Professional Documents
Culture Documents
Dalam petunjuk ini menegaskan masalah antara lain : a) umur rencana b) meminimalkan biaya lifecycle cost c) pelaksanaan praktis d) penggunaan sumber material yang efficient
RACHMAT AGUS
a) b) c)
d)
e) f)
Disain umur rencana optimum ditentukan berdasarkan analisis life cycle cost Koreksi faktor iklim yang berpengaruh pada umur rencana perkerasan Analisis yang komprihensif beban gandar Pengaruh temperatur pada umur perkerasan Memperkenalkan struktur perkerasan cement treated base Meperkenalkan prosedur detail untuk disain pondasi jalan
RACHMAT AGUS
g) Disain drainase h) Persyaratan analisis lapisan (berdasarkan AASHTO) i) Ditunjang untuk disain secara mekanistik j) Katalog pemecahan disain
RACHMAT AGUS
Jenis Perkerasan
Perkerasan Lentur
Elemen Perkerasan
Lapisan granular, lapisan stabilisasi semen dan pondasi Semua lapisan perkerasan untuk daerah memakai curb atau terbatasnya ketebalan seperti a) kerb diperkotaan b) approach jembatan (50 m dari abutment) Semua lapisan beraspal
40
20
Perkerasan kaku
40
RACHMAT AGUS
Perhitungan lalu lintas yang akurat sangat penting tabel berikut memberikan nilai vechicle damage factor (VDF) dan distribusi jenis kendaraan komersial khusus untuk jalan arteri di pulau jawa.
Prosentase dan jenis kendaraan komersial setiap rute bervariasi tetapi tingkat overloadingnya untuk setiap jenis kendaraan diyakini konstan untuk seluruh propinsi.
Oleh sebab itu perkiraan ESA dapat diperoleh dari data perhitungan lalu lintas yg telah ada selama ini.
RACHMAT AGUS
Diperlukan biaya pemeliharaan yang sangat tinggi berkaitan dengan overloading ini. Oleh sebab itu juga berkaitan dengan keselamatan lalu lintas yang serius. Pengendalian yang efektif hal utama untuk pengendalian biaya pemeliharaan dan peningkatan jalan tersebut.
Keputusan dalam hal ini adalah masalah pundamental keberhasilan disain perkerasan dikemudian hari dan management aset jalan. Legislasi tambahan diperlukan untuk mendukung penegakan masalah ini.
RACHMAT AGUS
>2021-2030 4%
2,5 %
5%
3,5 %
RACHMAT AGUS
Disain beban lalu lintas pada setiap lajur tidak boleh melebihi kapasitas lajur untuk setiap tahun pada disain umur rencana. Maksimum kapasitas lajur adalah 18.000 LHR rata rata tahunan. LHR harus dihitung juga termasuk 30 % jumlah dari kendaraan motor roda dua.
RACHMAT AGUS
1 2 3 4
RACHMAT AGUS
Sistem klasifikasi kendaraan ditentukan pada tabel berikut, Subdivisi jenis kendaran dan kargo ditetapkan pada tabel digunakan untuk semua data hasil pencatatan. Vehicle Damage Factor (VDF) harus ditentukan dari studi penimbangan yang tetap atau dari tabel berikut ini. Apabila sistem penimbangan dilakukan dengan sistem portable harus menggunakan pemimbangan satu set kiri kanan dgn kapasitas tidak kurang dari 18 ton , atau kapasitas gandar tidak kurang dari 35 ton .
RACHMAT AGUS 10
Weigh in Motion data hanya diizinkan apabila peralatan yang digunakan telah dikalibrasi secara komprihensif dengan data hasil penimbangan. Nilai Fourth power VDF harus ditentukan menggunakan nilai exle group yang disediakan oleh Bina Marga. Standard Axle Load, 100 kN (10 ton) diizinkan pada beberapa route. Nilai CESA harus ditentukan atas dasar standar beban 81.6 kN beban gandar.
