Professional Documents
Culture Documents
Eliana Muis
TUJUAN PELATIHAN
Tujuan Umum:
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu melakukan pengobatan pasien TB sesuai ISTC dengan strategi DOTS
Tujuan Khusus:
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu: Menjelaskan prinsip dan tujuan pengobatan TB Menentukan paduan OAT yang tepat untuk setiap klasifikasi dan tipe pasien Memahami pendekatan yang berpihak kepada pasien sehingga pasien melaksanakan pengobatan hingga selesai Menentukan PMO bersama pasien Melaksanakan monitoring / pemantauan pengobatan Menetapkan hasil akhir pengobatan Menjelaskan pengobatan pada keadaan khusus
Prinsip Pengobatan
OAT dalam bentuk paduan obat adekuat , dosis tepat. Kombinasi Dosis Terpadu (KDT) lebih menguntungkan untuk me kepatuhan, sehingga dianjurkan. Pengobatan sesuai klasifikasi dan tipe pasien Melakukan pengawasan langsung dengan PMO Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan
STANDAR 7
Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung jawab kesehatan masyarakat yang penting untuk mencegah penularan infeksi lebih lanjut dan terjadinya resistensi obat. Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi tidak hanya wajib memberikan paduan obat yang memadai tetapi juga memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat lokal dan sarana lain, jika memungkinkan, untuk menilai kepatuhan pasien serta dapat menangani ketidakpatuhan bila terjadi.
DASAR PENGOBATAN TB
Menggunakan Obat Anti Tuberkulosis Obat banyak Rejimen Pengobatan Fase awal/Intensif dan Fase lanjutan Pemberian Intermiten pada Fase lanjutan
OBAT ANTI TB
LINI PERTAMA FIRST CHOICE Rifampisin (R) Isoniazid (H) Pirazinamid (Z) Etambutol (E) Streptomisin (S)
PRINSIP OBAT TB
1. Efek Bakterisidal Dini 2. Aktivitas Sterilisasi 3. Kemampuan mencegah terjadinya Resistensi terhadap Obat yang bersamanya
Oleh Mitchison
AKTIVITAS STERILISASI
Kemampuan menghilangkan kuman Persisters, setelah (banyak ) kuman yang bertumbuh cepat dibunuh Grosset menyatakan terdapat 2 komponen utama dari Obat TB : - Menyembuhkan - Mencegah kekambuhan Ketidakmampuan untuk membunuh kuman yang bertumbuh cepat (berlokasi terutama di ekstra selular) Gagal pengobatan Ketidakmampuan mengeradikasi kuman persisters Kambuh Persisters : basil TB yang mempunyai aktivitas metabolik rendah dan bertumbuh lambat
KEMAMPUAN MENCEGAH TERJADINYA RESISTENSI TERHADAP OBAT YANG BERSAMANYA Kemampuan obat mencegah seleksi mutan resisten pada Obat yang bersamanya Kemampuan tersebut tidak sama pada setiap Obat Anti TB, terhadap Obat lainnya
++++
+++
++
Rifampicin
Pyrazinamide Streptomycin Ethambutol
Highest ++++
ISTC Training Modules 2008
++
+ ++ ++
High +++
+++
+ ++ ++
Intermediate ++
++++
+++ ++ +
Low +
Fully susceptible
Spontaneous mutation
Transmission due to diagnostic delays, overcrowding, poor nutrition and inadequate infection control
10
12
14
16
18
20
22
24
Weeks
Efek pasca Antibiotik pada M tb lag periods sebelum kuman tumbuh kembali
REJIMEN INTERMITEN
Dasar pemberian intermiten adalah lag phase Pemberian rejimen pengobatan secara intermiten mempunyai efikasi sama dengan pemberian setiap hari Direkomendasikan pemberian intermiten 3 x /minggu Pada pemberian setiap hari, lupa satu kali -- lebih aman daripada pemberian intermiten Tidak semua OAT dapat diberikan intermiten Intermiten diberikan pada fase lanjutan Tidak dianjurkan pada pemberian tanpa pengawasan (tanpa PMO)
STANDAR 8
Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang bioavailabilitinya telah diketahui. Fase inisial seharusnya terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan seharusnya terdiri dari isoniazid dan rifampisin yang diberikan selama 4 bulan.
Dosis obat anti tuberkulosis yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional.
STANDAR 8
Kombinasi dosis tetap yang terdiri dari kombinasi 2 obat (isoniazid dan rifampisin), 3 obat (isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol) sangat direkomendasikan.
Addendum: Secara umum terapi TB pada anak diberikan selam 6 bulan, namun pada keadaan tertentu (meningitis TB, TB tulang, TB milier, dan lain-lain) terapi TB diberikan lebih lama (9-12 bulan) dengan paduan OAT yang lebih lengkap sesuai derajat penyakitnya.
