You are on page 1of 26

LEADERSHIP CHALLENGE Astra International Leadership Festival

JUDUL KARYA ESCOP (EDUCATION BY STUDENTS COLLEGE POLICY) SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN ANAK JALANAN

Diusulkan oleh: Hafif Dafiqurrohman Reza Dianofitra Sirly Eka Nur Intan 1106004235 1106067904 1106005055 Teknik Mesin Teknik Mesin Teknik Kimia

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2012

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis telah melalui banyak rintangan dan halangan, banyak ide dan gagasan yang terlintas mulai dari masalah pendidikan, problematika remaja hingga kesehatan, tetapi pada akhirnya penulis tetap berusaha mencari ide terbaik sehingga penulis menyelesaikan karya tulis ini dengan judul ESCOP (Education by Students College Policy). Karya tulis ini membahas tentang inovasi pendidikan terbaru di Indonesia sehingga dapat melingkup seluruh SDM (Sumber Daya Manusia) yang membutuhkan. Inovasi ini ditujukan kepada anak-anak jalanan yang tinggal di daerah Jakarta Selatan dengan bantuan pengajar dari mahasiswa UI (sebagai sampel awal dalam penelitian tingkat pertama). Inovasi ini diberikan dengan alasan kebutuhan dari anak-anak jalanan yang rendah akan pendidikan dan pengetahuan. Selain itu, mahasiswa yang bertindak sebagai salah satu agent of change harus turut serta menangani masalah pendidikan yang sedang berkecimpung di Indonesia saat ini. Dalam penulisan karya tulis ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan karya tulis ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, 12 Maret 2012

Penulis

1. Latar Belakang Masalah esensial pendidikan menjadi wacana yang harus segera dipecahkan oleh semua komponen pemerintah dan masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu esensi dalam pengembangan kehidupan baik secara individual maupun secara sosial kemasyarakatan. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 259.940.857 jiwa (BPS RI 2010), seharusnya diimbangi dengan kualitas dan kuantitas pendidikan yang seimbang. Kualitas pendidikan yang masih kurang merata, karena masih terpusat di daerah Jawa, menjadikan kualitas pengajaran juga terpusat di beberapa titik saja di Indonesia. Pendidikan merupakan kewajiban dasar negara yang harus diberikan kepada bangsa dan merupakan hak dasar bangsa untuk menerimanya. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat mengenai tujuan negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan merupakan tujuan pokok dan esensial yang wajib dilaksanakan negara dan bangsa ini. Namun kenyataannya di Indonesia, masih banyak usia pendidikan yang tidak mendapatkan pendidikan. Menurut data Kementerian Pendidikan Nasional 2011, jumlah penduduk yang buta huruf mencapai 8,3 juta jiwa. Ironis apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237.556.363 sesuai dengan data Sensus Penduduk 2010. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar terbukti dengan kekayaan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya, namun masih banyak kekurangan dalam pengelolaan. Para pengelola sumber daya dari Indonesia berasal dari investor asing dan domestik. Jumlah investasi asing di Indonesia tahun 2011 sebanyak 4,69 miliar Dollar AS dan jumlah proyek yang dibiayai sebayak 801 proyek, sedangkan investasi domestik, pada tahun yang sama senilai Rp.20,79 triliun dan jumlah proyek yang dibiayai sebanyak 145 proyek. Perbandingan jumlah investasi asing dan lokal yang jauh memerlihatkan bahwa pengelola dalam negeri yang kurang. Fakta tersebut menunjukkan bagaimana kualitas sumber daya manusia Indonesia yang kurang

merata, sehingga hanya sebagian potensi sumber daya Indonesia yang dikelola anak negeri. Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bangsa ini. Sebuah paradigma yang seharusnya diterapkan secara luas dan meyeluruh di seluruh kawasan di Indonesia. Mengutip kata Anis Baswedan (Ketua Gerakan Indonesia Mengajar), mendidik merupakan tugas konstitutional negara, tetapi mendidik adalah tugas moral tiap orang terdidik, maka tugas mendidik juga merupakan tugas para intelektual muda Indonesia. Pendidikan di daerah terpencil menjadi sorotan, namun di kota besar juga tidak lebih baik daripada daerah terpencil. Anak jalanan yang tidak menerima pendidikan merupakan masalah besar di berbagai daerah. Berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Departemen Sosial dengan dukungan Asia Development Bank, jumlah anak jalanan adalah 39.861 orang, yang tersebar di 12 kota besar. Jumlah anak jalanan di Jakarta sendiri mencapai 12.000 pada tahun 2011 (BPS DKI Jakarta 2011). Keadaan ini sungguh berbanding terbalik dengan jumlah sekolah yang berada di Jakarta yang mencapai 5.005 SD, SMP, dan SMA (Dinas Pendidikan DKI Jakarta 2009). Pendidikan merupakan sarana penting untuk mengentaskan kemiskinan, namun apabila anak jalanan masih tidak diberikan pendidikan yang berkualitas, maka kemiskinan akan tetap merajalela, karena kemiskinan akan berlanjut secara turun temurun. Sangat boleh jadi keadaan nyata di lapangan jumlah anak jalanan jauh lebih besar dari jumlah di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es, yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Disisi lain masalah anak jalanan, merupakan patologi sosial yang mempengaruhi perilaku (behavior) anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik bagi anak yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk turun ke jalanan. Kecenderungannya bila tidak ada upaya

