You are on page 1of 36

1

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dislipidemia dapat dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, seperti predisposisi genetik, penyebab sekunder, atau gabungan keduanya. Kolesterol tiga bentuk hipertrigliseridemia, dan dan trigliserida dapat yaitu kombinasi menghasilkan dislipidemia, hiperkolesterolemia, keduanya. Pada setiap

kasus, dislipidemia merupakan akibat dari peningkatan lipoprotein spesifik, baik jumlahnya maupun komposisinya. (Arisman, 2010) Hiperkolesterolemia familial merupakan sindrom klinis terpenting yang biasanya mengarah ke penyakit jantung koroner (PJK). Heterozygous familial hypercholesterolemia (HFH) adalah salah satu dari berbagai kelainan metabolisme lemak yang bersifat familial, dengan prevalensi 1 per 500 kasus. Familial combined hyperlipidemia lebih sering ditemukan ketimbang HFH, dengan angka keterjadian 1 per 100 kasus. Dibandingkan dengan hiperkolesterolemia familial, keadaan ini lebih berpotensi untuk berkembang menjadi PJK pada penghujung usia. (Arisman, 2010)

Dislipidemia tidak jarang ditulis sebagai hiperkolesterolemia (atau hiperlipoproteinemia). Pada prinsipnya, hiperkolesterolemia bertalian dengan peningkatan kadar satu atau lebih lipoprotein (VLDL, LDL) serta penurunan HDL, yang terjadi akibat tingginya kadar kolesterol dalam masing-masing partikel, atau gabungan keduanya (peningkatan kadar lipoprotein sekaligus kolesterol). Penyebab utama hiperkolesterolemia ialah peninggian kadar LDL. Secara sederhana, istilah hiperkolesterolemia digunakan jika didapati peningkatan kadar satu atau lebih komponen lipid darah, kolesterol total dan kolesterol LDL. Sementara itu, istilah dislipidemia digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang lebih luas, termasuk rendahnya kadar HDL kolesterol. (Arisman, 2010)

Oleh karena latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul referat tentang dislipidemia agar dapat dipelajari lebih dalam lagi. I.2. Tujuan Adapun tujuan penulisan referat dengan judul dislipidemia ini agar baik penulis dan pembaca dapat menambah pengetahuan tentang penyebab dislipidemia, klasifikasinya, diagnosis, serta penatalaksaannya. I.3. Manfaat Manfaat penulisan referat ini agar kita tahu bagaimana mengatasi sedini mungkin komplikasi akibat dislipidemia agar tidak berlanjut ke tahap yang lebih parah lagi serta mencegah agar tidak terserang penyakit.

BAB II PEMBAHASAN
II.1. Metabolisme Lipoprotein Di dalam darah kita ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida dan fosfolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau apoprotein. Pada saat ini dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu Apo A, Apo B, Apo C dan Apo E. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein. Setiap jenis lipoprotein mempunyai apo tersendiri. Sebagai contoh, untuk VLDL, IDL, LDL mengandung Apo B100, sedangkan Apo B48 ditemukan pada kilomikron. Apo A1, ApoA2, dan Apo A3 ditemukan terutama pada lipoprotein HDL dan kilomikron. (Sudoyo, 2009) Setiap lipoprotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester dan dikeilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas. Apoprotein ditemukan pada permukaan lipoprotein. Pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp(a)). (Sudoyo, 2009) Metabolisme lipoprotein dapat juga dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengn metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida, sedangkan jalur reserve cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol HDL. (Sudoyo, 2009)

Gambar 2.1. Metabolisme lipoprotein. (Sudoyo, 2009)

A Jalur Metabolisme Eksogen Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang dieksresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. (Sudoyo, 2009) Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama fosfolipid dan apoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke dalam saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas (free fatty acid (FFA)) atau non-esterified fatty acid (NEFA). (Sudoyo, 2009)

Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukkan trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserida akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati. (Sudoyo, 2009)

B Jalur Metabolisme Endogen Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, trgliserida di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL koesterol ester kembali ke hati. (Sudoyo, 2009) LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. C Jalur Reverse Cholesterol Transport HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C, E dan disebut HDL nascent. HDL ini berasal dari usus halus dan hati yang akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag, kemudian akan mengangkut

HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Setelah kolesterol bebas diambi dari sel makrofag, kolesterol ini akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur, pertama ke hati dan kedua dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL. Dengan demikian HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati. II.2. Dislipidemia A. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipi dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida, serta penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Dislipidemia berkaitan erat dengan aterosklerosis yaitu faktor resiko utama aterosklerosis. B. Klasifikasi 1. Hipertrigliserida primer a. Defisiensi Lipase Lipoprotein atau Kofaktornya Tanda dan Gejala Dengan suatu diet khas Amerika Utara, maka lipemia biasanya berat (kadar trigliserida serum 2000 25.000 mg/dL (23 287,5 mmol/L). Hepatomegali dan splenomegaly sering dijumpai. Sel sel busa yang sarat lemak dijumpai di hati, limpa, dan sumsum tulang. dengan Infark pada limpa granulositopenia, telah dan digambarkan dan mungkin merupakan asal nyeri perut. Hipersplenisme anemia, trombositopenia dapat terjadi. Nyeri epigastrik berulang dan pankreatitis nyata seringkali dijumpai. Juga xantoma eruptif

dapat dijumpai. Kelainan kelainan ini sudah ada sejak lahir dan dikenali sejak awal masa bayi. Temuan Laboratorium Pasien pasien ini memiliki lebih banyak kilomikron dalam serum sehingga lapisan infranatan dari serum yang dibiarkan bermalam dalam lemari pendingin mungkin hampir jernih. Namun demikian, banyak juga pasien yang mengalami peningkatan sedang kadar VLDL, dan pada wanita hamil dan mereka yang mendapat estrogen, biasanya didapatkan suatu pola lipemia campuran. Kadar lipoprotein densitas rendah dalam serum menurun. Kadar trigliserida plasma turun mendadak, biasanya mencapai 200 600 mg/dL (2,3 6,9 mmol/L) dalam 3 4 hari. Konfirmasi defisiensi lipase lipoprotein diperoleh dengan pengukuran in vitro aktivitas lipolitik plasma yang disiapkan dari darah yang diambil 10 menit sesudah pemberian heparin 0,2 mg/kg intravena. Pengobatan Pengobatan kilomikron primer sepenuhnya dengan diet. Asupan lemak perlu dikurangi hingga 10% atau kurang dari kalori total. Pada orang dewasa, maka angka ini adalah 15 30 g/hari. Diet harus mengandung sedikitnya 5 g lemak tak jenuh majemuk sebagai sumber asam asam lemak esensial, dan pasien perlu mendapat vitamin vitamin larut lemak dalam jumlah yang cukup. Kepatuhan terhadap diet ini biasanya dapat mempertahankan kadar trigliserida serum di bawah 1000 mg/dL (11,2 mmol/L) bila tidak ada kehamilan, laktasi ataupun pemberian estrogen eksogen. b. Lipemia Endogen dan campuran Etiologi dan patogenesis Lipemia endogen (hiperprabetalipoproteinemia primer) dan lipemia campuran agaknya merupakan akibat dari beberapa

