You are on page 1of 8

Kumpulan Askep dan LP

Beranda

Jumat, 12 April 2013


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

a. Definisi Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

b. Pathofisiologi Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan peermiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Demam berdarah dengue (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420) c. Etiologi Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

d. Manifestasi infeksi virus dengue

(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420)

e. Pengkajian 1. Identitas - Umur: DHF merupakan penyakit tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak dan remaja. - Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki. - Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. 2. Keluhan utama Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh). 3. Riwayat perawatan sekarang Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, panas. Sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual, muntah dan penurunan nafsu makan. 4. Riwayat penyakit dahulu Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang. 5. Riwayat penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk. 6. Riwayat kesehatan lingkungan DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes: - Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, dengan jarak terbang nyamuk + 100 mtr. - Aedes albapictus 7. Riwayat tumbuh kembang 8. Pengkajian persistem 9. Sistem Cardiovaskuler Peningkatan permiabilitas kaliper, tachycardia, penurunan tekanan darah

10.

Sistem Respirasi

Perdarahan pada hidung (epistaksis), tachypnea, effusi pleura (crackless) 11. Sistem Gastrointestinal

Perdarahan pada gusi, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, muntah darah (hematemesis), berak darah (melena), anoreksia, mual, muntah 12. Sistem neurologi

Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian serta persendian. 13. Sistem integumen Demam, ruam makulopapular, bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie) f. Diagnosis Dasar diagnosis Demam Berdarah Dengue WHO tahun 1997: Klinis: - Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari. - Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed). - Pembesaran hepar. - Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun, akral dingin dan sianosis, dan gelisah. Laboratorium: - Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%. Derajat (WHO 1997): - I : Demam dengan test rumple leed positif. - II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.

- III

: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/

hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah. - IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

g. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium: Trombositpenia, leukopenia, peningkatan hemokonsentrasi, dengue blot(+), Pt dan PTT memanjang.

h. Diagnosa Keperawatan & Intervensi 1. Resiko terjadinya cidera (perdarahan) berhubungan dengan fungsi trombosit abnormal, trmbositopenia Tujuan: Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan dengan kriteria: tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena), trombosit dalam batas normal (150.000/uL). Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan. b. Anjurkan kepada keluarga dan klien agar segera melapor jika terjadi perdarahan (seperti di gusi, hidung, berak darah, atau muntah darah). c. Anjurkan pada klien untuk tetap tirah baring. d. Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate). e. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap). f. Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan viremia Tujuan: Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan perawatan dengan kriteria: Suhu tubuh normal (36OC-37,5OC), nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt). Intervensi: 1. Jelaskan pada klien tentang cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan panas. 2. Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat pada klien. 3. Anjurkan pada klien untuk minum lebih banyak. 4. Berikan kompres (hangat atau dingin). 5. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik. 6. Observasi keluhan klien, KU dan tanda vital (suhu dan nadi serta tekanan darah).

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah Tujuan: Kebutuhan tubuh akan nutrisi terpenuhi dengan kriteria: tidak terjadi penutnan berat badan, makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang. Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan bagi proses penyembuhan. b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat. c. Anjurkan pada klien untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering. d. Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual. e. Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat. f. Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara; 1994; Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2; alih bahasa: Suharyati Samba; Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif & Suprohaita; 2000; Kapita Slekta Kedokteran Jilid II; Jakarta: Media Aesculapius.

Soeparman; 1987; Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua; Jakarta: balai Penerbit FKUI. .

You might also like