RACHMAT AGUS 11
Konfigurasi sumbu
Kelompok sumbu
Usulan
Pangkat 5 (VDF5)
VDF 4
VDF5
sepeda motor Sedan / Angkot / pickup / station wagon Bus kecil Bus besar 2-axle truck kendaraan umum kecil 2-axle truck tanah ringan, pasir 2-axle truck Cargo umum medium 2-axle truck - medium tanah, pasir, bajal 2-axle truck cargo umum berat 2-axle truck - heavy tanah, pasir, baja 3-axle truck cargo umum 3-axle truck tanah, pasir PC, baja 3-axle truck cargo umum 2-axle truck dan 2 axle trailer tarik 4-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 6-axle truck - trailer
1.1 1.1 1.2 1.2 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.22 1.22 1.1.2 1.2-2.2 1.2 - 22 1.22 - 22 1.2 - 222 1.22 - 222
2 2 2 2 2 2 2
30.4 51.7 3.5 0.1 4.6 74.3 5.00 0.20 6.60 0.3 1.0 0.3 0.8 0.7 1.6 3.8 5.50 0.9 7.3 3.9 0.1 0.5 0.3 0.7 0.3 5.60 0.10 0.70 0.50 1.00 0.50 7.6 28.1 28.9 36.9 13.6 19.0 30.3 41.6 1.7 0.8 11.2 11.2 64.4 62.2 90.4 24.0 33.2 69.7 93.7 0.025 0.202 0.212 0.787 0.029 0.259 0.068 0.095 0.152 0.208 0.023 0.308 0.314 1.803 0.062 0.633 0.120 0.166 0.349 0.469 0.2 1.0 0.2 0.8 0.7 0.015 0.002 0.010 0.026 0.010 0.002 0.007 0.028 -
COMMERCIAL VEHICLES
6b1.1 6b1.2 6b2.1 6b2.2 7a1 7a2 7a3 7b 7c1 7c2.1 7c2.2 7c3
2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 6
[1]
Perhitungan trafik untuk disain perkerasan harus meliputi semua klas kendaraan dalam daftar dengan sub kelompok muatan seperti yang dicantumkan.
Distribusi tipikal (percent) Factor kerusakan kendaraan (VDF) Jenis Kendaraan (ESA / kendaraan) Uraian Konfigurasi sumbu Kelompok sumbu Semua kendaraan bermotor Semua kendaraan bermotor kecuali sepeda motor Nalai gabungan (distribusi x VDF tanpa sepeda motor)
Pangkat 4 (VDF4)
DBM
Pangkat 5 (VDF5)
VDF 4
VDF5
Sepeda Motor
1.1
51.7 2 , 3, 4 5a 5b 2, 3, 4 5a 5b Sedan / Angkot / pickup / station wagon Bus kecil Bus besar 1.1 1.2 1.2 muatan umum 6a.1 6a.2 6.1 6.2 2-axle truck - ringan l cargo 2-axle truck - light 1.1 tanah, pasir, besi, semen 1.2 muatan umum 6b1.1 7.1 7.2 8.1 8.2 9.1 9.2 9.3 2-axle truck cargo medium cargo 2-axle truck - medium 2-axle truck - berat 2-axle truck - berat 3-axle truck 3-axle truck 3-axle truck 1.2 tanah, pasir, besi, semen 6b1.2 6b2.1 6b2.2 7a1 7a2 7a3 1.2 general cargo 1.2 tanah, pasir, besi, semen 1.2 muatan umum 1.22 tanah, pasir, besi, semen 1.22 1.1.2 3 3 0.1 3 3.9 2 2 3.8 2 2 2 2 4.6 2 2 2 3.5 0.1
74.3
5.00 0.20
0.3 1.0
0.2 1.0
0.015 0.002
0.010 0.002
6.60
0.3 0.8
0.2 0.8
0.010 0.026
0.007 0.028
KENDARAAN KOMERSIAL
5.50
5.60
0.10
28.9
0.5 7b 7c1 7c2.1 7c2.2 7c3 10 11 12 13 14 2-axle truck and 2 axle towed trailer 4-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 6-axle truck - trailer 1.2-2.2 1.2 - 22 1.22 - 22 1.2 - 222 1.22 - 222 4 4 5 5 6 0.3 0.3
0.70 36.9 0.50 13.6 19.0 30.3 0.50 41.6 90.4 24.0 33.2 69.7 93.7 0.259 0.068 0.095 0.152 0.208 0.633 0.120 0.166 0.349 0.469
0.7
1.00
RACHMAT AGUS
13
Zona iklim yang digunakan di Indonesia ditentukan oleh Gambar 4.1 dibawah ini dan tabel 4.1. Pengaruh Iklim berpengaruh a) temperatur aspal dan modulusnya b) kadar air pada subgrade dan lapisan granular perkerasan.