mengatasi bukan hanya sekedar turun, tetapi lambat laun bekerja dan hidup di jalan menyatu dengan anak jalanan lain. Fakta menunjukkan di berbagai titik di Jabodetabek, yang merupakan regional kota Jakarta, masih banyak anak jalanan yang tidak terurus pendidikannya. Anak jalanan yang berada di sekitar kawasan Universitas Indonesia juga masih banyak anak jalanan dan keadaan tersebut sungguh berbanding terbalik dengan keadaan mahasiswa di Perguruan Tinggi besar seperti Universitas Indonesia. Mahasiswa sebagai orang terdidik harus melihat perbandingan keadaan yang sangat jauh tersebut. Edukasi sebagai bentuk dasar pengembangan kehidupan merupakan kewajiban negara untuk melaksanakannya dan memeberikannya kepada bangsa Indonesia, namun tugas tersebut merupakan tanggung jawab orang-orang terdidik yang telah mengenyam pendidikan lebih tinggi. Mahasiswa sebagai generasi pengubah bangsa menuju perubahan yang lebih baik, harus bertanggung jawab terhadap masa depan generasi di bawahnya. Sehingga terjadi regenarsi yang stabil dan meningkat menuju perubahan Indonesia ke depannya. Sistem edukasi mahasiswa terintegrasi menunjukkan integritas

mahasiswa sebagai agent of change bangsa Indonesia tanpa ada diskriminasi sosial. Edukasi untuk semua tidak hanya diberikan oleh guru, namun peran serta mahasiswa sebagai orang terdidik yang lebih bertanggung jawab atas kemajuan bangsa ini merupakan suatu tugas besar demi memajukan bangsa Indonesia.

2. Identifikasi Masalah Hari Pendidikan Nasional yang diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya telah menjadi momentum untuk memperingatkan segenap negeri akan pentingnya arti pendidikan bagi anak negeri yang sangat kaya ini. Tahun 2003, telah dilahirkan pula Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui UU No. 20 tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2 tahun 1989. Tersurat jelas dalam UU tersebut bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan dalam pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan pada ayat 2 disebutkan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dalam UU No. 20/2003 pasal 5 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sementara warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus serta setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Peran masyarakat dalam pendidikan nasional, terutama keterlibatan di dalam perencanaan hingga evaluasi masih dipandang sebagai sebuah kotak keterlibatan pasif. Inisiatif aktif masyarakat masih dipandang sebagai hal yang

tidak dianggap penting. Padahal secara jelas di dalam pasal 8 UU No. 20/2003 disebutkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Peran serta masyarakat saat ini hanyalah dalam bentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, di mana proses pembentukan komite sekolah pun belum keseluruhannya dilakukan dengan proses yang terbuka dan partisipatif. Kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikan. Selain itu, layanan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya di dalam angan. Lebih jauh, anggaran untuk pendidikan (di luar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan) di dalam APBN maupun APBD hingga saat ini masih dibawah 20% sebagaimana amanat pasal 31 ayat 4 UUD 1945 dan pasal 49 UU No. 20/2003, bahkan hingga saat ini hanya berkisar diantara 2% sampai dengan 5%. Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan hingga sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, anakanak yang memiliki keinginan untuk bersekolah harus membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup karena semakin sukarnya akses masyarakat terhadap sumber kehidupan mereka. Pendidikan juga saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktik jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi. Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan alternatif, sebagian besar dipandang sebagai upaya membangun pemberontakan.

