You are on page 1of 289

351.

770 212
Ind
p

PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2005

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.


JAKARTA
2007

TIM PENYUSUN
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Sekretaris
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, MKes
Sunaryadi, SKM, MKes
Nuning Kurniasih, SSi, Apt
Boga Hardhana, SSi, MM
Evida Manullang, SSi
M. Syahrul Anam, Dr.
Wardah, SKM
Marlina Indah Susanti, SKM
Supriyono, SKM
Dewi Roro Kumbini, SS
Istiqomah, SS
Rida Sagitarina, Dra.
Sariyono
Sondang Tambunan

Kontributor
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Ditjen Pelayanan Medik
Ditjen PPM-PL
Ditjen Yanfar & Alkes
Badan Litbangkes
Badan PPSDMKes
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Kepegawaian
Biro Umum dan Humas
Pusat Promosi Kesehatan
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI


351.770 212
Ind
Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p
Profil Kesehatan Indonesia 2005. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2007
I. Judul

1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes.go.id
Web site: http://www.depkes.go.id

KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Indonesia 2005 merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun
sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data
dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal,
maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.
Profil Kesehatan Indonesia 2005 selain memuat informasi seperti profil kesehatan
sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2005, antara lain
munculnya kembali penyakit polio, flu burung dan gempa bumi di Nias. Namun demikian
Profil Kesehatan Indonesia 2005 masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data
yang masih belum bisa terkumpul, untuk itu akan kami masukan ke Profil Kesehatan
berikutnya. Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini dapat juga diakses melalui
http://www.depkes.go.id.
Profil Kesehatan Indonesia dengan segala keterbatasan dalam hal pengumpulan
datanya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya.
Mudah-mudahan Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini bermanfaat dalam mengisi
kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta,

2007

Kepala Pusat Data dan Informasi

DR. Bambang Hartono, SKM, MSc


NIP. 140 058 225

ii

SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Saya menyambut gembira terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2005 yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya
Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2005 dan menyusunnya menjadi
Profil Kesehatan Indonesia 2005.
Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak
kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi
secara lengkap. Dengan telah terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2005 yang juga memuat
kejadian-kejadian penting di tahun 2005, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya Profil Kesehatan Indonesia 2005.

Jakarta,

2007

Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH


NIP. 140 086 897

iii

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I:

PENDAHULUAN

BAB II:

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK


A. Keadaan Penduduk
B. Keadaan Ekonomi
C. Keadaan Pendidikan
D. Keadaan Lingkungan
E. Keadaan Perilaku Masyarakat

3
3
5
7
10
12

BAB III:

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


A. Mortalitas
B. Morbiditas
C. Status Gizi

15
15
23
54

BAB IV:

SITUASI UPAYA KESEHATAN


A. Pelayanan Kesehatan Dasar
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
C. Pengendalian Penyakit Menular
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
E. Perbaikan Gizi Masyarakat
F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana

59
59
69
73
83
85
88
91

BAB V:

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan

93
93
102
108

BAB VI:

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN BEBERAPA NEGARA


A. Kependudukan
B. Derajat Kesehatan

111
111
116

BAB VII:

PENUTUP

122

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN

***

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Lampiran 2.3
Lampiran 2.3.a
Lampiran 2.4
Lampiran 2.4.a
Lampiran 2.4.b
Lampiran 2.5
Lampiran 2.6
Lampiran 2.7
Lampiran 2.8

Lampiran 2.8.a

Lampiran 2.8.b

Lampiran 2.9
Lampiran 2.9.a
Lampiran 2.9.b

Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun


2005
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Provinsi Tahun 2005
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi
Tahun 2005
Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Wilayah Tahun
2005
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan)
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi
Tahun 2005 (Pedesaan)
Penduduk Menurut Provinsi, Daerah Perkotaan/Pedesaan dan Jenis
Kelamin Tahun 2005
Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Rumah Tangga Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Menurut Klasifikasi dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005
(Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005
(Perkotaan)
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005
(Perdesaan)
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status
Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status
Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan)
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status
Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan)

