You are on page 1of 12

Gejolak yang terjadi di Timur Tengah merupakan sebuah gejolak dahsyat yang meruntuhkan struktur politik nasional beberapa

negara, kejadian tersebut berlangsung secara berurutan yang di mulai dari Tunisia, selanjutnya satu demi satu negara-negara Timur Tengah mengalami pergolakan antara lain Mesir, Maroko, Algeria, Yaman, Bahrain, Libya dan yang belum juga usai sampai saat ini adalah Suriah. Kejadian ini merupakan sebuah rangkaian kejadian yang selanjutnya disebut dengan Arab Spring, yang menandai suatu penciptaan kondisi yang baru bagi negara-negara yang tengah bergejolak. Kondisi gejolak ini nampaknya belum menemui titik penyelesaian untuk konflik yang terjadi di Suriah, karena pada faktanya sampai dengan saat ini Suriah masih mengalami gejolak yang belum nampak titik penyelesaian dan berhentinya konflik. Konflik Suriah telah berlangsung selama hampir dua tahun dan tak ada tanda-tanda akan berakhir. Analisis pun sudah banyak dilakukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi konflik yang sedang terjadi. Berbicara mengenai konteks pemetaan aktor dalam konflik di Suriah, nampaknya terjadi sebuah proses pembangunan identitas antara pihak-pihak yang memproduksi wacana sebagai pembenaran atas tindakan mereka. Hal tersebut dapat kita lihat dari diproduksinya sebuah pemahaman ancaman oleh aktor-aktor tertentu. Dalam konteks aktor eksternal, Amerika Serikat berupaya membangun sebuah wacana akan pentingnya proses demokratisasi bagi konflik yang terjadi di Suriah. Amerika Serikat telah sangat terus terang mengatakan bahwa hasil yang mereka harapkan bagi

penyelesaian konflik Suriah adalah transisi politik menuju sebuah negara demokratis. Solusi tersebut dianggap sebagai solusi terbaik bagi konflik Suriah. Oleh sebab itu, mereka mendukung untuk tercapainya hal tersebut dan menciptakan sebuah pemahaman umum dalam konteks ancaman, bahwa siapa saja yang menginginkan selain itu adalah ancaman bagi proses perdamaian Suriah. Berdasarkan hal tersebut Amerika Serikat beserta dengan sekutu Barat yang lain sangat mendukung Dewan Koalisi Nasional Suriah yang bertindak sebagai lembaga oposisi pemerintahan Assad untuk mengawal proses

demokratisasi tersebut. Disisi lain Amerika Serikat beserta dengan sekutu Barat lainnya dengan melalui media dan berdasar kepada organisasi dunia yaitu PBB. Dalam laporannya, Komisi PBB yang melakukan penyelidikan di Suriah mengatakan kehadiran para militan asing, Islam Radikal atau para jihadi, membuat mereka khawatir akan proses perdamaian di Suriah. Kepala Komisi Sergio Pinheiro kepada wartawan hari Selasa (16/10/2012) memperkirakan ada ratusan kombatan asing yang ikut bertempur di Suriah. Pinheiro menambahkan bahwa komisi itu khawatir para kombatan asing ini tidak berjuang untuk membangun negara demokratis di Suriah, tetapi untuk agenda mereka sendiri.[12] Pernyataan ini menunjukkan seakan-akan PBB beserta dengan Amerika dan sekutu Baratnya memiliki agenda untuk kepentingan rakyat Suriah. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hilary Clinton secara terbuka memperingatkan kecenderungan Suriah ini. Amerika dengan teknik

propagandanya membangun sebuah persepsi ancaman bahwa para mujahidin merupakan ekstrimisme dan terorisme, melalui upaya mengaitkan mereka

dengan al-Qaida. Tidak hanya itu Amerika malah membangun sebuah opini bahwa para mujahidin adalah ekstrimis dan terorisme yang ingin membajak perjuangan rakyat Suriah. Menteri Luar Negeri AS Hilary Clinton mendesak oposisi Suriah agar melawan berbagai upaya oleh kelompok ekstrimis untuk membajak revolusi. Berbicara dalam perjalanan ke Kroasia, ia mengatakan kepemimpinan pemberontak harus lebih inklusif terhadap mereka yang bertempur di Suriah. Ia juga mengatakan ada sejumlah laporan yang merisaukan mengenai ekstrimis Islam memasuki Suriah untuk mengambil keuntungan dari

pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad. Pemberontak harus dengan tegas menolak segala upaya oleh ekstrimis untuk membajak revolusi Suriah, demikian peringatan Clinton.[13] Tampak jelas Amerika ingin melakukan pemetaan ancaman antara apa yang disebut pemberontak dengan para ekstrimis. Amerika Serikat juga berupaya melakukan kriminalisasi perjuangan para mujahidin dengan bukti video yang diklaim merupakan bentuk kejahatan. Menurut PBB video semacam itu bisa dipakai sebagai bukti kejahatan perang. Sementara pemerintah AS menyatakan mengutuk pelanggaran HAM oleh pihak mana pun di Suriah. Upaya kriminalisasi mujahidin ini akhirnya terbukti, pada Rabu (5/12/2012) Presiden Obama secara resmi memasukkan kelompok mujahidin Jabhat al-Nushrah di Suriah dalam daftar baru organisasi terorisme. Jabhat al-Nushrah selama ini dikenal sebagai kelompok jihad yang paling keras menghantam militer rezim Nushairiyah Suriah, yang ingin menggulingkan kekuasaan rezim Assad yang berkuasa selama 40 tahun untuk menggantikannya menjadi sebuah negara Islam di bawah hukum Syariah Islam. Berdasarkan pada

pemaparan di atas, ketika kita menggunakan teori sekuritisasi

untuk

mengidentifikasi isu konflik Suriah ini agar dapat dikategorikan sebagi sebuah isu keamanan. Maka, ada pihak yang menjadi Securitizing Actor yakni Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negerinya Hilary Clinton termasuk pula presiden Amerika Serikat Obama, yang menjadikan kelompok militan dan mujahidin semacam Jabhat al-Nushrah dengan identitas Islam ideologis yang mereka bawa, dimana mereka berkeinginan untuk menegakkan negara Islam di bawah hukum Syariah Islam sebagai kelompok terorisme yang memiliki afiliasi dengan alQaidah, itu artinya mereka dijadikan sebagai Referent Object. Atas dasar itu, pada hakekatnya isu Konflik Suriah dapat dikategorisasikan sebagai sebuah isu keamanan pada tingkat regional Timur Tengah yang menyita perhatian masyarakat internasional, dan dapat berkembang menjadi isu keamanan internasional yang mengundang pihak di luar kawasan Timur Tengah untuk melakukan intervensi terhadap konflik Suriah, dengan dalih pelanggaran HAM, menghentikan perang saudara, dan juga penggunaan senjata kimia. Di sisi lain perkembangan tersebut menunjukkan sebuah kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan Barat menghadapi ancaman eksistensial dari jaringan transnasional ketimbang dari negara berdaulat seperti masa lalu.[14] Al-Qaeda atau kelompok-kelompok teroris lainnya semacam Jabhat al-Nushrah, muncul sebagai ancaman non-negara. Mereka merupakan kelompok perlawanan transnasional baik di tingkat global maupun lokal, yang memiliki agenda untuk menegakkan negara Islam yang akan mengancam eksistensi Barat. mengungkapkan kesimpulan tentang apa yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa konflik Suriah merupakan bagian integral dari

