You are on page 1of 23

TUGAS KELOMPOK DISKUSI 2

MODUL RESPIRASI
Herlida Ridha Utami Magdalena Corry Mega Christin Inayah Isma Resti Pratiwi Marta Sonya Yuniar Harris Prayitno Elok Nur Farida Anggraini Kresna Adhi Nugraha Muhammad Luthfi Taufik Fitrianto Dwi Utomo Alberikus Kwarta B. M. Erwan Syuryaja (I11110048) (I11111003) (I11111026) (I11111027) (I11111029) (I11111030) (I11111039) (I11111041) (I11111044) (I11111049) (I11111064) (I11111068) (I11111073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKETR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013

1. Definisi acute respiratory infection? Definisi upper lower acute respiratory, batasnya terletak dimana? Infeksi respiratory akut merupakan penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada anak. Yang dimaksud infeksi respiratori adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari. Infeksi respiratori atas adalah infeksi primer respiratori di atas laring, sedangkan infeksi laring ke bawah disebut infeksi respiratori bawah.1 Saluran napas atas dan bawah mempunyai batas tengah epiglotis. Saluran napas atas meliputi cavum nasi, nasofaring, orofaring dan laryngofaring. Saluran napas bawah meliputi epiglotis ke bawah sampai ke paru-paru seperti laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus.2 Infeksi Saluran Napas Akut bagian atas merupakan Infeksi saluran napas akut dengan batas di atas epiglotis seperti sinusitis sedangkan ISPA bawah merupakan infeksi saluran napas dengan batas di bawah epiglotis seperti bronchitis.2 Infeksi respiratori atas terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis, dan otitis media. Sedangkan infeksi respiratori bawah terdiri atas epiglottis, croup (laringotrakeobronkitis), bronchitis, bronkiolitis, dan pneumonia.1

Sumber: 1. Darmawan BS,Bambang S, dan Nastiti NR. Buku ajar respirologi anak. Ed 1. Jakarta : Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.2012 2. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta; EGC. 2003 3. Wiley, John. Biology: Discovering Life. Exploring Life. New York. 1991

2. Perbedaan infeksi bakteri dan virus? Buat dalam bentuk tabel! INFEKSI VIRUS INFEKSI BAKTERI

Demam tinggi tanpa disertai gejala-gejala Demam gradual, suhu tubuh akan naik lain. Demam akut yang mendadak. Panas tinggi disertai batuk, pilek, dan seringkali panas tinggi akan teratasi dengan obat penurun panas. Nadi akan berdetak kencang. Ada ruam kemerahan (seperti penderita campak, demam berdarah). turun pada minggu pertama dan mendekati minggu kedua suhu tubuh tinggi, tapi stabil (di atas 39 derajat celcius). Kecepatan nadi akan melambat saat suhu tubuh meningkat. Disertai gejala lain seperti diare, batuk, pilek.

3. Perbedaan Pneumonia dan bronkiolitis dari segi klinis (dalam tabel) dan gambaran rontgen? Perbedaan pneumonia dan bronkiolitis pada anak a. Manifestasi Klinis No Manifestasi Klinis . 1. Demam Suhu tubuh 38,4oC (pada Suhu tubuh bacterial pneumonia). Pada suhu viral demam pneumonia, oleh virus.[2] umumnya 37,8-38oC Pneumonia Bronkiolitis

per axillar akibat infeksi

lebih rendah daripada suhu demam pada bacterial Non-produktif. [2] Ada.[2] pneumonia. [1][3] 2. 3. Batuk Takipnea Produktif. [1] Ada. [1]

4.

