You are on page 1of 145

Mata Kuliah : Agama Katolik Kode Mata Kuliah : Beban Study : Penempatan : Semester 1 Dosen Pengampu : Dra.

Irene Dyah Tri Kartikarini, M.Pd

Mata

Kuliah ini menguraikan tentang dasar moral Gereja Katolik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila. Sehingga melalui dasar moral tersebut profesi kebidanan dapat dilaksanakan dengan etika moral yang benar. Proses pelaksanaan perkuliahan ini melalui kegiatan belajar kuliah, diskusi, penugasan dan seminar.

B. Tujuan Mata Kuliah


Pada

akhir mata kuliah mahasiswa mampu memahami agama dan maknanya, Keluarga Sejahtera (Hidup dan Kesehatan).

1. Agama a. Definisi Agama. b. Pemahaman hidup beragama. 2. Membangun Keluarga Sejahtera. a. Perencanaan keluarga. b. Kesehatan Ibu dan Anak. c. Kesehatan Reproduksi. d. Masalah Kesehatan Reproduksi.

3. Moral Hidup dan Kesehatan. a. Penghargaan terhadap hidup manusia dan larangan membunuh. b. Penghargaan terhadap keutuhan tubuh larangan mutilasi; prinsip totalitas. c. Penghargaan terhadap kesehatan dan tugas memelihara serta memulihkannya.

1.Agama
1.1. Defini agama.

a. Definisi Umum:
Agama adalah: hubungan manusia dengan suatu kekuasaan suci yang lebih tinggi daripada dia, darimana ia merasa tergantung dan berusaha mendekatiNya.
Kekuasaan itu menurut agama masing-masing disebut: Allah, Tuhan, Budi, Sempurna,Brahma,Dewa-dewi,Pencipta,Pusat Dunia dll.

b.Definisi khusus:

Kita mengasihi Allah sebab Allah sudah lebih dulu mengasihi kita.(1 Yoh.4:19). Tuhan mengambil inisiatif, Tuhan mencintai manusia sebelum manusia mencintai Tuhan. Hendaklah kamu mengasihi Allah Tuhanmu dengan seluruh hatimu, dengan seluruh jiwamu dan dengan akal budimu. Hendaklah kamu mengasihi sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Pada kedua hukum ini tergantung seluruh hukum Taurat dan nabi-nabi (Mat.22:34-40; Mrk.12:14).

2. Pemahaman hidup beragama. a.Beriman dan Beragama: Beriman berarti : menyerahkan diri secara total kepada kehendak Tuhan. Penyerahan ini bersifat bebas, artinya: manusia beriman mengambil sikap yang bertanggungjawab untuk menanggapi Allah yang menyapanya. Manusia berkeputusan dan menentukan sikapnya sendiri di hadapan Allah secara sukarela. Dengan demikian manusia beriman menaruh harapan dan kasih dalam hidupnya kepada Allah saja.

Untuk menghayati iman diperlukan agama. Iman sebagai sikap batin manusia yang menyerahkan diri kepada Allah terasa lebih mudah diungkapkan, dikomunikasikan, dihayati dan dipelihara dalam agama. Beragama menandakan dengan jelas bahwa orang beriman. Iman dan Agama saling terkait.

b. Inti Agama : Iman-Wahyu

Iman; merupakan sikap batin manusia yang menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Penyerahan ini merupakan tanggapan jawaban sukarela dari manusia terhadap Allah yang mewahyukan diri. Apakah WAHYU itu ?

Konsili Vatikan II mengatakan : dalam kebaikan dan kebijaksanaannya Allah berkenan mewahyukan dirinya dan memaklumkan rahasia kehendaknya (Ef,1:9)....Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (Kol.1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasihNya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabatNya (kel.33:11; Yoh.15:14-15) dan bergaul dengan mereka (Barukh 3:38) untuk mengundang mereka kedalam persekutuan dengan dirinya dan menyambut mereka didalamnya.

Iman Wahyu; merupakan satu realitas hubungan antara manusia beriman yang menanggapi sapaan Allah dan Allah yang menyapa manusia beriman itu. Dalam agama : iman wahyu menjadi kelihatan karena diungkapkan, dipelihara dan diaktualisasikan. Seluruh jemaat, tradisi, ibadat, tempat ibadat, petugas ibadat menampakkan (menandakan) adanya iman wahyu. Oleh karena itu Iman Wahyu dapat dikatakan sebagai inti agama.

c. Unsur Agama :

1. Jemaat : Umat yang merasa diikat oleh


iman yang sama. Mereka merasa dipersatukan oleh Allah.

2. Tradisi : Semua agama mempunyai

sejarah, tokoh-tokoh yang diagungkan. Agama mempunyai ajaran tentang keselamatan, moralitas, ibadat, termasuk buku-buku suci,

3. Ibadat : Dalam ibadat nampak jelas perbedaan antara agama yang satu dengan yang lainnya. Ada yang melihat ibadat sebagai ungkapan pertemuan antara manusia dengan Allah; ada pula yang membatasi ibadat sebagai ungkapan ketaqwaan dan saling mengukuhkan keyakinan iman. Untuk menjamin kebersamaan dalam ibadat diperlukan adanya ritus (tata upacara ibadat), yang diyakini sebagai ungkapan memadai dari iman jemaat tertentu, dengan sarana ataupun tanda-tanda tertentu yang dianggap dapat menyucikan.

4. Tempat ibadat: Lokasi yang dikhususkan bagi pertemuan umat beriman dengan Allah. Dalam tempat itu terdapat juga tanda sarana atau hal lain yang dipandang sebagai suci.

5. Petugas ibadat : orang yang oleh jemaat tertentu dipandang mempunyai kemampuan, daya kesucian dan diberi kehormatan dan tempat istimewa. Fungsi dan kuasa orang itu terutama memimpin kebaktian, bahkan lebih luas menyangkut bidang lain sebagai pemimpin agama dalam arti luas.

d. Fungsi Agama :

1.Agama memberikan arti hidup.


Hidup lebih berarti jika dimotivasi oleh nilai-nilai luhur yang ada dalam agama.
2. Agama menyatukan orang beriman. Agama menyadarkan manusia sebagai sesama ciptaan Allah. Orang beriman merasa sewarga, sesaudara, sepanggilan dalam iman. Perasaan ini mendorong orang beriman untuk berdamai dengan semua mahkluk.

3. Agama dapat menguatkan hidup. Memperteguh, memperkokoh, memberikan kekuatan dan semangat serta motivasi dalam hidup yang harus diperjuangkan. Mendorong orang untuk hormat dan taat pada norma yang berlaku. 4. Agama mengajar dan mendidik orang. Norma agama mempengaruhi umat beriman untuk hidup baik, taqwa dan mengarahkan hidupnya kepada Allah. Mempengaruhi orang untuk dengan bebas mampu berkeputusan memilih nilai yang penting, baik dan berguna.

5. Agama mempunyai fungsi penyelamatan:

Agama mempengaruhi orang untuk hidup hati-hati, waspada dan mendekatkan diri kepada Tuhan, menuntun orang untuk kembali ke jalan Tuhan.
6. Agama mempunyai fungsi sebagai alat kontrol sosial : Mengendalikan, mencegah, mengoreksi, mengingatkan dan mengadili tindakan yang menyimpang dari norma.