RACHMAT AGUS
14
RACHMAT AGUS
15
Zone
Contoh Lokasi
<1400
II
Sumbawa, Bali,
1400 - 1800
III
Jakarta, Bandung
1900 - 2500
IV
tropis, lembab dengan hujan hampir sepanjang tahun dan kelembaban tinggi dan/atau banyak air
>3000
RACHMAT AGUS
16
Kinerja perkerasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu rumus pangkat empat/VFD. Faktor ini direpresentasikan oleh traffic Multiplier (TM). Nilai TM tidak berlaku untuk rigid pavement . Hanya berlaku untuk perkerasan aspal untuk masalah Asphalt Fatigue. Fatig aspal merespon berbeda untuk pangkat 5 dengan pangkat 4 untuk perhitungan ESA. Hal ini sesuai untuk lalu lintas yang overloading seperti di Ind.
RACHMAT AGUS
17
Asphalt failure ESA aspal = Tm aspal . ESA4 dimana ESA aspal = jumlah repetisi gandar standar untuk disain lapisan aspal yg lebih tebal dari 50 mm (tidak berlalu untuk lapisan tipis) ESA4 = Jumlah repetisi beban gandar yang dihitung menggunakan pangkat 4 yang digunakan untuk disain pondasi. MCESA harus dikalikan dg TM yang ditentukan untuk mendisain lapisan aspal.
RACHMAT AGUS 18
RACHMAT AGUS
19
[1]
Parameter Masukan
HRS WC HRS BC Modulus untuk AC WC modulus untuk AC BC Poissons Ratio untuk lapisan aspal Bahan tersemen Poissons Ratio untuk bahan tersemen modulus untuk subgrade Poissons ratio untuk subgrade
Modulus tipikal untuk Indonesia 800 MPa 900 MPa 1100 MPa 1200 MPa 0.4 500 MPa cracked 0.2 (uncracked) 10xCBR (MPa) 0.45 (tanah cohesive)
RACHMAT AGUS
20
[1]
Jenis material
HRS WC HRS BC AC WC AC BC Material distabilisasi Foamed bitumen (nilai jangka panjang efektif)
0.008217
0.006370 0.005880 0.31 0.31
500
Subgrade
1. K = (6981(0.856Vb + 1.08)/E0.36
10 x CBR
RACHMAT AGUS
22
1. 2.
3.
Drainase bawah tanah harus dipasang untuk kasus dimana ada tekanan air tanah dengan ketentuan sebagai berikut : Semua lapisan subbase harus kering Disain pelebaran perkerasan harus menjamin drainase bebas pada bagian lapisan granular terendah dari existing perkerasan. Drainase lateral disediakan seluruh timbunan bila jejak aliran dari subbase ke ujung timbunan lebih dari 300 mm.
RACHMAT AGUS 23
Drainase bawah tanah harus disediakan pada semua galian pada daerah grade bila level subbase lebih rendah dari level tanah sekitarnya, apabila tidak memungkinkan gunakan faktor m untuk penyesuaiannya. Drainase bawah tanah dipasang sekitar semua U ditch dan struktur lainnya yang menyumbat aliran bebas air dari lapisan subbase, gunakan suling-suling.
RACHMAT AGUS
24
Drainase bawah tanah harus mempunyai kemiringan tidak kurang dari 0,5 % langsung ke titik pembuang, dengan jarak tidak lebih dari 60 m. Drainase bawah tanah dan disain banjir pengaliran harus lebih dari 5 tahunan. Bagian pada superelevasi pada jalan dengan pembatas median, harus disediakan sistem drainase bawah tanah pada median.
RACHMAT AGUS
25
RACHMAT AGUS
26
RACHMAT AGUS
27
RACHMAT AGUS
28
RACHMAT AGUS
29
RACHMAT AGUS
30
RACHMAT AGUS
31
RACHMAT AGUS
32
Disain pondasi di definisikan sebagai subgrade improvement dan capping bila diperlukan untuk memberikan platform pada struktur perkerasan untuk dapat menanggung beban lalu lintas pada kondisi basah. Kesalahan dalam menaksir kekuatan subgrade dapat menghasilkan faktor sepersepuluh perubahan kekuatan untuk menanggung beban pada perkerasan granular dgn surfacing aspal yang tipis.