TB paru BTA positif, kasus baru TB paru BTA negatif, kasus baru TB paru dengan lesi luas, disertai/ tidak HIV atau TB ekstraparu berat
II
Kasus pengobatan ulang , BTA (+) Kasus kambuh Kasus putus berobat Kasus gagal
TB MDR
2 RHZES/ 1 RHZE
IV
Paduan Obat
2 RHZE/ 4 R3H3 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3 2RHZ/4RH
Kemasan
Obat Program Nasional
Kategori -2
Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya Pasien kambuh Pasien default (lalai) Pasien gagal pengobatan
FASE LANJUTAN
Fase lanjutan selama 4-6 bulan terdiri dari minimal 2 atau 3 OAT ( R,H,E) diberikan setiap hari, atau intermiten (3 x / minggu) Membunuh basil persisters untuk mencegah kekambuhan Rifampisin dan INH digunakan pada fase ini karena kedua obat ini mempunyai efek bakterisid TB yang potensial Alternatif dapat diberikan INH dan Etambutol walau risiko tinggi Gagal, tidak dianjurkan pada TB-HIV
STANDAR 9
Untuk membina dan menilai kepatuhan (adherence) terhadap pengobatan, suatu pendekatan pemberian obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan, seharusnya dikembangkan untuk semua pasien. Pengawasan dan dukungan seharusnya berbasis individu dan harus memanfaatkan bermacam-macam intervensi yang direkomendasikan dan layanan pendukung yang tersedia, termasuk konseling dan penyuluhan pasien.
STANDAR 9
Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan cara-cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan menangani ketidakpatuhan, bila terjadi.
Cara-cara ini seharusnya dibuat sesuai keadaan pasien dan dapat diterima oleh kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggara pelayanan.
STANDAR 9
Cara-cara ini dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat (directly observed therapy-DOT) serta identifikasi dan pelatihan bagi pengawas menelan obat (untuk tuberkulosis dan, jika memungkinkan, untuk HIV) yang dapat diterima dan dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan. Insentif dan dukungan, termasuk dukungan keuangan dapat diberikan untuk mendukung kepatuhan.
Informasi penyakit, pengobatan, dll Second opinion, menerima / menolak Bersifat rahasia, melalui informed consent
STANDAR 10
Respons terhadap terapi pada pasien tuberkulosis paru harus dimonitor dengan pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (dua spesimen) saat fase inisial selesai (dua bulan). Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, biakan dan uji resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus dilakukan. Pada pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak, penilaian respons pengobatan terbaik adalah secara klinis. Addendum: Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura atau TB paru BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks.
PEMANTAUAN PENGOBATAN
Tujuan Pemantauan
Menilai respons pengobatan Identifikasi dan penanganan efek samping Identifikasi dan penanganan komplikasi
Melakukan
Penilaian klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisis) Pemeriksaan mikrobiologis Pemeriksaan radiologis (bila ada indikasi/fasilitas)
Kategori I
Tahap Awal
Penilaian Klinis 2 mgg/ X
Pemeriksaan mikrobiologis BTA sputum akhir bulan ke-2, akhir sisipan Belum konversi : Biakan M.tb + Uji kepekaan Pemeriksaan radiologis Jika ada indikasi/ ada fasilitas (TB paru BTA +) Rutin dilakukan (TB paru BTA -)
Tahap Lanjutan
Penilaian klinis 1 bulan/ X Pemeriksaan mikrobiologis BTA sputum 1 bulan sebelum akhir pengobatan & akhir pengobatan Biakan M.tb + Uji kepekaan : jika BTA masih (+) Pemeriksaan radiologis Jika ada indikasi/ ada fasilitas (TB paru BTA +) Rutin dilakukan (TB paru BTA -)
Kategori II
Tahap Awal
Penilaian Klinis 2 mgg/ X Pemeriksaan mikrobiologis BTA sputum akhir bulan ke3, akhir sisipan Belum konversi : Biakan M.tb + Uji kepekaan Pemeriksaan radiologis Jika ada indikasi/ ada fasilitas
Tahap Lanjutan
Penilaian klinis 1 bulan/ X Pemeriksaan mikrobiologis
BTA sputum 1 bulan sebelum akhir pengobatan & akhir pengobatan Biakan M.tb + Uji kepekaan : jika BTA masih (+)
Pemeriksaan radiologis
Jika ada indikasi/ ada fasilitas
STANDAR 11
Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu, pajanan dengan sumber yang mungkin resisten obat, dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat seharusnya dilakukan pada semua pasien. Uji sensitiviti obat seharusnya dilakukan pada awal pengobatan untuk : Semua pasien yang sebelumnya pernah diobati. Pasien yang tidak konversi (dahak tetap positif setelah 3 bulan pengobatan), dan 1 bulan sebelum akhir pengobatan dahak positif (gagal pengobatan), Putus obat, Kasus kambuh setelah pengobatan Harus dinilai RESISTENSI OBAT
STANDAR 11
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji sensitiviti/resistensi obat setidaknya terhadap isoniazid dan rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk meminimalkan kemungkinan penularan. Cara-cara pengendalian infeksi yang memadai seharusnya dilakukan sesuai tempat pelayanan.