gangguan dengan dasar genetis. Karena VLDL dan kilomikron akan saling berkompetisi pada jaras lipolitik intravaskular, maka kadar jenuh VLDL akan menyebabkan hambatan hambatan dalam eksresi kilomikron. Oleh sebab itu, dengan semakin beratnya lipemia endogen, maka suatu pola lipemia campuran dapat menyela. Pada semua bentuk, faktor faktor yang menigkatkan laju sekresi VLDL dari hari akan memperberat hipertrigliseridemia, yaitu obesitas dengan resistensi insulin, atau timbulnya diabetes mellitus tak tergantung insulin (NIDDM) yang berkembang penuh, konsumsi alkohol, dan pemakaian estrogen eksogen. Tampaknya sejumlah pasien dengan lipemia campuran mengalami cacat parsial dalam katabolisme lipoprotein kaya trigliserida. Sebagian pasien dengan lipemia campuran memiliki kadar lipase lipoprotein yang rendah dalam plasma setelah suatu stimulus heparin, yang mungkin penting artinya dalam hal ini. Banyak pasien dengan lipemia endogen atau campuran yang bermakna mengalami obesitas tipe hipertrofik, dimana populasi resptor insulin pada membran sel berkurang yang dikaitkan dengan gangguan efektivitas insulin. Mobilisasi asam lemak bebas dipertahankan pada kecepatan yang lebih tinggi dari normal, menghasilkan aliran asam lemak yang meningkat ke hati, yang selanjutnya meningkatkan sekresi VLDL kaya trigliserida. Temuan Klinis Gambaran klini bentuk bentuk hipertrigliseridemia ini bergantung pada keparahan dan termasuk di antaranya xantoma eruptif, lipemia retinalis, nyeri epigastrik berulang, dan pankreatitis akut. Suatu kelompok beberapa gambaran klinis yang mungkin monogenik adalah lipemia endogen dengan obesitas, resistensi insulin, peninggian kadar insulin basal, hiperglikemia, dan hiperurikemia. Juga terdapat kecenderungan

ke arah perkembangan hipertensi pada pasien pasien demikian. Pengobatan Cara pengobatan primer adalah diet. Dalam jangka pendek, pembatasan ketat asupan lemak total biasanya akan cepat menurunkan kadar trigliserida serum hinggga 1000 3000 mg/dL (11,2-33,6 mmol/L)/ menghindari pankreatitis. Tujuan dari penatalaksanaan diet jangka panjang adalah untuk mengurangi berat badan mencapai berat ideal. Karena etanol menyebabkan peningkatan produksi VLDL, maka konsumsinya perlu dihentikan. Jika penurunan kadar trigliserida tidak memuaskan, maka klofibrat, gemfibrozil, atau asam nikotinat, biasanya dapat menghasilkan penurunan lebih lanjut c. Hiperlipidemia Kombinasi Familial Etiologi Penelitian penelitian epidemiologik dari kaum kerabat pasien pasien yang mampu bertahan dari infark miokardium mengungkap adanya gangguan heredofamilial ini. Proses yang mendasari tampaknya berupa produksi berlebihan dari VLDL. Sebagian individu yang terserang memiliki kadar VLDL dan LDL yang tinggi dalam serum (hyperlipidemia kombinasi), sebagian lain hanya mengalami peningkatan VLDL atau LDL. Temuan Klinis Tidak ditemukan xantoma tendinosa ataupun xantoma kutaneus kecuali xantelasma. Data yang ada mengesankan bahwa gangguan ini diwariskan sebagai trait mendelian dominan. Tampaknya faktor faktor yang meningkatkan keparahan hipertrigliseridemia pada gangguan lain juga dapat memperparah lipemia pada sindroma ini. Pengobatan

10

Risiko penyakit vaskular koroner jelas meningkat pada pasien pasien ini, dan oleh karena itu mereka perlu diterapi agresif dengan diet dan obat obatan. Lipemia berespons terhadap klofibrat atau gemfibrozil, tetapi obat obat ini dapat meningkatkan kadar LDL (pergeseran beta). Oleh karenanya, niasin mungkin merupakan pilihan yang lebih baik. Pasien pasien dengan kadar LDL yang tinggi berespons terhadap resin pengikat asam empedu, tetapi dapat mengalami peningkatan VLDL sesudahnya. Dengan demikian, kombinasi suatu resin dengan niasin seringkali diperlukan. Lovastatin juga bermanfaat. d. Disbetalipoproteinemia Familial Etiologi dan Patogenesis Suatu dasar genetik yang memungkinkan terjadinya penyakit ini sering dijumpai, tetapi ekspresi determinan hiperlipoproteinemia tampaknya memerlukan

genetik lain ataupun determinan lingkungan. Dasar molekular dari penyakit ini adalah adanya bentuk mutan dari apo-E yang tidak dapat interaksi normal dengan reseptor afinitas tinggi. Dalam bentuk ekspresi penuhnya, maka pola lipoprotein didominasi oleh akumulasi sisa sisa VLDL dan kilomikron. Yang khas adalah kadar LDL, serum menurun, agaknya mencerminkan interupsi transformasi normal dari sisa sisa VLDL menjadi LDL. Sisa sisa kilomikron sering dijumpai dalam serum yang diambil sesudah puasa 14 jam bahkan bila trigliserida serum total hanya 300 600 mg/dL (3,4 6,7 mmol/L). Pola elektroforetik beta lebar dari VLDL sangat mengarahkan pada disbetalipoproteinemia familial. Namun demikian, pola ini juga dijumpai pada hipotiroidisme, lipemia oleh sebab lain, dan beberapa gangguang yang melibatkan kompleks immunoglobulin-lipoprotein.