RACHMAT AGUS 33
Jadi penaksiran kekuatan subgrade dan disain pondasi yang baik merupakan pemecahan penting untuk kinerja perkerasan. Hal ini khusus untuk keadaan di Indonesia dimana sangat dominan kekuatan subgrade yang lemah. Kebanyakan perkerasan rusak terjadi saat musim hujan. Untuk iklim basah yang panjang disain kapasitas menangggung beban harus 4 hari rendaman dengan CBR pada 95 % MDD (maximum dry density)
RACHMAT AGUS 34
Berdasarkan kriteria ini kebanyakan kekuatan subgrade di Indonesia adalah CBR 4 %. Perencana dan kontraktor sering mengasumsi platform CBR 6 % dapat dicapai menggunakan material setempat dilapangan. Hal ini sebenarnya sering tidak tercapai.
RACHMAT AGUS
35
Semua struktur perkerasan memerlukan base yang stabil yang tidak melendut secara berlebihan oleh peralatan konstruksi atau selama umur rencana perkerasan. Semua persyaratan platform untuk pelaksanaan harus mendapatkan pemadatan seluruh lapisan struktur perkerasan dan tidak akan sensitif terhadap air saat pelaksanaan. Semua memerlukan pengendalian tingkat kadar air subgrade dan variasinya dengan adanya drainase.
RACHMAT AGUS
36
Untuk Perkerasan kaku pada subgrade alluvial seperti di pantura, ada issu tambahan bahwa lendutan yang terjadi pada struktur subgrade akibat deformasi permanen harus dicegah untuk terjadinya retak yang berlebihan pada beton perkerasan tersebut. Oleh sebab itu struktur pondasi untuk perkerasan kaku memerlukan lebih tebal dibanding untuk perkerasan aspal.
RACHMAT AGUS 37
Perkerasan kaku akan terkena erosi, yang berarti terjadi migrasi material halus subgrade melalui sambungan dengan adanya air dan tegangan dimanis akibat lalu lintas. Oleh sebab itu pondasi jalan bersamaan dengan dengan subbase harus di disain untuk mengatasi hal ini.
RACHMAT AGUS
38
1.
2.
Minimum umur rencana pondasi adalah 40 tahun harus digunakan pada perkerasan baru dan pelebaran hal ini disebabkan karena : Pondasi jalan tidak bisa diperkuat sewaktu umur rencana kecuali dengan rekonstruksi Retak awal pada perkerasan kaku terjadi pada lokasi tanah lunak dengan disain pondasi yang kurang
RACHMAT AGUS
39
3.
Perkerasan lentur dengan disain pondasi yang kurang biasanya memerlukan perkuatan selanjutnya dengan struktur lapisan aspal oleh sebab itu biaya kurang efektif dari pada keseluruhan umur rencana disain pondasi.
Perhatian untuk disain Pondasi : Pondasi perkerasan baru harus di disain untuk umur rencana 40 tahun.
RACHMAT AGUS
40
Apabila tanah subgrade cukup plastis atau lanau, tentukan nilai PI, gradasi atau potensi swell, posisi muka air tanah dan gunakan (zona iklim, galian atau timbunan). Pilih nilai CBR. Apabila subgrade adalah granular atau laterit, disain kekuatan daya dukung untuk subgrade harus 4 hari rendaman, pada MDD 95 %. Tentukan tebal perbaikan subgrade, dari tabel.
RACHMAT AGUS 41
Lakukan pengujian DCP untuk identifikasi kebutuhan tambahan perkuatan. Pilih capping dan perbaikan tebal subgrade, pilih waktu preloaded awal dari tabel 9.1, verifikasi kebutuhan waktu penurunan dengan analisis geoteknikal.
Lakukan percobaan trial embankment untuk verifikasi bahwa lapisan capping memberikan cukup daya dukung untuk peralatan konstruksi, setelah pemilihan waktu settlement.
RACHMAT AGUS 42
Aluvial kering sering mendapatkan kekuatan lapisan yang rendah 400 sampai 600 mm dibawah dry relatively hard cap. CBR lapisan ini dapat dideteksi dgn pengujian DCP dengan ketelitian apabila lapisan basah saat pengujian. Apabila lapisan diuji pada kepadatan kering diikuti dengan pengujian CBR rendaman ini akan menghasilkan kepadatan lapangan yang cukup akurat.