Kompensasi pernapasan

Retraksi subkostal,

interkostal, Subcostal, dan dan

intercostal,

supraclavicular

suprasternal, napas cuping recessions umum terlihat hidung, dan penggunaan pada otot-otot asesoris membantu pernapasan. [1] bayi dengan

untuk bronkiolitis akut. Keberadaan dada yang hyperinflated, menjadi

kunci perbedaan antara bronkiolitis pneumonia.[2] 5. Nyeri dada Ada, apabila infeksi Tidak ada dan

bakteri menyerang pada kelompok anak yang lebih tua dan remaja. [1] 6. Nyeri abdomen Umum terjadi pada Tidak ada

pneumonia yang mengenai lobus inferior dari paru [1] 7. Nafsu makan Berkurang pada bayi dan Ada. Namun muncul

kelompok anak yang lebih setelah terjadinya onset muda, yang kemudian rhinorrhoea (nasal diikuti oleh onset demam discharge). [2] dan respiratory distress yang tiba-tiba. [1] 8. Auskultasi Crackles dan wheezing. [1] Fine inspiratory crackles dan/atau wheezing[2] expiratory

b. Radiografi 1) Pneumonia

Gambar 397-1 A, temuan karakteristik radiografi pada pneumonia akibat infeksi RSV (Respiratory Syncytial Virus) pada anak usia 6 bulan dengan pernapasan yang cepat dan demam. Radiografi dada anteroposterior (AP) menunjukkan hyperexpansion dari paru-paru dengan bilateral fine air space disease dan streaks of density, yang mengindikasikan keberadaan dari pneumonia dan atelektasis. Sebuah selang endotrakeal (endotracheal tube) dipasang pada gambar B. Satu hari kemudian, radiografi AP dada menunjukkan peningkatan pneumonia bilateral. [1]

Gambar 397-2 Temuan karakteristik radiografi pneumonia pneumokokus di anak laki-laki berusia 14 tahun dengan batuk dan demam. Radiografi dada posteroanterior (A) dan lateral (B) menunjukkan adanya konsolidasi di lobus kanan bawah, yang sangat menunjukkan adanya bacterial pneumonia. [1] 2) Bronkiolitis Radiografi dada umumnya tidak dibutuhkan secara rutin. [4] Jika secara klinis diindikasikan, radiografi harus mencakup radiografi tampak anteroposterior (AP) dan lateral. Radiografi dada berguna untuk menyingkirkan kemungkinan anomali kongenital atau kondisi lain[5, 6]; radigorafi juga dapat memperkuat diagnosis yang positif dari diagnosis alternatif seperti pneumonia lobaris, gagal jantung kongestif, atau aspirasi benda asing. 70-80% dari temuan radiografi dada menunjukkan adanya hiperinflasi. [7]

Radiografi dada menunjukkan adanya hiperinflasi dari paru dengan diafragma yang mendatar dan atelektasis bilateral di regio apikal kanan dan basal kiri pada bayi usia 16 hari dengan severe bronchiolitis.

Sumber: 1. Kliegman, Robert M. 2007. Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Philadelphia, USA: Saunders, an imprint of Elsevier Inc. 2. http://www.sign.ac.uk diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pukul 12:04 3. Michelow IC, Olsen K, Lozano J, Rollins NK, Duffy LB, Ziegler T, et al. Epidemiology and Clinical Characteristics of Community-Acquired Pneumonia in Hospitalized Children. Pediactrics. April 2009; 113(4): 701-7. 4. Counihan ME, Shay DK, Holman RC, Lowther SA, Anderson LJ. Human parainfluenza virus-associated hospitalizations among children

less than five years of age in the United States. Pediatr Infect Dis J. Jul 2011;20(7):646-53. [Medline]. 5. Bada C, Carreazo NY, Chalco JP, Huicho L. Inter-observer agreement in interpreting chest X-rays on children with acute lower respiratory tract infections and concurrent wheezing. Sao Paulo Med J. May 3 2007;125(3):150-4. [Medline]. 6. Dawson KP, Long A, Kennedy J, Mogridge N. The chest radiograph in acute bronchiolitis. J Paediatr Child Health. Aug 2008;26(4):20911. [Medline]. 7. Wegner S, Vann JJ, Liu G, Byrns P, Cypra C, Campbell W. Direct cost analyses of palivizumab treatment in a cohort of at-risk children: evidence from the North Carolina Medicaid Program. Pediatrics. Dec 2009;114(6):1612-9. [Medline].