11

Temuan Klinis Hyperlipidemia dan stigma stigma klinis biasnaya tidak nyata sebelum usia 20 tahun. Pada pasien pasien yang lebih muda dengan hyperlipidemia, maka besar kemungkinan terdapat hipotiroidisme atau obesitas. Orang dewasa seringkali memiliki xantoma tuberosa atau tuberoeruptif. Keduanya cenderung timbul pada permukaan ekstensor, khususnya siku dan lutut. Xantoma tuberoeruptif berupa nodula kulit berwarna merah jambu atau kekuningan, berdiameter 3 8 mm yang sering menjadi konfluen. Xantoma tuberosa, nodul kemerahan atau jingga seringkali mengkilap dengan diameter hingga 3 cm, biasanya dapat digerakkan dan tidak nyeri. Tipe lain adalah xantoma planaris pada lipatan tangan, sangat mengarahkan pada disbetalipoproteinnemia. Lipatan lipatan kulit mempunyai warna jingga yang disebabkan deposisi karotenoid dan lipid lipid lain. Kadang kadang agak meninggi dari kulit di sekitarnya dan tidak nyeri.Sebagian pasien mengalami gangguan toleransi glukosa yang biasanya dikaitkan dengan kadar lipid darah yang tinggi. Penyakit aterosklrotik pada pembuluh koroner dan perifer meningkat frekuensinya dan prevalensi penyakit pembuluh iliaka dan femoralis khususnya tinggi. Prevalensi penyakit aterosklerotik pada pembuluh iliaka dan femoralis tampaknya khususnya tinggi.

Pengobatan Penatalaksanaan termasuk diet untuk menurunkan berat badan dengan pembatasan asupan kolesterol, lemak jenuh dan alKohol. Bila hyperlipidemia tidak berespon memuaskan dengan diet, maka gemfibrozil atau niasin dalam dosis rendah biasanya efektif.

2. Hipertrigliseridemia Sekunder

12

a. Diabetes Melitus Patogenesis Lipemia hebat yang menyertai insufisiensi atau tidak adanya insulin dihubungkan dengan defisiensi aktivitas LPL, karena enzim ini diinduksi oleh insulin. Pemberian insulin pada kasus kasus seperti ini biasanya memulihkan kadar trigliserida ke tingkat normal dalam beberapa hari. Namun demikian, bila ada fatty liver yang massif, diperlukan beberapa minggu untuk pulihnya kadar VLDL ke normal sementara hati mensekresi trigliseridanya ke dalam plasma. Konversi jumlah besar VLDL menjadi LDL dengan dihilangkannya hambatan dalam katabolisme VLDL akan menyebabkan akumulasi nyata LDL yang dapat bertahan selama berminggu minggu. Fenomena ini mengarahkan palsu.Pada dari pada penderita akan suatu diagnosis yang hiperkolesterolemia lipemia sekunder diabetes

mengalami nefrosis sebagai akibat penyakit mikrovaskular, nefrosis memperberat hipertrigliseridemia. Pada hiperglikemia, lipoprotein akan terglikosilasi dan kemudian akan ditangkap oleh makrofag. Temuan Klinis Lipemia dapat sangat berat dengan peningkatan kadar VLDL dan kilomikron bilamana kontrol gula darah buruk. Pasien pasien lipemik biasanya mengalami ketoasidosis, tetapi lipemia dapat saja terjadi tanpa ketoasidosis. Indovidu individu yang mengurus ini mungkin mengalami lipemia berat dan hepatomegali yang menonjol. Pengobatan Kontrol ketat kadar glukosa darah yang dapat dicapai dengan infus insulin kontinu subkutan telah dikaitkan dengan normalisasi baik kadar LDL, maupun VLDL yang mampu bertahan Lipemia pada IDDM berespons baik dengan kontrol gangguan metabolisme karbohidrat yang mendasarinya. Pada

13

individu obese resisten insulin, maka penurunan berat badan merupakan kunci pengobatan. Diet yang mengandung fraksi besar kalori dalam bentuk karbohidrat biasanya ditoleransi baik, dan memungkinkan penurunan beban trigliserida kilomikron dalam plasma. b. Uremia Uremia dikaitkan dengan peninggian hanya VLDL dan dalam jumlah sedang. Mekanisme dasar yang terpenting agaknya resistensi insulin dan gangguan katabolisme VLDL. Banyak pasien uremik juga nefrotik. Efek tambahan dari nefrosis terhadap metabolisme lipoprotein dapat menimbulkan hiperlipoproteinemia kombinasi. Pasien pasien yang menjalani transplantasi ginjal mungkin mendapat glukortikoid yang merangsang peninggian kadar LDL. c. Kelebihan Kortikosteroid Pada sindroma cushing endogen, terdapat resistensi insulin dan peningkatan kadar LDL. Tampaknya hiperlipidemia terutama akibat peningkatan sekresi VLDL yang kemudian dikatabolisir menjadi LDL. Lipemia yang lebih berat akan terjadi jika timbul diabetes steroidogenik, yang mengurangi katabolisme lipoprotein kaya trigliserida melalui jaras LPL . d. Estrogen Eksogen Bila estrogen diberikan pada wanita pramenopause normal, kadar trigliserida dapat meningkat hingga sebanyak 15%. Ini diyakini mencerminkan produksi VLDL hati yang meningkat. Sebagai paradox, estrogen dapat meningkatkan efisiensi katabolisme lipoprotein kaya trigliserida. Individu individu tertentu, biasanya dengan lipemia ringan yang sebelumnya ada, memperlihatkan hipertrigliseridemia nyata bila mendapat

14

estrogen, bahkan dalam dosis yang relative kecil. Jadi, kadar trigliserida serum perlu diukur pada tiap wanita yang mendapat estrogen eksogen. Kontrasepsi kombinasi dengan efek progestasional dominan menyebabkan hipertrigliseridemia yang lebih ringan dibandingkan senyawa yang murni estrogenik. e. Konsumsi Alkohol Konsumsi alhokol dalam jumlah yang cukup bermakna tidak harus berakibat peningkatan bermakna pula dari kadar trigliserida serum, tetapi banyak pecandu alkohol ternyata lipemik. Lebih jauh, alkohol sangat meningkatkan kadar trigliserida pasien pasien dengan hiperlipemia primer dan sekunder. Pada sindroma Zieve, lipemia disertai anemia hemolitik dan hiperbilirubinemia. Karena LCAT berasal dari hati, maka gangguan fungsi parenkim hati dapat menyebabkan defisiensi aktivitas enzim di hati. Etanol diubahkan menjadi asetat, menunjukkan suatu penghematan dalam oksidasi asam lemak. Asam asam lemak tersebut disatukan VLDL hati. f. Nefrosis Hiperlipidemia pada nefrosis bersifat bifasik. Sebelum kadar albumin serum turun di bawah 2 g/dL, maka kadar LDL secara selektif meningkat. Hal ini agaknya mengkompensasi kehilangan melalui kemih. Sintesis VLDL dalam apparatus golgi tampaknya digandengkan dengan sintesis albumin. Meningkatnya aliran VLDL dari hati meningkatkan pula produksi LDL. Dengan turunnya kadar albumin di bawah 1-2 g/dL, terjadilah lipemia. Asam lemak bebeas yang biasanya bersirkulasi dalam bentuk kompleks bersama albumin, akan terikat pada lipoprotein jika kadar albumin rendah. Dengan demikian, kemampuan dari ke dalam trigliserida di hati, menimbulkan hepatomegali akibat infiltrasi lemak dan peningkatan nyata sekresi