RACHMAT AGUS 43
Apabila diperlukan periksa ninimum penutup pondasi diatas lapisan tersebut demikian juga diatas lapisan permukaan. Pemilihan tebal capping layer ini pilih yang terbesar diantara dua metode yang dipakai.
RACHMAT AGUS
44
Capping untuk tanah expansif yang mempunyai aktifitas melebihi 1,25 atau potensi swell melebihi 5 % harus mempunyai minimum penutup yang ditentukan grafik 2. Capping harus memakai lapisan permeabilitas rendah atau lapisan yang distabilisasi apabila memungkinkan. Variasi kadar air pada subgrade harus dikurangi dengan Bahu yang di sealing, lining surface drain, cut off drain atau barrier panahan kadar air. Drainase bawah tanah hanya digunakan apabila drainase bebas sepanjang waktu atau mengurangi variasi kadar air.
RACHMAT AGUS 45
RACHMAT AGUS
46
<2000AADT
2000 AADT
aplikasi
Zone iklim II, III, and IV galian, dan timbunan box tau timbunan dengan FSL < 1000 mm diatas muka tanah asli
Galian di Zone Iklim 1 Semua timbunan FSL > 1000mm di atas tanah asli kecuali boxed
Zone Iklim II, III, and IV Galian dan timbunan box dan timbunan dengan FSL < 1000 mm di atas tanah asli
Galian di Zone Iklim 1 dan semua timbunan dgn FSL > 1000mm diatas muka tanah kecuali boxed boxed Muka Air Tanah Rendah
Tanah yang tidak dapat dipadatkan secara mekanis ( Jenuh atau tanah alluvial rawan jenuh, kepadatan insitu rendah, tipikal kepadatan insitu sebelum lapis penutup 1,2 1,4 t/m3) PI
Tanah yang dapat dipadatkan secara mekanis
CBR Anggapan (%) 2 2.5 3 4 3 1 2 2.7 3.3 4.3 3.5 1.3 2 3 4 5 4.5 2 2 2.5 3.5 4.5 4.5 1 CBR Laboratorium (%) 2 2.6 3.6 4.8 5 1.3 2 3 4 5.5 6 2
50 - 70 40 30 20 10
RACHMAT AGUS
47
40 tahun, lalu lintas lajur disain (MCESA juta Chart 1 atau sub grade 98% MDD, dipadatkan rendaman 4 hari Kelas kekuatan Sub grade Prosedur disain fondasi Struktur fondasi minimum (4) <2 2-4 >4
Tebal peningkatan sub grade (mm) 6 5 4 3 2.5 2 Expansive soil (potential swell > 5%) SG1 aluvial jenuh Tipikal CBR mula < 1,5% Di bawah penutup (2) B SG6 SG5 SG4 SG3 SG2.5 SG2 AE A Tidak perlu peningkatan
100 Perbaikan subgrade meliputi bahan stabilisasi kapur atau timbunan pilihan (pemadatan berlapis 200 mm tebal lepas) 100 150 175 200 150 200 250 300 200 300 350 400
400
Lapis penutup granular (3) Atau penutup plus geogrid (3)
Peningkatan subgrade atau timbunan dengan rendaman CBR 5 dalam 3 lapis (5) Peningkatan sugrade atau timbunan pilihan dengan CBR rendaman CBR 5 dalam 5 or 6 lapis (5)
500
1100 750
600
1200 850
1000 650
C1
400
500
600
Perkerasan kaku pada tanah aluvial kepadatan rendah kering (6) tanah gambut dengan HRS atau perkerasan DBST
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
C2 D
1000 1000
1100 1250
1200 1500
Lapis penutup granular (3) (lihat Section 9.) Nilai Insitu.rendamantidapat dilaksanakan. Lihat tulisan untuk kasus alluvial kering (Design Case C) Peningkatan subgrade juga berlaku untuk CBR 2.5 Tambahan ketentuan yang berlaku untuk semua kasus Stabilisasi kapur/material timbunan biasa bisa digunakan
Ditandai oleh kepadatan rendah dan CBR insitu rendaman rendah di bawah daerah yang dipadatkan
RACHMAT AGUS
48
Selected Embankment bisa digunakan untuk perbaikan subgrade. Dengan minimum CBR 10 % biasa disyaratkan (4 hari rendaman pada MDD 95 %). Stabilisasi kapur mempunyai banyak manfaat dan harus dipertimbangkan untuk perbaikan subgrade ini. Pada pekerjaan pelebaran sering ditemui daerah yang sempit, stabilisasi jangan digunakan pada daerah ini karena sulit mencampur dan mamadatkannya.
