You are on page 1of 3

Pendahuluan Epilepsi berasal dari bahasa Yunani epilambenein yang berarti menangkap/meraih (to seize).

Ilmu kedokteran modern mendefinisikan epilepsi sebagai suatu gangguan saraf kronis yang ditandai dengan serangan kejang berulang kali (Jacobsen, 2008). Kasus awal banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan lansia. Peningkatan insiden pada lansia berkaitan dengan trauma otak seperti stroke, tumor otak, dan penyakit Alzheimer. Sebanyak 70% dari semua kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) atau sering disebut epilepsi primer. Epilepsi yang disebabkan oleh kelainan metabolit, struktur, dan fungsi otak karena trauma kepala disebut sebagai epilepsi sekunder. Patogenesis epilepsi terjadi pada tingkat seluler yang berkaitan dengan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi aktivitas elektrik otak. Hilangnya aktivitas inhibitor atau produksi berlebih aktivitas eksitator akan menyebabkan terjadinya serangan kejang. Sekitar 80% pasien epilepsi dikontrol dengan obat-obatan untuk mengatasi serangan kejang. Obat golongan fenitoin sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama anti-epilepsi (farmakologi fk unsri). Fenitoin mengakibatkan beberapa efek samping diantaranya masalah gigi dan mulut. Obat ini diketahui menimbulkan hiperplasi gingiva serta gingivitis. Sumber: Jacobsen, Peter L. and Eden, Oleksandra. 2008. Epilepsy and the Dental Management of the Epileptic Patient. The Journal of Contemporary Dental Practice. (9)1:054-062 Mekanisme Fenitoin menyebabkan hiperplasi gingival Hiperplasi gingival ditamdai dengan pertumbuhan berlebih (overgrowth) jaringan ikat subepitel dan epitel gingival yang berkembang selama 1-3 bulan setelah pengobatan dengan fenitoin. Hiperplasi gingival tidak menyebabkan rasa nyeri, tetapi mempermudah terjadi trauma saat proses mengunyah. Hiperplasi gingival juga memudahkan terjadinya akumulasi plak yang menyebabkan risiko perdarahan di sulkus dental dan jaringan interdental papillary. Fenitoin sebagian besar dieliminasi oleh sistem hepatik dengan metabolisme utama membentuk 5-(4-hydroxyphenyl)-5-phenylhydantion (4-HPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi 4-HPPH yang tinggi di serum berhubungan dengan produksi gingival overgrowth pada kucing dan tikus. Penelitian controlled trial untuk menguji hubungan polimorfisme CYP2C dengan metabolisme fenitoin dan gingival overgrowth.dari hasil penelitian ditemukan bahwa karier

CYP2C9 bisa digunakan untuk memprediksi konsentrasi fenitoin serum perhari. Penemuan ini bisa membantu pridiksi kemungkinan perkembangan dan keparahan hiperplasi gingival. Sumber: Cornacchio, Angelina Lee Petrina et al. 2011. The Effects of Antiepileptic Drugs on Oral Health. Journal Canadian Dental Association. 71;b140

Dental Management

Adverse orofacial reaction Antiepileptic drugs Carbamazepine Phenobarbital Phenytoin Older AEDs Pirimidone Ethosuximide Valproic acid Gabapentin Felbamete Lamotrigine Levetiracetam Newer AEDs Oxcabazepine Tiagabine Topiramate Zonisamide + is yes and 0 is no Xerostomia Stomatitis Gingivitis Glossitis Orofacial Edema + + + 0 + + + + + + + 0 + + Dysgeusia Miscellaneous

+ + 0 0 0 + + + + + + + + +

+ + 0 + 0 + + + + + + + 0 +

0 0 + 0 + + + 0 + + + + + +

+ 0 0 0 0 + + 0 + 0 0 + 0 +

0 + + 0 + + + + + 0 + 0 + +

0 0 Gingival hyperplasia 0 0 Gingival hyperplasia 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber:

Prinsip pemilihan obat antiepilepsi 1. Obat dapat menekan bangkitan sesempurna mungkin tanpa menimbulkan efek samping yang mengganggu 2. Batas keamanan pemakaian cukup luas 3. Satu jenis obat diharapkan dapat mengatasi semua jenis bangkitan dan dapat bekerja langsung pada focus bangkitan 4. Dapat diberikan secara oral, masa kerja panjang, cukup aman pada pemberian jangka panjang, dan tidak menimbulkan gejala putus 5. Obat yang dipilih sebaiknya sesuai dengan bentuk bangkitan 6. Dimulai dari pengobatan tunggal 7. Harga yang terjangkau Sumber: Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK Unsri. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi Ed.2. EGC, Jakarta, Indonesia hal. 485. Pemilihan obat antiepilepsi yang sedikit menimbulkan masalah gigi dan mulut terutama hiperplasi gingival adalah fenobarbital, karbamazepin, dan pirimidon. Perencanaan dental treatment dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerusakan dan pergeseran gigi. Pasien epilepsi harus diberi edukasi mengenai higienitas oral serta kontrol ke dokter gigi selama pengobatan epilepsi.

You might also like