You are on page 1of 6

EKOLOGI SUNGAI Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Haeckel, seorang ahli biologi dari Jerman, pada

pertengahan dasawarsa 1860-an. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah tangga, dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Silalahi, 2001). Adiwibowo (2007) menyatakan bahwa dalam ekologi dipelajari bagaimana makhluk hidup berinteraksi timbal balik dengan lingkungan hidupnya baik yang bersifat hidup (biotic) maupun tak hidup (abiotic) sedemikian rupa, sehingga terbentuk suatu jaring-jaring sistem kehidupan pada berbagai tingkatan organisasi. Di dalam ekosistem, tumbuhan, hewan, dan mikro organisme saling berinteraksi melakukan transaksi materi dan energi membentuk satu kesatuan sistem kehidupan. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Salah satu ekologi yang perlu mendapat perhatian adalah ekologi sungai. Sungai merupakan salah satu ekosistem lotik, yaitu ekosistem perairan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah. Faktor abiotik pada sungai antara lain kecepatan aliran, suhu, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi sungai juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor Abiotik Ekologi Sungai a. Kecepatan aliran Ciri-ciri ekologi sungai adalah airnya mengalir, merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relative tinggi. Aliran air dalam ekologi sungai merupakan faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya. Artinya organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi, besarnya sungai dan debit air yang mengalir. Misalnya organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organisme di dalam atau di dasar sungai. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan perairan salah satunya adalah gerakan atau arus air. Gerakan air selain berfungsi untuk

mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan organisme di dalam perairan tersebut untuk menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran CO 2 dan O 2 , sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Bila konsentrasi oksigen ter larut tinggi maka konsentrasi karbondioksida di dalam air rendah. S ystem arus atau pola sirkulasi air merupakan salah satu aspek dinamika air yang sangat penting, karena berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya terhadap sebaran biologi, kimia, populasi, dan terhadap sedimen transportasi. Pola arus dan asal arus di perairan umum (danau, sungai, dan resevoir) berbeda dengan di laut. Pada perairan umum yang mengalir (lotic system) misal sungai, air berasal dari tiga sumber, yaitu mata air, hujan, dan aliran permukaan. Aliran sungai dipengaruhi oleh adanya dua kekuatan yaitu gravitasi dan hambatan (friksi). Oleh karena itu, kekuatan arus di sungai tergantung pada letak daerahnya. Pada daerah hulu, kecepatan arusnya tinggi, sedangkan di daerah hilir kecepatan arusnya menurun Air sungai tidak tetap, melainkan berubah tergantung pada musim. Di Pulau Jawa, pada umumnya air sungai keruh dan banjir di musim hujan sedangkan di musim kemarau airnya kecil bahkan mongering. Keadaan ini merupakan suatu indicator adanya kerusakan ekosistem darat di daerah hulu sungai. Sebagai suatu ekosistem terbuka, ekosistem lotik memperoleh kiriman bahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya berupa bangkai. Sampah, atau daun-daunan yang jatuh ke sungai. Meskipun dari ekologi sungai itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan, beberapa hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi, ekologi sungai mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan. Berdasarkan aliran air, zone sungai dapat dikelompokkan menjadi: 1) Zona deras. Daerah dangkal dimana kecepatan arus tinggi yang menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos dan perifiton yang dapat melekat erat 2) Zona air tenang, bagian air dimana kecepatan arus sudah berkurang, lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar sehingga dasar menjadi lunak. Zona ini dihuni oleh nekton dan beberapa jenis plankton

b. Cahaya Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi sebagai energi primer bagi ekosistem. Sebagai sumber energi utama, cahaya matahari penting untuk proses fotosintesis. c. Suhu Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat, Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke-permukaan perairan. Selain itu, suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya d. Zat kimia e. Subtrat Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Biota ekologi sungai Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. a. Bakteri b. Produsen

c. Serangga dan invertebrate d. Ikan dan vertebrata Secara longitudinal, Lotik dikelompokan menjadi 2 zona: a. Hulu, memiliki ciri : daerahnya sempit dan berjenjang, pada dataran tinggi, arus deras, kandungan O2 tinggi, kedalaman rendah, daya erosi besar, kadang terdapat air terjun, tidak terjadi pengendapatn dan kepadatan organisme rendah, substrat berupa batuan besar. b. Tengah, memiliki ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180 atau lebih c. Hilir, memiliki ciri : daerahnya lebar, daya erosi kecil, banyak terjadi pengendapan, pada dataran rendah, arus lambat, kandungan O2 rendah, substrat berupa batuan kecil, kerikil, pasir dan lumpur.