7. Agama berfungsi sebagai alat perubahan (transformator): Mengubah sikap dan perilaku orang untuk terus bertobat dan hidup baru, meninggalkan masa lampaunya yang penuh dos, meningkatkan hidupnya yang sudah baik, bahkan mendorong orang untuk meraih hidup yang smpurna. 8. Agama menawarkan mewariskan nilai-nilai luhur: Menjadi alternatif dalam memecahkan, menghadapi soal-soal hidup yang bermacam-macam.

e. Motivasi hidup beragama : 1. Misteri ketidakpastian hidup. 2. Mengalami kemampuan keterbatasan hidup. 3. Keselamatan kekal. 4. Terpanggil untuk dididik jadi beriman dan bertaqwa. 5. Ingin hidupnya terkontrol dan terarah pada nilai yag baik dan mutlak. 6. Manusia tidak dapat menjamin hidupnya.

Tugas Bab I :

1. Jelaskan definisi agama ! 2. Beri penjelasan tentang beriman dan


beragama !

3. Jelaskan :Inti agama ! 4. Sebut dan jelaskan unsur Agama ! 5. Sebut dan jelaskan fungsi Agama ! 6. Sebut dan jelaskan motivasi hidup
beragama !

Bab II: Membangun Keluarga Sejahtera


2.1. Perencanaan Keluarga. Apa yang dimaksud KELUARGA ? Keluarga merupakan: Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dengan anaknya atu ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya. Keluarga lazimnya disebut rumahtangga yang merupakan untit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan hidup.

a. KELUARGA KRISTIANI SEBAGAI PERSEKUTUAN


HIDUP DAN CINTA: Bagaimana merencanakan keluarga Kristiani sebagai persekutuan hidup dan cinta ?

Sesuai jati dirinya sebagai Persekutuan hidup dan cinta(GS,48), maka keluarga-keluarga Kristiani mempunyai 4 misi, Yakni: 1. Membentuk komunitas pribadi-pribadi. 2. Mengabdi kehidupan. 3. Ikut serta dalam pembagunan masyarakat. 4. Mengambil bagian di dalam perutusan Gereja.

1. Membentuk komunitas pribadi-pribadi: keluarga harus mengembangkan cinta agar tumbuh menjadi komunitas antar pribadi, karena cinta merupakan dasar kehidupan keluarga. Cinta suami istri juga tak terceraikan , karena dituntut demi kesejahteraan anak-anak dan dikehendaki menjadi lambang cinta Allah dan Kristus kepada umatNya, maka perceraian tegas ditolak Kristus (Mat 19:1-2; Mark 10:1-12).

2. Mengabdi kehidupan : dalam mengabdi kehidupan, cinta suami-istri bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak maupun dalam arti moral dan spiritual. Hubungan seksual dan hidup berkeluarga terarah kepada penerusan penciptaan manusia (Kej. 1). 3. Ikut serta dalam pembangunan masyarakat: dalam ikut serta membangun masyarakat, keluarga Kristiani sebagaimana keluargakeluarga lain dan merupakan inti masyarakat yang pertama dan sekolah hidup bermasyarakat. Di dalam keluarga ditumbuhkan semangat berkorban dan dialog, dimana manusia dimanusiakan.

4. Mengambil bagian dalam perutusan gereja : melalui sakramen perkawinan, suami-istri mendapat pengutusan khas awam, untuk menembus semua bidang kemasyarakatan, terutama membela kaum miskin. Berdasarkan tugas imamatnya, keluarga Kristiani bersatu dengan Allah lewat doa, ibadat dan penerimaan sakramen.

Paus Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Sollicitudo Rei Socialis (30 Desember 1987) mengulangi seruan Konsili Vatikan II, yang menyadarkan keluarga-keluarga Kristiani untuk memperhatikan dan solider terhadap mereka yang kecil dan miskin; kegembiraan dan pengharapan, kesusahan dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan pengharapan, kesusahan dan kecemasan murid-murid Kristus pula (GS.1).

Apakah Fungsi Keluarga ?


Fungsi keluarga adalah: sebagai tempat yang memberi rasa saling memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan baik diantara anggota keluarga. Cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek/saling menghargai dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya.

Adapun fungsi-fugsi tersebut :


a. b. c. d. e. f. g. h. Fungsi Agama. Fungsi Sosial Budaya. Fungsi Cinta Kasih. Fungsi Perlindungan. Fungsi reproduksi. Fungsi sosialisasi dan pendidikan. Fungsi ekonomi. Fungsi pemeliharaan lingkungan.

b. Perkawinan sebagai panggilan hidup dan sakramen.


Apakah yang dimaksud dengan Perkawinan/Pernikahan ? Dalam pasal 1 Undang-undang RI No.1 tahun 1974, perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bagimana Gereja memandang Pernikahan/Perkawinan ?


Dalam kehidupan orang katolik, perkawinan merupakan salah satu cara manusia menjawab panggilan Allah, yakni panggilan untuk mencintai (FC.11), maka perkawinan merupakan persekutuan hidup antara pria dan wanita atas dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama secara tetap dan memiliki tujuan sama yakni saling membahagiakan. Perkawinan merupakan suatu tanda (sakramen) dari cinta Allah kepada umatNya.

Gereja menyatakan bahwa : Persekutuan hidup dan kasih suami istri yang diadakan oleh sang pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumNya, dibangun oleh perjanjian pernikahan atau persetujuan pribadi tidak dapat ditarik kembali. Oleh Kristus, pernikahan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat sakramen. Perjanjian pernikahan antara pria dan wanita merupakan ungkapan yang penuh makna dari persekutuan cinta kasih antara Allah dan umatNya.

c. Moral Keluarga Katolik.


Perkawinan dan keluarga tidak dapat dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Keluarga diharapakan: berkembang sebagai persekutuan pribadi-pribadi dalam pengabdiannya kepada hidup dengan prokreasi/melanjutkan keturunan dan pendidikan anak serta berperan dalam masyarakat dan negara.

Dalam moral keluarga :


Kita tak berpuas diri dengan rutinitas pelaksanaan kewajiban, melainkan juga dijiwai dinamika pengembangan keluarga.

Persekutuan hidup dalam hal ini adalah: consortium yang berarti berbagi nasib yang menunjukkan aspek personal dan unitif (persatuan) yaitu persekutuan seluruh hidup yang mau dibangun atas dasar cinta kasih dan diteguhkan dalam perjanjian, dalam perjanjian pernikahan, dua pribadi disatukan (GS 48a; FC,19a).

Apakah tujuan pernikahan/perkawinan berlandaskan moral keluarga Katolik ?


Membangun keluarga berarti: mengembangkan hubungan cinta kasih antara anggota keluarga, baik antara suami-istri, antara orangtua-anak maupun antara sesama anggota keluarga yang lain. Dengan demikian setiap keluarga Katolik dipanggil untuk melaksanakan ajaran utama Kristus, yakni ajaran cinta kasih dalam hidup berkeluarga.

d. Tanggungjawab suami-istri merencanakan keluarga.


Dalam membangun hidup keluarga, pasangan suami-istri harus bercermin pada keluarga Kudus Nazaret yang mengarahkan hidupnya pada kesempurnaan dan kekudusan (bdk. Mat:5,48/Luk.6,36). Anak adalah : buah cinta, anugerah Allah yang diberikan kepada pasangan suami-istri.

