You are on page 1of 13

1.

memberi ampun atas kesalahan dsb; tidak menganggap salah dsb lagi: ia telah kesalahanku;

Term al-afwu berasal dari akar kata arti-nya: memaafkannya, mengampuni dosanya.1 Pada mulanya term al-afwu tersebut berarti berlebihan.2 Kemudian, dalam al-Munjid f al-Lugah dikatakan bahwa term a-lafwu dimaknakan dengan 3 (menyembuhkan sesuatu yang bersih pada pada [diri] nya. Yakni, melenyapkan [dirinya]dari kebejatan yang sejak awal melekat pada dirinya, kemudian ia memuliakan orang secara khusus). Dapat dipahami bahwa alafwu secara etimologibisa berarti memaafakan atau memberi maaf kepada orang lain; juga dapat berarti menahan diri, menghapuskan dan menggurkan kesalahan orang lain pada dirinya. Jika pengertian alafwu diterminologikan berdasarkan ayat-ayat Alquran, maka ia memiliki berbagai makna konotatif. Di antaranya adalah meninggalkan atau mengabaikan;4 meringankan atau memudahkan dan memperluas;5 kelebihan;6 dan makna terakhir adalah menambah banyak.7 Dapatlah dirumukan bahwa al-afwu secara terminologi adalah sikap memberi maaf dengan lapang dada, yakni meringankan dan menggugurkan kesalahan orang lain pada dirinya, serta tidak menyimpan rasa dendam atau sakit hati dalam pergaulan antar manusia. Batasan pengertian yang lebih luas lagi adalah bukan saja berlaku dalam bentuk pergaulan antar manusia, tetapi juga berlaku antara Allah dan hamba-Nya. Dalam terminologi yang pertama, manusia memberi pemaafan antar sesamanya atau sebaliknya. Sedangkan dalam terminologi yang kedua adalah bahwa Allah memberi pemaafan kepada manusia. Terminologi pemaafan antara sesama manusia, disebut dengan al-afwu. Sedangkan terminologi pemaafan Allah kepada manusia adalah al-maghfirah. Referensi Makalah Kepustakaan: [1] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), h. 273 [2] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; tafsir Mawdhui atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet. VII; Bandung: Mizan, 1998), h. 246. [3] Louis Malf, AL-Munjid f al-Lugah (Cet. XX; Bairt; Dr al-Masyriq, 1977), h. 517 [4] Lihat QS. al-Baqarah (2): 109; 178 dan 237 [5] Lihat QS. al-Baqarah (2): 187

[6] Lihat QS. al-Baqarah (2): 219. [7] Lihat QS. al-Arf (7): 95

AL 'AFUWW (yang Maha Pemaaf) adalah Allah yang menghapus dosa-dosa dan mengabaikan tindakan durhaka. Maknanya dekat dengan AL GHAFUUR (yang Maha Pengampun), tetapi nama ini lebih banyak menyatakan perasaan daripada AL GHAFUUR. Hal ini karena Maha Pengampun (AL GHAFUUR) mengandung arti menutupi atau menyembunyikan, sedangkan Maha Pemaaf (AL `AFUWW) menunjukkan penghapusan, dan menghapus lebih membawa hasil yang diharapkan dibanding menyembunyikan. `Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun`
An Nisaa':43) (04-

`Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidakmengetahui jalan (untuk hijrah), Mereka itu, mudahmudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah maha pemaaf lagi Maha Pengampun` (04-An Nisaa':98~99) `Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa` (04-An Nisaa':149) Manusia dapat pula memiliki sifat ini, bila dia adalah orang yang memaafkan ('Afwu) siapapun yang merugikannya. Sebagai gantinya dia malah berbuat baik kepada orang yang merugikannya, karena dia melihat Allah Azza wa Jalla berbuat baik di dunia ini terhadap mereka yang durhaka dan kafir, bukannya segera menghukum mereka. Dan Dia memaafkan mereka dengan berlaku baik terhadap mereka. Kalau berlaku baik, dosa-dosa mereka akan terhapus. Inilah tujuan menghapus kejahatan

`Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh` (07-Al A'raaf:199) Rasulullah Saw bersabda: `Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan senang memaafkan. Barangsiapa yang memberi maaf ketika dia mampu membalas, niscaya Allah akan mengampuni dia disaat kesukaran. Tiadalah orang yang memberi ampun terhadap kezaliman karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan Allah akan menambah kemuliaan kepadanya dihari kiamat`.
Imam Al-Ghazali foto madaniwallpaper.com

____________________oooOooo___________________

Makna Nama Allah "Al-Afuww" Kalimat 'afaa, secara bahasa sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:

"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam. Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma'

binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan:

"Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orangorang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya. Perbedaan antara al'Afuww (Mahapemaaf) dan al-Ghaffar (Mahapengampun) Supaya kita bisa merasakan keistimewaan nama Allah al-'Afuww (Mahapemaaf) dengan sebenarnya, maka kita ketahui perbedaan antara dia dengan al-Ghaffar. Pada dasarnya, semua nama Allah adalah sangat baik. Tapi al-'Afuww itu memiliki makna lebih dalam daripada maghfirah. Karena maghfirah, adalah ampunan dosa namun dosa itu masih ada. Dosa tersebut ditutupi oleh Allah di dunia dan di akhirat nanti juga ditutupi dari pandangan makhluk. Sehingga Allah tidak menyiksa seseorang dengan dosa tersebut, tapi dosa itu masih ada. Adapun maaf, maka dosa yang dilakukan hamba sudah tidak ada. Kayak-kayaknya ia tidak pernah melakukan kesalahan. Karena dosa itu telah dihilangkan dan dihapuskan sehingga bekasnya tidak lagi terlihat. Dari sisi ini, pemberian maaf lebih istimewa. Boleh jadi seseorang melakkan dosa-dosa keculi, ia tidak banyak ibadah di Lailatul Qadar atau tidak mendapatkannya, maka ia datang di hari kiamat akan mendapati Allah sebagai Mahapengampun. Namun nanti dosa-dosa itu akan ditampakkan

dan disuruh ia mengakuinya. Berbeda dengan yang -boleh jadimelakukan dosa besar, lalu ia bertaubat, giat ibadah di Lailatul Qadar sehingga mendapatkannya, maka di hari kiamat ia memperoleh maaf. Maka Allah Mahapemaaf tidak lagi menyebutkan kesalahan-kesalahannya, karena sudah dihapuskan. Adapun al-Ghafur (Mahapengampun), terkadang dosanya masih disebut dan dinampakkan, namun Dia tidak menyiksa/menghukum karenanya. Perbedaan keduanya, terlihat jelas dalam dua hadits berikut ini: Pertama, hadits tentang datangnya seorang hamba pada hari kiamat, lalu Allah Tabarakan wa Ta'ala berfirman kepadanya: "Wahai hamba-Ku, mendekatlah!" Maka hamba tadi mendekat. Lalu Allah menurunkan tabir penutup atasnya, dan bertanya padanya: "Apakah kamu ingat dosa ini? Apakah kamu ingat dosa itu?" -Dan ini menunjukkan bahwa bekas dosa itu masih ada dalam catatan amal-. Lalu hamba tadi menjawab, "Ya, masih ingat wahai Rabb." Hamba tadi mengira akan binasa. Lalu Allah berfirman padanya: "Aku telah tutupi dosa itu atasmu di dunia, dan hari ini Aku beri ampunan atas dosa itu untukmu." Ini adalah maghfirah. Sedangkan al-'afuww (pemaafan atas dosa), maka Allah akan berfirman pada hari kiamat kepada seseorang yang telah dimaafkan-Nya, "Wahai fulan, Sesungguhnya aku telah ridha kepadamu karena perbuatanmu di dunia, Aku telah ridha kepadamu dan memaafkanmu, maka pergilah dan masuklah ke dalam surga." Al-afuww adalah apa yang didapatkan hamba pada hari kiamat, saat Allah berfirman kepadanya: Wahai hambaku, berangananganlah dan berkeinginanlah, maka sungguh Aku telah mengampunimu." Maka tidaklah engkau berangan-angan terhadap sesuatu kecuali aku berikan kepadamu itu." Wallahu Ta'ala A'lam.
Dari Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah saw bersabda: Musa bin Imran as pernah berkata, Wahai Tuhanku, siapakah orang yang paling mulia pada pandanganMu? Allah swt menjawab: Barangsiapa yang memberi maaf meskipun dia memiliki kemampuan untuk membalas dendam.(HR Baihaqi)

