonca Mukosa Meatus nasalis Discharge Test provokasi Test posisional Test transluminasi Lain-lain

Dextra (-) deviasi(-) (-) merah hiperemis (-) (-) (-) (-) (-) (-) Gambar Cavum Nasi

Sinistra (-) deviasi(-) (-) merah hiperemis (-) (-) (-) (-) (-) (-)

3. Tenggorokan Labialis Palatum


Kanan Kiri (-)

(-)

Glossus Ginggiva Pharing Tonsil Uvula Lain-lain

(-) (-) hiperemis (-) (-) (-) Gambaran Tenggorokan

hiperemis

III. Diagnosis Kerja : Otitis media akut stadium 1 (oklusi tuba) dengan rhinitis IV. Diagnosis Banding : V. Tuli konduksi

Terapi : - Efedrin 3x50 mg -Amoxicilin 3x500 mg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II. 1 Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing golongan mempunyaibentuk akut dan kronis (Iskandar, 2006). Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karen fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga tergangu, sehingga kuman dapat masuk kedalam telinga tengah dan jadi peradangan (Iskandar,2006). II. 2 Etiologi Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, stafilokokus aeureus, pneumokokus. Kadang kadang ditemukan juga Haemofilus influenza, E.coli, Streptococus anhemolitikus, proteus vulgaris, dan pseudomonas auruginosa (Mansjoer,2000). II.3 Patofisiologi Terjadi akibat terganggunya factor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Factor penyebab utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusanya adalah infeksi saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bagian atas menyebabkan penyumbatan pada tuba eustachius sehingga terjadi gangguan ventilasi pada cavum timpani dan selanjutnya akan terjadi transduksi di dalam cavum timpani. Adanya infiltrasi kuman pathogen dari nasofaring dan rongga hidung akan menimbulkan supurasi. Penyakit ini mudah

terjadi pada bayi karena tuba eustachius nya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal (mansjoer,2000).

II.4 Pemeriksaan Pada anamnesa dengan penderita otitis media akut didapatkan adanya riwayat batuk, pilek, nyeri telinga, gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar (Iskandar,2000). Dari pemeriksaan dengan menggunakan otoskopi didapatkan gambaran membaran timpani sesuai dengan stadiumnya, misalnya didapatkan pada stadium membrane timpani mengalami retraksi oleh karena adanya tekanan pada telinga tengah. II. 5 Manifestasi Klinik Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah terdiri dari : 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative didalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. 2. Stadium Hiperemis (presupurasi)

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 3. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture. 4. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak. 5. Stadium Resolusi Bila membrane timpani tetap utuh maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perfoasi (Iskandar,2000).

II.6 Komplikasi Otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi mulai dari abses subperiosteal samapi abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada OMSK (Mansjoer,2000). II.7 Penatalaksanaan Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotic, dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik. Stadium oklusi Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% (anak<12 tahun) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak di atas 12 tahun atau dewasa. Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya kuman.

Stadium hiperemis (presupurasi) Diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgesic Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus sebaiknya dilakukan miringotomi Terapi awal diberikan antibiotika golongan penisilin intramuscular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis selubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, san kekambuhan

antibiotika diberikan minimal 7 hari. Bila pasien alergi penisilin, maka diberikan eritromisin.

Stadium supurasi Diberikan dekongestan, antibiotika, analgetik/antipiretik. Pasien harus dirujuk untuk dilakukan mirongotomi bila membrane timpani masih utuh sehingga gejala-gejala klinis cepat hilang dan rupture (perforasi) dapat dihindari.

Stadim perforasi Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari (Zainal A,2001).

Stadium resolusi Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada perbaikan membrane timpani, secret dan perforasi. Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis media akut dapat bersifat medis atau pembedahan.

Penatalaksanaan medis berupa pemberian antibiotic dosis rendah dalam jangka waktu hingga 3 bulan. Alternative lain adalah pemasangan tuba ventilasi untuk mengeluarkan secret terutama pada kasus-kasus yang membandel. Keputusan untuk melakukan

miringotomi umumnya berdasarkan kegagalan profilaksis secara medis atau timbul reaksi alergi terhadap antimikroba yang lazim dipakai, baik golongan sulfa atau penisilin (Boies, 1997).

II. 8 Miringotomi Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke telinga luar. Tindakan bedah kecil ini harus dilakukan secara a vue (lihat langsung), pasien harus tenang dan dikuasai.

Lokasi insisi di kuadran posterior inferior, operator harus memakai lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, corong telinga yang sesuai, serta pisau parasentesis yang kecil dan steril. Dianjurkan untuk melakukan narcosis umum dan memakai mikroskop. Bila pasien mendapat terapi yang adekuat miringotomi tidak perlu dilakukan kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah dan jika membrane timpani bulging (pada stadium supurasi). Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi adalah: Perdarahan akibat trauma liang teling luar Dislokasi tulang pendengaran Trauma pada fenestra rotundum Trauma nervus fasialis Trauma pada bulbus jugularis (Zainal, 2006)

BAB III PEMBAHASAN

Dilihat pada status pasien, pasien bernama sdr. susilo berumur 18 tahun, siswa, beralamat di Bantul. Pasien datang ke poli THT dengan keluhan telinga sebelah kiri berdenging sejak 3 hari. sekarang pendengaran telinga kiri menurun, awalnya telinga kiri sakit pada saat flu. Pasien sebelumnya flu 5 hari yang lalu. Dan saat datang ke poli THT, flu sudah agak mereda. Dari pemeriksaan status lokalis, dari telinga didapatkan seluruh membrane timpani dalam batas normal. Tragus pain kiri dan kanan tidak nyeri tekan. Pada pemeriksaan hidung didapatkan konka merah dan mukosa hiperemis. Di tenggorokan di dapatkan faring hiperemis. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan didapatkan pasien menderita otitis media akut stadium oklusi tuba eustachius. Dari hasil diagnosis maka pasien didapatkan terapi dengan pemberian dekongestan untuk mengurangi udem pada tuba eustachius dan juga pemberian antibiotik karena dicurigai adanya infeksi bakteri.

DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. buku ajar THT Boeis.EGC:Jakarta.1997. Iskandar, Nurabaiti,.et all, penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT, fakultas kedokteran Universits Indonesia, Jakarta.2006 Mansjoer et all.otitis media akut dalam kapita selekta kedokteran, edisi ketiga, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.1999. Zainul A. Djafar, 2001, kelainan telinga tengah, dalam Iskandar, editor, buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher, balai penerbit FK UI, Jakarta, hal 50-54

You might also like