4. Bagaimana tipe batuk? Bagaimana membedakan etiologi batuk antara virus dengan bakteri? Batuk merupakan suatu mekanisme pertahanan saluran napas dan paru-paru dari sekresi saluran napas, benda yang teraspirasi, atelektasis, infeksi dan gangguan saluran pernapasan. Pada kondisi patologis, batuk merupakan pertanda adanya penyakit saluran pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan akut. Batuk yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan bahkan komplikasi seperti emesis, syncope, nyeri otot, fraktur tulang iga serta memperparah hernia inguinalis dan inkontinens berkemih. Jenis dan etiologi batuk dapat ditentukan dari durasinya, yaitu:1,2 1. Batuk akut, terjadi <3 minggu, etiologi : infeksi saluran napas, aspirasi, inhalasi zat kimia berbahaya atau merokok 2. Batuk subakut, terjadi 3-8 minggu, etiologi : residu dari trakeobronkitis seperti pada batuk rejan 3. Batuk kronik, terjadi >8 minggu, etiologi : penyakit cor pulmonale Batuk berdasarkan waktu3

1. Akut Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh. Jangka waktunya kurang dari tiga minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri, virus, penyempitan saluran nafas atas. 2. Subakut Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikan subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi karena gangguan pada epitel. 3. Kronis Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan penyempitan saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, TBC, gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu Pada pasien dengan pemeriksaaan normal, batuk disebabkan oleh asma, refluks gastroesofageal, kekeringan nasofaring dan obat-obatan seperti ACE inhibitor. Batuk <8 minggu merupakan manifestasi awal penyakit yang akan menyebabkan batuk kronik. Pada penderita kronik bronkitis batuk umumnya disertai mengi, sesak napas dan rasa berat di dada setelah terpakan pada allergen. Batuk terjadi dalam hitungan detik hingga menit dan menghasilkan sputum mukoid.1,2

Membedakan batuk karena bakteri dan virus Batuk karena virus (seperti virus flu) sebetulnya merupakan Self Limiting Disease (sembuh dengan sendirinya), gejalanya biasanya disertai dengan demam. tidak perlu makan obat golongan antiviral, karena virus biasanya akan mati ketika daya tahan tubuh bekerja. Sedangkan batuk karena bakteri, adalah batuk dengan gejala bersin dan juga sering disertai dengan demam. Jenis batuk ini sering disertai lendir dan dahak yang berwarna kuning atau hijau. Batuk karena bakteri ini juga bisa merupakan kelanjutan dari batuk yang disebabkan infeksi virus. Sumber: 1. Longo DL, Kasper DL, Lameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrisons Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw-Hill; 2012. 2. Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI. Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders. 4th ed. USA: McGraw-Hill; 2008. 395-408 3. Nadesui, Hendrawan. 2008. Batuk dan Penyebabnya.

http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php/Tanya-Jawab/Batuk-danPenyebabnya.html (13Juli 2013)

5. Bagaimana mekanisme gangguan pernapasan; terjadinya batuk, sesak napas, dan retraksi dinding dada? a. Mekanisme Batuk Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk,

yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

Gambar 2. Fase Batuk

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%. Sumber : Yoga Aditama T. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi

FK UI, Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta. 1993.

b. Mekanisme Sesak Napas Dispnea atau yang biasa dikenal dengan sesak napas adala Perasaan sulit bernapas dan biasanhya merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonal. Orang yang mengalami sesak napas sering mengeluh napas nya terasa pendek dan dangkal.

Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan otot otot pernpasan tambahan seperti sternocleidomastoidseus, scalenus, trapezius, dan pectoralis mayor, adanya pernapasan cuping hidung, tachypnea dan hiperventilasi. Tachypnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat, yaitu lebih dari 20 kali permenit yang dapat muncul dengan atau tanpa dispnea. Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahan kan pengeluaran CO2 normal, hal ini dapat diidentifikasi kan dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri, atau tegangan pa CO2 yaitu lebih rendah dari angka normal yaitu 40mmHg. Sumber penyebab dispnea termasuk : 1. Reseptor reseptor mekanik pada otot otot pernapasan, paru, dinding dada dalam teoti tegangan panjang, elemen elemen sensoris, gelendong otot pada khususnya berperan penting dalam membandingkan tegangan otot dengan drjat elastisitas nya. Dispnea dapat terjadi jika tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot. 2. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2. 3. Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkat nya rasa sesak napas. 4. Ketidak seimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea bergantung pada beberapa hal berikut : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Ketinggian tempat 4. Jenis latihan fisik 5. Dan terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan tersebut. Dispnea nokturna paroksismal menyatakan timbulnya dispnea pada malam hari dan memerlukan posisi duduk dengan segera utnuk bernapas, atau dengan kata lain terbangun dari tidur untuk melakukan usaha bernapas agar tidak terasa sesak.

Pasien denagn gejala dispnea biasanya memiliki satu dari beberapa keadaan seperti berikut yaitu : 1. Penyakit kardiovaskular 2. Emboli paru 3. Penyakit paru interstisial atau alveolar 4. Gangguan dinding dada atau otot otot dada 5. Penyakit obstruktif paru 6. Kecemasan Dispnea adalah gejala utama dari edema paru, gagal jantung kongestif dan penyakit katup jantung. Emboli paru ditandai oleh dispnea mendadak. Dispnea adalah gejala yang paling nyata pada penyakit yang menyerang percabangan trakeo bronchial, parenkim paru dan rongga pleura. Dispnea biasanya juga dikaitkan dengan penyakit restriktif yaitu terdapat peningkatan kerja pernapasan akibat meingkt nya resistensi elastic paru seperti padapneumonia, atelektasis kongestif atau dinding dada seperti obesitas dan kifoskoliosis. Atau penyakitjalan napas obstruktif dengan meningkat nya resistensi non elastic bronchial seperti emfisema bronchitis dan asma. Dispnea juga dapat terjadi jika otot pernapasan lemah seperti pada penyakit miastenia gravis, lumpuh, seperti pada polio mielitis. Letih akibat meningkat nya kerja pernapasan kurang mampu melakukan kerja mekanis seperti pada penderita emfisema yang berat dan obesitas. Mekanisme terjadinya sesak napas Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.

Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama. Sumber : 1. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005. 2. Kasper, et al.. Harrisons principles of internal medicine vol 2. 16th ed. McGraw-Hill, 2005.

c. Mekanisme Retraksi Dinding Dada Retraksi adalah seluruh tanda pada bayi baru lahir yang menunjukkan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan ventilasi normal.

GBR. 26-4

Pengamatan retraksi. Indeks Silverman-Anderson tentang distres pernapasan ditentukan dengan memberi nilai pada setiap kriteria dari 5 kriteria secara acak: nilai 0 menunjukkan tidak ada kesulitan; nilai 1 menunjukkan kesulitan sedang; dan nilai 2 menunjukkan kesulitan bernapas maksimum. Nilai retraksi adalah jumlah seluruh nilai ini. Nilai total 0 menandakan tidak ada dispnea, sementara nilai total 10 menunjukkan distres pernapasan maksimum. (Dimodifikasi dari Silverman W, Anderson D: Pediatrics 17:1,1956)

6. Bagaimana langkah diagnosis: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang? Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif namun selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen. Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi napas, lemas, dan kepala nyeri.1 Pemeriksaan fisik yang awal diperlukan adalah pemeriksaan tanda vital yakni frekuensi respirasi serta usaha napas yang dilakukan pasien. Kriteria WHO untuk takipnea adalah > 50 x/menit untuk bayi kurang dari 12 bulan dan >40x/menit untuk anak usia 1-5 tahun dan >30x/menit untuk anak lebih dari 5 tahun. Perkusi toraks bersifat tidak diagnostik karena umumnya kelainan patologinya menyebar. Suara redup pada perkusi biasanya akibat adanya efusi pleura. Pada anak yang lebih besar, perkusi redup dan pada palpasi didapatkan fremitus yang melemah. Pada inspeksi dapat dilihat adanya retraksi. Auskultasi juga dilakukan untuk mengenali suara yang mungkin timbul pada pneumonia yakni friction rub, mengi atau ronkhi. Pada auskultasi suara napas melemah seringkali ditemukan bila ada proses peradangan subpleura dan mengeras (suara bronchial) bila ada konsolidasi.2

