You are on page 1of 8

BAB 1 PENDAHULUAN

Hernia merupakan salah satu bentuk kelainan dimana terjadi protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui dinding sekitarnya yang lemah. Hernia terdiri dari isi, kantong, dan cincin hernia. Hernia dapat diklasifikasikan menurut proses, lokasi, dan sifat hernia tersebut. Hernia diafragmatika adalah penonjolan sebagian organ abdomen ke dalam rongga dada melalui defek yang terdapat pada diafragma. Defek pada diafragma ini dapat merupakan kelainan kongenital atau akibat trauma. Posisi defek pada diafragma dapat dibagian posterolateral (bochdalek), retrostrenal (morgagni), di samping esofagus (para esofageal), atau pada hiatus esofagus (hiatal hernia). 1,2 Hernia Bochdalek adalah defek kongenital diafragma bagian posterolateral yang menyebabkan hubungan antara kavum thoraks dengan kavum abdomen, sehingga terjadi protusi organ intra abdomen ke kavum thoraks. Foramen Bochdalek merupakan celah sepanjang 2 sampai 3 cm di posterior diafragma setinggi kosta 10 dan 11, tepat di atas glandula adrenal. Kadang-kadang defek ini meluas dari lateral dinding dada sampai ke hiatus esophagus. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan penutupan kanalis ini dapat menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek. Hernia diafragmatika merupakan salah satu bentuk dari hernia, yang umumnya merupakan bentuk kelainan kongenital. Hernia diafragmatika terjadi akibat defek pada hiatus, foramen Morgagni, maupun foramen Bochdalek. Hernia Bochdalek dapat menyebabkan distres pernafasan pada bayi.

Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan lanjutan secara radiologi, baik menggunakan foto Roentgen, USG, maupun CT-scan. Dengan pemeriksaan foto Roentgen, baik foto polos maupun menggunakan kontras, diagnosis hernia diafragmatika dapat ditegakkan. Pemeriksaan foto Roentgen ini praktis, tidak invasif, dan ekonomis. Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis, etiologi dan prognosis dari hernia diafragmatica Bochdalek.

BAB II LAPORAN KASUS Tanggal 1 Maret 2013 jam 13.00 datang seorang pasien anak bernama L, anak dari Tn.H datang ke IGD RSML, umur 18 bulan dengan berat badan 15 kg, beralamat di Babatwetab Bekanang Deket , Lamongan. Pasien datang dengan keadaan apneu tidak nafas adekuat, tampak sianosis dan tidak sadar. Pasien merupakan rujukan dari RS BKIA Parengan sebelumnya pasien di diagnosis dengan Bronkopneumonia dan selama di RS BKIA pasien tampak sesak selama disana setelah sejam kemudian tiba-tiba pasien tampak sianosis dan nafas adekuat dan dirujuk ke RSML untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut untuk dilakukan perawatan intensif di ICU. Sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit penderita tampak sesak napas yang semakin lama semakin bertambah sesak. Keluhan sesak napas disertai dengan kebiruan di sekitar mulut dan ujung-ujung jari tangan dan kaki yang terutama tampak bila penderita menangis. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu pasien mengatakan pasien kurang lebih 5 bulan ini sesak,oleh karena itu ibu pasien membawa pasien berobat namun hanya didiagnosis Bronkopneumonia dan pasien belum pernah dilakukan foto thorax. Pasien juga riwayat sering dipijat sejak umur 2bulan. Riwayat Keluarga Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini dan alergi. Riwayat Kehamilan:

Usia kehamilan 9 bulan, ibu rajin periksa kehamilan setiap bulan di dokter. Selama hamil tidak ada riwayat ibu pernah menderita penyakit tertentu ataupun mengkonsumsi obat-obatan, minum alkohol, ataupun merokok. Riwayat Persalinan: Riwayat Kelahiran: Pasien lahir pada di bidan dengan usia kehamilan 9 bulan dengan cara normal. Berat lahir 3100 gram dan panjang badan 49 cm. Menurut ibu, pasien langsung menangis saat lahir dan dinyatakan tidak ada kelainan bawaan saat lahir. Imunisasi: Riwayat imunisasi: menurut ibu pasien, pasien telah mendapatkan imunisasi lengkap karena setiap ada jadwal imunisasi, bidan selalu mengingatkan kemudian ibu pasien segera membawa anaknya untuk diimunisasi. Buku imunisasi ada, namun tidak dibawa oleh ibu. Dari pemeriksaan fisik pada lengan kanan terdapat BCG scar. Makanan : Pasien mendapatkan ASI sampai sekarang. Saat ini pasien makan nasi seperti keluarga lainnya dengan komposisi sayur, tempe, telur, ikan, daging (kadang-kadang) ditambah buah-buahan. Pasien makan 3 x sehari Pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum pasien tampak koma atau tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan vital sign terdapat Nadinya 197 kali/menit reguler, kuat angkat, suhu 40,4 0C, dan pernafasan 32 kali/menit. Pada inspeksi kepala dan leher didapatkan sianosis dan Dyspne. Refleks cahaya positif pada kedua mata, tidak didapatkan pernafasan cuping hidung, tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah

bening. Inspeksi pada Thorax didapatkan bentuk dada simetris dan terdapat retraksi. Inspeksi paru didapatkan pergerakan nafas simetris, lapang paru sinistra perkusi didapatkan suara tympani, dan pada lapang paru dextra didapatkan perkusi hipersonor, pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru, namun pada paru sinistra terdapat suara bising usus. Pemeriksaan jantung, inspeksi tidak ditemukan vosoure cardiac, pada palpasi tidak didapatkan thrill, pada perkusi didapatkan batas jantungnya normal, pada auskultasi terdapat suara jantung S1 S2 tunggal normal tanpa suara tambahan seperti murmur atau gallop. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan inspeksinya retraksi epigastrium,distended, palpasi masih supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, perkusi didapatkan suara timpani, tidak terdapat shifting dullness, dan pada auskultasi terdengar bising usus menurun. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan dingin, kering, pucat, tidak ada uedema.

Foto An.L

Status Gizi pasien ini adalah: TB aktual: 90 cm, BB aktual: 15 kg, BB ideal: 13 kg. % status gizi: BB actual/ BB ideal x 100% = > 100 %. Jadi,status gizi nya normal.

Gambar. 1 Tabel CDC Anak Usia 0-36 bulan Hasil pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap yang telah dilakukan yaitu Diffcount 0/0/15/74/11, Hematokrit 34,0, Hemoglobin 11,5, Leukosit 30.600, Trombosit 157.000, SGOT 241, SGPT 73, Clorida Serum 100, Kalium Serum 5,3, Natrium Serum 130, Serum Creatinin 0,4, Urea 20, Uric Acid 7,1 , GDA 228. Lalu pada hari yang sama yaitu tanggal 1Maret 2013 anak L divisite oleh dokter bedah anak dan dokter bedah anak mengatakan cito operasi laparotomi setelah melihat pasien dan pemeriksaan penunjang berupa foto thorax yang didapatkan gambaran suatu hernia diafragmatica dan sehingga

pasien di diagnosis sebagai Hernia Diafragmatica. Terapi saat di IGD pasien memakai O2 jackson rees, IVFD asering loadin (dari BP Parengan pasien masuk cairan 500 cc dari jam 4 pagi lanjut 300cc/3 jam 800 cc/24 jam ) Pasang NGT, Pasang DK, Inj. Antrain 3x100mg, Inj. Cefotaxim 3x300mg.

Foto Thorax AP an.L

Hasil Operasi An.L

Hari kedua (2 Maret 2013) , pasien setelah dilakukan operasi langsung masuk ICU dan dipasang ventilator, keadaan umum pasien koma,GCS 112 tersedasi pasien masih tampak sesak Vital signnya t: 370C, N: 112 kali/menit, reguler, kuat angkat, RR: 31 kali/menit Sp02 91%. Pemeriksaan laboratorium Diffcount 0/0/78/19/3, Hematokrit 37,4, Hemoglobin 12,9, LED 3/10, Leukosit 32.300, Trombosit 78.000, GDA 31, Kalium 5,21, Natrium 134,3,Beecf -6,5, HCO3 -6,7, Ionized Calcium 20,3, O2 Sat 99,2, Pco2 49,3, Ph 7,238 Clorida Serum 100, Kalium Serum 5,3, Natrium Serum 130, Serum Creatinin 0,4, Urea 20, Uric Acid 7,1 , GDA 228 . Pasien mendapatkan terapi ventilator, IVFD D10 0,18S 1000cc/24jam, Inj Rantin 2x8mg, inj.Kutoin 2x 16mg, puasa sementara. Hari ketiga (3 Maret 2013), jam 08.00 keadaan pasien memburuk pasien dinyatakan kesadaran semakin menurun GCS 111,tambah sianosis, pupil midmidriasis, Nadi 160x/menit,RR 22x/menit,Sp02 80% akral dingin,kering dan pucat. Jam 09.00 dinyatakan pasien meninggal akibat ARSD,pasien gagal nafas.

You might also like