vii

Lampiran 2.10

Lampiran 2.10.a

Lampiran 2.10.b

Lampiran 2.11
Lampiran 2.12
Lampiran 2.12.a
Lampiran 2.12.b
Lampiran 2.13

Lampiran 2.14
Lampiran 2.15

Lampiran 2.16
Lampiran 2.17
Lampiran 2.18

Lampiran 2.19
Lampiran 2.19.a
Lampiran 2.19.b

Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut


Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perkotaan)
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2),
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat Tahun 2005
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Sebulan yang Lalu Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan
Provinsi Tahun 2005
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat Yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2005
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan)
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan)

viii

Lampiran 3.1
Lampiran 3.2
Lampiran 3.2.a
Lampiran 3.3
Lampiran 3.3.a
Lampiran 3.4
Lampiran 3.5
Lampiran 3.6
Lampiran 3.7
Lampiran 3.8
Lampiran 3.9

Lampiran 3.10
Lampiran 3.11
Lampiran 3.12
Lampiran 3.13
Lampiran 3.14
Lampiran 3.15
Lampiran 3.16
Lampiran 3.17
Lampiran 3.18
Lampiran 3.19
Lampiran 3.20

Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup,


dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2002-2003
Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2005
Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2005
Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2005
Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2005
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2005
Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2005
Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan
Penyakit TB Paru Tahun 2005
Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2005
Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan
Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember
2005
Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA
Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2005
Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri
Wulan Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2005
Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit
dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat
Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap
Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
ix

Lampiran 3.21
Lampiran 3.22
Lampiran 3.23
Lampiran 3.24
Lampiran 3.25
Lampiran 3.26
Lampiran 3.27
Lampiran 3.28

Lampiran 3.29
Lampiran 3.30

Lampiran 3.31
Lampiran 3.32
Lampiran 3.33
Lampiran 3.34
Lampiran 3.35
Lampiran 3.36
Lampiran 3.37
Lampiran 3.38
Lampiran 3.38.a
Lampiran 3.38.b
Lampiran 3.39
Lampiran 3.39.a

Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah


Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun
2005
Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2005
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2005
Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 20002005
Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001 2005
Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 2005
Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan
Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2004
Persentase Batita (0-35 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun
2005
Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun
2005
Distribusi Kasus Gizi Buruk Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Prevalensi Gizi Kurang Pada
Balita Menurut Provinsi Tahun 2005
Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005
Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005 (Perkotaan)
Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005 (Perdesaan)
Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Berat Badan Tahun 2005
Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Berat Badan Tahun 2005 (Perkotaan)
x

Lampiran 3.39.b
Lampiran 3.40
Lampiran 3.41
Lampiran 3.42
Lampiran 4.1
Lampiran 4.2
Lampiran 4.3

Lampiran 4.4

Lampiran 4.5

Lampiran 4.5.a

Lampiran 4.5.b

Lampiran 4.6
Lampiran 4.7
Lampiran 4.8
Lampiran 4.9
Lampiran 4.10
Lampiran 4.11
Lampiran 4.12
Lampiran 4.13

Persentase Balita 24 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan


Berat Badan Tahun 2005 (Perdesaan)
Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan
Ukuran LILA Tahun 2005
Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Kelompok Umur, Tipe
Daerah dan Ukuran LILA Tahun 2005
Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium
Menurut Provinsi Tahun 2002-2005
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005
Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi
Ibu Hamil dan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005
Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2005
Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi Tahun 2005
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perkotaan)
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perdesaan)
Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda
Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2005
Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat
Pelayanan dan Provinsi Tahun 2005
Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi
Tahun 2005
Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005
Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi (DPT1-Campak) pada Bayi
Menurut Provinsi Tahun 1998-2005
Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2005
Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2005
xi

Lampiran 4.14
Lampiran 4.15
Lampiran 4.16
Lampiran 4.17
Lampiran 4.18
Lampiran 4.19
Lampiran 4.20
Lampiran 4.21
Lampiran 4.22
Lampiran 4.23
Lampiran 4.24
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2

Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lampiran 5.5
Lampiran 5.6
Lampiran 5.7
Lampiran 5.8
Lampiran 5.9
Lampiran 5.10

Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut


Provinsi Tahun 2005
Pemeriksaan Radiodiagnostik Pada Rumah Sakit Umum Depkes dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2005
Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005 2006
Jumlah dan Persentase Balita yang Naik Berat Badannya dan Balita
Bawah Garis Merah Menurut Provinsi Tahun 2005
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2005
Cakupan Distribusi Tablet Besi pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun
2005
Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) dan Mendapat Kapsul Yodium
Menurut Provinsi Tahun 2004
Jumlah Kegiatan Farmasi pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda
Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah dan Persentase Penulisan Resep Obat Generik Menurut Provinsi
Tahun 2004
Penanganan Penyalahgunaan NAPZA pada RS di Indonesia Menurut
Kepemilikan Tahun 2005
Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2005
Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Keadaan Tahun 2005
Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rasionya terhadap
Penduduk, serta Rasio Pustu per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun
2000-2005
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2000-2005
Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per
Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2000-2005
Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2005
Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2005
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun
1995-2005
Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 1997 2005
Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut
Jenis dan Provinsi Tahun 2001 2005
Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi
Tahun 2001 2005

xii

Lampiran 5.11
Lampiran 5.12
Lampiran 5.13
Lampiran 5.14
Lampiran 5.15
Lampiran 5.16
Lampiran 5.17
Lampiran 5.18
Lampiran 5.19
Lampiran 5.20
Lampiran 5.21
Lampiran 5.22
Lampiran 5.23
Lampiran 5.24
Lampiran 5.25
Lampiran 5.26
Lampiran 5.27
Lampiran 5.28
Lampiran 5.29

Jumlah Unit Pengelola Obat (eks Gudang Farmasi) Kabupaten/Kota


Menurut Provinsi Tahun 2002-2005
Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Menurut Provinsi Tahun 2005
Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi
Tahun 2005
Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun
2005
Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan
Provinsi Tahun 2005
Rekapitulasi Institusi Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan dan
Provinsi per Maret 2005
Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Politeknik
Kesehatan Tahun 2005
Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2005
Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Status
Kepemilikan Tahun 2005
Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang Bekerja di Rumah
Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2005
Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Keadaan
Tahun 2005
Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Politeknik Kesehatan
Menurut Profesi
Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Non Politeknik
Kesehatan Menurut Profesi
Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2005
Jumlah Lulusan Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi
dan Kota Tahun 2005
Jumlah Pelatihan yang Dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes
Nasional Tahun 2005
Realisasi DIPA Menurut Pusat dan Daerah Per Provinsi dan Per Jenis
Belanja
Alokasi dan Realisasi Anggaran Depkes Tahun Anggaran 2005 Menurut
Eselon I
Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2005

xiii

Lampiran 5.30
Lampiran 6.1
Lampiran 6.2
Lampiran 6.3
Lampiran 6.4
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Lampiran 6.7

Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis


dan Provinsi Tahun 2005
Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN
Perbandingan Beberapa Data Indikator Derajat Kesehatan di Negara
ASEAN Tahun 2004
Perbandingan Data Cakupan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2004
Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004
Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005
Status Gizi Buruk dan BBLR di Negara ASEAN Tahun 2001 - 2003
Perbandingan Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan
yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara ASEAN Tahun
2004
***

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, dan
mengemban misi Membuat Rakyat Sehat, Departemen Kesehatan mempunyai empat
strategi utama yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005 ini berupaya untuk mengacu
kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan
pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan
digambarkan pada Bab V.
Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Indonesia 2005 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2005 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi.
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2005, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai
upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2005 ini. Gambaran tentang keadaan sumber
daya sampai dengan tahun 2005 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas
1

kesehatan yang ada sampai tahun 2005. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan
penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN. Bab ini menyajikan
perbandingan beberapa indikator tertentu seperti Angka Kematian Bayi, Angka Kematian
Balita, Angka Kematian Kasar, Umur Harapan Hidup, Cakupan Imunisasi juga tentang
beberapa prevalensi penyakit tertentu, seperti Campak, HIV/AIDS, dan Tuberkulosis di
antara Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN.
Bab VII - Penutup.