isu keamanan yang sangat hangat pembicaraannya dalam kurun waktu sekitar dua tahun ini, sejak dimulainya perlawanan dari rakyat melawan pemerintahan Bashar al-Assad. Konflik Suriah ini melibatkan berbagai macam bentuk kepentingan di dalamnya baik oleh state actor maupun non-state actor. Proses sekuritisasi terhadap isu ini dilakukan oleh Amerika melalui Menteri Luar Negerinya Hillary Clinton dan juga Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang menganggap bahwa kehadiran para militan dan mujahidin di Suriah sebagai sebuah ancaman. Atas dasar itu, Amerika memasukkan kelompok militan Islam semacam Jabhat alNushrah sebagai kelompok terorisme yang dapat mengancam proses perdamaian Suriah. Dalam hal ini, Amerika Serikat melalui Hilary Clinton dan Barack Obama bertindak sebagai Securitizing Actor dalam proses sekuritisasi konflik Suriah dan kelompok mujahidin dengan identitas Islam Ideologi yang dibawanya menjadi Referent Object bagi proses perdamaian Suriah. Proses pembangunan identitas ini menyebabkan berkembangnya wacana yang dibaliknya terdapat relasi antara kuasa dan pengetahuan. Dimana demokrasi dianggap sebagai sebuah solusi terbaik bagi pemerintahan pasca al-Assad, namun disisi lain muncul wacana tandingan yang dibawa oleh kalangan mujahidin semacam Jabhat al-Nushrah yang menginginkan format negara pasca al-Assad adalah format negara Islam berdasarkan hukum Syariah. Kondisi tersebut menunjukkan adanya pluralitas wacana untuk konflik Suriah yang saling bersaing untuk mendapatkan posisi kekuasaan pasca al-Assad.Suriah adalah negara yang sedang mengalami gejolak politik, dimana rakyatnya menuntut mundur Presiden Bashar al-Assad. Tuntutan rakyat Suriah di latar belakangi oleh keberhasilan perjuangan rakyat Tunisia,

Mesir, dan Libya yang berhasil menuntut mundur rezim otoriter di ketiga negara tersebut. Tuntutan ini merupakan akumulasi dari ketidakpuasan rakyat Suriah terhadap pemerintahan Assad yang dianggap otoriter. Bashar

al Assad telah berkuasa sejak tahun 2000, mewarisi kekuasaan ayahnya Hafez al-Assad, yang berkuasa selama tiga dekade di Suriah. Revolusi Suriah telah banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Menurut Sekretaris Jenderal untuk urusan politik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Lynn Pascoe, jumlah korban meninggal dari konflik Suriah mencapai 7.500 orang. Terdapat laporan bahwa jumlah korban meninggal melebihi 100 warga sipil setiap hari dan sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Adapun Pemerintah Suriah menyatakan kehilangan 1.345 pasukan keamanan dan menyebut sebanyak 2.493 warga sipil yang tewas.2 Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memastikan jumlah korban tewas akibat aksi represif militer Suriah adalah yang terbesar dan terbanyak jika dibandingkan dengan aksi-aksi serupa. Hal ini kemudian memicu negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memberikan sanksi kepada Suriah. Negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara sekutu di Timur Tengah yang berada dalam naungan Dewan

Keamanan (DK) PBB telah merampungkan draft resolusi untuk menerapkan embargo senjata dan sanksi lainnya terhadap Suriah untuk menghentikan penindasan terhadap para penentang Presiden al- Assad. Resolusi ini hampir serupa dengan resolusi yang dikeluarkan
1 Apriadi Tamburuka. 2011. Revolusi Timur Tengah, Kejatuhan Para penguasa Otoriter di Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Buku Seru, halaman: 9. 2Hillary sebut Assad: Penjahat Perang, 29 Pebruari 2012 pada http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/29/m05agp-hillary-sebut-assad-penjahat-perang, diakses pada 8 April 2012.

Jurnal Transnasional, Vol. 4, No. 1, Juli 2012

Dewan Keamanan (DK) PBB terhadap pemerintahan Khadafi beberapa waktu lalu. Namun keputusan itu ditentang sekutu dekat Suriah, yaitu Rusia dan Cina sebagai dua negara pemegang hak veto3 terhadap resolusi yang ditawarkan DK PBB.

Cina untuk menyaingi AS sebagai minyak pemabuk ---------------------------------Pemimpin Amerika memiliki alasan yang baik untuk khawatir tentang harga minyak. Guncangan harga minyak dapat memainkan peran yang menentukan dalam mengakhiri presidensi, seperti dalam kasus Presiden Jimmy Carter dan George H. W. Bush. 2 November pemilu mungkin bergantung pada pendinginan dari pemulihan ekonomi yang disebabkan oleh tingginya berkelanjutan tingkat harga minyak. Tapi itu tidak benar-benar apa yang berikutnya Presiden harus begitu prihatin. Guncangan minyak yang nyata - Jauh lebih merusak dan berkelanjutan daripada sebelumnya akan datang sedikit kemudian, tapi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, dari bagian dunia bahkan tidak dibahas secara serius dalam kampanye saat: China.