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang menekankan ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing. Mahasiswa seharusnya peka menanggapi masalah seputar pendidikan ini. Karena pada hakikatnya, mahasiswa merupakan konsumen pendidikan. Mahasiswa merupakan entitas yang bisa menikmati pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Oleh karena itu, bukan saatnya bagi mahasiswa untuk bersifat egois, melakukan demonstrasi atas kebijakan pendidikan di kampus saja. Sekarang saatnya mahasiswa harus memikirkan selusi atas permasalahan di dunia pendidikan ini. Mahasiswa memiliki posisi penting di masyarakat. Di sisi lain, mahasiswa adalah fase manusia yang paling optimal (kekuatan fisik, kematangan pikiran, intelektualitas). Dengan demikian, mahasiswa mampu untuk memiliki kepekaan yang tinggi. Kepekaan terhadap kondisi kekinian bangsa, salah satunya di bidang pendidikan. Mahasiswa sebagai generasi intelektual hanya bisa dihargai eksistensinya dengan kualitas intelektualnya pula, bukan dengan hal lainnya. Jika mahasiswa sudah tidak lagi bisa mengandalkan kecemerlangan intelektualnya, maka kemampuan lain apa yang bisa dipertaruhkan mahasiswa bagi negara ini. Oleh karena itu, mahasiswa memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan bangsa. Kontribusi itu bisa berupa:
a. Pengembangan Potensi Diri

Mahasiswa mengembangkan potensi dirinya sebagai bentuk kesadaran akan hakikat pendidikan yang mendasar.
b. Melakukan Kontrol Kebijakan Pemerintah

Sesuai dengan peran dan fungsinya, mahasiswa wajib melakukan kontrol kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan mengenai penentuan arah dan karakteristik pendidikan bangsa.

c. Memenuhi Kebutuhan akan Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional Mahasiswa seharusnya mampu menjawab dan memberi solusi atas kebutuhan kebutuhan akan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan menerapkan usaha usaha tersebut, diharapkan mahasiswa benar benar berperan dalam perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

3. Rekomendasi dan solusi atas masalah yang ditemukan 3.1 Rekomendasi Program Program yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan adalah ESCOP (EDUCATION BY STUDENTS COLLEGE POLICY). Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan di kalangan anak yang kurang mampu dan kurang beruntung. Program ini merupakan salah satu saran kebijakan kepada pemerintah sebagai penanggung jawab konstitusional pendidikan Indonesia dan kepada Perguruan Tinggi sebagai pemangku pendidikan tinggi di Indonesia. Mahasiswa perguruan tinggi sebagai agent of change harus menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian, Pendidikan, dan Penelitian, sebagai wujud konkrit sebagai mahasiswa. Pengabdian masyarakat yang sering digalakkan di dalam serangkaian kegiatan kemahasiswaan menjadi bukti yang nyata bagi eksistensi mahasiswa. Pengabdian masyarakat rata-rata dilakukan dengan kegiatan sosial yang mengarah secara instan, seperti pemberian sembakao, kerja bakti, dsb. Namun secara esensial, pengabdian masyarakat dengan pendidikan sebagai pilot project-nya kurang merata dilakukan oleh para mahasiswa dalam program pengabdian masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari pengabdian masyarakat oleh mahasiswa dan tanggung jawab sosial mahasiswa sebagai pengubah bangsa menuju bangsa yang lebih baik, maka diperlukan suatu program yang mampu memeratakan pendidikan ke semua golongan tanpa terkecuali. Sehingga

diharapkan suatu hasil yang berguna dan mampu memberikan manfaat yang luas bagi kemajuan bangsa Indonesia.

3.2 Gagasan dan Solusi yang Ditawarkan Program yang ditawarkan merupakan sistem edukasi yang menyeluruh dan berjangka panjang dengan langkah implementasi jangka pendek untuk kawasan tertentu. ESCOP (EDUCATION BY STUDENTS COLLEGE POLICY) menerapkan beberapa kebijakan yang akan diterapkan secara bertahap dan sistematis. Kebijakan tersebut merupakan program yang akan diimplementasikan, meliputi; a) Sistem Kewajiban Mengajar atau Educate Policy for Students College Educate Policy for Students College diterapkan sebagai program pembinaan mahasiswa baru sebagai cara pembinaan mahasiswa yang paling efektif dalam program pengabdian masyarakat. Menggunakan sistem shift dan sistematika sirkulasi pengajar yang bergantian, sehingga bisa seimbang antara kewajiban sebagai mahasiswa untuk berkuliah dan pengabdian masyarakat sejalan. Sistem tersebut akan diterapkan saat awal masa pembinaan dalam Universitas Indonesia sebagai Universitas yang menggunakan APBN Indonesia. Setiap mahasiswa baru akan dibebani tugas mengajar selama 1 semester dengan akan ada evaluasi pada akhir semester. Apabila kerja baik, akan diberikan apresiasi tinggi dan diberikan dana pembinaan untuk membina suatu komunitas anak yang kurang mampu. Sedangkan apabila kinerja kurang maksimal, akan diberikan masa bimbingan selama 1 semester lagi sebagai masa pembinaan pengajaran. b) Sistem Kewajiban Pengabdian Perguruan Tinggi atau Educate Policy for College Educate Policy for College merupakan kebijakan Perguruan Tinggi untuk sebagai tanggung jawab kepada masyarakat sebagai sustu institusi. Perguruan Tinggi akan memberikan suatu kebijakan melalui

