You are on page 1of 25

Proses pembentukan hukum oleh hakim atau aparat hukum yang lain yang diberi wewenang melaksanakan aturan

hukum terhadap peristiwa konkrit Konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum

UNDANG-UNDANG Umum dan abstrak

Penegakan Hukum Penemuan Hukum

PERISTIWA KONKRIT

Aliran Progresif: hukum dan peradilan merupakan alat untuk perubahan sosial (Pound) Aliran Konservatif hukum dan peradilan berfungsi mencegah kemerosotan moral dan nilai-nilai lain

Heteronom Hakim menerapkan hukum berdasarkan bunyi undang-undang saja Hakim tidak mandiri, hanya sebagai corong undang-undang dan tidak berkesempatan menambah atau mengubah undang-undang Penemuan hukum hanyalah penerapan undang-undang melalui silogisme norma dalam undang-undang sebagai premis mayor, peristiwa konkrit sebagai premis minor, dan putusan hakim sebagai konklusi (kesimpulan)

Misal: Premis mayor : Setiap penyuap harus dihukum Premis minor : Artalyta menyuap jaksa Konklusi : Artalyta harus dihukum
-

Umumnya dilakukan oleh mereka yang berpandangan legisme (Montesquieu dan Kant) Etienne Portalis sebagai perancang Code Civil, merupakan pengecualian dari kecenderungan legisme pada masanya dengan mengatakan bahwa undang-undang tidak mungkin lengkap sehingga dibutuhkan kebiasaan, doktrin hukum dan pendapat hakim untuk melengkapi

Otonom Hakim memberi bentuk pada isi undangundang dan menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan hukum yang ada Hakim menjalankan fungsi mandiri dalam menerapkan undang-undang terhadap peristiwa konkrit Didasarkan pada pemikiran bahwa undangundang tidak mungkin lengkap mengatur segala hal, oleh karenanya putusan hakim merupakan cara untuk melengkapinya
pendekatan ini dipelopori oleh mahzab historis (Savigny)

Tidak ada pembedaan tegas antara pendekatan heteronom dan otonom, karena dalam praktek kedua pendekatan digunakan oleh hakim

1. 2.

Metode Interpretasi Metode Argumentasi: - Argumentum per Analogiam - Penyempitan Hukum - Argumentum a Contrario

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Interpretasi Interpretasi Interpretasi Interpretasi Interpretasi Interpretasi Interpretasi

gramatikal teleologis/sosiologis sistematis historis komparatif futuristis restriktif dan ekstensif

Interpretasi gramatikal Menafsirkan makna ketentuan undangundang menurut bahasa (sehari-hari dan dalam pengertian umum) misal: apa yang dimaksud penyuapan?

Interpretasi teleologis atau sosiologis - Menentukan makna suatu ketentuan undangundang berdasarkan tujuan kemasyarakatan - Disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru - Misal: ekonomi kerakyatan?

Interpretasi Sistematis Menafsirkan undang-undang dengan melihatnya sebagai bagian dari kesatuan sistem peraturan perundangan Menentukan makna suatu rumusan dengan mengkaitkan dengan undang-undang lain Misal: tindak pidana anak batasan usia anakanak dan dewasa

Interpretasi Historis a. Penafsiran menurut sejarah undang-undang Menafsirkan dengan melihat kehendak para pembentuk undang-undang Dilihat dari pembahasan dan surat-menyurat di lembaga legislatif saat penyusunan UU (travoux preparatoir)

b. Penafsiran menurut sejarah hukum - Memahami undang-undang dalam seluruh konteks sejarah hukum - Misal: menafsirkan pengetian korupsi dalam UU Tipikor dalam konteks perubahan arah politik hukum nasional
-

Interpretasi Komparatif Biasanya digunakan untuk menafsirkan aturan yang lahir dari pembentukan perjanjian internasional Penafsiran dilakukan dengan menyesuaikan dengan makna yang telah diseragamkan dalam perjanjian internasional yang diikuti

- Misal: pembayaran melalui L/C harus dimaknai sama dengan pembayaran melalui L/C menurut Uniform Customs and Practices (UCP) yang dikeluarkan oleh International Chamber of Commerce (ICC)
-

Interpretasi Futuristis Penemuan hukum yang bersifat antisipatif Interpretasi Restriktif dan Ekstensif Restriktif: Membatasi makna aturan secara lebih sempit Ekstensif: memperluas makna suatu aturan

Argumentum per Analogiam (analogi)