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pneumonia adalah radiologi foto dada dan bahkan dapat mengungkapkan terjadinya komplikasi misalnya efusi pleura atau empyema. Pneumonia virus ditandai dengan hiperinflasi dengan infiltrat interstisial bilateral dan penebalan dinding peribronkial. Konsolidasi lobus konfluen pada foto toraks merupakan ciri yang ditemui pada pneumonia akibat pneumokokus. Hasil radiografi sendiri tidak dapat digunakan sebagai alat diagnosis satu-satunya dan harus memperhatikan manifestasi klinis. Hasil darah lengkap terutama hitung leukosit juga diperlukan untuk melihat adanya leukositosis. Hitung leukosit juga berguna untuk membedakan pneumonia akibat virus dengan pneumonia akibat bakteri. Pada pneumonia akibat virus, hitung leukosit dapat normal atau naik namun tidak melebihi 20.000 sel/mm3. Pneumonia akibat virus biasanya memiliki hitung leukosit dengan rentang 15.000-40.000 sel/mm3. Efusi pleura besar, konsolidasi lobus dan demam tinggi pada onset penyakit menandakan etiologi bakteri. Pneumonia atipikal akibat C. pneumoniae atau M. pneumoniae sulit dibedakan dengan pneumonia akibat pneumokokus berdasarkan x-ray dan hasil lab lainnya. Juga diperlukan pemeriksaan laju endap darah dan protein C reaktif yang sama-sama meningkat pada infeksi pneumonia.2 Diagnosis definitif pneumonia virus dapat ditegakkan dengan isolasi virus atau deteksi genom virus atau antigen virus pada sekret saluran napas. Uji DNA atau RNA untuk deteksi cepat RSV, parainfluenza, influenza, dan adenovirus tersedia dan akurat. Diagnosis definitive infeksi bakteri membutuhkan isolasi organisme dari sampel darah, cairan pleura atau paru. Kultur sputum dapat digunakan untuk diagnosis anak yang lebih kecil. Kultur darah bernilai positif hanya pada 10% anakanak dengan pneumonia pneumokokus. Pada infeksi M. pneumoniae, nilai titer agglutinin suhu rendah >1:64 ditemukan pada 50% pasien. Infeksi akut akibat M. pneumoniae dapat didiagnosis dengan PCR atau serokonversi dengan IgG assay. Uji serologis misalnya titer anti-streptolysin (ASO) berguna untuk diagnosis pneumonia streptokokus grup A.2 Sumber:

1. Alberta Medical Association. Guideline for Diagnosis and Management of Community Acquired Pneumonia. Canada. 2011 2. Kliegman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics, 18th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders. 2007

7. Apa manfaat vitamin A dan Zinc pada pneumonia? Defisiensi zink pada bayi dan anak akan mempengaruhi fungsi leukosit, ekspresi sitokin dan membran mukosa. Prevalensi defisiensi zink yang tinggi di negara berkembang akan menyebabkan penurunan imunitas dan peningkatan penyakit infeksi serius.1 Suplementasi zink oral harian dan mingguan secara rutin selama tiga bulan secara signifikan mengurangi kejadian infeksi saluran nafas bawah akut. Pengobatan dengan 20 mg zink perhari mempercepat pemulihan pneumonia berat pada anak. Pemberian suplemen zink akan menurunkan 45% kejadian infeksi saluran nafas bawah akut pada anak.2 Kejadian pneumonia pada anak di negara berkembang berkurang dengan pemberian suplemen zink sebesar 41%. Demam, sianosis, batuk, takipnea, retraksi merupakan prediktor paling kuat adanya pneumonia. World Health Organization mengembangkan pedoman diagnosis dan tata laksana sederhana untuk negara berkembang berdasarkan gejala klinis yang dapat langsung dideteksi. Gejala klinis yang sederhana meliputi nafas cepat, sesak nafas, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan. Pengobatan zink pada anak laki-laki lebih cepat menurunkan durasi demam dan mengurangi sakit dengan rerata demam 2,58 hari. Pemakaian suplemen zink secara teratur akan menurunkan durasi kesembuhan anak dengan pneumonia berat. Pneumonia anak yang menerima standar terapi antibiotik ditambah dengan suplemen zink akan memperpendek durasi chest indrawing dan hipoksia.2 Vitamin A/retinol terlibat dalam produksi, perkembangan, serta diferensiasi sel darah merah, sel limfatik, antibode dan meningkatkan kekokohan sel-sel epitel.