staf pengajar untuk mengabdi ke masyarakat. Biasanya tanggung jawab sosial diterapkan melalui produk atau jasa, namun dalam sistem ini menggunakan pendidikan sebagai project plan-nya. Tanggung jawab Perguruan Tinggi akan diterapkan melalui pembentukan kurikulum pendidikan dan pemberian pelatihan kepemimpinan kepada masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu. Kurikulum pendidikan merupakan suatu konsep yang harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat, sehingga harus diadakan penelitaian sesuai keadaan masyarakat tersebut. Kepemimpinan atau leadership sebagai soft skill yang harus dimiliki oleh seluruh anak Indonesia sebagai calon pemaju bangsa Indonesia. Konsep kurikulum pendidikan akan diterapkan dalam sistem pengajaran oleh sistem Educate Policy for Students College, sedangkan pelatihan kepemimpinan akan diterapkan langsung oleh staf pengajar Perguruan Tinggi sebagai pengabdian Universitas Indonesia. c) Sistem Integrasi Pembinaan Pendidikan atau Integrated Educate Policy Integrasi merupakan salah satu sistem yang kompleks dan mempunyai konsep yang lebih mendalam, seperti dalam Integrated Educate Policy yang menggabungkan komponen mahasiswa di Universitas Indonesia, staf pengajar Universitas Indonesia, dan Universitas lain di seluruh Indonesia. Sistem ini merupakan sistem jangka panjang yang diterapkan setelah dua sistem awal berhasil diterapkan. Integrated Educate Policy akan diterapkan ke seluruh Indonesia dengan tujuan mencerdaskan bangsa Indonesia secara menyeluruh dengan pemerintah sebagai pemangku konstitusional pendidika yang akan mengawasi dan memberikan pengarahan sesuai dengan dasar nagara dan dasar konstitusi Indonesia.

ESCOP

Educate Policy for Students College

Educate Policy for College

Anak-Anak Kurang Mampu dan Jalanan

Pengabdian Masyarakat

Berhasil

Integrated Educate Policy


Gagal

Evaluasi

Pembinaan dan Pelatihan

Gambar 1. Bagan Alur ESCOP 3.3 Rekomendasi Masyarakat Pendidikan sebagai solusi esensial bagi kehidupan bangsa harus menjadi prioritas utama dalam menangani masalah anak jalanan di sekitar Jabodetabek. Pendidikan yang berkualitas merupakan hak semua orang di negara Indonesia tanpa terkecuali, baik yang mampu secara ekonomi maupun tidak, baik yang berada di kota besar maupun di daerah terpencil. Pendidik atau guru secara statistik sudah banyak tersebar di Indonesia, namun masih banyak anak-anak yang belum menerima pendidikan secara layak. Untuk jangka pendek akan diterapkan di sekitar kawasan Universitas Indonesia, karena di sekitar Universitas Indonesia masih banyak anak-anak jalanan yang membutuhkan pendidikan yang layak. Jangka menengah akan diterapkan untuk wilayah Jawa dengan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi di Jawa. Sedangkan untuk jangka panjang akan diterapkan ke seluruh Indonesia, bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan diintegrasikan sebagai program nasional. 3.4 Sasaran program Anak-anak jalanan di daerah kawasan Jakarta Selatan dengan restricted area sekitar Universitas Indonesia. Alasannya karena daerah ini menunjukkan kesenjangan sosial yang lebih jauh antara kehidupan mahasiswa dan anak jalanan. Selain itu seringkali terlihat fenomena anak jalanan yang menjadi pedagang asongan maupun loper koran di sekitar Universitas Indonesia maupun masuk kawasan kampus sendiri. Analisis Sasaran Anak-anak jalanan di daerah Depok, khususnya yang menetap di Jalan Margonda dapat dikata tidak sedikit. Alasan anak-anak tersebut menjadi anak-anak jalanan adalah korban eksploitasi kerja, keluarga yang

