You are on page 1of 8

1.

Deskripsi Cakalang Deskripsi morfologi dan karakteristik ikan cakalang dari berbagai samudera

menunjukan bahwa hanya ada satu species cakalang yang terbesar di seluruh dunia, yaitu Katsuwonus pelamis. Bentuk tubuh cakalang memanjang seperti torpedo dan padat dengan penampang melintang yang membulat. Bagian bawah gurat sisi memiliki 4 - 6 garis - garis hitam tebal yang membujur seperti pita. Bagian bawah punggung dan perut berwarna keperak perakan. Punggung berwarna biru keungu unguan. Tubuh tidak bersisik kecuali pada bagian gurat sisi dan depan sirip punggung pertama. Cakalang mempunyai 7 9 sirip dubur tambahan dan terdapat tiga tonjolan pada batang ekor. 2. Aspek biologi cakalang (Katsuwonus pelamis) Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang, adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai berikut : Phylum Sub phylum Superclass Series Class Subclass Ordo Subordo Family Subfamily Tribe Genus Spesies 3. Daerah Penyebaran Menurut Gunarso (1985), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 260C 320C, dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 280C 290C dengan : Vertebrata : Craniati : Gnathostomata : Pisces : Telestoid : Actinopterygii : Perciformes : Scombridei : Scombridae : Scombrinae : Thunini : Katsuwonus : Katsuwonus pelamis

salinitas 33% . Sedangkan menurut Jones dan Silas (1962) cakalang hidup pada temperature antara 160C 300C dengan temperature optimum 280C. Ikan cakalang menyebar luas diseluruh perairan tropis dan sub tropis pada lautan Atlantik, Hindia dan Pasifik, kecuali laut Mediterania. Penyebaran ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Penyebaran Tuna dan Cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus garis konvergensi diantara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang kaya akan organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang sangat baik untuk perikanan Tuna dan Cakalang. Penyebaran cakalang di perairan Samudra Hindia meliputi daerah tropis dan sub tropis, penyebaran cakalang ini terus berlangsung secara teratur di Samudra Hindia di mulai dari Pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, Sebelah Barat Sumatra, Laut Andaman, diluar pantai Bombay, diluar pantai Ceylon, sebelah Barat Hindia, Teluk Aden, Samudra Hindia yang berbatasan dengan Pantai Sobali, Pantai Timur dan selatan Afrika. Penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan Samudra Fasifik (perairan Utara Irian Jaya). 4. Faktor oseanografi yang mempengaruhi penyebaran cakalang Penyebaran ikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Ikan cakalang menyebar luas di perairan tropis dan sub tropis seperti di lautan Atlantik, Samudera Hindia dan Pasifik. Penyebaran ikan tersebut di perairan Indonesia sebagian besar terdapat di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Stok yang terdapat di perairan KTI ini diduga berasal dari Samudera Pasifik bagian barat yang beruaya dari sebelah timur Philipina dan sebelum utara Papua Nugini. Ikan tersebut selanjutnya

beruaya dari perairan KTI ke Samudra Pasifik bagian barat, yaitu ke perairan Zamboanga dan sebelum utara Papua Nugini. Ikan cakalang secara vertikal dapat menyebar sampai dengan ratusan meter di bawah permukaan air, bahkan banyak terdapat pada kedalaman renang 20 200 meter. Penyebaran ikan di perairan tropis sangat dipengaruhi oleh lapisan termoklim. Ikan cakalang umumnya ditemukan di atas lapisan termoklim (Laevastu and Hela, 1970). Ikan cakalang merupakan ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Individu cakalang dalam suatu schooling mempunyai ukuran (size) yang relatif sama. Ikan ikan yang berukuran lebih besar biasanya berada pada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang lebih kecil. Ikan ikan yang lebih kecil biasanya berada dekat permukaan perairan dengan schooling yang lebih besar. Tingkah laku tersebut umumnya dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memudahkan penangkapan. Ikan cakalang melakukan migrasi karena (1) adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan arus, (2) usaha mencari daerah perairan yang mengandung bahan makanan yang cukup dan (3) usaha mencari daerah pemijahan. Hal ini sesuai dengan pendapatan Laevastu and Hayes, (1981) yang menyatakan bahwa pola kehidupan ikan, termasuk cakalang tidak bisa dipisahkan dari pengaruh faktor faktor oseanografi. Fluktuasi faktor faktor oseanografi seperti suhu, salinitas, arus permukaan, oksigen terlarut mempunyai pengaruh yang besar terhadap periode migrasi musiman serta terdapatnya ikan di suatu lokasi perairan. 4.1 Suhu perairan Suhu perairan secara langsung berpengaruh terhadap derajat metabolisme dan siklus reproduksi ikan. Suhu perairan secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Perubahan suhu perairan akan berpengaruh terhadap rangsangan syaraf, perubahan proses metabolisme dan aktivitas tubuh ikan (Laevastus and Hela, 1970). Kedalaman renang dari kelompok ikan pelagis, termasuk cakalang banyak ditentukan oleh distribusi suhu perairan secara vertikal. Cakalang akan berenang