STANDAR 13
Rekaman tertulis tentang -pengobatan yang diberikan -respons bakteriologis -efek samping Harus disimpan untuk semua pasien.
STANDAR 17 Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid yang dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan tuberkulosis. Saat rencana pengobatan mulai diterapkan, penyelenggara kesehatan harus mengidentifikasi layanan tambahan yang dapat mendukung hasil yang optimal bagi semua pasien dan menambahkan layanan tersebut pada rencana tatalaksana
STANDAR 17
Rencana ini harus mencakup penilaian dan perujukan pengobatan untuk penatalaksanaan penyakit lain dengan perhatian khusus pada penyakit-penyakit yang mempengaruhi hasil pengobatan, seperti diabetes mellitus, program berhenti merokok, dan layanan pendukung psikososial lain, atau layanan-layanan seperti perawatan selama masa kehamilan atau setelah melahirkan.
TB dengan DM
TB dengan DM
DM meningkatkan risiko menderita TB TB lebih parah jika dengan DM
Hapusan dahak lebih sering (+) Kerusakan jaringan paru lebih luas, kaviti lebih banyak Lesi lebih sering ditemukan di bagian bawah paru Lebih sering batuk darah Lebih sering demam
Mengapa lebih susah mengobati pasien DM? Hipotesis (1) Nijland, et al., CID 2006. Tingkat rifampisin di pasien DM dgn TB sangat rendah dibanding pasien TB tanpa DM.
Mekanisme? glucose meningkatkan pH gastrik -> mungkin menurunkan serapan rifampisin Dosis fixed drug combination, berat badan pasien DM dgn TB lebih tinggi dibanding pasien TB tanpa DM
ISTC Indonesia Training Modules 2010
TB Pada Kehamilan
Prinsip pengobatan sama
Tidak ada indikasi pengguguran OAT dapat terus diberikan kecuali aminogklikosida seperti streptomisin, kanamisin ototoksik menembus barier placenta gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi Keberhasilan pengobatan sangat penting
OAT Dihindarkan Selama Kehamilan Tuli turunan (congenital) dan tuna rungu:
Streptomisin Kanamisin (tidak terbukti) Amikasin (tidak terbukti) Kapreomisin (tidak terbukti)
Perkembangan sendi
Fluorokuinolon (menyebabkan arthropathy di hewan muda, belum terbukti di manusia)
Pyrazinamide
Streptomisin Fluorokuinolon PAS Amikacin Kapreomisin Etionamid Cycloserine Linezolid
C
D B C D C D C C
- Dianjurkan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal; pil, suntikan, susuk - Rifampisin dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi hormonal
Uji konsentrasi OAT di darah pasien jika pasien tidak menjadi sembuh atau respons pengobatan tidak begitu baik
*Bisa di hapus kalau tidak dilakukan di Indonesia
ISTC Indonesia Training Modules 2010
Dosis
Tidak perlu Tidak perlu 15 mg/kg* TIW (3x/minggu)
PZA
Moksi
+++
?
Levo
Rubah frekuensi
Ya Ya Ya
Etionamid
PAS Cycloserine
Tidak
Tidak Ya
Tidak
+++ +++
Penyebab
Rifampisin
Penanganan
Semua OAT diminum malam sebelum tidur Beri Aspirin
Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg per hari Tidak perlu diberi apaapa, tapi perlu penjelasan kepada pasien.
Pirasinamid
INH
Rifampisin
Penyebab
Semua jenis OAT Streptomisin Streptomisin Hampir semua OAT Hampir semua obat
Penatalaksanaan
Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah *) Streptomisin dihentikan Streptomisin dihentikan Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
Etambutol Rifampisin
Gatal/ruam
Tuli [sekret (-)] Gangguan keseimbangan (vertigo & nistagmus) Kuning (penyebab lain disingkirkan Muntah & confusion (suspected drug induced preicteric hepatitis Gangguan visual Kelainan sistemik,termasuk syok dan purpura
Streptomisin
Streptomisin Streptomisin
Hentikan
Hentikan streptomisin,ganti etambutol Hentikan streptomisin,ganti etambutol
Stop OAT sampai kuning hilang* Stop OAT, tes fungsi hati cito*
Etambutol Rifampisin