Dalam perkawinan, dimana didalamnya ada pemberian diri secara timbal balik, terarah pada kelahiran anak, pasangan suami-istri dipanggil untuk menjadi partner Allah, menurunkan kehidupan baru, dipanggil pada kebapaan dan keibuan yang bertanggung jawab.

e. Keluarga Berencana/Pengaturan Kelahiran


Undang-undang no. 10 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera, pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana.

Adanya Keluarga Berencana dapat diterima, tetapi cara melaksanakannya harus diserahkan kepada tanggungjawab suami-istri masingmasing dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga dan bimbingan Gereja. Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat.

Sarana Keluarga Berencana:


Untuk menghindarkan hal yang berakibat negatif, setiap alat, obat dan cara yang dipakai untuk pengatur kehamilan harus aman dari segi medik dan dibenarkan oleh agama, moral dan etika (UU no. 10 th 1992 ps 17 ayat: 1,2).

f. Keluarga Berencana/Pengaturan kelahiran menurut pandangan Gereja.


Suami-istri kadang bingung: merasa dari satu pihak harus mengatur kelahiran, tetapi di lain pihak tidak dapat melaksanakan dengan cara pantang berkala, maka dalam keadaan demikian mereka bertindak secara tanggungjawab dan tidak perlu merasa berdosa, apabila menggunakan cara lain, asal cara tsb. tidak merendahkan suami atau istri, tidak berlawanan dengan hidup manusiawi (pengguguran dan pemandulan) dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis (penjelasan MAWI 1968) tentang Keluarga Berencana).

Ensiklik (no.10) menyatakan bahwa :


a). Orangtua dapat mengambil keputusan yang telah dipertimbangkan secara tulus ikhlas mau memelihara keluarga yang besar atau juga b). Karena alasan-alasan yang berat, tetapi dengan tetap penuh hormat mentaati hukum moral, mau menghindarkan kelahiran baru untuk sementara waktu atau waktu yang tak ditentukan lamanya.

Gaudium et Spes no 50:


Dalam seluruh tindakannya suami-istri harus sadar bahwa mereka tidak dapat berbuat sekehendak hatinya, melainkan mereka harus dibimbing suara hati dan menyesuaikan dengan hukum Tuhan; jadi mereka harus mendengarkan ajaran Gereja yang menjelaskan hukum Tuhan secara resmi dibawah penerangan Injil .

Piagam hak-hak keluarga Art.3 menyatakan :


Bahwa suami-istri mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat untuk mendirikan keluarga dan menentukan jarak kelahiran dan jumlah anak, dengan mengindahkan sepenuhnya kewajiban-kewajiban terhadap dirinya sendiri, anak-anak yang sudah lahir, keluarga dan masyarakat dalam nilai-nilai yang tepat dan sesuai dengan tata moral obyektif yang mengesampingkan alat-alat kontrasepsi, sterelisasi dan aborsi.

g. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


Gereja telah memberikan ketetapan yang jelas yakni: dengan membolehkan suami-istri melakukan pantang berkala yakni tidak melakukan persetubuhan pada saat masa subur, inilah yang disebut Keluarga Berencana Alamiah (KBA). KBA merupakan metode perencanaan kehamilan melalui pengamatan beberapa tanda dan gejala yang secara alamiah terjadi pada fase subur dan fase tidak subur dalam siklus haid.

Macam-macam Metode KB Alamiah:


1. Metode kalender. 2. Metode suhu basal. 3. Metode ovulasi Billing/metode pengamatan lendir.

Aspek-aspek menguntungkan dari KBA adalah:


1. Dapat meningkatkan relasi dan komunikasi pasangan suami-istri. 2. Mansiri, artinya pasangan suami-istri sudah mengenali pola kesuburan dirinya, maka tidak perlu lagi campur tangan orang ketiga. 3. Pengambilan keputusan oleh pasangan suami-istri. 4. Tidak memakai alat/ menggunakan obat yang dimasukkan tubuh sehingga tidak ada efek samping. 5. Dapat dipakai untuk menjarangkan kehamilan atau menghendaki kehamilan. 6. Sesuai ajaran gereja.

h. Keluarga Berencana Buatan (KBB)


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pil KB Suntikan. Susuk KB/Implant. Kondom. IUD/AKDR. Tubektomi/Mow. Vasektomi/Mop/Kontap Pria. Tehnologi Kontrasepsi terkini.

i. Pengguguran Kandungan bukan sarana KB.


Pengguguran kandungan dapat didefinisikan sebagai pembunuhan langsung terhadap manusia yang tidak bersalah (innocent). Menurut ajaran Gereja: sejak pembuahan atau sejak penggabungan , mulailah suatu makhluk baru yang mengatur sendiri pertumbuhannya sampai menjadi seorang bayi.

Dengan demikian : tindakan-tindakan setelah pembuahan dan sebelum nidasi bersifat abortif, dalam arti menggagalkan nidasi dengan akibat gugurnya hasil pembuahan. Kongregasi Suci untuk ajaran Iman mengeluarkan dua dokumen yang jelas melarang aborsi yakni ; Declaration on Procured Abortion, dari Kongregasi untuk Ajaran Iman, Romano. 12, 1974 dan Donum Vitae; 1987, tentang Hormat terhadap kehidupan manusia sejak awalnya dan Martabat Prokreasi.

Pengertian Aborsi di kalangan Kedokteran dan di kalangan Gereja Katolik.


Di kalangan kedokteran : kehamilan dianggap mulai saat nidasi, jadi seminggu setelah pembuahan. Di kalangan Gereja Katolik : menurut ajaran gereja Katolik, sejak pembuahan sudah ada kehidupan yang harus dilindungi. Jadi kehidupan manusia sejak saat pembuahan adalah suci, maka tak seorangpun berhak meniadakannya. (pedoman Pastoral tentang menghormati kehidupan kehidupan, Allah Penyayang Kehidupan, oleh KWI, 1991).

Komitmen gereja terhadap perlindungan hidup janin demikian besar sehingga gereja dengan berat hati menetapkan hukuman ekskomunikasi bagi semua orang yang melibatkan diri dalam pengguguran baik ibu, ayah, dokter, perawat maupun klinik yang melakukan pengguguran. Pembebasan dari ekskomunikasi dapat diberikan oleh Uskup atau orang yang dilimpahi wewenang oleh Uskup.

Ekskomunikasi dimaksudkan :
Sebagai hukuman yang ditetapkan hukum gereja untuk menyadarkan umat tentang dosa yang diperbuat agar orang bertobat dan memperbaiki diri.

1.

2.

Hidup manusia mulai pada saat pembuahan, hak atas hidup juga mulai pada saat pembuahan, maka harus dilindungi sejak pembuahan. Hidup janin memang terjalin erat dengan dan tergantung pada ibu, tetapi bukanlah bagian organ dari ibu melainkan otonom, artinya hidup individual tersendiri, maka juga harus dihormati dan diperlakukan sebagai individu.