15

lipoprotein yang berubah ini akan menjalani hidrolisis menjadi terganggu. g. Penyakit Penimbunan Glikogen Pada glikogenosis tipe 1, sekresi insulin menurun menyebabkan peningkatan aliran FFA ke dalam hati, di mana sebagian besar akan diubahkan menjadi trigliserida, dengan akibat peningkatan sekresi VLDL. Kadar insulin plasma yang rendah agaknya penyebab yang mungkin dari rendahnya aktivitas LPL yang dapat berakibat gangguan eksresi trigliserida serum. Fatty liver pada pasien pasien ini cenderung berkembang menjadi sirosis. h. Hipopituitarisme dan Akromegali Sebagian hiperlipidemia pada hipopituitarisme dapat dikaitkan dengan hipotiroidisme sekunder, namun demikian hipertrigliseridemia masih menetap pada terapi penggantian tiroksin. Kerdil (dwarfism) yang disebabkan oleh defisiensi growth hormone (hormon pertumbuhan) disertai oleh kadar LDL dan VLDL serum yang lebih tinggi dari normal. Berkurangnya kadar insulin mungkin merupakan gangguan dasar utama, meskipun demikian defisiensi hormon pertumbuhan dapat mengganggu katabolisme FFA lewat oksidasi dan ketogenesis di hati, sehingga memudahkan sintesis trigliserida. Hipertrigliseridemia ringan seringkali disertai akromegali. i. Hipotiroidisme Walaupun hipotiroidisme cenderung meningkatkan kadar LDL serum pada hampir semua individu, tetapi hanya sebagian saja yang akan mengalami hipertrigliseridemia. Setidaknya sebagian peningkatan kadar LDL terjadi akibat berkurangnya jumlah reseptor B-100:E pada membran sel, meskipun penurunan

16

konversi kolesterol menjadi asam empedu juga dapat ikut berperan. Bila ada lipemia, maka biasanya ringan meskipun kadar trigliserida serum dapat melampaui 3000 mg/dL (34,5 mmol/L). Mekanisme yang mendasari tidak sepenuhnya dimengerti, walaupun ada kemungkinan keterlibatan gangguan eksresi trigliserida dari darah yang agaknya berkaitan dengan penurunan aktivitas lipase hati. Peningkatan kandungan ester kolesteril dan apo-E dalam lipoprotein kaya trigliserida mengisyaratkan adanya akumulasi partikel partikel sisa. Hipotiroidisme, bahkan dalam derajat yang sangat ringan, mampu mewujudkan ekspresi hyperlipidemia pada pembawa disbetalipoproteinemia familial yang laten. j. Penyakit Kompleks Imunoglobulin-Lipoprotein Baik hipergamaglobulinemia monoklonal maupun poliklonal, keduanya dapat menyebabkan hipertrigliseridemia. IgG, IgM, dan IgA masing masingnya terlibat. Dari gangguan gangguan monoklonal dasar penyebab hipertrigliseridemia, maka myeloma dan makroglobulinemia merupakan yang paling penting, namun linfoma dan leukemia limfositik juga terlibat. Lupus eritematosus dan penyakit kolagen vaskular lainnya telah dikaitkan dengan tipe poliklonal. 3. Hiperkolesterolemia Primer a. Hiperkolesterolemia Familial Etiologi dan Patogenesis Hiperkolesterolemia dengan peningkatan LDL selektif telah ada sejak lahir. Kadar LDL cenderung meningkat selama masa anak dan remaja, sehingga kadar rata-rata kolesterol serum pada heterzigot dewasa biasanya di atas 350 mg/dL (9,1 mmoi/L). Pasien-pasien dengan gen homozigot yang tidak menghasilkan reseptor efektif mengalami hiperkolesterolemia yang sangat hebat

17

(mendekati 1000 mg/dL [26 mmol/L] atau lebih besar dan arteriosklerosis fulminan. Faktor-faktor pencetus yang mungkin melibatkan laju produksi VLDL dan LDL yang menurun, dapat dijumpai pada individu-individu ini. Laju produksi LDL umumnya mendekati normal pada bentuk heterozigot, namun meningkat pada bentuk homozigot. Temuan Klinis Salah satu gejala klinis yang paling menonjol yang sering dijumpai adalah xantomatosis tendinosa. Xantoma-xantoma yang biasanya timbul pada awal usia dewasa ini menimbulkan suatu massa lebar atau fusiformis pada tendon. Dapat terbentuk pada semua tendon, tetapi paling mudah terdeteksi pada tendon Achilles dan patela, dan pada tendon ekstensor tangan . Pasien-pasien yang aktif secara fisik dapat mengeluhkan akilodinia. Arkus kornea dapat timbul sedini usia 30-an. Xantelasma juga dapat ditemukan. Walaupun demikian, baik arkus maupun xantelasma dapat dijumpai pada individu yang tidak mengaiami hiperlipidemia. Aterosklerosis koroner cenderung terjadi lebih dini pada kasus-kasus heterozigot. lazimnya pada dasawarsa kelima. Kadar kolesterol serum yang melampaui 350 mg/dL (9,1 mmol/L) tanpa adanya hipertrigliseridemia yang nyata makin mengarahkan pada diagnosis hiperkolesterolemia heterozigot familial. Pengobatan Pengobatan dengan berbagai regimen obat tunggal tidak banyak menurunkan LDL serum. Namun demikian normalisasi kadar LDL yang lengkap pada kebanyakan heterozigot yang patuh dapat dicapai dengan suatu kombinasi resin pengikat empedu dengan niasin bila mereka mendapat diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Hasil-hasil yang sebanding dapat diperoleh dengan kombinasi penghambat reduktase dengan resin atau niasin. Kadar

