Professional Documents
Culture Documents
Siapkah Anda Memiliki Anak
Siapkah Anda Memiliki Anak
ibu, atau sebaliknya. Semua ini tergantung bagaimana ia memandangnya. Jika calon ibu merasa belum siap untuk hamil atau menerima kehadiran seorang anak dalam kehidupannya, maka kehamilan yang secara fisik sudah berat bagi seorang wanita, terasa semakin berat. Kehamilan menjadi suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan. Bukan tidak mungkin "penolakan" seorang calon ibu terhadap kehamilannya tercetus dalam bentuk ketidakstabilan emosi yang berlebihan, seperti perasaan dan suasana hati yang tidak menentu sepanjang kehamilan. Menurut Tiffany Field, Ph.D, seorang peneliti dari University of Miami School of Medicine, Amerika Serikat, 10% dari wanita yang terkena depresi ketika hamil dapat "menularkan" kesedihannya pada janin di dalam kandungannya. Proses "penularan" kesedihan itu sendiri terjadi secara biokimia. Ibu yang depresi akan meningkatkan hormon stres dan aktivitas otak sang janin. Akibatnya, ketika lahir, si kecil menunjukkan gejala depresi. Misalnya, tidur gelisah atau menolak minum. Untuk menghindari kemungkinan ini, calon ibu perlu mempersiapkan mentalnya secara matang dalam menghadapi kehamilan. Caranya, antara lain dengan:
Setiap ibu hamil pasti akan mengalami perubahan bentuk tubuh yang "luar biasa". Perubahan bentuk tubuh biasanya mempengaruhi perubahan citra seseorang terhadap diri sendiri. Pada saat hamil, seorang wanita dapat menjadi sangat kritis dan tidak percaya diri terhadap penampilan barunya tersebut. Perasaan "tidak berdaya" ini biasanya dialami ketika calon ibu mencoba memperbaiki penampilan. Perasaan tidak menarik yang terus-menerus menghantuinya, ditambah dengan perasaan tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya yang baru, dapat mempengaruhi suasana hati seorang wanita. Karenanya, cobalah untuk memahami, setiap ibu hamil pasti akan mengalami perubahan-perubahan ini. Dan yang paling penting, yakinkan diri sendiri bahwa perubahan yang terjadi hanya bersifat sementara.
Wanita yang sedang hamil biasanya banyak berkhayal mengenai peran baru yang akan disandangnya pada saat menjadi ibu. Kesiapan seorang wanita untuk menyandang peran yang sangat berbeda dengan peran sebelumnya sangatlah penting. Jika tidak, sang calon ibu akan sering mengalami konflik yang berkepanjangan ketika hamil. Di satu pihak ada keinginan menggebu-gebu untuk segera menimang bayi, di lain pihak ada ketakutan yang sangat besar terhadap peran yang masih awam bagi dirinya. Pada tahap tertentu, konflik ini normal dirasakan oleh setiap calon ibu. Namun, jika perasaan ini terus-menerus dialami, dapat memperburuk suasana hati. Bukan tidak mungkin pada tahap selanjutnya, perasaan negatif yang tidak segera diatasi ini akan membuat si calon ibu frustrasi, bahkan depresi.
Myra Leifer, seorang peneliti yang hasil penelitiannya terdapat dalam bukunya The Psychological Changes Accompanying Pregnancy and Motherhood mengungkapkan, calon ibu yang memiliki sikap yang paling positif terhadap kehamilannya adalah mereka yang memandang peran orang tua sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Para calon ibu ini menganggap, dengan memiliki anak, mereka memiliki kesempatan untuk meningkatkan dan memperkaya hubungan suami-istri yang sebelumnya mereka anggap sudah baik. Sementara itu, wanita yang memiliki pandangan negatif mengenai kehamilannya adalah mereka yang tidak merencanakan untuk hamil. Atau, mereka menginginkan anak untuk pelarian, untuk meningkatkan status atau untuk memberi rasa aman sebagai wanita. Para calon ibu ini biasanya merasa harus memiliki anak terdorong oleh rasa iri terhadap keberuntungan orang lain yang telah memilikinya. Mereka merasa kurang bahagia dengan kehidupan sendiri, sehingga seorang bayi diharapkan dapat membuat hidup mereka lebih menyenangkan atau memperbaiki kehidupan perkawinan yang kurang harmonis. Hal ini berbeda dengan motivasi seorang ibu untuk mendapatkan anak kedua, ketiga, dan seterusnya. Para ibu yang telah merasakan peran menjadi seorang ibu biasanya ingin menambah anggota keluarganya terdorong oleh rasa rindu untuk mengasuh seorang bayi lagi, atau tidak ingin anak pertamanya merasa kesepian di rumah, dan ingin membentuk keluarga yang lebih utuh menurut persepsi mereka.
Karenanya, sebelum hamil, cobalah untuk meninjau kembali keinginan untuk mengandung dan membesarkan seorang anak. Sudah siapkah Anda dengan segala perubahan-perubahan yang akan menyertai peristiwa ini? Jangan lupa, peran suami dalam memberi keyakinan dan dukungan pada sang istri sangat dibutuhkan pada saat membuat keputusan yang berarti ini. Jika calon ibu memiliki pandangan positif dan yakin terhadap keinginannya untuk hamil, ditambah dengan dukungan dari suami, maka ia akan lebih siap dalam menghadapi hari-hari sulit selama kehamilan. Kalau sudah begini, kesiapan sang calon ibu diharapkan akan membawa pengaruh yang baik terhadap janin yang dikandungnya.