3. Nilai hidup manusia sebelum dan sesudah kelahiran pada dasarnya sama, maka hak atas hidup manusia yang belum lahir sama dengan hak atas hidup manusia yang sudah lahir. 4. Nilai hidup manusia tidak tergantung pada sifat-sifatnya, seperti kebangsaan, jenis kelamin, kesehatan, ras, maka sifat tertentu tidak boleh menjadi alasan untuk menggugurkannya.

Mengingat beratnya masalah pengguguran, maka perlu dibina sikap dan perilaku penuh tanggungjawab agar orang jangan terjerumus ke dalam situasi terjepit yang mendesaknya untuk menggugurkan kandungan. Sehubungan dengan keluarga berencana, hal ini berarti disatu pihak menggunakan metode KB dapat dipertanggungjawabkan dari sudut medis dan etis, tapi di lain pihak juga tetap bersedia menyambut anak yang dikandung dalam hal sudah berusaha melaksanakan KB namun mengalami kegagalan.

2.2. Kesehatan Ibu dan Anak :


a. Kesehatan Maternal : Tingkat kematian ibu dan anak di Indonesia masih tergolong tinggi, melihat masalah-masalah yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu, maka perlu dilakukan beberapa usaha, yakni :

a). Pembinaan kelangsungan hidup ibu, tumbuh kembang bayi dan anak.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui : Upaya peningkatan dukungan politis Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat terhadap akses dan kualitas pelayanan persiapan kehamilan, masa kehamilan, pasca pesalinan, pasca keguguran.

b). Pembinaan peningkatan kelangsungan hidup ibu, tumbuh kembang bayi dan anak yang dilaksanakan melalui : upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) calon pengantin, pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat tentang persiapan kehamilan, masa kehamilan, pasca persalinan, pasca keguguran.

c). Pembinaan kelangsungan hidup ibu, tumbuh kembang bayi dan anak yang dilaksanakan melalui : upaya peningkatan PSP calon pengantin, pasangan suami-istri, keluarga dan masyarakat tentang ASI eksklusif, Gizi, Imunisasi, pemberian vitamin A dan pencegahan berbagai penyakit pada bayi dan anak.

b. Merencanakan Kehamilan yang aman

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai kehamilan yang aman : 1. Tidak hamil pada usia terlalu muda Usia ideal untuk melahirkan 20-30 2. Tidak hamil lagi pada usia yang terlalu tua (>30 tahun). 3. Tidak terlalu sering hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kondisi hamil :


1. Faktor kesiapan psikis: Untuk mrnghadapi masalah berumah tangga sebagai seorang ibu. Untuk menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan. Untuk menjalankan peran sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anak.

b. Faktor fisik : mengalami stres fisik, yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan fisik calon ibu terhenti. pada kehamilan ibu di usia muda (< 20 tahun), kondisi fisik ibu belum berkembang optimal.

Kehamilan pada usia > 30 tahun ,akan mengakibatkan :


Meningkatnya resiko komplikasi medis pada kehamilan dan persalinan berhubungan dengan kelainan degeneratif ,seperti: hipertensi dan kencing manis. Meningkatnya resiko terjadinya keguguran dan janin cacat. Meningkatnya resiko persalinan sulit dengan komplikasinya.

Akibat kondisi fisik ibu yang belum optimal :


Anemia Hambatan proses persalinan. Perdarahan pasca persalinan. Kurangnya waktu ibu menyusui dan merawat bayi secara optimal. Gangguan pada organ reproduksi ibu.

c. Persiapan kehamilan dan saat kehamilan


Pentingnya mengatur kehamilan : Untuk menjaga reproduksi ibu dan kesehatan anak. Agar kehamilannya betul-betul diinginkan, sehingga kehamilan dan persalinannya dapat berlangsung dengan aman dan sehat. Agar anak-anak yang dilahirkan betul-betul anak yang diinginkan, sehingga hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dan perawatan dapat terpenuhi dengan lebih optimal dan kelangsungan hidupnya dapat terjamin.

Pada masa kehamilan, ibu harus memperhatikan hal-hal seperti : Tanda-tanda awal kehamilan. Pemeriksaan kehamilan. Tanda-tanda bahaya kehamilan. Pemeliharaan dan perawatan kehamilan.

d. Persiapan Persalinan dan Persalinan


Yang perlu diketahui : o Tanda-tanda persalinan. o Hal yag harus dilakukan jika tanda persalinan telah dirasakan. o Peranan suami dalam mempersiapkan persalinan. o Peranan masyarakat dalam mempersiapkan persalinan. o Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada persalinan. o Tanda-tanda bayi lahir sehat. o Pengaruh psikologis menyusui dini bagi ibu dan bayi, dst.

e. Pasca Persalinan / Masa Nifas


Selama 6 minggu pasca persalinan merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi. Masa ini disebut masa nifas. Pada masa nifas yang perlu dilakukan seorang ibu: 1. Perawatan fisik, kebersihan. 2. Olah raga ringan. 3. Minum tablet tambah darah. 4. Makan makanan bergizi seimbag. 5. Menyusui bayi dengan cara yang baik. 6. Istirahat cukup. 7. Jangan melakukan hubungan seks sebelum 40 hari.

Gangguan kesehatan yang sering timbul pada ibu masa nifas : 1. Terlalu banyak darah keluar. 2. Demam. 3. Nyeri perut atau lokia berbau. 4. Anemia. 5. Stres berat.

Yang perlu ibu dan keluarga lakukan terhadap bayi pada masa nifas : 1. Memberikan ASI pada bayi. 2. Jaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. 3. Beri rangsangan pada bayi. 4. Bila bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk dengan kasih sayang.

Gangguan pada bayi yang sering timbul: 1. Kedinginan. 2. Luka tali pusat. 3. Berat badan lahir rendah. 4. Ikterus, bayi agak kekuningan.

f. Pasca Keguguran
Keguguran adalah : pengeluaran hasil kehamilan sebelum dapat hidup di luar rahim (sebelum kehamilan 20 minggu) dengan berat janin 500 gram. Macam keguguran : 1. Keguguran spontan : terjadi karena sebab alamiah. 2. Keguguran buatan: keguguran yang sengaja dilakukan, bila ada indikasi untuk menyelamatka kesehatan ibu, dsb.

c. Unsafe abortion = keguguran yang tidak aman, yaitu keguguran yang dilakukan oleh orang yang tidak berwenang atau tidak pada fasilitas yang sesuai.

Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman mengeluarkan dokumen yang jelas melarang aborsi, yakni : Declaration on Procured Abortion, dari Kongregasi untuk Ajaran iman, Romano.12, 1974 dan Donum Vitae; 1987, tentang hormat terhadap kehidupan manusia sejak awalnya dan martabat Prokreasi.

2.3. Kesehatan Reproduksi


Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi ? Reproduksi : suatu proses melanjutkan keturunan pada manusia demi kelestarian hidup manusia. Kesehatan reproduksi ? Kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICPD kairo,1994).

Mengapa kesehatan reproduksi sangat penting untuk diperhatikan ? Karena persoalan kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia di masa mendatang. Bagaimana keterkaitan antara kesehatan reproduksi dengan siklus hidup ? Kesehatan repruduksi sangat terkait dengan siklus hidup, karena sesungguhnya kesehatan reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, masa remaja, dewasa hingga masa pasca usia reproduksi.