Dari Muaz r.a meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa menelan kemarahannya sedangkan dia berkuasa untuk membalas kemarahannya itu, maka pada hari kiamat kelak Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk dan dia diberi peluang untuk memilih bidadari mana sahaja yang dia sukai.(HR Abu Daud) Dari Atta bin Abdullah Khurasani r.a meriwayatkan bahawa, Rasulullah saw bersabda: Berjabat tanganlah di antara kamu kerana ia akan menghapuskan kebencian, dan berilah hadiah antara satu sama lain kerana ia akan menimbulkan kasih sayang dan menjauhi permusuhan. (HR Muwatta Imam Malik) Tiada apa yang akan diungkapkan seseorang yang melakukan kesalahan, kemudian menyedarinya melainkan meminta maaf dan pengampunan di atas kesalahan yang dilakukannya. Namun, dalam meniti hari dan berhadapan dengan individu sudah pasti cabaran memohon maaf dan memaafkan ini menjadi satu perkara yang agak sukar dan rumit. Berhadapan dengan manusia yang mempunyai sifat ego yang tinggi merupakan satu cabaran yang besar bagi individu lain. Jika diri kita yang ego, maka kita akan sukar untuk memohon maaf, dan jika di pihak orang lain yang melakukan kesalahan kepada kita, maka kita akan sukar memaafkannya. Namun, semulia manakah sifat ego ini di sisi Allah S.W.T? Telah banyak dijelaskan di dalam al-Quran dan hadis Nabi S.A.W mengenai meminta maaf dan memaafkan. Namun sudah pasti, di dalam hati kita yang telah mati dengan rasa malu kepada Allah tidak akan mengendahkan tuntutan yang amat digalakkan oleh Allah dan Rasul. Tidaklah menjadi satu kesalahan untuk orang yang tidak memaafkan sekiranya kesalahan yang dilakukannya adalah di dalam kategori yang besar. Dalam Islam terdapat pelbagai jenis dosa terhadap orang lain. Sebahagian darinya terdapat peruntukan hukuman Allah di atas dunia, seperti membunuh, merompak dan menuduh zina orang yang baik. Jika dosa orang itu di dalam katergori besar di atas, maka hukum memaafkan mereka adalah tertakluk kepada si mangsa, jika tidak dimaafkan, si pembunuh akan dibunuh balik, si perompak akan di potong tangan dan si penuduh akan di sebat 80 kali sebatan. Ini bermakna, hukum memaafkan kesalahan besar seperti ini tidak wajib ke atas mangsa. Bagaimanapun, Islam sentiasa menggalakkan umatnya bersikap belas dan memaafkan orang bersalah yang telah bertaubat dan insaf dengan benar. (Ustaz Zaharuddin Abd. Rahman) Tiada manusia di dunia ini yang dapat lari dari melakukan kesilapan. Larinya kita