18

kolesterol serum kurang dari 200 mg/dL sering didapatkan dengan kombinasi dari obat-obat ini. b. Hiperlipidemia Kombinasi Familial Pada sebagian individu dari keluarga dengan riwayat penyakit ini, LDL dan IDL akan menjadi satu-satunya lipoprotein yang meningkat. Beberapa anak yang terserang Namun berbeda dengan mengekspresikan kasus hiperlipidemia. kebanyakan

hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol serum seringkali lebih rendah dari 350 mg/dL, dan tidak dijumpai adanya xantoma tendinosa ataupun tuberosa. Penelitian pada keluarga mengarahkan pada suatu mekanisme pewarisan dominan otosomal. Aterosklerosis koroner dipercepat pada penyakit ini. yang cukup kerap dijumpai pada sekitar 10% dari mereka yang berhasil selamat dari infark miokardium. Pengobatan hiperkolesterolemia perlu dimulai dengan diet dan niasin. Mungkin perlu pula ditambahkan resin atau suatu penghambat reduktase untuk menormalkan kadar LDL.

Gambar 2.2. Manifestasi klinis hiperlipidemia. A. Xantelasma yang melibatkan kedua kantus medial dan lateral. B. Xantelasma berat dan arkus kornea. C. Xantoma tuberosa. D. Xantoma tuberosa yang besar pada siku. E. Xantoma eruptif, tunggal dan bentuk roset. F. Xantoma pada tendon ekstensor tangan. G. Xeroradiogram dari xantoma tendon Achilles. H. Xantoma pada tendon Achilles (diameter tendon Achilles normal tidak melampaui 7 mm pada daerah di antara kalkaneus dan suatu titik di mana serabut-serabut tendon mulai menyebar ke origonya). c. Hiperlipoproteinemia Lp (A) Suatu lipoprotein yang normalnya hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari lipoprotein dalam sirkulasi, yailu Lp(a). dijumpai dalam kadar yang sangat tinggi pada sebagian individu dengan kadar LDL yang dapat meningkat pula atau hampir normal. Sesudah ultrasentrifugasi, lipoprotein ini akan merentang pada kedua sisi densitas yang membedakan LDL dari HDL. Beberapa penelitian menyimpulkannya sebagai suatu faktor risiko independen untuk penyakit arteria koroner. Hasil-hasil awal menunjukkan bahwa niasin merupakan obat yang paling efektif dalam penanganannya. d. Apo-B Cacat-Ligand Familial

Suatu mutasi yang menggantikan arginin dengan glutamin pada residu 3500 dari protein apo-B telah dikemukakan pada pasien - pasien yang datang dengan peninggian kadar LDL. Pasien-pasien ini dapat memiliki xantoma tendon dan berisiko tinggi terhadap penyakit koroner. 4. Hiperkolesterolemia Sekunder a. Hipotiroidisme Gangguan lipoprotein yang khas menyertai hipotiroidisme adalah kadar LDL dan IDL yang tinggi. Kandungan apo-E VLDL dan IDL yang meningkat konsisten dengan peningkatan partikel partikel sisa dalam plasma. Hiperlipidemia pada hipotiroidisme dapat terjadi pada individu tanpa tanda atau gejala yang nyata penurunan fungsi tiroid. Ekskresi kolesterol dan asam empedu hati menjadi tertekan, namun biosintesis kolesterol juga menurun. Cadangan kolesterol di jaringan tampaknya meningkat, meskipun jumlah reseptor E-100:E pada sel menurun. Aterogenesis dipercepat oleh miksedema. Hiperlipidemia berespon dramatis terhadap pengobatan dengan tiroksin. b. Nefrosis Seperti dijelaskan dalam bagian hipertrigliseridemia sekunder, nefrosis dapat menyebabkan suatu hiperlipoproteinemia bifasik. Perubahan lipoprotein yang paling awal pada nefrosis adalah peninggian LDL. Hiperlipidemia dapat menjadi unsur yang penting dari tingginya risiko penyakit jantung aterosklerotik pada pasienpasien ini. Pengobatan pilihan tampaknya dengan resin pengikat asam empedu dan niasin. Penghambat reduktase HMG-KoA juga berguna. c. Kelainan Imunoglobulin Salah satu kelainan lipoprotein yang dapat dikaitkan dengan gamopati monoklonal adalah peninggian LDL. Suatu "lipoprotein

gama" adalah suatu kompleks stabil antara imunoglobulin dan lipoprotein, dapat diamati dalam elektroforetogram gel agarose dari serum beberapa pasien. Kriopresipitasi dapat seringkali terjadi dalam rentang suhu yang dijumpai pada jaringan perifer jika suhu lingkungan rendah. Pasien-pasien dapat memperlihatkan gejala efek vaskular akibat fiksasi komplemen oleh pembentukan kompleks lipoprotein-imunoglobulin dan sindroma hiperviskositas akibal peninggian imunoglobulin itu sendiri. Xantoma planaris dapat pula terjadi. d. Anoreksia nervosa Sekitar 40% pasien dengan anoreksia nervosa memiliki kadar LDL serum yang tinggi, sementara kadar kolesterol dapat mencapai 400600 mg/dL (10,4-15,6 mmol/L). Hiperlipidernia yang menetap kendati telah dilakukan usaha-usaha koreksi hipotiroidisme, agaknya merupakan akibat berkurangnya ekskresi asam empedu dan kolesterol melalui feses. Lipoprotein serum kembali normal jika nutrisi yang tepat kembali dijalankan. e. Kolestasis Hiperlipidemia.yang menyertai obstruksi aliran empedu adalah kompleks. Dapat terjadi baik pada obstruksi ekstrahepatik ataupun intrahepatik, kendatipun cenderung lebih parah pada yang pertama. Kadar koleslerol serum melampaui 400 mg/dL 10,4 mmol/L) biasanya dikaitkan dengan obstruksi ekstrahepatik ataupun dengan tumor intrahepatik. Pasien-pasien dengan kolestasis dapai menunjukkan xantoma planaris pada kulil, ter utama pada tempattempat yang sering mengalami trauma ringan, dan xantoma pada lipatan-lipatan tangan. Neuropati merupakan indikasi utarna untuk pengobatan hiperlipidemia. Resin pengikat asam empedu cukup bermanfaat, sementara derivat asam fibrat dapat menyebabkan