Dengan 1,3 miliar orang, tingkat fenomenal pertumbuhan ekonomi, dan permintaan konsumen untuk mobil, Cina akan segera datang ke dalam konflik langsung dengan Amerika Serikat atas minyak, industri yang paling berharga dan semakin langka di dunia komoditas. Tekanan pada pasokan pasti akan mendongkrak harga ke tingkat yang akan membuat pengendara saat ini dan pelanggan listrik memucat.

Konflik tidak dapat dihindari. Itu bisa menciptakan geopolitik ketegangan dan menyebabkan perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri AS yang mungkin menaungi keasyikan hari ini dengan terorisme global. Dan tidak ada solusi mudah untuk mencegah hal itu, hanya menyesalkan atas kehilangan kesempatan bangsa ini dalam dekade terakhir untuk mengembangkan sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan AS pada impor minyak.

Program tersebut, dimulai hari ini, akan memakan waktu terlalu lama untuk berbuah pada waktunya untuk menghindari benturan ekonomi dan politik dengan China atas minyak. Hanya sekilas cepat angka-angka yang terlibat membuat jelas dimensi dari masalah. Pertumbuhan ekonomi China telah menggelegak bersama pada kecepatan yang beruap 8 sampai 10 persen per tahun selama masa lalu dekade.

Dengan pertumbuhan itu, penjualan mobil swasta di bangsa besar memiliki meroket dari level tanda 10 tahun yang lalu - hanya 220.000 yang dijual baru-baru ini tahun 1999 - hingga hampir 2 juta tahun ini. Terakhir tahun saja, penjualan mobil China meningkat mengejutkan 69 persen.

3 Lebih mobil dari AS pada 2030

--------------------------Diperkirakan bahwa Cina bisa memiliki hampir 30 juta mobil pada tahun 2010. Pada tahun 2030, China diperkirakan akan memiliki mobil lebih dari Amerika Serikat dan impor minyak sebanyak AS tidak hari ini. Sudah, Cina telah menyusul Jepang sebagai terbesar kedua di dunia importir minyak, setelah Amerika Serikat. Dan nafsu makan adalah besar dan berkembang. Sebagai Daniel Yergin dari Cambridge Energy Research Associates katakan, "China telah berubah dari menjadi pemain kecil dalam pasar komoditas dunia, jika pemain sama sekali, untuk menjadi penentu Faktor dinamis saat. Dalam hal minyak, 40 persen dari seluruh pertumbuhan permintaan minyak sejak tahun 2000 telah Cina. "

Pada triwulan ini saja, permintaan China untuk minyak diproyeksikan meningkat 21 persen. Yang mengikuti kenaikan 19-persen selama kuartal pertama tahun ini. Tidak pula konsumen Cina, terutama di tengah tumbuh kelas dihasilkan oleh sektor teknologi booming, terutama tertarik pada mobil kecil hemat bahan bakar. Olahraga gas-menenggak kendaraan utilitas tidak hanya gairah Amerika. Mereka adalah diminati di Cina, juga.

Dalam sebuah laporan dari China disiarkan di National Public Radio pada bulan Juni, seorang wanita 35 tahun di Beijing, Sia Lan, seorang eksekutif di China memperluas industri periklanan, katanya, seperti banyak lainnya dari dirinya teman-teman, lebih memilih untuk mendorong SUV. "Saya punya mobil sedan, juga, yang saya digunakan untuk menggerakkan bekerja karena Jeep saya guzzles gas lebih banyak, "katanya kata. "Tapi aku lebih suka Jeep saya karena saya dapat melihat atas semua lainnya mobil. "

Sebuah lingkungan Cina, Liang Congjie, yang tertekan oleh implikasi. "Jika setiap keluarga Cina memiliki dua mobil seperti Amerika Serikat keluarga, maka mobil-mobil yang dibutuhkan oleh China, seperti 600 juta kendaraan, akan melebihi semua mobil di dunia digabungkan. "