tidak harmonis, tidak mempunyai tempat tinggal, anak-anak itu berasal dari luar kota dan mencoba mengadu nasib di Jakarta, atau ada pula yang sudah tidak mempunyai orang tua dan sekaligus tidak memiliki warisan tempat tinggal serta sebagian besar keluarga orang tua anakanak itu tidak bersedia menampung. Anak-anak jalanan tersebut rata-rata memiliki pendidikan di bawah standar. Mereka sesungguhnya tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Sekalipun beberapa dari mereka masih ada yang sekolah, tetapi bagi mereka sekolah bukanlah kebutuhan utama, menghidupi kebutuhan dirinya, orang tua, serta saudaranyalah yang utama. Hal ini mengakibatkan pendidikan yang telah mereka dapat, tidak dapat difungsikan secara optimal. Sebagian besar dari mereka yang tidak lagi mengenyam pendidikan mengakibatkan mereka mudah terjerumus kepada hal-hal negatif, seperti merokok, mengonsumsi minuman keras, dan memakai narkoba, yang merugikan diri mereka sendiri pada masa yang akan datang. Bagi anak jalanan yang masih mau mengenyam pendidikan tetapi tidak mampu sekolah juga tidak sedikit jumlahnya. Anak-anak jalanan seharusnya berkonsentrasi penuh pada pelajaran sekolahnya, namun karena keadaan ekonomi yang semakin sulit, terpaksa sekolah sambil mencari nafkah membantu kedua orang tuanya. Sistematika Anak-anak jalanan di daerah Depok, khusunya di daerah Margonda tadi dikumpulkan dalam suatu komunitas tertentu dan pengajar mengajar anak-anak tersebut sesuai dengan tingkatan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan saat ini. Sebagai contoh, banyak anak jalanan yang menjual surat kabar atau tissue di kantin Fakultas Teknik. Pengajar bisa memberi tahu mereka untuk belajar bersama, tujuan adanya belajar bersama, manfaat yang akan didapat setelah belajar bersama, dan kerugian yang akan didapat saat mereka tidak memiliki pendidikan yang layak.

Pengajar juga mengunjungi tempat tinggal anak-anak jalanan tersebut untuk mengetahui kondisi pemukiman mereka. Tempat pertama yang akan digunakan untuk mengajar adalah tempat yang dekat dengan rumah mereka, tempat yang kondusif dan tenang untuk belajar. Alasan tempat tersebut dipilih untuk menjadi sasaran tempat mereka belajar pertama kali adalah tempat belajar yang dekat dengan tempat tinggal mereka akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi diri mereka. Selain itu, ini juga merupakan sedikit upaya untuk menunjukkan kepada orang tua supaya mereka sadar bahwa pendidikan juga merupakan hak yang harus diterima oleh anak mereka. Apabila langkah awal tersebut sukses terealisasi dan mulai banyak siswa yang mengikuti program ini, maka pengajar bisa memilih tempat lain untuk menjadi sarana tempat mereka belajar (tidak lagi di tempat dekat pemukiman mereka). Hal ini juga merupakan sarana refreshing bagi mereka dan membiasakan diri untuk berada di suatu tempat baru bagi mereka. Jika sudah berjalan selama kurang lebih 6 bulan, mereka bisa diikutkan dengan komunitas yang sudah ada dan berkembang, seperti TIS. Cara mengajar otomatis dibedakan antara yang seharusnya menempuh pendidikan di SD, SMP atau SMA. Pengajar bisa memberikan pertanyaan atau tes kecil terlebih dahulukepada mereka untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam bidang akademis. Setelah itu, baru bisa didapatkan keputusan untuk mengajar mulai dari mana. Setiap triwulan akan diadakan tes bagi mereka. Siapapun dari mereka yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapat hadiah atau penghargaan dari pengajar. Bagi mereka yang nilainya masih di bawah standar diharapkan kepada para pengajar untuk memantau lebih lanjut anak tersebut. Kategori Pengajar Mahasiswa dari Universitas Indonesia itu sendiri Mahasiswa yang sedang melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Indonesia diharuskan untuk memberikan pendidikan kepada orang lain. Dalam hal ini, bisa dimulai sejak mereka ada di tingkat 1