RACHMAT AGUS
49
Indonesia mempunyai iklim basah yang panjang sehingga sulit memadatkan dibanding dengan temperatur temperate. Konsekwensi diperkirakan bahwa kepadatan kering 100 % tidak dicapai selama pelaksanaan. Asumsi kepadatan modified 95 % akan lebih cocok untuk disain. Persyaratan 100 % seharusnya direview kembali.
RACHMAT AGUS 50
Pengujian DCP berguna untuk memperkirakan nilai CBR apabila tanah mendekati kadar air maksimum saat pengujian. Karena hal ini tidak menjamin apabila perencanaan sesuai keadaan maka gunakan CBR rendaman dari sample lapangan untuk menentukan karakteristik nilai CBR. Dengan perkecualian, tanah rawa tidak dapat dipadatkan dilapangan, untuk hal ini CBR lab tidak relevan digunakan. Dimana daya dukung lapisan lebih dari 30 cm dibawah subgrade.
RACHMAT AGUS 51
Pembacaan DCP tidak boleh digunakan secara independen untuk menentukan daya dukung subgrade kecuali subgrade dalam kondisi basah saat sedang di uji. Nilai DCP dapat digunakan untuk menentukan homogeneous section dan dihubungkan dengan data lainnya untuk menentukan nilai karakteristik CBR.
RACHMAT AGUS
52
1.
Panjang disain jalan harus dibagi kedalam seksi yang homogen : Apabila cukup data yang tidak bias atau di dapat (tidak kurang dari 8 data pengujian daya dukung per seksi yang homogen), data CBR untuk setiap seksi harus mempunyai koefisien varisi tidak lebih dari 25 % (standar deviasi/rata-rata) dan karakteristik nilai subgrade akan ditentukan dengan rumus berikut ini :
RACHMAT AGUS 53
Karakteristik CBR = rata-rata CBR 1,3 x standar deviasi. Apabila hanya tersedia data yang terbatas (dalam banyak kasus), seksi ynag homogen harus ditentukan dari gabungan data DCP dan visual assesment.
RACHMAT AGUS
54
1.
2. 3.
4.
Apabila subgrade pada tanah asli cukup jenuh dan jenuh saat pelaksanaan serta tidak bisa dikeringkan untuk dapat dipadatkan dengan alat mekanis maka : Nilai lab CBR tidak boleh digunakan untuk disain Pondasi harus termasuk capping layer Geotektil separator atau atau geo grid harus disediakan. Untuk disain mekanistik Capping layer harus mempunyai nlai Resilient modulus 25 MPa(CBR 2,5 %)
RACHMAT AGUS 55
1.
2.
3.
Capping layer harus memenuhi persyaratan disain : Untuk seluruh Perkerasan Cukup memberikan plat form sewaktu pelaksanaan Paling tidak 600 mm diatas subgrade yang expansif (aktifitas >1,25) Paling tidak 600 mm diatas level banjir/atau muka air tanah.
RACHMAT AGUS
56
1.
2.
3.
Cukup batas terbentuknya lendutan pada subbase sampai 800 m selama umur perkerasan (rumus stiffnes). Mencukupi dengan rumus berikut (biasanya 1000 mm capping pada tanah asli apabila tanah asli mempunyai CBR kurang dari 2 %) aluvial saturated. Minimum disain CBR = {h CBR ^0,3}/h}^3 dimana h = 1000 mm.
RACHMAT AGUS
57
1.
2.
3.
Pengujian DCP dilakukan dengan interval 25 m kedalaman 1,8 m melalui subgrade aluvial yang jenuh (tanah asli). Daerah kedalaman efektif melebihi 2,5 m dengan CBR 2 % dipetakan. Pada daerah ini harus dilakukan preloaded atau pile treatment pondasi. Apabila kedalaman CBR = 2% melebihi 2,0 m maka semua struktur minor termasuk penahan tanah, gorong-gorong harus memakai pile.
RACHMAT AGUS 58
1.