menghindari suhu perairan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah dari biasanya dan menuju ke lapisan perairan tertentu di mana ikan tersebut lebih mudah beradaptasi. Distribusi vertikal ikan cakalang di perairan tropis sangat dipengaruhi oleh lapisan termoklin. Adapun kisaran suhu penyebaran dan penangkapan serta lapisan renang dari cakalang dan beberapa jenis tuna disajikan pada Table 2 (Laevastu and Hela, 1970). Table 1. Kisaran suhu penyebaran dan penangkapan serta lapisan renang ikan cakalang dan beberapa jenis tuna (Laevastu and Hela, 1970). Jenis Ikan Cakalang Bluefin Mata besar Madidihang Albacore Kisaran Suhu (0C) Penyebaran Penangkapan 17 - 28 19 - 23 12 - 25 15 - 22 11 - 28 18 - 22 18 - 31 20 - 28 14 - 23 15 - 21 Lapisan Renang (meter) 0 - 40 50 - 300 50 - 400 0 - 200 20 - 300

Kisaran suhu penyebaran dan penangkapan cakalang umumnya bervariasi sesuai dengan wilayah perairan. Ikan cakalang di Samudera Pasifik bagian timur ditemukan pada kisaran suhu permukaan laut (SPL) 170C 300C dengan suhu optimum 200C 280C (Blackburn, 1965). Gunarso, (1985) menyatakan bahwa suhu perairan optimum untuk penangkapan cakalang di perairan Indonesia adalah 280C 290C. Adapun kisaran suhu yang optimum untuk penangkapan cakalang dan tuna pada berbagai perairan disajikan pada Table 2. Table 2. Kisaran suhu perairan untuk penangkapan cakalang dan tuna menurut wilayah perairan No. Wilayah Perairan 1 2 3 4 Pasifik Timur Laut Pasifik Tenggara Pasifik Barat Laut New Zeland Suhu Optimum (0C) 20 - 26 20 - 28 20 - 28 17 - 23 Sumber Blackburn, 1965 Blackburn, 1965 Blackburn, 1965 Blackburn, 1965 Keterangan Cakalang & Tuna Cakalang & Tuna Cakalang & Tuna Cakalang & Tuna

5 6

Papua New Guinea Indonesia

28 - 30 28 - 29

Blackburn, 1965 Blackburn, 1965

Cakalang & Tuna Cakalang

4.2 Salinitas perairan Salinitas perairan merupakan parameter oseanografi yang dapat digunakan untuk memperkirakan daerah penyebaran ikan cakalang di suatu perairan. Kisaran salinitas yang menjadikan daerah penyebaran cakalang umumnya bervariasi menurut wilayah perairan. Cakalang sering terkonsentrasi pada permukaan perairan dengan kisaran salinitas 23%0 - 35%0 (Blackburn, 1965). Ikan cakalang mempunyai sifat sensitif terhadap perubahan salinitas. Hal ini terbukti dengan banyaknya ikan cakalang yang ditemukan di perairan ujung timur Selat Sunda ketika salinitas perairannya tinggi. Di lain pihak, ikan cakalang tidak ditemukan sama sekali ketika salinitas. 4.3 Arus perairan Penyebaran ikan pelagis sering mengikuti sirkulasi arus dan kepadatannya sangat berhubungan dengan kondisi arus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Selat Makassar, terdapat indikasi bahwa penyebaran berbagi jenis tuna terdapat di sepanjang poros arus. Sepanjang daerah penyebaran tersebut, kelimpahan ikan cenderung lebih banyak pada lapisan renang yang lebih dalam. Ikan cakalang sangat menyenangi daerah pertemuan arus (konvergensi) yang umumnya dijumpai pada wilayah yang memiliki banyak pulau. Turbulansi yang terjadi di perairan sekeliling pulau pulau atau benua berperan merangsang pertumbuhan plankton. Sebagai konsekuensi logisnya, perairan tersebut relatif lebih subur dan menjadi daerah penyebaran yang baik bagi cakalang untuk mencari makan, seperti halnya di daerah upwelling. Ikan cakalang sering ditemukan pada perbatasan dua massa air yang berbeda dimana terjadi pertemuan antara massa air panas dan dingin. Daerah ini diduga memiliki berbagai macam organisme dan merupakan daerah penangkapan cakalang yang baik (Laevastu and Hela, 1970).

DAFTAR PUSTAKA

Blackburn, M. 1965. Oceanography and The Ecology of Tunas. In H. Barnes (editor), Oceanography Marine Biology Ann. Rev. 3. George Allen and Unwin Ltd. London. p.299-322. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 149 hal Hela I dan T. Laevastu. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News (Books) Ltd. London. hlm. 123. http//www.fishbase.org

LAMPIRAN

Gambar 1 : Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) (http//www.fishbase.org)

You might also like