Pada anak dengan pneumonia, utamanya anak-anak yang malnutrisi, pemberian suplemen vitamin A dapat meningkatkan proses penyembuhan, menurunkan keparahan penyakit serta mencegah terjadinya episode infeksi saluran napas akut bawah lebih lanjut. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A mempuyai risiko lebih besar terkena penyakit infeksi saluran napas yang dapat berujung pada kematian. Defisiensi vitamin A dapat memperburuk infeksi, dan pemberian vitamin A dapat menurunkan risiko kematian sekitar 23-30% pada anak usia 6-59 tahun. Pada kasus pneumonia dengan campak, pemberian vitamin A dosis tinggi dapat memberikan efek protektif. Namun, bagi anak-anak yang telah memiliki vitamin A yang adekuat, suplementasi vitamin A dosis tinggi justru dapat mengakibatkan malfungsi sementara sistem imun tubuh. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya penyakit infeksi. Oleh sebab itu, pemberian vitamin A sebagai pencegahan terhadap infeksi saluran napas pada anak-anak sebaiknya dibatasi pada anak dengan status gizi rendah saja.

Overdosis vitamin A dapat menimbulkan toksisitas yang berhubungan dengan mual, muntah, serta menurunnya nafsu makan yang berdampak pada menurunnya asupan nutrisi anak.1 Sumber: 1. WHO, 2011, Vitamin A supplementation to improve treatment outcomes among children diagnosed with respiratory infections, diambil dari http://www.who.int/elena/titles/bbc/vitamina_pneumonia_children/en/index.html (diakses pada 15 Juli 2013) 2. Wahani, Audrey M. I., Efektivitas Suplemen Zink pada Pneumonia Anak, Sari Pediatri Vol 13 No 5 Tahun 2012, diambil dari Saripediatri.idai.or.id (Diakses pada 15 Juli 2013)

8. Bagaimana insidensi, epidemiologi, gejala klinis, tatalaksana, imunisasi pada infeksi Streptococcus pneumonia? Streptococcus pneumonia

a. Insidens Mayoritas serotipe S. pneumonia telah terbukti menyebabkan penyakit serius. Pneumococci meerupakan penghuni umum dari saluran napas dan dapat diisolasi dari nasofaring 5%-70% dari orang dewasa sehat. Jumlah carrier asimtomatik bervariasi sesuai umur, lingkungan, dan adanya infeksi saluran napas atas. Hanya 5-10 % orang dewasa tanpa anak-anak merupakan carrier. Di sekolah dan panti asuhan, 27-58 % siswa dan penghuni mungkin merupakan carrier. Pada instalasi militer, sebanyak 5060 % dari tenaga pelayanan mungkin carrier.1 Lebih dari separuh kasus pneumonia baru setiap tahunnya terkonsentrasi di lima negara di mana 44% anak-anak di dunia berusia kurang dari 5 tahun hidup: India (43 juta), Cina (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan di Bangladesh , Indonesia dan Nigeria (6 juta). Perbedaan dalam kejadian pneumonia klinis anak di dunia pada tingkat negara ditunjukkan pada Gambar2:

b. Epidemiologi

c. Gejala klinis Gejala klinis mayor dari penyakit pneumococcal adalah pneumonia, bakterimia, dan meningitis. Pneumococcal pneumonia adalah manifestasi klinis dari penyakit pneumococcus pada orang dewasa. Masa inkubasi pneumococcus pneumonia pendek, sekitar 1-3 hari. Gejala umum mencakup onset demam mendadak dan menggigil atau kekakuan. Gejala umum lainnya termasuk nyeri dada pleuritik, batuk produktif mukopurulen, dahak, dyspnea, takipnea, hipoksia, takikardia, malaise, dan kelemahan. Mual, muntah, dan sakit kepala lebih jarang terjadi.1 d. Tata laksana Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemilihan antibiotik untuk Streptococcus pneumonia, yaitu sebagai berikut: Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