Apakah laki-laki dan perempuan mempunyai permasalahan yang sama dalam menjalankan fungsi reproduksi ? Fungsi reproduksi antara perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Perempuan mempunyai lebih bermacam kejadian yang dialami.

Apa saja hak-hak kesehatan reproduksi ? 1. Hak untuk hidup. 2. Hak atas kebebasan dan keamanan. 3. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. 4. Hak atas kerahasiaan pribadi. 5. Hak kebebasan berpikir. 6. Hak mendapat informasi dan pendidikan. 7. Hak memilih bentuk keluarga dan untuk membangun dan merencanakan keluarga. 8. Hak untuk memutuskan kapankah dan akankah mempunyai anak

9. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan. 10. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan. 11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. 12. Hak untuk bebas ddari penganiayaan dan perlakuan buruk.

2.4. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI


a. HIV dan AIDS Apakah penyakit HIV itu ? HIV (Human Immunodelifienci Virus), yaitu virus yang merusak dan melumpuhkan sel darah putih yang akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh kita.

Apakah AIDS itu ?


Acquired Immunodeficiency Syndrome, yaitu kumpulan berbagai penyakit yang terjadi akibat runtuh dan rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV.

Bagaimana cara pencegahan HIV ?


Infeksi HIV dapat dicegah melalui: A: Abstinence (memilih untuk tidak melakukan hubungan seks beresiko tinggi, termasuk seks pranikah). Meningkatkan ketahanan keluarga dengan bersikap saling setia pada pasangan yang sah. Menjaga diri dan keluarga dari Hiv dan AIDS berati juga menjauhkan segala perbuatan yang menyebabkan tertularnya penyakit itu, seperti; zina, penyimpangan perilaku seksual, sodomi, homoseksual, lesbian dsb.

Seperti Sabda Tuhan dalam 1 Korintus 5:18....jauhkanlah dirimu dari pencabulan!............. Kemudian ditekankan lagi tidak boleh berzinah dengan yang bukan istrinya. B: Be faithful (saling setia kepada pasangannya). C: Condom (menggunakan kondom secara konsisten dan benar). D: Drugs (tolak penggunaan NAPZA suntik (narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya).

E: Equipment (jangan pakai jarum suntik/peralatan lainnya bersama-sama dengan orang yang telah terinfeksi HIV). Biasakan memakai alat-alat sendiri (sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku). Jika disuntik pakailah jarum suntik yang sekali pakai (disposible) yang baru. Jika ditindik, ditatto atau ditusuk jarum hendaklah alat-alatnya telah disterilisasi dengan baik. Mintalah kepada pasangan memakai kondom bila diduga mengidap HIV. Jika menerima transfusi darah, mintalah darah yang telah diperiksa bebas HIV/AIDS. Hindari hubungan seksual sebelum menikah, berganti-ganti pasangan tanpa memakai kondom.

Firman Tuhan sebagai pegangan:


Permasalahan HIV dan AIDS komplek dan multidimensi, disini pendekatan holistik sangat diperlukan sebagai solusi. Tuhan Allah bersabda dengan sangat jelas dalam Ulangan 5:18 jangan berzinah. Pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), serta penyakit lainnya, dijanjikan Tuhan melalui Ulangan 7:15 Tuhan akan menjauhkan segala penyakit dari padamu....

Bab III. Moral Hidup dan Kesehatan


3.1. Beberapa prinsip moral di bidang hidup dan kesehatan. Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam merumuskan prinsip-prinsip dan normanorma moral di bidang hidup dan kesehatan. A. Penghargaan terhadap hidup manusia dan larangan membunuh. B. Penghargaan terhadap keutuhan tubuh dan larangan mutilasi; prinsip totalitas. C. Penghargaan terhadap kesehatan dan tugas memelihara serta memulihkannya.

A. Penghargaan terhadap hidup dan larangan membunuh.


Norma-norma di bidang hidup dan kesehatan sering didasarkan atas hukum V dekalog jangan membunuh. 1. Hukum V dekalog dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, larangan membunuh ini (bersama dengan larangan berzinah dan mencuri) dirumuskan tanpa obyek dan sangat pendek, tanpa keterangan lebih lanjuy. Para nabi mengajarkan bahwa hidup itu lebih daripada hanya hidup secara biologis-fisik, maka pemerasan dan penindasan merupakan kejahatan terhadap hidup manusia dan dihubungkan dengan darah (bdk.Hos.4:2; Yes 1,15.17; Mi 3,10).

Hos.4:2 Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakuka kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah.
Yes.1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tangamu penuh dengan darah. Yes 1:17 Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.

2. Larangan membunuh dalam Perjanjian baru


Perjanjian baru meneguhkan dan menyempurnakan larangan membunuh Perjanjian Lama. a. Peneguhan larangan membunuh Perjanjian Lama. Dibuktikan secara eksplisit dengan menunjuk kutipan-kutipan dekalog dalam Perjanjian Baru dan dengan menyimpulkannya sebagai konsekuensi hukum cinta. Kutipan dekalog dan penilaian pembunuhan. Mat.5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh, siapa yang membunuh harus dihukum.

Mark.10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jaga berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu. Rom.13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman itu, yaitu; Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yak.2:11 Sebab Ia yang mengatakan:Jangan berzinah, Ia mengataka juga Jangan membunuh. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.

Penilaian terhadap pembunuhan berkali-kali dinyatakan terutama pembunuhan terhadap Habel. Injil menyebut Habel dan Zakharia orang-orang pertama dan terakhir yang menjadi martir, Kengerian pembunuhan yang pertama itu masih menggema di udara Perjanjian Baru. Darah yang tertumpah menajiskan bumi. Darah dan kesalahan tertimbun. Larangan membunuh sebagai konsekuensi hukum cinta. Hukum V dekalog ditafsirkan sebagai konsekuensi, implikasi hukum yang lebih fundamental, yakni hukum cinta kepada sesama manusia. Penghargaan terhadap hidup manusia dan larangan membunuh merupakan tuntutan cinta kasih.

b. Penyempurnaan larangan membunuh. Mat. 21-26, berpangkal pada larangan membunuh, tetapi jalur pemikirannya berkisar pada sikap batin yang penuh perdamaian.( 61).

3. Larangan membunuh dalam teologi moral.


Dalam berargumentasi untuk membuktikan pembunuhan kita tidak boleh memakai kata yang sudah mengandung penilaian moral, harus dipakai istilah deskriptip. Contoh: - seorang dokter yang melakukan sesuatu pada pasien dan kemudian pasien itu meniggal, tak dapat disebut pembunuhan begitu saja.
Orang yang mengatakan sesuatu yang tak sesuai dengan kebenaran tak dapat disebut berbohong begitu saja, mungkin ia khilaf.

Pendasaran larangan membunuh. Pendasaran yag lazim dalam tradisi. Nampaknya tidak dirasakan sebagai masalah, dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya jelas. Gagasan tentang Allah sebagai pemilik/Tuha atas hidup dan mati. Kehidupan dipandang sebagai milik Allah, Tuhan berkuasa mutlak atas hidup dan mati. Gagasan sucinya kehidupan manusia. Suci disini tidak berarti hidup baik tanpa dosa dsb., jadi tidak dalam arti moral, melainkan dalam arti nilai dan hak yang tidak dapat diganggu gugat, dicabut dari wewenang dan intervensi manusia.