Digunakan apabila lingkup aturan dalam undang-undang terlalu sempit - Hakim memperluas dengan melakukan analogi dengan memperlakukan sama peristiwa serupa dengan peristiwa yang diatur di dalam undang-undang

Dari suatu ketentuan khusus ditarik bentuk umumnya lalu digali asasnya untuk selanjutnya diterapkan terhadap peristiwa khusus lain yang mirip lingkup aturan khusus semula tidak termasuk peristiwa yang mirip tersebut Menyesuaikan (menganalogkan) rumusan dalam suatu aturan dengan asas hukumnya untuk memasukkan suatu peristiwa hingga dianggap sesuai dengan rumusan tersebut Dalam hukum sistem hukum kita analogi tidak diperkenankan dalam hukum pidana (yang diperkenankan adalah penafsiran ekstensif)

Misal:
KHUSUS UMUM Pengalihan barang tidak memutus hubungan sewa menyewa

Pasal 1576 BW: Penjualan atas suatu barang yang disewa tidak memutus hubungan sewa menyewa

KHUSUS (yang mirip)


Hibah tidak memutus hubungan sewa menyewa

Penyempitan Hukum Dilakukan apabila rumusan dalam undnagundang terlalu luas hingga perlu dipersempit untuk dapat diterapkan dalam peristiwa tertentu Misal: Pasal 1365 BW: setiap orang bertanggung gugat atas kesalahannya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain undang-undang tidak mengatur jika pihak yang dirugikan ikut bersalah yurisprudensi: jika pihak yang dirugikan ikut bersalah maka ganti rugi yang diberikan hanya sebagian

Argumentum a Contrario Menjelaskan makna rumusan dari undangundang dengan cara melawan artikan dari rumusan semula Berbeda dengan analogi, argumentum a contrario berpijak dari peristiwa yang berbeda (berlawanan dengan yang ada dalam rumusan undangundang)

Misal: Istri yang dicerai dan hendak menikah lagi harus menunggu masa iddah A contrario: Suami yang bercerai tidak perlu menuggu masa iddah untuk menikah lagi

Harus selalu diingat 3 hal pokok berkenaan dengan hakikat hukum, sumber hukum dan jenis-jenis hukum Pada hakikatnya tatanan dalam masyarakat diatur oleh hukum positif dan norma moral, penggunaan logika hukum hanya dibatasi pada penegakan hukum positif sebagai aturan formal Jika terdapat berbagai sumber hukum yang dapat diterapkan dalam suatu masalah hukum, maka perlu dirumuskan asas-asas hukum yang berkaitan dengan permasalahan tersebut

Hukum positif membedakan hukum publik dan hukum privat, dimana dalam hukum publik juga terdapat berbagai jenis bidang hukum dengan konsep-konsep dan asasasas yang berbeda, karenanya dalam penafsiran dan berargumentasi harus dipahami karakter tiap-tiap bidang hukum tersebut

Penemuan hukum diperlukan karena kadangkadang norma dalam aturan hukum adalah norma yang terbuka (open texture) atau adanya norma yang kabur (vague norm) Penemuan hukum juga diperlukan jika dalam satu kasus hukum dapat diterapkan dua undang-undang atau lebih dan terdapat pertentangan norma dari undang-undang yang berbeda tersebut

Konflik norma dapat diselesaikan dengan menggunakan asas preferensi (lex superior, lex specialis dan lex posterior. Penggunaan asas tersebut berkaitan dengan konflik norma mempunyai beberapa tipe penyelesaian: Type pengingkaran (disavowal): Adanya konflik norma diingkari oleh para pihak dengan menyatakan bahwa dalam kasus tertentu tidak ada konflik norma sehingga siselesaikan secara terpisah misal: Kasus pencemaran nama baik diadili dalam dua persidangan pidana dan perdata

Tipe reinterpretasi: dilakukan dengan menginterpretasi norma preferensi untuk mengesampingkan norma yang lain

-Type pembatalan (invalidation) suatu norma dibatalkan baik melalui cara formal melalui judicial review maupun melalui praktek di pengadilan dengan tidak menerapkan norma dalam kasus konkrit misal: hakim dalam kasus Tempo mengesampingkan peraturan Menteri Penerangan karena tidak sesuai dengan Undang-undang Pers

Type Pemulihan (remedy): hakim melihat bahwa upaya pemulihan yang dilakukan oleh salah satu pihak dapat membatalkan suatu ketentuan undangundang misal: sebagai ganti atas tidak diterapkannya ketentuan pidana pencemaran atas luapan lumpur lapindo kepada para korban diberikan kompensasi atas kerugian yang diderita

You might also like