peningkatan kadar kolesterol serum. PIasmaferesis merupakan pengobatan yang paling efektif. 5. Hipolipidemia Primer a. Penyakit Tangier Etiologi dan Patogenesis Defisiensi HDL berat terjadi pada kelainan primer yang dikenal sebagai penyakit tangier. Bentukheterozigot tidak menunjukkan tanda - tanda klinis tapi sekitar setengah atau kurang mempunyai komplernen normal HDL dan apo-A-l pada plasma. Bentuk homozigot tidak mempunyai HDL normal plasma, dan apo-A-I dan apo-A-II muncul pada kadar sangat rendah. Kadar kolestrol serum biasanya di bawah 120 mg/dL (3,12 mmoI/L) dan dapat mencapai setengahnya. Hipertrigliseridemia ringan biasanya muncul. Defek genetik mungkin melibatkan perubahan katabolisme HDL. LDL sangat diperkaya oleh trigliserida. Temuan Klinis Gambaran klinis penyakit autosomal resesif yang jarang ini termasuk tonsil yang besar, warna oranye, terisi lemak, akumulasi kolesleril ester pada sistem retikuloendotelial.dan neuropati perifer episodik dan rekuren dengan predominansi kelemahan motorik pada stadium lanjut. Perjalanan penyakit jinak pada masa kanak-kanak dini, tapi neuropati dapat muncul sedini usia 8 tahun. Kolesteril ester paling banyak berakumulasi pada sarung saraf perifer. Warna karotenoid dapat jelas pada membran faring dan mukosa rektal. Splenomegali dan infilirasi korneal juga dapat dijumpai. Pengobatan Karena banyak bahan lipoprotein lamellar dalam plasma diyakini membentuk kilomikron, maka dianjurkan untuk restriksi diet lemak dan kolesterol.

b. Hipoalfalipoproteinemia Familial Etiologi dan Patogenesis Pola fenotipik ini merupakan suatu defisiensi parsial HDL serum yang dapat melibatkan berbagai mekanisme heterogen. Mekanisme gangguan dasar dugaan ini perlu dibedakan dari kondisi - kondisi di mana dijumpai kadar kolesterol HDL yang cukup rendah pada individu yang mengkonsumsi diet sangat rendah lemak, yang agaknya mencerminkan berkurangnya pembentukan HDL dari kilomikron. Faktor Etiologik Pada Penyakit Koroner Pengalaman klinis telah mengisyaratkan bahwa hipoalfalipoproteinemia cukup sering dijumpai dan merupakan suatu faktor risiko penting pada penyakit pembuluh koroner. Kelainan ini mungkin merupakan satu-satunya faktor risiko yang nyata pada banyak kasus aterosklerosis koroner dini. Lebih jauh, kelainan ini dapat memacu manifestasi penyakit koroner pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial atau hiperlipidemia lain. Pengobatan Latihan fisik yang berat dihubungkan dengan peningkatan HDL pada sebagian individu, tetapi perlu dilakukan dengan hati hati pada pasien - pasien yang telah menderita penyakit koroner. Niasin meningkatkan kadar HDL total pada banyak subjek, terutama fraksi ullrasentrifugasi HDL. Pengaruhnya lerhadap masing -masing subspesies HDL masih periu ditentukan. c. Defisiensi LCAT Gangguan lain yang disertai kadar HDL serum yang rendah adalah defisiensi Iesitin-kolesterol asil-transferase (LCAT). Gangguan resesif autosomal yang langka ini tidak berekspresi baik secara klinis ataupun biokimia dalam bentuk heterozigot. Pada homozigot, sifat-

sifat klinis sangat bervariasi. Diagnosis biasanya dibuat pada usia dewasa, meskipun kekeruhan kornea sudah dimulai sejak masa kanakkanak. Proteinuria dapat menjadi suatu tanda awal. Deposit-deposit kolesterol tak teresterifikasi dan fosfolipid pada pembuluh mikro di ginjal menyebabkan kehilangan nefron progresif dan akhirnya gagal ginjal. Banyak pasien mengalami anemia normokromik ringan sampai sedang dengan sel - sel target. Dapat terjadi hiperbilirubinemia dan neuropati perifer. Komposisi lemak dari sel darah merah adalah abnormal, di mana kadar kolesterol tak teresterifikasi dan lesitin meningkat. Kebanyakan pasien memiliki kadar trigliserida plasma meninggi (200-1000 mg/dL [2,3-11.2 mmol/L]). dan kadar kolesterol serum bervariasi mulai dari rendah normal hingga 500 mg/dL (13 mmol/L), di mana hanya sebagian kecil yang teresterifikasi. Pembatasan lemak dan kolesterol dalam diet berakibat suatu penurunan dalam partikel partikel mirip VLDL dan LDL lamelar dalam plasma dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. d. Abetalipoproteinemia Resesif Etiologi dan Patogenesis Abetalipoproteinemia resesif agaknya melibatkan sejumlah mutasi dalam pemrosesan apo-B atau sekresi dari lipoprotein yang mengandung apo-B. Pasien pasien heterozigot tidak memiliki kelainan lipoprotein dan tanpa tanda tanda klinis. Pada kasus homozigot, semua bentuk apo-B tidak dijumpai. Tidak ada kilomikron, VLDL, atau LDL dalam plasma, hanya HDL. Kadar trigliserida plasma biasanya kurang dari 10 mg/dL (0,12 mmol/L) dan gagal meningkat sesudah suata beban lemak. Kolesterol plasma biasanya kurang dari 90 mg/dL (2,3 mmol/L).

Terdapat gangguan dalam penggabungan trigliserida yang baru terbentuk ke dalam partikel-parlikel kilomikron. Namun demikian, pada asupan lemak yang rendah, maka sekitar 80% dari trigliserida yang dikonsumsi akan diabsorps, agaknya melalui absorpsi asam lemak secara langsung via vena porta. Suatu gangguan yang dapat diperlihatkan pada abetalipoproteinemia adalah tidak adanya protein transfer trigliserida microsomal yang diperlukan untuk merangkai VLDL matur. Temuan Klinis Gambaran klinis antara lain langkanya jaringan lemak yang disertai malabsorpsi asam - asam lemak rantai panjang akibat kegagalan usus untuk mensekresi kilomikron, sel - sel darah merah yang mungkin akantositik dengan rasio kolesterol/ fosfolipid yang tinggi, degenerasi progresif sistem saraf pusat termasuk degenerasi serebelurn dan penyakit traktus spinalis posterior dan lateral, degenerasi retina yang mungkin berat, dan biasanya kadar vitamin larut lemak yang sangat rendah dalam plasma. Kardiomiopati dan aritmia telah dilaporkan pula dan dapat menjadi penyebab kematian, Pengobatan Pengobatan antara lain dengan pemberian vitamin - vitamin larut lemak. Tokoferol (vitamin E) dalam dosis sangat besar (1000 - 5000 lU/hari) tampaknya membatasi degenerasi sistem saraf pusat progresif. Kendatipun vitamin A tampaknya mampu memperbaiki buta senja, tetapi tidak mengubah perjalanan retinitis pigmentosa. Vitamin D dan K juga dapat menjadi indikasi. Pembatasan lemak dalam diet akan meminimalkan steatore. e. Hipobetalipoproteinemia Familial Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan gangguan pada lokus apoB yang menyebabkan berkurangnya produksi protein ataupun produk - produk gen yang terpotong. Gambaran klinis dapat tidak dijumpai