Gagasan martabat manusia. Laranga membunuh berdasarkan pengakuan hak yang sama atas hidup, kebebasan dan keamanan bagi semua orang tanpa pandang bulu. Adapun akar hak-hak azazi ini ialah martabat manusia yang harus dilindungi. Hidup manusia merupakan nilai dasar yang tinggi bagi manusia dengan martabat itu, sehingga pukulan terhadap hidup manusia berarti pukulan bagi martabatnya. Manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej.9:6).

B. Penghargaan terhadap keutuhan tubuh, larangan mutilasi dan prinsip totalitas.


Bukan hanya kehidupan , melainkan juga keutuhan tubuh harus dipelihara dan dipulihkan (sejauh dapat). Ini berarti larangan mutilasi, yakni merugikan keutuhan tubuh atau fungsi suatu organ tubuh. Tetapi kadang keutuhan tubuh terpaksa dikurbankan untuk keselamatan hidup. Ini bukan mutilasi, melainkan terapi berdasarkan prinsip totalitas.

1. Penghargaan terhadap keutuhan tubuh dan larangan mutilasi. a. Nilai keutuhan tubuh. Keutuhan tubuh merupakan nilai yang harus dihargai sewajarnya. Berkaitan dengan kesehatan. Gangguan keutuhan tubuh dapat menjadi gangguan ksehatan, meskipun kaitannya dengan kesehatan mempunyai tingkat yang berbeda-beda.

Berkaitan dengan keindahan dan keserasian penampilan. Bila kita melihat manusia sebagai keseluruhan, jelas bahwa keutuhan tubuh tidak hanya menyangkut soal keindahan/kecantikan, melainkan juga keserasian penampilan seseorang yang dapat membantunya melakukan tugastugasnya dengan baik. Maka keutuhan tubuh perlu atau paling sedikit bermanfaat bagi hidup dan karya manusia, termasuk keseluruhan keperluan manusia.

b. Larangan Mutilasi. 1).Arti mutilasi : Mutilatio : Latin; Mutilation: Inggris. Mutilasi : Memotong sebagian dari tubuh atau menghentikan fungsi suatu organ tanpa alasan yang seajar. Terapi: pemotongan sebagian dari tubuh atau menghentikan fungsi suatu organ dengan alasan yang sewajar. mis. Amputasi, pemeliharaan badan (potong rambut, kumis, kuku dsb.)

2). Dasar larangan mutilasi. Larangan memperlakukan hidup dan tubuh dengan kekuasaan atau wewenang yang hanya dimiliki Allah sebagai Tuhan atas hidup dan mati. Manusia hanya diberi wewenang untuk memperlakukan dan mempergunakannya dalam batas-batas tertentu. Manusia hanya pemakai (dominium utile, bukan dominium absolutum).

2. Prinsip totalitas
a. Beberapa pengertian ; 1). Keseluruhan sebagai organisme fisik. Organisme dirumuskan sebagai keseluruhan yang hidup, terdiri dari organ-organ yang saling berkaitan, bekerjasama dan mempunyai semacam integrasi dan koordinasi.

Organisme fisik dimaksudkan: keseluruhan yang hidup dan tersusun dari bagianbagian yang tidak berdiri sendiri, tidak mempunyai arti dalam diri sendiri atau untuk dirinya sendiri, melainkan ada dan berfungsi untuk keseluruhan, misalnya tubuh manusia. Hubungan antara bagian-bagian terhadap keseluruhan ialah hubungan subordinasi: bagian-bagian terarah kepada keseluruhan dalam arti ada demi kepentingan keseluruhan.

2). Keseluruhan sebagai organisme moral. Organisme moral ialah : masyarakt yang juga merupakan suatu keseluruhan, tetapi berbeda dengan tubuh sebagai organisme fisik. Dalam organisme moral: Bagian-bagian juga berdiri sendiri. Juga mempunyai arti dalam diri sendiri. Tidak melulu ada untuk keseluruhan. Tidak melulu demi kepentinga keseluruhan.

Tidak melulu demi kepentingan keseluruhan. Tidak lebur atau menguap habis dalam keseluruhan. Sebab: bagian-bagian organisme moral adalah pribadipribadi manusia dengan martabat manusiawinya, dengan segala hak dan kewajibannya. Hubungan antara keseluruhan bukan melulu hubungan subordinasi. Konsekuensinya: anggota-anggota masyarakat tidak boleh dikurbankan demi kepentingan keseluruhan.

Ringkasan prinsip totalitas


Berdasarkan prinsip totalitas, bagia-bagian boleh (atau harus) dikurbankan demi kesejahteraan keseluruhan sejauh hal ini perlu (atau berguna) dan tiada jalan lain yang lebih baik untuk menyelamatkan keseluruhan. 1. Lingkup yang agak sempit. Aplikasi prinsip totalitas menurut pernyataan-pernyataan dalam dokumen gereja yang bersikap hati-hati, artinya: membatasi jangkauan penggunaan prinsip totalitas secara agak sempit.

a. Tidak untuk organisme moral. Pius XII berkali-kali menegaskan bahwa prinsip totalitas tidak berlaku bagi keseluruhan yang berupa organisme moral, yakni masyarakat, karena bagian-bagiannya mempunyai arti dalam diri sendiri, dan tidak melulu demi kepentingan masyarakat. Pribadi manusia tidak boleh dikurbankan untuk kepentingan masyarakat. Gereja menolak campur tangan negara yang melanggar hak pribadi manusia juga atas kesehatan dan keutuhan tubuhnya. Negara tidak mempunyai wewenang atas hidup, kesehatan dan keutuhan tubuh manusia yang tiada bersalah.

C. Penghargaan terhadap kesehatan dan tugas untuk memelihara dan memulihkan.


1. Penghargaan terhadap kesehatan. Kesehatan merupakan nilai dasar yang amat tinggi, tetapi bukan nilai tertinggi. Kesehatan merupakan anugerah yang patut dinikmati, tetapi sekaligus juga tugas yang harus dipenuhi, jadi bukan melulu sesuatu yag pasif dan statis.

2. Pembagian tugas di bidang kesehatan. Pembagian tugas bukanlah melulu soal teknis organisatoris, melainkan juga dan terutama tuntutan cintakasih sebagai perbuatan yang hanya mungkin bila diadakan pembagian tugas dan jobdescription yang jelas. a. Tanggungjawab dan tugas individual. Manusia adalah makhluk yang dapat dan harus bertanggungjawab secara pribadi dalam segala bidang, atas segala perbuatan manusiawinya, maka juga di bidang kesehatan.

b. Tanggungjawab dan tugas sosial. Dengan sifat pluralitas masyarakat, maka kelompok-kelompok yang mempunyai ciri-ciri khas keagamaan harus diberi kesempatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan ciri-ciri khas masing-masing, sehingga ada pilihan bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan oleh gereja Katolik pada umumnya. Inspirasi, motivasi dan animasi Kristiani

Sabda dan karya Yesus. Sabda dab karya Yesus terjalin satu sama lain secara harmonis dan mengesankan. Karya Yesus a.l.:penyembuhanpenyembuhan olehNya merupakan tanda kehadiran Allah, tanda datangnya kerajaan Allah ditengahtengah umat-Nya. Sabda Yesus menjelaskan dan menggarisbawahi kehadiran Allah itu.