2.
3.
Capping layer pada tanah jenuh harus dipasang paling tidak sesuai waktu yang diindikasikan pada tabel 9.1 sebelum pemasangan lapisan perkerasan pada lokasi tersebut. Waktu yang sebenarnya ditentukan oleh ahli goelogi berdasarkan pencapaian T 95 konsolidasi utama sebelum pelaksanaan konstruksi perkerasan. Lamanya waktu bervariasi sesuai persetujuan Perencana.
RACHMAT AGUS 59
1 2 3 5
3 6 12 18
6 15 27 42
Preloaded pada gambut setiap lokasi berbeda. Memerlukan investigasi g Formasi cover pada muka air tinggi 600mm diatas banjir 10 tahunan.
RACHMAT AGUS 60
1.
2.
Biasanya akan lebih mudah menggunakan jenis struktur perkerasan yang sama dengan perkerasan awal, apabila pelebaran existing perkerasan dengan alasan : Memelihara atau memperbaiki drainase subbase dan base arah memanjang Masalah sambungan antara perkerasan kaku dengan lentur.
RACHMAT AGUS
61
CTB menawarkan saving dibanding dengan perkerasan granular base untuk tingkat lalu lintas menengah dan berat. Hal ini efektif untuk MCESA (modified cummuliative equivalent single axle) 2,5 sampai 30 Juta tergantung biaya setempat dan kemampuan kontraktor. Perkerasan ini kurang sensitif terhadap air dibanding dengan base granular, dan lebih berbiaya efektif dari pada AC base yang berlapis lapis.
RACHMAT AGUS 62
CTB memberikan keuntungan pada pekerjaan yang sempit seperti pelebaran dan bersebelahan dengan lajur lalu lintas. Tingkat overloading yang biasa ada di Indonesia menyebabkan retak awal 200 mm pada lapisan CTB. Oleh sebab itu disain berdasarkan disain post cracking tanpa dipertimbangkan adanya pre cracked phase (Disain mekanistik).
RACHMAT AGUS
63
STRUKTUR PERKERASAN A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
< 0.5
0.5 2.0
0.5 - 4
4 - 30
30 50 (3)
50 100 (3)
HRS
HRS WC HRS Base AC WC AC binder lapis 1 Lapisan beraspal AC binder lapis 2 AC binder lapis 3 AC binder lapis 4 CTB atau Granular Base A CTB Base A Lapis 1
30 35
30 35
75
150
100 125
150
Base A lapis 2 Base A, atau kerikil alam atau distabilisasi dengan CBR >10%
150
125
RACHMAT AGUS
64
Struktur Perkerasan
Repetisi beban sumbu 40 tahun (106 CESA pangkat 4, kelompok kendaraan inter urban Indonesia) Perkiraan ekivalen HVAG Dowel dan bahu beton
R1
R2
R3
R4
R5
<50
100 300
> 500
<4.3x106
86 x 106
STRUKTUR PERKERASAN (mm) Base kaku LMC sub base Granular Base A pada subgrade 265 275 285 150 295 305
150
[1]
Sampai dengan 109 CESA meskipun tidak mungkin beban seperti itu akan dicapai. LMC dapat diabaikan kalau digunakan CTB asalkan kursi dowel dilas dan dibuat atau diproses dan dipasang sesuai spesifikasi. [3] Granular Base A harus dipadatkan sampai 95% kepadatan kering maksimum
[2]
RACHMAT AGUS
65
<0.1
0.1-0.5
0.5 4
4 - 10
10 - 30
Ketebalan lapis perkerasan (mm) Pelaburan (Burda = DBST) Granular Base A Lapis 1 Granular Base A lapis 2 Base A, atau kerikil alam atau distabilisasi, CBR 10%, pada subgrade CBR 5% (1) 100 100 125 125 20 nominal 150 150 160 160 170 170
100
110
140
160
180
RACHMAT AGUS
66
STRUKTUR PERKERASAN SC1 SC2 Trafik 20 tahun (CESAx106) <0.1 0.1- 0.5 Ketebalan lapis perkerasan (mm) 0.5 4 SC3
HRS WC Granular Base A lapis 1 Granular Base A lapis 2 distabilisasi, CBR 6% pada subgrade CBR3% 160 -
50
110 110
150 150
160
200
260
RACHMAT AGUS
67
Ketentuan-ketentuan struktur pondasi Chart 8.1 juga berlaku untuk Chart 9.3. Chart 9.4 memberikan untuk semua subgrade CBR > 3 (maka dari itu Chart 8.1 Foundation Design Procedure A tidak diperlukan). Ketentuan Chart 8.1 yang lain tetap berlaku. Stabilisasi satu lapis lebih 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan peralatan stabilisasi yang memadai dan untuk pemadatan digunakan 18 ton pad-foot roller. Bila catatan 3 diterapkan, lapisan distabilisasi Chart 9.3 atau 9.4 boleh dipasang dalam satu lintasan dengan lapisan distabilisasi Chart 8.1 sampai maksimum 300 mm. Grading Aggregate base A harus 20 mm nominal Hanya kontraktor berkualitan dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan Pelaburan atau pekerjaan Stabilisasi. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Chart 9.4 dapat ditentukan menggunakan Chart yang diberikan Lampiran 4.