Golongan Penisilin TMP-SMZ Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi Marolid baru dosis tinggi Fluorokuinolon respirasi

e. Imunisasi PCV Pada uji klinis yang besar, PCV 7 terbukti mengurangi penyakit invasif yang disebabkan serotipe vaksin sebesar 97 %, dan mengurangi penyakit invasif yang disebabkan oleh semua serotipe, termasuk serotipe yang tidak terkandung dalam vaksin sebesar 89 %. PCV 13 dilisensikan di AS berdasarkan penelitian yang membandingkan respon serologi anak-anak yang menerima PCV 13 dengan yang menerima PCV 7. Penelitian tersebut menunjukkan induksi antibodi oleh PCV 13 sesuai dengan yang diinduksi oleh PCV 7 dan menunjukkan perlindungan terhadap penyakit invasif.1 Sumber: 1. 2. http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/pneumo.pdf Rudan9. I, Lawn J, Cousens S, Rowe AK, Boschi-Pinto C, Tomaskovic L, et al. Gaps in policy-relevant information on burden of disease in children: a systematic review. Lancet 2005;365:2031-40. PMID:15950717

doi:10.1016/S0140-6736(05)66697-4

You might also like

  • SKK P
    SKK P
    Document1 page
    SKK P
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • SCGAJIN
    SCGAJIN
    Document4 pages
    SCGAJIN
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • PANKREATITIS
    PANKREATITIS
    Document25 pages
    PANKREATITIS
    Leona Ngadiah
    0% (1)
  • MOLEKULER
    MOLEKULER
    Document64 pages
    MOLEKULER
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • UNIMED Undergraduate 22762 6. BAB II
    UNIMED Undergraduate 22762 6. BAB II
    Document19 pages
    UNIMED Undergraduate 22762 6. BAB II
    Almira Ulfa Utari Nasution
    No ratings yet
  • Permenkes No 28 Tahun 2011 (Klinik)
    Permenkes No 28 Tahun 2011 (Klinik)
    Document12 pages
    Permenkes No 28 Tahun 2011 (Klinik)
    Oktavia Ratnasari
    No ratings yet
  • PD 4
    PD 4
    Document1 page
    PD 4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Panduan Praktik Klinik SC Atas Indikasi Gawat Janin
    Panduan Praktik Klinik SC Atas Indikasi Gawat Janin
    Document3 pages
    Panduan Praktik Klinik SC Atas Indikasi Gawat Janin
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • PANKREATITIS
    PANKREATITIS
    Document25 pages
    PANKREATITIS
    Leona Ngadiah
    0% (1)
  • Tugas RRI
    Tugas RRI
    Document5 pages
    Tugas RRI
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Mengurangi Emisi
    Mengurangi Emisi
    Document16 pages
    Mengurangi Emisi
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Bb1 Digesti
    Bb1 Digesti
    Document14 pages
    Bb1 Digesti
    Dewi Puji Astutik
    No ratings yet
  • Diagnosa Holistik
    Diagnosa Holistik
    Document7 pages
    Diagnosa Holistik
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Hipersensitivitas Tipe 1
    Hipersensitivitas Tipe 1
    Document3 pages
    Hipersensitivitas Tipe 1
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Li P1 Ikk
    Li P1 Ikk
    Document2 pages
    Li P1 Ikk
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Jurnal Hewan Coba
    Jurnal Hewan Coba
    Document5 pages
    Jurnal Hewan Coba
    AgungPrsetyo
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • Per Tanya An
    Per Tanya An
    Document3 pages
    Per Tanya An
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet
  • 4
    4
    Document1 page
    4
    Agustinus Vincent
    No ratings yet