(semester 1). Memberikan pendidikan kepada orang lain itu dilaksanakan minimal sampai 1 semester, maksimal sampai 2 semester. Memberikan pendidikan tidak berlaku bagi mahasiswa yang memiliki sakit parah, seperti kanker. Pemberian pendidikan kepada orang lain ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan Gerakan UI Mengajar dan BIMA (Bimbingan Alumni UI). Selain itu, juga bisa bekerja sama dengan lembaga yang berhubungan dengan pendidikan dari masingmasing Fakultas, seperti mahasiswa Teknik bisa bekerja sama juga dengan para Badan Pengurus Harian (BPH) atau Badan Pengurus (BP) Technique Informal School (TIS). Sebelum mengajar, mereka akan ditrainee terlebih dahulu sampai mereka benar-benar matang dalam hal pengetahuan (pendidikan) dan mental. Trainee dilakukan selama paling tidak 1 bulan (jangka waktu singkat) dan 3 bulan (jangka waktu panjang). Setelah ditrainee, selanjutnya mereka akan terjun ke lapangan dan memberikan pendidikan kepada anak-anak jalanan di daerah Depok, khususnya bagi mereka yang menetap di Jalan Margonda. Saat memberikan pendidikan ini, pengajar boleh mendokumentasikannya dalam agenda harian sekaligus foto untuk mempublikasikannya lebih lanjut agar hal ini bisa terealisasi ke seluruh pelosok di Indonesia sehingga SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki wawasan tinggi tergerak hatinya untuk bisa membagi pengetahuan yang mereka ketahui pada mereka-mereka yang tidak mampu lagi mengenyam pendidikan lebih lanjut. Mahasiswa dari Universitas lain di sekitar Jakarta Mahasiswa di sekitar Jakarta bukan hanya berkuliah di Universitas Indonesia saja, namun juga berkuliah di Perguruan Tinggi lain, seperti di Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila, Universitas Trisakti, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Jakarta, dan Perguruan Tinggi lain di Jakarta. Sebagai orang terdidik mahasiswa

mempunyai tanggung jawab tanpa terkecuali, sehingga tidak ada batasan mahasiswa Perguruan Tinggi lain melaksanakan program ini. Sebagai tindak lanjut relasi program ke Universitas lain, maka akan dikoordinasikan menggunakan hubungan kemahasiswaan ke kemahasiswaan Universitas bersangkutan. Feedback yang diharapkan adalah semakin meningkatnya rasa persaudaraan antarmahasiswa dan meningkatnya kepeduliaan sosial yang tinggi kepada masyarakat. 4. Program-Program Konkret yang Akan Dilaksanakan Berdasarkan Rekomendasi 4.1 Program Pengajaran 1. Fun Learning Metode belajar fun learning ini adalah metode belajar disembarikan dengan bermain. Metode belajar ini diterapkan pada murid pada jenjang pendidikan 1-6 SD dan yang setara. Metode belajar seperti ini digunakan untuk mempelajari konsep awal dari materi yang akan diberikan. 2. Serious Learning Metode belajar seperti ini adala metode belajar dalam memahami pelajaran lebih dalam dari sebelumnya. Dalam tahap fun learning dipelajarin konsep-konsep dasar agar mengetahui gambaran umum yang akan dipelajari. Sesuai dengan namanya yaitu serious adalah pembelajaran serius. Serius dalam arti ini adalah pembelajaran yang serius terhadap part-part dalam pembelajarannya, sehingga dapat mengerti seluruh ilmu yang diberikan. 3. Practice Learning Metode practice learning adalah metode pembelajaran dengan praktek. Dalam hal ini, murid sekolah diajarkan langsung dengan benda atau hal-hal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Karena

untuk dapat mengerti ilmu tersebut 100% dibutuhkan pemahaman konsep yang kuat dan juga praktek yang baik. 4. Interactive learning Metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran yang interaktif. Jadi pada proses pembelajaran ini tidak dilakukan secara satu arah, melainkan banyak arah. Pembelajaran ini mengikutsertakan interkasi mentor terhadap murd, murid terhadap mentor, dan juga murid terhadap murid. Dengan cara ini, wawasan murid akan lebih terbuka lebar. 4.2 Langkah-langkah implementasi program 1. Perekrutan pengajar Dalam tahap perekrutan ini, jadi akan dibuka pendaftaran bagi mahasiswa yang mau menjadi sukarelawan untuk mengajar di tahun pertama. Untuk tahap awal, akan diambil hanya beberapa orang saja untuk menjadi awal pergerakan dari Gerakan Mahasiswa Mengajar. Perekrutan untuk tahap awal ini diharapkan bagi mahasiswa yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dalam hal pendidikan. 2. Training pengajar Training pengajar akan dilaksanakan setelah perekrutan pengajar. Training ini akan meminta bantuan dari UI Mengajar dan BIMA (Bimbingan Alumni UI). Training ini akan bertujuan untuk melatih mereka menjadi seorang pengajar yang baik secara akademis dan mental. Bagi mereka yang telah mendapatkan pelatihan ini diharapkan mereka dapat menerapkannya secara langsung di kehidupan nyata. 3. Pengajaran Dalam tahap pengajaran, para pengajar diharapkan untuk mengajar 10 orang untuk masing-masing pengajar. Masing-masing

pengajar tadi akan mengajarkan materi kepada anak-anak jalanan yang mengikuti program ini sesuai dengan tingkatan pendidikan masingmasing yang harusnya mereka dapatkan.

