Professional Documents
Culture Documents
Departemen Fisiologi
Kelompok 3 C2
Heydi Marizky Lisman (1010211043) Dyah Gupita (1010211044) M. Oksarian R. (1010211045) Indah Puji Lestari (1010211047) Kartika Rizky Lim (1010211049) Reza Angga Pratama (1010211050) Riska Kurniawati (1010211051)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA TAHUN 2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam blok Special Sensory System, kami mempelajari bagaimana serangkaian informasi dari eksternal yang didapat dari pancaindera, yang salah satunya adalah dari mata, kemudian di olah dalam sistem saraf pusat. Maka, dalam praktikum ini, kami melakukan serangkaian percobaan yang dapat membantu kami lebih memahami bagaimana mekanisme melihat, refleks cahaya, peristiwa diplopia, dan luas lapang pandang.
Tujuan
Setelah praktikum ini, diharapkan kami dapat : 1. Mengerti Hukum Johannes Muller dan fenomena proyeksi eksterna yang
terjadi pada saat peristiwa fosten- tekan 2. Melakukan pemeriksaan luas lapang pandang untuk beberpa warna dengan menggunakan perimeter 3. Mengerti dan menerangkan mekanisme peristiwa diplopia 4. Melakukan pemeriksaan refleks pupil langsung dan tidak langsung 5. Menyatakan adanya bintik buta 6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri
Proyeksi terbalik dari bayangan - bayangan retina dapat dilihat dari fenomena fosfen , yaitu melihat bayangan kornea dari mata itu sendiri yang berasal dari pantulan lensa mata . Bayangan yang terlihat seperti bulatan hitam . Setiap inti dari suatu benda hanya mengirim sinar cahaya kesemua arah , tetapi hanya sebagian cahaya yang memasuki mata . Sinar cahaya suatu titik yang sama dari suatu benda melalui berbagai tempat pada lensa . Jika mata melihat benda itu , sinar yang berbagai macam itu memusat ( convargen ) pada satu titik diselaput mata . Untuk setiap titik benda akan terdapat titik cocoknya ( matching points ) pada hubungan bayangan retina . Bayangan pada retina akan selalu lebih kecil dari benda sebenarnya , benda tersebut tegak dan terbalik . Hal ini merupakan sifat bayangan yang jatuh pada retina . Alat yang Digunakan 1.Tabung kecil sepanjang 15 mm dengan lubang didalamnya 2. Pensil Jalannya percobaan 1. Fenomena fosfen Melihat bayangna mata kekiri ( melirik ) , kemudian tekanlah dengan jari pada bola mata kanan melalui pelupuk mata disebelah kanan , Mata disebelah kiri kelihatan suatu bintik atau bulatan hitam . 2. Satu mata ditutup Dimuka ditempatkan sebuah tabung sepanjang 15 mm dengan satu lubang didalam dasarnya . Dengan melihat melalui lubang ini ke tempat yang terang . Antara tabung dengan mata ( tepat dimuka mata ) ditempatkan diujung / puguk dari sebuah pensil . Maka akan terlihatlah suatu bayang bayang yang terbalik dari pucuk / ujung pensil tersebut . Hasil Percobaan 1. Terlihat bintik atau bulatan berwarna hitam sebelah pelupuk mata sebelah kanan ditekan 2. Terlihat bayangan dari ujung / pucuk pensil tersebut terbalik
Kesimpulan Cahaya yang jatuh tepat diretina membentuk bayangan obyek tersebut dengan sifat bayangan tegak , Terbalik dan lebih kecil dari obyek yang sebenarnya . Sehingga , ujung pensil berada dimuka mata terlihat terbalik bayangannya . Sedangkan fenomena fosfen terjadi karena pelupuk mata ditekan mengakibatkan bayangan jatuh diretina bergeser sehingga tidak dapat melihat bayangan tersebut . Aplikasi Seorang kameramen harus menjadi profesional dengan kameranya yang diproyeksikan terbalik pada retina kameranya , dan harus memiliki mata yang sehat . Pada saat bercermin terlihat terbalik , padahal tidak.
5. Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut 6. Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimetri untuk pemeriksaan luas pandang. Pilihan bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+ 5mm) pada benda tersebut. 7. Gerakan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang percobaan tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan. 8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan cata formulir dengan tepat. Hasil Pemeriksaan Batas lampang pandang dekstra : Atas Nasal atas Nasal Nasal bawah : Bawah Temporal bawah Temporal Temporal atas Jumlah Kesimpulan Dari pemeriksaan ini, luas lapang pandang lateral lebih luas dari pada medial. (Bukti ada pada lampiran) : 600 : 600 : 700 : 700 : 400 : 800 : 800 : 500 : 5100 Batas lampang pandang sinistra : Atas Nasal atas Nasal Nasal bawah Bawah Temporal bawah Temporal Temporal atas Jumlah : 600 : 600 : 600 : 700 : 600 : 900 : 900 : 700 : 5600
PERCOBAAN DIPLOPIA
Dasar Teori Diplopia adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat dengan satu atau dua mata. Diplopia terjadi akibat penglihatan kedua mata serentak pada daerah retinayang tidak sekoresponden. Rangsangan retina yang tidak sekoresponden ini terjadi oleh gangguan kedudukan kedua sumbu bolamata yang tidak sejajar Cara 1. Pandang suatu benda dengan kedua mata 2. Tekan bola mata kiri untuk memaksaan bolamata itu memutar kedalam 3. Perhatikan terjadinya penglihatan rangkap
Hasil percobaan Akan terjadi penglihatan rangkap pada percobaan diplopia, hal ini dikarenakan pada penekanan salah satu bolamata maka bayangan benda pada retina tidak jatuh pada titik identik. Titik identik adalah titik yang sesuai dikedua retina yang memberi kesan satu benda.
Kesimpulan Diplopia adalah dimana keadaan melihat sebuah benda ganda, hal ini bisa terjadi ketika kita melakukan penekanan salah satu bola mata dan terjadilah penglihatan rangkap. Hal ini terjadi karena bayangan benda pada retina tidak jatuh pada titik identik.
3. Suruh orang percobaan melihat jari pemeriksa yang ditempatkan pada jarak 50 cm di depannya. Sambil memperhatikan pupilnya, dekatkan jari itu dan perhatikan perubahan pupilnya. Dasar Teori Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat. Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil. Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil. Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan berakomodasi disebut tempo akomodasi. Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya kanmengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas. Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N.Opticus, lalu masuk ke
mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.Refleks cahay ini juga disebut refleks pupil.Pada percobaan refleks cahaya, pupil mata mengalami pengecilan.Cahaya yang berlebihan yang masuk kedalam mata membuat pupil mata menjadi kecil. Kesimpulan 1. Pupil mata kanan yang disenteri langsung mengalami miosis atau pengecilan diameter pupil 2. Pupil mata kanan yang disenteri langsung mengalami miosis begitu juga pupil mata kiri yang tidak disenteri secara langsung, juga mengalami miosis. 3. Kedua pupil mengecil akibat daya akomodasi
Kesimpulan Dari percobaan ini, kita dapat mengerti dan memahami bahwa Bintik buta atau diskus optikus merupakan tempat keluarnya saraf optikus dan tempat lewatnya pembuluh darah. Di daerah ini tidak ada bayangan yang dapat di deteksi karena daerah ini tidak mengandung sel batang dan kerucut yang merupakan sel fotoreseptor.
Cara kerja 1. Melihat ke langit yang biru atau menggunakan kaca biru atau ungu. 2. Memperhatikan adanya bayangan mengkilap yang terlihat bergerak-gerak di langit Hasil percobaan Terlihat adanya bayangan mengkilap yang bergerak-gerak di langit. Analisis percobaan Cahaya biru dari langit atau kaca biru diserap oleh eritrosit, sehingga terdapat bayangan eritrosit pada retina (terliaht gambaran bergerak-gerak di langit).
LAMPIRAN
DAFTAR PUSAKA
Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Pennsylvania: W.B. Saunders Company. 2000. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC. 2001 Arthur C. Guyton, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 2006