Komunitas organisme Lotik dikelompokan menjadi: Melekat permanen pada substrat yang kokoh seperti batu, batang kayu, dan lain sebagainya. Pada kelompok ini yang berperan sebagai produsen utama adalah :

Ganggang hijau yang melekat dan mempunyai serabut yang panjang seperti misalnya cladophora. Diatom yang tertutup keras dan menutupi berbagai permukaan substrat. Lumut air dari marga Fontinalis dan beberapa marga lain yang menutupi batu. Memiliki alat pengkait dan penghisap . Sebagian besar organisme yang hidup pada habitat dasar air mengalir mempunyai kaitan atau penghisap yang memungkinkan mereka berpegang pada permukaan halus Permukaan bawah yang lengket. Organisme ini dapat menempelkan tubuhnya pada suatu substrat kerena permukaan bagian bawah kelompok organisme ini yang lengket. Contoh dari kelompok ini adalah siput, cacing pipih, dan lain sebagainya Badan yang stream line. Hampir seluruh organisme yang hidup pada habitat air mengalir dari larva serangga sampai dengan ikan mempunyai bentuk yang stream line. Bentuk badan seperti ini akan mengakibtkan tekanan minimum dari arus air yang melewatinya Badan yang pipih. Pada habitat air mengalir dijumpai pula oranisme-organisme yang bentuk badannya pipih, sehingga memungkinkan kelompok ini berlindung di bawah atau di celah-celah batu Rheotaxis positif (organisme yang mampu melakukan pengaturan terhadap arus). Kelompok ini pada dasarnya adalah organisme yang mampu berenang melawan arus. Keampuan ini adalah pola tingkah laku yang diturunkan. Rheotaxis positif dapat disebut juga sebagai kemampuan adaptasi morfologi Thigmotaksis positif. Merupakan kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang diturunkan untuk melekat di dekat permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan.

EKOLOGI SUNGAI BRANTAS Wilayah Sungai Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun 2006. Luas WS Kali Brantas adalah 14.103 km2 melintasi 15 Kab/Kota, terdiri dari 4 DAS yaitu: 1) DAS Kali Brantas seluas 11.988 km2, terdiri dari 6 Sub DAS, 32 Basin Block; 2) DAS Tengah seluas 596 km2, terdiri dari Kali Ngampo, Kali Tengah, dan Kali Tumpak Nongko;

3) DAS Ringin Bandulan seluas 595 km2, terdiri dari Kali Klathak, Kali Kedungbanteng, Kali Ngrejo, dan Kali Sidorejo; 4) DAS Kondang Merak seluas 924 km2, terdiri dari Kali Glidik dan Kali Sungai Brantas (sekitar 320 km) adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. DAS Kali Brantas seluas 11.988 km2, terdiri dari 6 Sub DAS, 32 Basin Block. Kali Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Sungai ini yang diduga kuat disebut sebagai Ci Ronabaya dalam naskah Bujangga Manik. Kali Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. a. Topografi Wilayah aliran Kali Brantas berada di 0-500m yang meliputi hampir 83% dari luas wilayah Jawa Timur. Curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun dengan total potensi air permukaan sebesar 373,64 m3/detik atau 11.783,2 juta m3/tahun. b. Geologi Jenis batuan yang tersebar di wilayah aliran Kali Brantas adalah batuan alluvium. Batuan ini sekitar 44,5% dari luas wilayah darat. Hal ini mengakibatkan wilayah ini menjadi wilayah yang subur. c. Sosial Ekonomi

You might also like