pada pasien yang mensekresi setidaknya partikel - partikel mirip LDL dalam kadar rendah, Namun demikian, dapat dijumpai tanda dan gejala defisiensi tokoferol. Pengobatan oral dengan tokoferol alfa (vitamin E) (800 lU/hari) dianjurkan pada semua pasien dengan hipobetalipoproteinemia. f. Penyakit Retensi Kilomikron Penyakit yang dijumpai pada neonatus ini tampaknya merupakan akibat ketidakmampuan sel - sel epilel untuk mensekresi kilomikron. lndividu yang terserang mengalami malabsorpsi trigliserida yang berat dengan steatore. Kadar LDL dan VLDL sekitar separuh dari angka normal, agaknya sekunder dari malnutrisi tersebut. Kadar tokoferol dapat sangat rendah dan dapat disertai kelainan neurologik. Gejala - gejala klinis agak mereda bersama waktu jika pasien menjalani suatu diet rendah lemak dan mendapat suplementasi tokoferol alfa (vitamin E). 6. Hipolipidemia Sekunder Hipolipidemia dapat timbul sekunder pada sejumlah penyakit yang ditandai oleh kakeksia kronik, misalnya kasus kanker lanjut. Penyakit - penyakit mieloproliferatif juga dapai menyebabkan kadar LDL yang sangat rendah, agaknya akibat meningkatnya ambilan seiring dengan proliferasi cepat dan sintesis membran sel. Banyak varian kondisi yang menyebabkan malabsorpsi usus menyebabkan hipolipidemia. Karena sebagian besar massa lipoprotein dalam serum puasa berasal dari hati, maka kegagalan masif parenkim hati, misalnya pada sindroma Reye dapat menyebabkan hipolipidemia yang berat. Hipolipidemia yang menyertai penyakit imunoglobulin terjadi melalui berbagai mekanisme berbeda. Pasien yang terserang biasanya menderita mieloma atau makroglobulinemia, tapi dapat pula menderita limfoma ataupun lekemia limfositik. Semua kelas utama imunoglobulin dapat terlibat. Kompleks immunoglobulin lipoprotein dapat mengendap

pada berbagai jaringan. Bila ini terjadi pada lamina propria usus, maka dapat berakibat satu sindroma malabsorpsi dan enteropati kehilangan protein. IgA monoklonal pada mieloma dapat mengendap bersama lipoproiein, menimbulkan xantoma pada gingiva dan serviks. Lesi-lesi pada kulit biasanya planar dan xantomatosa dan dapat melibatkan perdarahan intrakutan yang menghasilkan suatu xantoma ungu yang klasik. Xantoma planaris yang terjadi pada kolestasis dapat dikelirukan dengan kondisi ini, karena sama seperti kompleks lipoprotein dalam sirkulasi yang terdiri dari imunoglobulin dan lipoprotein. maka lipoprotein abnormal pada kolestasis (LP-X) memperlihatkan mobilitas gama pada elektroforesis. C. Diagnosis

Parameter yang Diuji

Kadar (mg/dL) < 100 100 129

Klasifikasi Optimal Hampir optimal Borderline tinggi Tinggi Sangat Tinggi Idaman Borderline tinggi Tinggi Rendah Tinggi Optimal Borederline Tinggi Optimal Borderline Tinggi Optimal Borderline tinggi

Kolesterol LDL

130 159 160 189 190 < 200

Kolesterol Total

200 239 240 < 40 60 < 4,5 4,5 5,5 > 5,5 <3

Kolesterol HDL

Rasio Kolesterol/ HDL

Rasio LDL/ HDL Trigliserda

35 >5 <150 150 199

10

200 499 500 Tabel 2.3. Klasifikasi Kadar Lipid

Tinggi Sangat tinggi

Untuk mengevaluasi risikopenyakit jantung koroner (PJK), perlu diperhatikan fackor faktor risiko lainnya, yaitu: a. Faktor risiko positif - Merokok - Umur (pria 45 tahun, wanita 55 tahun) - Kolesterol HDL rendah - Hipertensi (TD 140/ 90 atau dalam terapi hipertensi) - Riwayat penyakit jantung koroner dini dalam keluarga b. Faktor risiko negatif - Kolesterol HDL tinggi, mengurangi 1 faktor risiko dari perhtungan total ATP III menggunakan (Framingham Risk Score (FRS) untuk menghitung besarnya risiko penyakit jantung koroner (PJK) pada pasien dengan 2 faktor risiko, meliputi umur, kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kebiasaan merokok, dan hipertensi. Penjumlahan skor pada FRS akan emghasilkan angka persentase risiko PJK dalam 10 tahun. Ekuivalen risiko PJK mengandung risiko kejadian koroner mayor yang sebanding dengan kejadian PJK, yakni > 20% dalam 10 tahun, terdiri dari: Bentuk klinis lain dari aterosklerosis, penyakitarteri perifer, aneurisma aorta, abdominalis, penyakit arteri karotis simptomatis Diabetes Faktor risiko multiple yang mempunyai risiko PJK dalam 10 tahun > 20%

11

Peningkatan kadar trigliserida juga merupakan factor independent untuk terjadinya PJK. Faktor factor yang mempengaruhi tingginya trigliserida adalah sebagai berikut: Obesitas, berat badan lebih Inaktivitas fisik Merokok Asupan alcohol berlebih Diet tinggi karbohidrat (> 60% asupan energi) Penyakit DM tipe 2, gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik Obat (kortikosteroid, estrogen, retinoid, penghamba adrenergic beta dosis tinggi) Kelainan genetik (riwayat keluarga) Skrining dilakukan pada semua pasien berusia 20 tahun, setiap 5 tahun sekali. Kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, glukosa darah, tes fungsi hati, urin lengkap. Tes fungsi ginjal, TSH, dan EKG.
:

D. Penatalaksanaan 1. Hiperkolesterolemia Pada pasien hiperkolesterolemia, dapat dilakukan penatalaksanaan non farmakologis (perubahan gaya hidup), sebagai berikut: a. Diet, dengan komposisi Lemak jenuh (< 7% kalori total) PUFA (hingga 10% kalori total) MUFA (hingga 10% kalori total) Lemak total (25% 35% kalori total) Karbohidrat (50% - 60% kalori total) Protein (hingga 15% kalori total) Serat (20 30 g/ hari) Kolesterol (< 200 mg/ hari)

12

b. Latihan jasmani c. Penurunan berat badan bagi yang gemuk d. Menghentikan kebiasaan merokok, minuman alkohol Pemantauan profil lipid dilakukan setiap 6 minggu. Bila target sudah tercapai, pemantauan setiap 4 6 bulan. Bila setelah 6 minggu PGH, target belum tercapai, intensifkan penurunan lemak jenuh dan kolesterol, tambahkan stanol/ steroid nabati, tingkatkan konsumsi serat, dan bekerja sama dengan dietisien. Bila setelah 6 minggu berikutnya terapi non farmakologis tidak berhasil menurunkan kadar kolesterol LDL, maka terapi farmakologis mulai diberikan, dengan tetap meneruskan pengaturan makan dan latihan jasmani. Bila dengan terapi non farmakologis tidak berhasil, dapat dilakukan terapi farmakologis. Obat obat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: Golongan statin Simvastatin (5 40 mg) Lovastatin (10 80 mg) Pravastatin (10 40 mg) Fluvastatin (20 80 mg) Atorvastatin (10 80 mg)

Golongan bile acid sequestrant Kolestiramin (4 - 16 mg)

Golongan nicotinic acid Nicotinic acid (immediate release) 2 100 mg 1,5 3 g Kadar LDL (mulai PGH) 100 (100-129: opsional) Kadar LDL (farmakologi) 130

Kategori Risiko PJK atau Ekivalen PJK (FRS > 20%)

LDL < 100

13

Faktor risiko 2 (FRS 20%) Faktor risiko 0-1

< 130

130

130 (FRS 1020%) (160-189: opsional) 190 (160-189: opsional)

< 160

160

Tabel 2.4. Target LDL (mg/ dL). Terapi hiperkolestrolemia untuk pencegahan primer, dimulai dengan statin atau bile acid sequestrant atau nicotinic acid. Pemantauan profil lipid dilakukan setiap 6 minggu. Bila target sudah tercapai, pemantauan setiap 4 6 bulan. Bila setelah 6 minggu terapi, target belum tercapai, intensifkan atau naikkan dosis statin atau kombinasi dengan yang lain. Bila setelah 6 minggu berikutnya terapi non farmakologis tidak berhasil menurunkan kadar kolesterol LDL, maka terapi farmakologis diintensifkan. Pasien dengan PJK. Kejadian koroner mayor atau dirawat untuk prosedur koroner, diberi terapi obat saat pulang dari RS jika kolesterol LDL > 100 mg/ dL. 2. Hipertrigliserida Penatalaksanaan non farmakologis pada pasien trigliserida pada dasarnya sama dengan pasien hiperkolesterolemia. Adapun pentalaksanaan farmakologisnya adalah sebagai beikut: Pasien dengan trigliserida borderline tinggi atau tinggi, tujuan utama terapi adalah mencapai target kolesterol LDL Pasien dengan trigliserida tinggi, target sekunder adalah kadar kolesterol non-HDL, yakni sebesar30 mg/ dL lebih tinggi dari target kadar kolesterol LDL Pendekatan terapi obat a. Obat penurun kadar kolesterol LDL, atau

14

b. Ditambahkan obat fibrat atau nicotinic acid. Golongan fibrat terdiri dari gemfibrozil (2 600 mg tau 1 900 mg) dan Fenofibrat (1 200 mg). E. Komplikasi Aterosklerosis, penyakit jantung koroner (PJK), stroke, dan pankreatitis akut. F. Prognosis Prognosis pada pasien dislipidemia adalah dubia ad bonam, tergantung dari berat tidaknya penyakit.

15

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan Dislipidemia adalah kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipi dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida, serta penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Dislipidemia berkaitan erat dengan aterosklerosis yaitu faktor resiko utama aterosklerosis. Hiperkolesterolemia familial merupakan sindrom klinis terpenting yang biasanya mengarah ke penyakit jantung koroner (PJK). Heterozygous familial hypercholesterolemia (HFH) adalah salah satu dari berbagai kelainan metabolisme lemak yang bersifat familial, dengan prevalensi 1 per 500 kasus. Familial combined hyperlipidemia lebih sering ditemukan ketimbang HFH, dengan angka keterjadian 1 per 100 kasus. Dibandingkan dengan hiperkolesterolemia familial, keadaan ini lebih berpotensi untuk berkembang menjadi PJK pada penghujung usia.

16

Dislipidemia tidak jarang ditulis sebagai hiperkolesterolemia (atau hiperlipoproteinemia). Pada prinsipnya, hiperkolesterolemia bertalian dengan peningkatan kadar satu atau lebih lipoprotein (VLDL, LDL) serta penurunan HDL, yang terjadi akibat tingginya kadar kolesterol dalam masing-masing partikel, atau gabungan keduanya (peningkatan kadar lipoprotein sekaligus kolesterol). Penyebab utama hiperkolesterolemia ialah peninggian kadar LDL. Secara sederhana, istilah hiperkolesterolemia digunakan jika didapati peningkatan kadar satu atau lebih komponen lipid darah, kolesterol total dan kolesterol LDL. Sementara itu, istilah dislipidemia digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang lebih luas, termasuk rendahnya kadar HDL kolesterol.

III.2. Saran Diharapkan kepada baik penulis dan pembaca lebih mendalami lagi dan mengetahui tentang dislipidemia ini dengan membaca banyak buku dan referensi lainnya karena ini merupakan penyakit yang sering terjadi dan memiliki komplikasi yang sangat serius. Melakukan pencegahan sedini dan menjaga kesehatan dapat mengurangi resiko penyakit lebih berat.

17

DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia . EGC, Jakarta. 121 125. Mansjoer, Arief. 2008. Kapita Selekta kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal. 588. Rani, Aziz. 2008. Panduan Pelayanan Medik.Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. 26 29. Sudoyo, A., Setiyohadi, B. 2009. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 1984 1986. Wijaya, Caroline. 2000. Endokrinologi Dasar & Klinik. EGC, Jakarta. 858 876. (Arisman, 2010) (Mansjoer, 2008) (Rani, 2008) (Sudoyo, 2009)

18

(Wijaya, 2000)

You might also like