You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan serta usaha-usaha pelaksanaannya bukanlah langkah awal dan akhir bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, namun harus menjadi kegiatan yang berlanjut hingga masa mendatang, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan wujud dan kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsa untuk melangsungkan serta mengembangkan minat anak yang merupakan dambaan orang tua, untuk menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 4 UU Nomor 2 Tahun 1989, sebagai berikut : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan dan mengambangkan menusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatn dan kebangsaan (Kurikulum Sekolah, 1993 : 3) Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peran penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas,

karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi metematika masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar matematika disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan mengasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekataan yaitu : STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan Tipe Numbered Heads Together (NHT). Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pada materi sifat operasi hitung bilangan bulat, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penonton sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian yang berjudul Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SD Negeri Bukit Selamet.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri Bukit Selamet?

C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas V SD Negeri Bukit Selamet.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat: 1. Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas. 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada materi operasi hitung bilangan bulat. 3. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Mengajar Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (1995:2) Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan. Kemudian menurut Hamalik (1993:28) mendefinisikan belajar adalah Suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dari berbagai pengertian yang telah di kemukakan para ahli di atas tentang belajar, semua menekankan pada perubahan tingkah laku manusia. Sesorang mempelajari sesuatu dan aktif dalam kegiatan itu tingkah lakunya tidak berubah, orang tersebut belum dapat dikatakan belajar.

Sedangkan mengajar adalah: Sesuatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat terjadi, untuk keperluan tersebut seorang guru seharusnya membuat suatu system lingkungan sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. (Sunaryo, : 1989 : 10) Dengan demikian istilah mengajar dalam pengertian ini dalah menciptakan situasi dan kondisi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar yaitu siswa, guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, serta lingkungan saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Belajar dikatakan sukses apabila dari peserta didik dapat diharapkan di dalam kegiatan belajarnya suatu hasil yang tinggi, yang berupa nilai-nilai dan tingkah laku yang bagus dan memuaskan.

B. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa menurut Poerwodarminta (1988 : 700) adalah Penguasaan pengetahuan atau keterampilan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dapat diartikan hasil belajar dari suatu kegiatan, Winkel (1996 : 164) mengemukakan bahwa: Prestasi sebagai suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Dari pengertian prestasi tersebut selanjutnya Winkel mengartikan prestasi belajar sebagai berikut: Prestasi belajar sebagai suatu bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam memperoleh suatu perubahan, cara bersikap, betingkah

laku yang baru, bertindak cepat dan tepat secara optimal setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh anak didik dalam menerima, mengolah dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.

C. Pengaruh Lingkungan terhadap Prestasi Belajar Siswa Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar makhluk hidup, baik yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinterkasi secara timbal balik. Di dalam lingkungan anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa. Baik buruknya lingkungan di sekitar anak merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan prestasi belajar anak (siswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai sumber penggerak dalam diri siswa sehingga menimbulkan gairah di dalam melakukan aktivitas belajarnya, serta menentukan arah pencapaian hasil belajar yang akan diperoleh. Mengenai pengertian motivasi Nasution (1982 : 76) mengemukakan bahwa Motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seorang akan

ingin melakukannya, anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin gagal dalam belajarnya jika kekurangan motivasi. Menurut pendapat di atas anak yang gagal tidak begitu saja dapat disalahkan mungkin gurulah yang tidak berhasil memberikan motivasi yang dapat

memungkinkan kegiatan pada anak. Memberikan motivasi bukan pelajaran mudah karena motivasi yang berhasil, bagi anak-anak atau suatu kelompok belum tentu berhasil bagi anak-anak atau kelompok yang lain. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat intelektual. Perannya akan khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar siswa. Di dalam kelas motivasi bersifat ganda, artinya disatu sisi dapat berpengaruh terhadap peristiwa belajar itu sendiri, sedangkan disis lain dapat berfungsi dalam urusan pengelolaan kelas. Dalam urusan belajar intruksional motivasi dapat menggalakkan rasa ingin tau (coriusty drive), rasa ingin memahami dan berhasil (complentency drive), rasa bekerja sama (reciprocity drive) pada siswa sedangkan dalam urusan pengelolaan kelas motivasi dapat berpengaruh dalam mengatur tingkah laku siswa. Hakekat pengelolaan kelas tidak lain adalah menyediakan kondisi yang optimal terjadinya proses belajar. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar motivasi berfungsi : a. Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. b. Menggiatkan semangat belajar siswa. c. Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar. d. Mengikat perhatian siswa agar senantiasa terikat pada kegiatan belajar.

e. Membantu siswa agar mampu dan mau menemukan dan memiliki jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan belajar maupun hidupnya di masa mendatang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi, cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi menunjukkan suatu hal yang sangat berguna bagi suatu tindakan atau perbuatan belajar yang dilakukan seseorang siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat dapat mendorong siswa melakukan usaha untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Karena dengan motivasi itu dapat membuat seseorang siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif dan penuh konsentrasi.

D. Pembelajaran Kooperatif Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002 : 12). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari

materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal iini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dappat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie (2002 : 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) saling ketergantungan, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok. Untuk memenuhi kelima unsure tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kolompok para peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai kiat kita berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting yang perlu

10

diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni pengelompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas. Menurut Stahl dalam Ismail (2002 : 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah : a. Belajar dengan teman b. Tetap muka dengan teman c. Mendengarkan diantara anggota d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok e. Belajar dalam kelompok kecil f. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat g. Siswa membuat keputusan h. Siswa aktif

E. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

mempunyai tiga tujuan yang hendak di capai : 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

11

2. Pengakuan adanya keragaman. Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial. 3. Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan TPS. Sebagai ganti dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut :

12

a. Tahap Penomoran : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok memiliki anggota 3-5 orang. Dan masing-masing anggota diberi nomor 1 sampai 5. b. Tahap Mengajukan Pertanyaan : Guru mengajukan pertanyaan pada siswa. c. Tahap Berpikir Bersama : Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya untuk menjawabnya. d. Tahap Menjawab : Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengancungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Bukit Selamet. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 46,15% (18 siswa), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 53,85% (21 siswa), sedangkan pada akhir siklus II siswa yang tuntas sebanyak 84,62% (33 siswa) dan yang belum tuntas sebanyak 15,38% (6 siswa). Adapun hasil non tes observasi terhadap proses belajar menunjukkan perubahan yang sangat baik, karena siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran.

B. Saran 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok operasi hitung bilangan bulat maka perlu dikembangkan dan diterapkan untuk materi lainnya. 2. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif NHT hendaknya menggunakan waktu seefesien mungkin karena pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang lama.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim,M,dkk.2006. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya Universuty press : Surabaya. Ismail.2002. Model-model Pembelajaran. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas: Jakarta. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Grasindo : Jakarta. Nasution,S.1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta. Belajar Mengajar.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta : Bandung. Suyetno, Amin. 2002. Mengadopsi Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika . Seminar Nasional : Semarang. Winkel.1996. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara : Jakarta.

15

You might also like