You are on page 1of 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENERAPAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS ISLAM

SURABAYA

Anik Nur Syarifah, Yanis Kartini, SKM, M.Kep. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan RS Islam Surabaya Program Studi S1 Keperawatan email : shareefa454@gmail.com Abstrak : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan MAKP di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen pengetahuan dan motivasi. Variabel dependen keberhasilan penerapan MAKP. Populasi seluruh perawat di Ruang Medikal Bedah sebesar 33 perawat. Teknik sampling Stratified Random Sampling dengan besar sampel 30 responden. Data dikumpulkan melalui lembar kuesioner, skala likert, dan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan = 0,005. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (53,3%) responden memiliki pengetahuan tidak baik, sebagian besar (53,3%) responden memiliki motivasi tidak baik, dan sebagian besar (53,3%) responden tidak berhasil menerapkan MAKP. Uji statistik didapatkan = 0,004 artinya 0,05 maka ada hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan penerapan MAKP. Uji statistik didapatkan = 0,004 artinya 0,05 maka ada hubungan antara motivasi dengan keberhasilan penerapan MAKP. Semakin baik pengetahuan dan motivasi perawat, maka MAKP dapat berhasil diterapkan. Sehingga pihak manajemen rumah sakit harus meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk perawat dan meningkatkan motivasi kerja dengan memenuhi kebutuhan perawat. Sehingga keberhasilan penerapan MAKP dapat tercapai. Kata Kunci : Pengetahuan, Motivasi, Metode Asuhan Keperawatan Profesional

PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, metode asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang sedang dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan meningkatkan profesionalitas rumah sakit. Meskipun metode asuhan keperawatan profesional telah ditetapkan di suatu ruangan, akan tetapi masih banyak dijumpai tindakan yang dilakukan oleh perawat mengarah ke metode pemberian asuhan keperawatan fungsional, setiap perawat hanya melakukan satu atau dua intervensi keperawatan saja pada semua pasien di ruangan. Rumah Sakit Islam Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang telah mencoba menggembangkan metode asuhan keperawatan profesional. Menurut hasil wawancara peneliti dengan masing-masing kepala ruangan di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya metode asuhan keperawatan yang digunakan adalah MAKP Tim. Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan seluruh perawat di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya belum menerapkan MAKP Tim yang telah ditetapkan di ruangan tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh perawat di ruangan tersebut lebih mengarah ke metode fungsional, misalnya dalam satu shift

kerja ada satu perawat yang bertugas khusus untuk memberikan terapi injeksi pada semua pasien yang ada di ruangan tersebut. Merubah metode asuhan keperawatan yang digunakan di suatu ruangan memang tidak mudah. Hal ini berkaitan dengan merubah perilaku individu dalam suatu organisasi. Berdasarkan laporan dari Nindawi (2011) bahwa salah satu alasan MAKP di Ruang Bedah G RSUD Dr. Sutomo Surabaya belum terlaksana dengan baik diakibatkan adanya perbedaan persepsi tiap tenaga perawat. Hampir setengah perawat (42,3%) di RSUD Dr. Sutomo memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang MAKP. Selain itu, berdasarkan penelitian Susilyaningsih (2010) bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang MPKP dan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Bangli Bali didapatkan bahwa sebagian besar perawat (53,8%) di RSUD Bangli Bali memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang MPKP dan hampir setengah perawat (42,3%) memiliki motivasi kerja kurang. Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor pengetahuan dan motivasi kerja berhubungan dengan keberhasilan penerapan MAKP di suatu rumah sakit. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan secara profesional, sehingga mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien

terhadap pelayanan keperawatan. Apabila penerapan metode asuhan keperawatan profesional tidak berhasil, upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan profesionalitas rumah sakit tidak bisa terwujud, karena pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak diberikan secara komprehensif sehingga tidak mampu memberikan kepuasan pada pasien (Nursalam, 2012). Upaya terwujudnya keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di suatu rumah sakit yaitu dengan membuat suatu kebijakan yang tegas tentang penerapan MAKP di masingmasing ruang rawat rumah sakit, meningkatkan pengetahuan perawat tentang metode asuhan keperawatan profesional dengan mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan tentang MAKP, selain itu perlu diadakan kegiatan supervisi untuk menilai keberhasilan penerapan MAKP yang telah ditetapkan di masing-masing ruangan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya yaitu sebesar 33 perawat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling dengan besar sampel 30 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan motivasi kerja perawat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan

penerapan MAKP di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. Data dikumpulkan dengan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan, skala likert untuk mengetahui motivasi kerja perawat, dan lembar observasi untuk menilai keberhasilan penerapan MAKP di Ruang medikal Bedah RS Islam Surabaya. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat signifikasi = 0,05. Kriteria penelitian hipotesis H0 ditolak bila < berarti ada hubungan pengetahuan perawat dengan keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di ruang medikal bedah RS Islam Surabaya dan ada hubungan motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di ruang medikal bedah RS Islam Surabaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut umur di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 No. Umur N P (%) 1. 15 24 2 6,7 2. 25 39 13 43,3 3. 40 54 15 50 Total 30 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya setengahnya (50%) termasuk dalam kategori umur 40 54 tahun.

Tabel 2 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 No. Jenis kelamin N P (%) 1. Laki-laki 3 10 2. Perempuan 27 90 Total 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya hampir seluruhnya (90%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut masa kerja di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 No. Masa Kerja N P (%) 1. < 5 tahun 4 13,3 2. 6 10 7 23,3 3. 11 15 10 33,3 4. > 15 tahun 9 30 Total 30 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya hampir setengahnya (33,3%) bekerja selama 11 15 tahun. Tabel 4 Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 Tingkat No. N P (%) Pendidikan 1. SPK 6 20 2. D3 20 66,7 3. S1 4 13,3 Total 30 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya sebagian besar (66,7%) lulusan D3 Keperawatan.

Tabel 5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 Tingkat No. N P (%) Pengetahuan 1. Baik 14 46,7 2. Tidak baik 16 53,3 Total 30 100 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya sebagian besar (53,3%) memiliki tingkat pengetahuan tidak baik tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Tabel 6 Distribusi frekuensi motivasi kerja responden di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 Motivasi No. N P (%) Kerja 1. Baik 14 46,7 2. Tidak Baik 16 53,3 Total 30 100 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya sebagian besar (53,3%) memiliki motivasi kerja tidak baik dalam penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Tabel 7 Distribusi frekuensi keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013 Keberhasilan No. N P (%) MAKP 1. Berhasil 14 46,7 2. Tidak Berhasil 16 53,3 Total 30 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya sebagian besar (53,3%) tidak berhasil menerapkan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Tabel 8 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Keberhasilan Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013
Tingkat Pengeta huan Baik Tidak Baik Jumlah Keberhasilan Penerapan MAKP Tidak Berhasil Berhasil N (%) N (%) 11 78,6 3 21,4 3 14 18,7 46,7 13 16 81,3 53,3 Jumlah N 14 16 (%) 100 100

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hubungan Motivasi Kerja Responden dengan Keberhasilan Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2013
Motiva si Kerja Baik Tidak Baik Jumlah Keberhasilan Penerapan MAKP Tidak Berhasil Berhasil N (%) N (%) 11 78,6 3 21,4 3 14 18,7 46,7 13 16 81,3 53,3 Jumlah N 14 16 (%) 100 100

30 100 = 0,004

30 100 = 0,004

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah sebesar 16 responden memiliki tingkat pengetahuan tidak baik, hampir seluruhnya (81,3%) tidak berhasil menerapkan MAKP di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya dan didapatkan = 0,004 artinya 0,05 maka H0 ditolak berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan keberhasilan penerapan Metode

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Ruang Medikal Bedah sebesar 16 responden memiliki motivasi kerja tidak baik, hampir seluruhnya (81,2%) tidak berhasil menerapkan MAKP di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. Berdasarkan uji chi squaredidapatkan = 0,004 artinya 0,05 maka H0 ditolak berarti ada hubungan antara motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Islam Surabaya. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) responden di Ruang Medikal Bedah memiliki tingkat pengetahuan tidak baik tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku dan tindakan seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi dan semakin baik pula perilaku dan tindakan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan usia. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar (66,7%) responden di Ruang Medikal Bedah merupakan lulusan D3 Keperawatan. Berdasarkan kurikulum pendidikan D3 Keperawatan materi tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) hanya diberikan secara teoritis saja tidak didukung dengan adanya kegiatan praktikum sehingga responden memiliki pemahaman yang kurang tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Menurut Notoatmodjo (2012) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan pengetahuan tentang suatu hal. Selain pendidikan, umur dari responden juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa setengah (50%) responden di Ruang Medikal Bedah termasuk dalam kategori umur 40 54 tahun. semakin bertambah dewasa umur individu, maka pengetahuan individu semakin bertambah karena pengetahuan yang didapatkan bukan hanya berasal dari lingkungan tingkat pendidikan, tetapi dapat diperoleh juga dari pengalaman dalam menghadapi realita kehidupan yang menuju kematangan pemikiran. Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) responden di Ruang