4.3 Solusi dan Sosialisasi Pengajar Solusi untuk mendapatkan pengajar yang berkomitmen dan berkesinambungan adalah sistem regenerasi yang baik. Regenerasi program ESCOP dimulai dengan memasukkan program ini sebagai tugas wajib mahasiswa baru dalam masa pengenalan atau orientasi Perguruan Tinggi terutama untuk jangka pendek adalah di kalangan mahasiswa baru Universitas Indonesia. Sebagai program kerja sosial dan pengganti sistem perploncoan, program ESCOP akan memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat dalam hal ini adalah anak jalanan, dan bagi mahasiswa sendiri, sehingga memberikan pengabdian masyarakat secara konkret dan terbuka. Sistem regenarasi dari angkatan awal program ESCOP, misal pada angkatan 2012, ke angkatan berikutnya akan terus berlanjut dalam jangka waktu 1 tahun pengabdian mahasiswa baru. Dalam waktu 1 tahun tersebut akan diadakan evaluasi per akhir semester sesuai dengan pencapaian masing-masing mahasiswa. Evaluasi akan mencakup apresiasi bagi mahasiswa dengan dedikasi tinggi dan upgrading bagi mahasiswa yang masih belum mencapai standar program ESCOP. Regenerasi yang dilakukan setahun sekali dengan

mempertimbangkan keputusan dan ketentuan bagian kemahasiswaan Universitas Indonesia dalam masa orientasi dan pengenalan mahasiswa. Sebagai tindak lanjut program ini, maka kerjasama BEM UI dengan

Rektorat, serta dengan BEM Fakultas harus sama-sama sejalan dan sinergis. Program ESCOP jangka pendek menggunakan bulan April 2012 sebagai bulan percobaan implementasi program, dengan ketentuan sesuai rekomendasi program, budget plan, dan time plan program. Integrasi dari program ESCOP dengan masa orientasi sangat efektif apabila didukung dengan sistem regenarasi dan optimasi mahasiswa baru.

PROGRAM ESCOP
BEM UI (Masa PSAU) BEM Fakultas (Masa PSAF)

Mahasiswa Baru 2012, 2013, 2014, dst

PELAKSANAAN PROGRAM

Pengawasan Program

EVALUASI PROGRAM

APRESIASI PENGAJAR

Gambar 2. Sistem Regenerasi dan Evaluasi


5. Budget plan

Dana awal

: Rp 1.000.000,00

Target anak-anak jalanan : 250 orang a. Buku tulis tebal 58 lembar 1 Buku tulis : Rp 4000,00

250 x 3 Buku tulis : Rp 3.000.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 3 buku tulis tebal 58 lembar. b. Alat tulis (pena atau bolpoin, pensil, penghapus, rautan, tipe-X, penggaris, tempat pensil) (1) 1 Pena : Rp 2000,00 250 x 1 Pena : Rp 500.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 pena. (2) 1 Pensil : Rp 1000,00 250 x 2 Pensil : Rp 500.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 2 pensil. (3) 1 Penghapus : Rp 500,00 250 x 1 Penghapus : Rp 125.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 penghapus. (4) 1 Rautan : Rp 500,00 250 x 1 Rautan : Rp 125.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 rautan. (5) 1 Tipe-X : Rp 2500,00 250 x 1 Tipe-X : Rp 625.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 tipe-X. (6) 1 Penggaris : Rp 2000,00 250 x 1 penggaris : Rp 500.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 penggaris. (7) 1 Tempat Pensil : Rp 5000,00 250 x 1 tempat pensil : Rp 1.250.000,00 Masing-masing anak akan mendapatkan 1 tempat pensil. c. Snack (bagi anak-anak jalanan) 1 Snack : Rp 3000,00 250 x 1 Snack : Rp 750.000,00 d. Penghargaan Buku-buku bacaan yang berkualitas : Rp 5.000.000,00 Target Pengajar : 250 orang a. Papan tulis : Portable tiap pengajar (sukarela pengajar) b. Spidol : Portable tiap pengajar (sukarela pengajar) 6. Timeline Program (Jangka Pendek) Tahap Minggu 1 4 5 6 7 Bulan April Minggu 2 4 5 6 Minggu 3 7 4 5 6 7 Minggu 4 4 5 6 7 Hasil Kegiatan