Keadilan dan cinta kasih Kristiani. Kesehatan yang adalah hak azasi manusia merupakan tuntutan keadilan, bukan soal karitatif yang keluar dari kemurahan hati. Maka bila Gereja berpartisipasi di bidang kesehatan berarti ikut memberi sumbangan nyata dalam mewujudkan keadilan. Kesehatan juga merupakan tuntutan cintakasih, artinya cintakasih berusaha memberikan apa yang dibutuhkan. Dengan berkecimpung dibidang kesehatan Gereja membantu mewujudkan cintakasih yang efektif. Jadi pelayanan kesehatan merupakan perwujudan cintakasih.

Kerasulan. Pelayanan kesehatan Gereja Katolik termasuk kerasulan, tetapi tidak dalam arti Kristenisasi, melainkan dalam arti menunjuk pada kehadiran Allah, terutama dengan adanya karya itu sejauh memancarkan suasana yang memudahkan manusia bertemu dengan Allah, membuat Allah berarti baginya justru juga dalam peristiwa sakit.

4. Pelbagai kategori norma yang melindungi bidang hidup dan kesehatan (norma moral, ethos, kode etik, dan hukum).
A. Norma-norma Moral, Ethos, Kode Etik dan Hukum. 1.Norma-norma Moral. 1). Lahir-Batin. Norma-norma moral menyangkut sikap batin dan maksud yang bersumber pada lubuk hati pribadi manusia serta mengikat hati nuraninya dan menuntut tanggungjawab di hadapan Tuhan .

Sikap batin dan maksud pribadi manusia (intentionalitas) dan harus dicetuskan dalam tindakan-tindakan (lahiriah) yang efektif juga menurut kemampuan sesuai denga situasi dan kondisi, atau paling sedikit bila tindakan efektif tak mungkin dalam tindakan ekspresif. Hal yang ideal ialah: bila sikap batin serta maksud baik bisa diwujudkan sepenuhnya dan secara tuntas dengan tindakan-tindakan yang tepat. Dipandang dari sudut moral: perbuatan yang kurang tepat itu sejauh keluar dari sikap batin dan maksud yang baik, toh tetap baik. Sebaliknya tindakan yang obyektif tepat tapi keluar dari sikap batin atau maksud yang buruk, adalah buruk.

Sikap batin/maksud

Tindakan (lahiriah) tepat tidak tepat tepat tidak tepat

Perbuatan moral baik baik buruk buruk

Baik Baik Buruk Buruk

Baik

sebisa-bisanya

baik

2). Sanksi untuk pelanggaran norma moral. Tergantung dari paham moral. Bila moral ditafsirkan sebagai jawaban manusia atas panggilan Tuhan, maka sanksi pelanggaran tahu dan mau bebas terletak dalam pelanggaran itu sendiri: menolak Tuhan Yang Mahakasih, menjauhkan diri dari Tuha, meremehkan hidup persatuan denga Allah. Jadi dapat dikatakan :tidak ada sanksi moral. Pokoknya: Pelanggaran norma moral tidak disertai sanksi seperti pelanggaran norma hukum.

2. Norma-norma Ethos. Ethos berarti: praktek hidup kesusilaan yag mengikat, jadi unsur subyektif-batin dan obyektif lahiriah tercakup dalam pengertian ethos. Ethos mempunyai berbagai bentuk: tergantung dari pelbagai faktor, terutama bentuk kolektif dan bentuk individual. a. Bentuk kolektif ethos: Ethos yang berlaku dalam kalangan/kelompok/lingkungan/lapisan masyarakat tertentu, atau suku tertentu, bangsa tertentu,agama tertentu.

b. Bentuk individual ethos.

Suatu bentuk unggul hidup susila yang dihayati tokoh-tokoh tertentu, seperti para Kudus, Pahlawan, pelopor-perintis gerakan tertentu yang menjadi teladan dan mungkin bahkan provokasi bagi ethos kolektif yang hanya biasa-biasa saja. Ethos dalambentuk individual dapat menggugah ethos kolektif yang hanya biasa-biasa itu untuk meningkatkan tarafnya ke ethos yang lebih tinggi.

Sanksi pelanggaran ethos ? Sanksi sosial: yakni reaksi sesama anggota kelompok tertentu yang tidak bisa menerima pelanggaran itu tanpa terlalu memperhatikan sikap batin dan maksud yang memang sukar dinilai dari luar oleh orang lain.
3. Norma kode etik. Kode etik berarti: kumpulan norma-norma yang dikeluarkan oleh dan untuk para pemegang profesi tertentu.

a. Kode etik dan profesi.


Kode etik, untuk melindungi bidang yang peka terhadap penyalahgunaan dan untuk menjamin suasana kepercayaan yag perlu agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hubungannya dengan norma-norma moral dan ethos: bisa mempertajam dan memperjelas atau menegaskan serta menentukan bila norma-norma ethos dan moral memberikan kemungkinan. Norma kode etik juga bisa meneguhkan apa yang sudah diatur oleh norma moral dan ethos. Sanksinya: dari kalanga profesi sendiri.

b. Kode etik dan sumpah/janji profesi. Apakah sumpah profesi itu ? Sumpah merupakan perbuatan untuk menghormati Tuhan, termasuk keutamaan religi (virtus religionis). Dengan bersumpah manusia memanggil Allah sebagai saksi, bahwa ia akan setia memenuhi apa yang dijanjikannya, yaitu untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu yang disebut dalam sumpah itu.

Apakah janji itu ? Janji : merupakan perbuatan manusia yang mewajibkan diri untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu yang disebut dalam janji itu. Apakah perbedaan kode etik dan sumpah/janji profesi ? Kode etik: lebih panjang dan terperinci dan mengikat pemegang profesi, paling sedikit sebagai code of honour (kode kehormata) dengan sanksi sosialnya. Sumpah/janji profesi: lebih pendek dan ringkas, diucapkan dalam upacara sumpah/janji dan mengikat esuai dengan ciri khas sumpah/janji.

c. Norma-norma hukum, khususnya KUHP Tujuan/fungsi tata hukum pada umumnya: Untuk memelihara tatatertib dan menyelenggarakan kesejahteraa umum yang tentu saja bisa diperinci lebih lanjut dan dirumuskan lebih tuntas. Tujuan/fungsi KUHP pada khususnya: Untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, memelihara tata tertib dalam masyarakat, melindungi nilai-nilai, tetapi berbeda dengan hukum pada umumnya, hukum pidana mengerahkan sarana yang lebih tajam, yakni ancaman hukuma bagi para pelanggar norma-norma KUHP.

Hargai kesehatan Jangan membunuh

norma moral norma ethos norma kode etik norma sumpah/ janji profesi norma hukum pidana/KUHP

sanksireligius sanksi sosial sanksi kal. profesi

sanksi hukum

Memelihara hidup dan kesehatan (syaratsyaratnya dan tindakan preventif).


a. Syarat ekologis untuk mutu kesehatan (Quality of life). Apakah Quality of life ? Seneca dari aliran filsafat Stoa memakai istilah ini dalam arti bahwa yang utama dalam hidup manusia bukanlah kenikmatan jasmai, melainkan melaksanakan tugas dengan baik.