Medikal Bedah memiliki motivasi kerja tidak baik dalam penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk berperilaku. Motivasi yang dimiliki setiap individu tidak sama, motivasi kerja yang baik akan muncul apabila individu telah memiliki masa kerja yang lebih lama. Selain itu, motivasi kerja baik biasanya lebih ditampilkan oleh perempuan daripada laki-laki. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah (33,3%) responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya bekerja selama 11 15 tahun. Responden dalam melaksanakan tugasnya belum mendapatkan dorongan positif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Robin dan Judge (2008) bahwa pekerja yang lebih lama kemungkinan mengundurkan diri dari pekerjaannya rendah daripada pekerja yang baru, karena masa pengabdian yang panjang yang cenderung memberikan tingkat gaji yang lebih tinggi, tunjangan liburan yang panjang, dan tunjangan pensiun yang menarik. Lama kerja dapat menentukan sejauh mana motivasi kerja dibutuhkan, semakin lama pekerjaan seseorang, semakin tinggi juga pengharapan untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa hampir seluruh (90%) responden di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya perempuan lebih terbuka dan lebih peka dengan adanya suatu dorongan terhadap dirinya, sehingga saat ada

suatu dorongan yang positif mereka akan melakukan sesuatu yang lebih baik dengan adanya dorongan tersebut. Menurut Robin dan Judge (2008) bahwa perempuan lebih bersedia menyesuaikan diri terhadap kebijakan sedangkan laki-laki lebih agresif dalam menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) responden di Ruang Medikal Bedah tidak berhasil menerapkan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). dikarenakan gaya kepemimpinan yang digunakan kepala ruangan dan tipe kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Responden kurang menerima dan membuka diri terhadap perubahan yang ada. Menurut Gillies (1996) kepemimpinan bebas atau laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan persepsi dari seluruh tim keperawatan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan penerapan MAKP di suatu ruangan. Perawat yang memiliki pengetahuan baik akan berhasil menerapkan MAKP karena telah memiliki pemahaman tentang konsep MAKP. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan seseorang maka

semakin mudah menerima informasi dan semakin baik pula perilaku dan tindakan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan keberhasilan penerapan MAKP di ruangan dibutuhkan motivasi kerja baik dari masing-masing individu dalam penerapan MAKP. Motivasi dapat muncul karena adanya penghargaan atau reward dari apa yang telah dilakukan, baik berupa pelatihanpelatihan untuk perawat, kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikan, maupun jaminan kesehatan yang diberikan oleh pihak manajemen tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan perawat. Seorang perawat yang memiliki pengetahuan baik dan didukung dengan motivasi kerja yang baik senantiasa menunjukkan kinerja dalam sikap positif dan termotivasi untuk menjadi unggul dan kreatif. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. Diharapkan perawat terus mengembangkan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sehingga bisa meningkatkan kepuasan klien terhadap kualitas pelayanan keperawatan. selain itu diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat meningkatkan pengetahuan perawat dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk perawat dan memberikan kesempatan untuk meneruskan

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu untuk meningkatkan motivasi kerja perawat pihak manajemen harus memenuhi kebutuhan dari masing-masing anggotanya. Keberhasilan penerapan MAKP juga harus didukung oleh pihak manajemen rumah sakit dengan membuat sebuah kebijakan yang tegas tentang penerapan MAKP di masing-masing ruangan. DAFTAR PUSTAKA Marquis, Bessie L dan Huston, Carol J. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : EGC. Nindawi. 2011. Laporan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan. http://bahankuliahkesehatan.bl ogspot.com. Diakses tanggal 20 Februari 2013. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesi. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Robin dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi (Organizatinational Behavior) Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat. Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sitorus, Ratna. 2011. Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : CV Sagung Seto.

You might also like