RACHMAT AGUS 68
Minimum Bahan
HRS WC HRS BC AC WC AC Binder Aggregate Base A 40 (40 mm grading) Aggregate Base A 30 (30 mm grading) (disarankan)
(mm)
30 35 40 60 -80 150 -200 120 - 150
100 - 125
200 150 - 200
ya
ya ya
150 - 200
tidak
RACHMAT AGUS
69
RACHMAT AGUS
70
ARTERI P JAWA TERMASUK BUSES Halaman 1 dari 2 Beban kelompok Sumbu (kN) a 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 c=b/b 7.6 16.5 18.4 11.8 19.0 7.6 10.2 0.7 1.1 0.2 0.5 1.1 2.2 4.9 7.4 6.9 2.6 1.8 1.6 3.0 3.3 1.8 1.8 0.3 0.1 0.4 e=d/d Jenis Kelompok Sumbu SAST SADT TAST Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan komersial g=f/f i=h/h k=j/j TADT TRDT
140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330
150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340
1.8 1.8
2.7 0.8 1.0 0.9 0.7 0.3 1.9 1.0 1.2 0.1
0.13
0.7 0.4
0.13 0.13
RACHMAT AGUS
71
Beban kelompok Sumbu (kN) a 340 - 350 350 - 360 360 - 370 370 - 380 380 - 390 390 - 400 400 - 410 410 - 420 420 - 430 430 - 440 440 - 450 450 - 460 460 - 470 470 - 480 480 - 490 490 - 500 500 - 510 510 - 520 520 - 530 530 - 540 540 - 550 550 - 560 Percent of each axle group
Jenis Kelompok Sumbu SADT TAST TADT Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan komersial c=b/b e=d/d g=f/f i=h/h SAST 0.4 0.9 0.4
TRDT k=j/j
0.13
RACHMAT AGUS
72
Barang yang diangkut Pangkat 4 Pangkat 5 AADT terhadap jenis kendaraan Hitungan VDF5 * AADT
Hit un ga n VD F5 * AA DT
5a 5b 6a.1 6a.2
Bus Kecil Bus Besar 2-axle truck - ringan 2-axle truck - ringan 2-axle truck - medium 2-axle truck - medium 2-axle truck - berat 2-axle truck - berat 3-axle truck 3-axle truck 3-axle truck twin steer axle, 2-axle truck and 2 axle towed trailer 4-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 5-axle truck - trailer 6-axle truck - trailer umum umum umum general umum tanah, pasir, baja umum tanah, pasir, baja umum tanah, pasir, baja umum tanah, pasir, baja umum umum
0.3 1 0.3 0.8 0.7 1.6 0.9 7.3 7.6 28.1 28.9 36.9 13.6 19 30.3 41.6
0.2 1 0.2 0.8 0.7 1.7 0.8 11.2 11.2 64.4 62.2 90.4 24 33.2 69.7 93.7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KENDARAAN KOMERSIAL
6b1.1 6b1.2 6b2.1 6b2.2 7a1 7a2 7a3 7b 7c1 7c2.1 7c2.2 7c3
RACHMAT AGUS
73
RACHMAT AGUS
74
RACHMAT AGUS
75
RACHMAT AGUS
76
RACHMAT AGUS
77
RACHMAT AGUS
78
RACHMAT AGUS
79
RACHMAT AGUS
80
RACHMAT AGUS
81