Prospek ini menakutkan, tidak hanya untuk efek itu akan terhadap produksi dunia gas rumah kaca untuk mempercepat pemanasan global, tetapi juga untuk tekanan yang luar biasa itu akan memakai pasokan minyak dunia. Hanya 10 tahun yang lalu, Cina adalah mandiri dalam minyak dan benarbenar diekspor dalam jumlah kecil untuk negara-negara Asia lainnya. Sekarang, impor account selama lebih dari sepertiga dari konsumsi minyak Cina. Dan daripada mengandalkan perusahaan minyak asing untuk memasok dengan minyak, China ingin perusahaan minyak sendiri untuk langsung luar negeri untuk mengamankan sumber pasokan dapat mengeksploitasi sendiri. Bentrokan dengan AS di Timur Tengah -------------------------Di sinilah pencarian China untuk lebih banyak minyak akan datang langsung di bertentangan dengan keprihatinan kebijakan luar negeri AS khususnya di Timur Tengah. Selama Perang Dingin, Cina

menjauh dari Timur Tengah. Jarak geografis yang wilayah dan ketidakstabilan politik terhalang itu dari mengamankan hubungan dengan negara-negara yang utama pengekspor minyak dan, setidaknya sampai satu dekade lalu, China lama gerobak sapi dan sepeda tidak perlu mengimpor minyak.

Tapi sekarang Timur Tengah dan hubungan dengan negara-negara penghasil minyak telah menjadi kepentingan kunci dalam kebijakan luar negeri China, mungkin kedua hanya untuk obsesi dengan Taiwan.

Menjelajahi dunia ------------------Hari ini, hampir 60 persen dari impor minyak China berasal dari itu daerah. Melalui perjanjian bilateral, daripada internasional mekanisme, dan menggunakan penjualan senjata dan transfer teknologi dual-use - Peralatan nuklir, sistem bimbingan untuk rudal - untuk semen dasi, China telah memperoleh hak eksplorasi minyak dan eksploitasi di beberapa negara yang paling bergejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara - Iran, Sudan, Libya, Aljazair dan, sampai baru-baru ini perang, Irak.

Kasus Sudan, di mana perhatian internasional untuk kemanusiaan bencana di wilayah Darfur telah semakin meningkat, menempatkan peran Cina dalam perspektif. Ini menggambarkan bagaimana kepentingan minyak Beijing bisa datang dalam konflik langsung dengan kebijakan AS.

Pasukan Cina di Sudan ----------------------Sementara Washington telah meminta dunia - dan menekan Amerika Dewan Keamanan - untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Sudan untuk memadamkan konflik sektarian yang telah menempatkan satu juta pengungsi beresiko, Cina telah dikerahkan 4.000 tentara ke Sudan. Tapi orang tentara yang ada hanya untuk melindungi investasi China dalam

pipa minyak. Cina khawatir bahwa kerusuhan sipil bisa menghancurkan proyek minyak. Benar-benar sudah bermusuhan dengan tekanan AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap pemerintah Arab di Khartoum, klien Cina kunci, pembeli senjata Cina dan mitra dalam minyak eksplorasi.

Itu juga mengatakan bahwa China adalah lawan utama di Dewan Keamanan perang terhadap Irak, sebagian besar karena China telah diperoleh calon kontrak dengan Saddam Hussein untuk eksploitasi eksklusif dari beberapa ladang minyak. Tapi mungkin yang paling prospek mengkhawatirkan bagi para pembuat kebijakan AS adalah China berkembang berusaha mengamankan hubungan dengan Arab Saudi, arbiter di dunia pasar minyak, mengambil keuntungan dari ketegangan Saudi rezim dengan Washington sejak serangan 9/11.

Semua ini adalah pertanda menggelisahkan konflik datang Beijing dengan Amerika Serikat atas minyak. Ini akan datang lebih cepat dari yang diharapkan dan Amerika Serikat tidak siap untuk itu. Presiden ini atau penggantinya harus, setidaknya, mengingatkan bangsa tentang nya konsekuensi, memulai perbincangan nasional tentang hal itu dan mendorong program konservasi energi untuk mengurangi tekanan ekonomi yang jelas kita semua akan hadapi.

Kebutuhan China untuk minyak adalah pepatah gorila 800-pon pada kamar, dan tak seorang pun tampaknya bersedia untuk menghadapinya atau bahkan mengakui itu - sampai terlambat.

You might also like