Tahap Awal

Membuat grup mentor

Didapatkan mentor yang siap untuk mengajar

Membuat kurikulum

Menghasilkan modul pengajaran

Tahap Persiapan Publikasi kegiatan Tahap Penajaran Pemahaman konsep Murid dapat mengetahui gambaran umum materi yang diajarkan Murid memahami materi secara menyeluruh Murid mengerti pelajaran 100% Untuk mengecek sedalam apa pengertian murid Mendapatkan murid untuk diajarkan

Pemahaman mendalam

Praktikum

Review dan tes

Tahap Checking

Akhir Pengajaran Interaktif Pembelajaran dengan pengajar sesuai kuota Apresiasi bagi murid yang sukses Murid 250 orang dan terdidik dengan baik

Pemberian Penghargaan Target Tercapai

Daftar Pustaka Asa Mandiri, Tiga UUD Republik Indonesia UUD RI 1945 Hasil Amandemen, Konstitusi RIS, UUD Sementara RI 1950, Penerbit Asa Mandiri, Jakarta, 2006, Hal. 25-26 BPS. 2011. Laporan Bulanan Ekonomi. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI BPS. 2010. Statistik Jumlah Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI BPS. 2010. Statistik Potensi Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI Dewandono, Rahadian Dustrial. 2011. Peran dan Fungsi Mahasiswa terhadap Usaha Perbaikan Pendidikan Indonesia. Di dalam http://haridewa.wordpress.com/2011/06/01/ peran-dan-fungsi-mahasiswaterhadap-usaha-perbaikan-pendidikan-indonesia diakses tanggal 11 Maret 2012

7. Lampiran Tabel 1. Statistik Pendidikan Penduduk 15 tahun ke atas Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun Ke atas 2005 2006 2007 2008 2009 Tidak/belum sekolah 8,85 8,34 8,59 8,24 7,50

2010 7,28

Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SM +/sederajat

15,23 32,07 19,48 24,37

14,99 31,00 19,88 25,78

14,42 30,43 19,83 26,73

14,98 29,08 20,23 27,46

14,86 29,31 19,85 28,49

12,74 29,72 20,57 29,69

Tabel 2. Angka Buta Huruf Indonesia BUTA HURUF Angka Buta Huruf 10 th + Angka Buta Huruf 15 th + Angka Buta Huruf 15-44 th Angka Buta Huruf 45 th + 2005 8,09 9,09 3,09 22,83 2006 7,61 8,55 2,89 21,09 2007 7,26 8,13 2,96 18,94 2008 6,95 7,81 1,95 19,59 2009 6,59 7,42 1,80 18,68 2010 6,34 7,09 1,71 18,25

Tabel 3. Angka Partisipasi Pendidikan Tiap Provinsi di Indonesia 2010 Provinsi 41.250,0 13-15 16-18 19-24 0 -1 -30,00 -31,00 -32,00 -33,00 Aceh 99,19 94,99 73,53 24,11 Sumatera Utara 98,90 92,26 66,94 15,65 Sumatera Barat 98,24 89,51 65,65 21,26 Riau 98,75 92,09 64,54 14,02 Kepulauan Riau 99,35 92,16 66,56 8,64 Jambi 98,27 85,56 56,11 12,81 Sumatera Selatan 98,00 85,41 54,79 12,07 Kep Bangka Belitung 97,10 80,59 47,51 8,90 Bengkulu 98,67 88,25 59,63 16,95 Lampung 98,71 86,62 51,34 9,82 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah Dista Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat 99,16 98,29 98,01 98,95 99,69 98,74 98,69 98,26 96,49 97,04 91,45 82,73 81,70 85,33 94,02 88,82 89,26 86,52 81,24 84,48 61,99 47,82 50,90 53,72 73,06 59,39 65,22 57,71 49,22 50,35 17,91 10,38 11,70 11,34 44,03 12,43 15,31 15,39 14,44 11,43

Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia

98,70 97,90 98,68 98,30 96,86 97,52 97,00 95,93 97,81 98,27 97,23 76,22 94,04 98,02

86,83 80,59 92,49 89,06 81,78 84,17 82,63 77,92 88,17 92,85 90,76 74,35 89,95 86,24

54,50 50,23 64,76 56,75 49,61 50,06 53,00 44,54 59,93 72,40 64,12 48,28 58,98 56,01

11,06 12,18 14,88 13,30 12,87 14,69 18,64 10,47 18,28 21,88 17,04 13,18 14,45 13,77

You might also like