dari sifat kebergantungan kepada Yang Maha Esa pasti akan menjerumuskan kita dengan kesalahan sama ada sesama manusia atau yang lebih berat dengan Allah S.W.T Namun, pintu pengampunan dan rahmat Allah sangat besar buat hambaNya sebagaimana yang dijelaskan di dalam ayat di bawah. Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. [39:53] Lalu bagaimana pula kita sebagai sesama manusia dalam maaf dan memaafkan kesalahan lain selain dari kesalahan besar yang dinyatakan? Telah dijelaskan juga mengenai perkara ini dalam Riwayat At-Tabrani. Albani : Dhoif. Sesiapa yang dipohon kemaafaannya (dengan ikhlas), dan ia menolaknya, maka yang menolak tidak akan dapat merasai telaga Nabi Saw di akhirat kelak. Adapun bagi kesalahan lain melainkan yang telah dijelaskan, ia bukanlah satu kesalahan yang sangat besar sehingga terdapat peruntukan hukuman Allah di dunia ini. Justeru, apabila si pesalah mengaku salah dan memohon maaf, amat digalakkan untuk memaafkannya. Adapun memaafkan kesalahan orang lain adalah sangat dituntut dalam Islam sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya: Ertinya : "Dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang- orang yang sabar. " ( An-Nahl : 126 ) Sesungguhnya kita sudah mengetahui bahawa Allah S.W.T itu sangat pengampun melainkan dosa-dosa syirik kepadaNya. Jika kita sedari, dan merenung setiap perilaku kita di dunia ini pasti kita akan menitiskan air mata bahawa lemahnya kita tanpa bimbingan Yang Esa. Dan jika kita sedar yang kita tidak akan terlepas dari melakukan kesilapan pasti sifat meminta maaf dan memaafkan itu akan wujud di dalam diri kita. Bagaimanapun ada yang menjelaskan memaafkan musuh itu lebih mudah dari memaafkan sahabat atau keluarga terdekat. Ya memang benar. Kerana musuh itu kita tidak pernah mempunyai jalinan mesra, sedangkan sahabat atau keluarga itu adalah insan yang kita sayangi. Dan jika ada di antara mereka yang melakukan

kesalahan pasti menjadi satu perkara yang amat menyakitkan dan sukar untuk kita terima. Namun hakikat yang harus kita telan walaupun sangat pahit, dia juga manusia seperti kita. Dia dan kita tiada bezanya. Renungilah perbuatan kita sebelum mengambil jalan untuk tidak memaafkan. Adakah kita terlalu sempurna untuk tidak memaafkannya? Tidak pernah melakukan kesalahan? Maha Suci Allah sesungguhnya, kita juga terdiri dalam kalangan yang sama yang tidak akan terlepas dari kesalahan. Dengan memberi kemaafan sudah pasti jiwa kita akan menjadi tenang. Meminta maaf akan membuatkan kita sedar yang diri kita adalah kerdil. Allah SWT berfirman bermaksud: Maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, pahalanya atas tanggungan Allah. (Surah asy-Syura, ayat 40). Daripada Uqbah Amir, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda bermaksud: Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahu kepadamu mengenai akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi terhadap orang yang tidak mahu memberi kamu dan maafkanlah orang yang menzalimi dirimu. (Riwayat Ahmad, al-Hakim dan al-Baghawi). Memaafkan akan memacu keadaan baik dalam diri. Dorongan dari sifat maaf ini akan mengekalkan diri kita dalam keadaan yang lebih sihat, penuh harapan dan percaya pada diri sendiri. Maaf dan maafkan kesalahan yang dilakukan.

Kawan betapa mulianya Memaafkan, sesungguhnya menaruh dendam terhadap kesalahan seseorang itu hal yang membebankan hati. ya memang memaafkan itu tak semudah apa yang kita ucapkan, tapi cobalah berfikir Allah saja maha pengampun, kenapa kita tidak bisa memaafkan. berikut ini adalah beberapa Perintah Memaafkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits, semoga bisa menjadikan kita manusia yang mudah memaafkan. dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dhalim. (QS Asy Syura 40)

dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14) dan bergegaslah kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di saat lapang dan susah (sempit) dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan yang berbuat kesalahan kepadanya dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS Ali Imran 133 dan 134) Allah tidak akan menambah kemaafan seseorang, melainkan dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. (Hadits riyawat Bukhari dan Muslim) Rasulullah saw: jika rasa marah telah meyesakkan (menyusahkan) mu, maka hilangkanlah dengan memberi maaf. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan ada suara yang memanggilL: berdirilah siapa yang memiliki pahala di sisi Allah! Tidak ada seorang yang berdiri, kecuali orang-orang pemaaf. Tidakkah kamu mendengar firman Allah SWT: siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah (Almuddin hal. 337) Rasulullah saw: Hendaknya engkau memaafkan, karena tindakan memaafkan itu akan menambahkan kemuliaan seorang hamba. Salinglah memaafkan sehingga kalian mendapatkan kemuliaan dari Allah! (Al Kafi juz 2 hal. 108 hadits no 5) Rasulullah saw: Siapa yang banyak memaafkan, maka akan panjang umurnya. (Almuddin hal. 315) Rasulullah saw: Maafkanlah kesalahan orang-orang yang berbuat kesalahan niscaya Allah akan melindungi kalian dari takdir yang buruk. (Tanbihul Khawathir juz 2 hal. 120) ..dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An Nuur [24] ; 22) Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. . (QS. Al Araaf [7] ; 199)

Sikap memaafkan adalah sikap yang sangat dianjurkan dimiliki oleh setiap orang. Pada artikel Manfaat Sikap Memaafkan kita akan membahas salah satu manfaat sikap memaafkan yaitu bagi kesehatan. Artikel ini memaafkan. diharapkan dapat menjadi motivasi bagi Anda untuk belajar

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Quran adalah sikap memaafkan: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Quran, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Quran akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Quran bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (Quran 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah oran g-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran, menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. (QS. Ali Imraan, 3:134)

Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh selsel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Quran. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka

telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih memperburuk keadaan.

Sebuah

tulisan

berjudul

Forgiveness

[Memaafkan],

yang

diterbitkan Healing

Current

Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut

juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan sebagaimana segala sesuatu lainnya haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Quran, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

15 Manfaat Memaafkan
Posted by: EBO 23 Feb 2013 in Motivasi

Memaafkan adalah state of mind yang melibatkan pikiran, perasaan, dan tindakan tertentu. Suatu hal dinyatakan masuk ke dalam konteks memaafkan apabila ada pikiran yang mempersepsi bahwa pada suatu peristiwa: ada seseorang atau sesuatu yang melakukan ketidakadilan terhadap diri Anda. Anda kemudian lebih memilih menjadi objek ketimbang menjadi subjek. Pikiran tersebut memicu munculnya perasaan marah, kecewa, kesal, geram, dan putus asa. Perasaan yang wajar terjadi. Tidak mudah bagi sebagian orang untuk memaafkan orang lain. Padahal, orang yang memaafkan mendapatkan manfaat nyata daripada orang yang tidak memaafkan, seperti : 1. Tekanan darah jadi lebih normal. 2. Penurunan stres. 3. Kemarahan mereda. 4. Memiliki keterampilan mengelola kemarahan yang lebih baik. 5. Tekanan jantung menurun. 6. Risiko rendah atas penyalahgunaan alkohol dan narkoba. 7. Menurunkan gejala-gejala depresi yang rendah. 8. Gejala-gejala kecemasan yang rendah. 9. Rasa nyeri akut menurun. 10. Lebih bersahabat. 11. Hubungan yang lebih sehat. 12. Keberadaan Anda yang prima.

13. Merupakan tindakan klinis yang bermanfaat bagi pasien bertekanan darah tinggi yang rasa marahnya cepat naik. 14. Meningkatkan kesehatan jiwa dan raga. 15. Mengurangi rasa nyeri punggung yang akut. Mari, maafkanlah, niscaya dadamu akan lapang. (Forgiveness therapy) (intisari)

You might also like