Apakah yang dimaksud mutu kehidupan ? Pengertian mutu kehidupan menyangkut semua bidang dan segi yang juga diliputi pengertian kesejahteraan keluarga.
Beberapa unsur mutu kehidupan menurut OECD (Economic Cooperation and Development): 1. Kesehatan. 2. Perkembangan individual dengan pengajaran dan pendidikan. 3. Pekerjaan dan mutu kehidupan karyawan. 4. Penggunaan waktu dan waktu luang.

5. 6. 7. 8.

Situasi ekonomis. Lingkungan fisik. Lingkungan sosial. Kemungkinan/kans sosial dan partisipasi sosial. 9. Keamanan pribadi dan tata hukum. 10. Sistem politik.
Yang dimaksud syarat ekologis disini adalah: Lingkungan hidup: Air, udara, ketenangan, flora dan fauna/margastwa, alam semesta.

b. Sandang- pangan- papan. 1. Pangan: Ada dua masalah utama sekitar pangan, yakni soal pencukupan bahan makanan dan soal mutu atau gizi makanan. Anak dunia masih banyak yang hidup dalam lingkungan dan sosial-ekonomi yang sangat rawan dan memprihatinkan: - Kekurangan gizi yang sehat. - Adanya banyak penyakit-penyakit infeksi.

- Pemukiman yang buruk sekali. - Kekurangan air minum yang sehat. - Pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Beberapa catatan tentang pangan: 1). Hak atas pangan: Hak atas pangan bersifat lebih fundamental daripada tata hak milik pribadi seperti yang ada sekarang, karena tata hak milik pribadi merupakan suatu sarana dan bentuk untuk mewujudkan destinasi universal kekayaan dunia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan: Hak setiap orang akan harta dunia, ini agar dapat hidup (termasuk keluarganya) layak manusiawi.

Hak ini demikian fundamental, sehingga dalam keadaan darurat ia boleh mengambil kekayaan orang lain sejauh perlu. Ini dalam arti moral bukan pencurian, karena pada saat itu ia perlu sarana untuk hidup, dan ia mengambil apa yang menjadi haknya. Perbuatannya bukan lagi :ex defectu iuris. Tidak memberi makan kepada orang lapar berarti mematikannya. Ungkapan ini agak keras, tapi dipakai untuk menunjukkan betapa serius kewajiban membagi kekayaan, sehingga kelalaian disamakan dengan perbuatan. Bantuan terbaik ialah membantu orang agar dapat membantu diri sendiri, jadi membuatnya menjadi tergantung terus menerus.

Kewajiban untuk makan: Kewajiban makan tak lain dan tak bukan merupakan bentuk atau sarana yang perlu untuk memelihara hidup dan kesehatan yang merupakan kewajiban manusia.
Mengenai maka dari sudut moral disinggung dua hal: 1. Pelanggaran per defectum; Mogok makan, bagaimana penilaian moral ?

Mogok makan; Bila syarat-syarat dipenuhi, maka mogok makan dalam batas-batas tertentu kiranya tidak harus dilarang. Konkrit dan praktis, berarti: Harus ada tujuan baik yang tidak dapat dicapai dengan cara lain. Ada alasan seimbang, jadi ada keseimbangan antara yang ingin dicapai dan sarana yang dicapai. Agar ada tindakan preventif agar jangan menjadi bunuh diri. Harus ada kesediaan untuk menghentikan mogok makan. Berada dalam pengawasan medis.

2. Pelanggaran per excessum: Bukan hanya dengan mengabaika kewajiban untuk makan, melainkan juga dengan makan melampaui batas bisa terjadi pelanggaran. Alasannya ? Dengan melampaui batas dalam hal makan-minum orang dapat merugikan kesehatannya. Dengan makan-minum melampaui batas orang dapat melanggar cintakasih dan keadilan atau solidaritas dengan mereka yang serba kekurangan.

Dengan makan-minum secara melampaui batas orang dapat melanggar keutamaan tahu ukuran (temperantia), satu dari keempat keutamaan kardinal.

2. Sandang. Sandang disini dilihat dari sudut kesehatan. Fungsi perlindungan. Fungsi perlindungan meliputi segi jasmani-lahiriah (fisik) dan psikis-ethis. Fungsi sosial esthetis. Pakaian berfungsi sebagai: o Sarana yang menunjukkan identitas seseorang. o Sarana ungkapan perasaan manusia. o Sarana cetusan keindahannya (mode).

3. Papan. Arti papan/kediaman/rumah. Rumah, kediaman, papan itu mempunyai arti yang sangat besar bagi manusia dan keluarganya. Rumah mempunyai fungsi perlindungan ; - Sosial jasmani-lahiriah. - Sosial, baik dalam kalangan keluarga sendiri maupun terhadap kalangan luar.

6. Memulihkan kesehatan (tindakan


kuratif).
a. Obat-obatan. Penggunaan obat diharapkan menimbulkan pengaruh yang baik sesuai dengan kebutuhan. Tetapi obat yang tak jarang komplek sifatnya dapat menimbulkan efek selain pengaruh baik atau khasiat yang diharapkan itu dalam organisme yang komplek pula.

Penilaian moral; Pada umumnya penilaian pemakaian obatobatan juga berlaku bagi pemakaian psikofarmaka.
Psikofarmaka ? Psikofarmaka merupaka sebutan ringkasan untuk pelbagai zat atau obat natural atau sintetis yang mempengaruhi sistem syaraf sentral (fungsi-fungsi pelbagai bagian sistem saraf sentral) untuk menimbulkan efek psikis, yakni perubahan kelakuan dan perasaan.

Dasar pembenaran: - Pemakaian psikofarmaka ialah prinsip totalitas yang ditafsirkan mengatasi taraf jasmani, jadi juga dikenakan pada totalitas psikis seperti yang dilakukan oleh Pius XII dalam amanatnya kepada konggres neuropsikofarmakologi 9 Sept 1959. - Orag boleh campur tangan dalam organisme demi kesejahteraan totalitas manusia dari sudut psikis, bila hidup psikisnya terganggu, asal penghargaan terhadap pribadi manusia dijamin.

b. Operasi. Pendasaran operasi:: Operasi dihalalkan berdasarkan prinsip totalitas, operasi sebagai sarana pemeliharaan/pemulihan kesehatan. Operasi, merupakan pemotongan bagian dari tubuh atau penghentian suatu fungsi organ atau koreksi bagian tubuh atau fungsi organ dengan alasan seimbang dan berdasarkan prinsip totalitas.

3. Transplantasi.
Transplantasi:

TUGAS: 1. Jelaskan yang dimaksud keluarga ! 2. Sebutkan 4 misi keluarga Kristiani ! 3. Jelaskan fungsi dari keluarga ! 4. Bagaimana Gereja memandang perkawinan ? 5. Apa tujuan pernikahan berdasar moral keluarga katolik ? 6. Jelaskan Keluarga Berencana menurut pandangan gereja ! 7. Jelaskan perbedaan aborsi di kalangan kedokteran dan gereja Katolik !

8. Bagaimana cara pencegahan HIV ? 9. Jelaskan larangan membunuh menurut Perjanjian Baru ! 10. Jelaskan perbedaan mutilasi dan operasi ! Bagimana penilaian moralnya ?

You might also like