***

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Indonesia terdiri atas banyak pulau dan kepulauan dengan karakteristik budaya
penduduk yang beragam, mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang berbeda, termasuk
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain
berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2005
secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota.
Wilayah tersebut meliputi 5.263 kecamatan, 62.806 desa, dan 7.123 kelurahan. Dalam uraian
bab ini, data yang berasal dari Statistik Kesra 2005 tidak mengikutsertakan 3 provinsi, yaitu
Provinsi Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Provinsi
NAD tidak diikutsertakan karena penghitungan data penduduk dilakukan tidak bersamaan
dengan 30 provinsi lainnya. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per
provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Adapun gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2005 yang
diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan
lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
Sesuai dengan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2005, jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar 218.868.791 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduk 2005 sebesar 117,6 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan di luar Jawa. Provinsi yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 11.968,8 jiwa per km2.
Provinsi DI Yogyakarta merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke2 dengan kepadatan 1.067,2 jiwa per km2. Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3
masih berada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat sebesar 1.055,3 jiwa per km2. Provinsi-provinsi
di Papua, Pulau Kalimantan, dan Kepulauan Maluku memiliki kepadatan penduduk yang
relatif rendah. Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 5,9 jiwa per km2.
Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2
yaitu sebesar 12,5 jiwa per km2, yang kemudian disusul oleh Kalimantan Timur dengan
kepadatan 14,6 jiwa per km2.
Persebaran penduduk sampai dengan tahun 2005, baik antar pulau maupun antar
provinsi masih sangat timpang. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk antar pulau
yang menunjukkan lebih dari separuh penduduk Indonesia (58,7%) berada di Pulau Jawa
(yang luas wilayahnya hanya 7% wilayah Indonesia); 21% berada di Pulau Sumatera; 7,2% di
Sulawesi; 5,5% di Kalimantan; 5,4% di Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali; dan hanya 2,1%
yang berada di Kepulauan Maluku, dan Papua. Jumlah penduduk dan angka kepadatan
penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
Menurut hasil SUPAS 2005, persentase penduduk menurut tipe wilayah menunjukkan
bahwa jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan masih lebih besar daripada yang
tinggal di wilayah perkotaan, yaitu sebesar 56,88% di wilayah perdesaan dan yang bertempat
3

tinggal di wilayah perkotaan sebesar 43,12%. Provinsi dengan persentase penduduk tinggal di
kota tertinggi adalah DKI Jakarta (100%) disusul oleh Kepulauan Riau (79,39%) dan DI
Yogyakarta (59,14%). Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang tinggal di
perkotaan terendah adalah Nusa Tenggara Timur (15,60%) disusul oleh Sulawesi Tengah
(19,97%), dan Lampung (20,97%).
Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 107.274.528 jiwa penduduk laki-laki dan 106.100.759 jiwa penduduk
perempuan. Dengan demikian rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 101,11. Rasio
penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua, yaitu sebesar 112,34,
Kalimantan Timur (109,71) dan Kepulauan Bangka Belitung (109,00). Sedangkan yang
terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 93,49, Sulawesi Selatan sebesar
94,78 dan Sumatera Barat sebesar 97,49. Jumlah penduduk menurut provinsi, daerah
perkotaan/perdesaan dan jenis kelamin terdapat pada Lampiran 2.2, 2.3 dan 2.3.a.
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa
penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,04%, yang berusia produktif (15-64
tahun) sebesar 66,31%, dan yang berusia tua (U> 65 tahun) sebesar 4,65%. Dengan demikian
maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2005
sebesar 50,81%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 sebesar
52,26%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur
sebesar 71,67%, disusul oleh Sulawesi Tenggara sebesar 61,98%, dan Maluku Utara sebesar
61,44%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta
sebesar 37,22%, disusul oleh Kepulauan Riau sebesar 40,92% dan DI Yogyakarta sebesar
43,77%. Berdasarkan wilayah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar
dibandingkan perkotaan, yaitu 54,89% berbanding 45,73%. Rincian jumlah penduduk
menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 2.4, 2.4.a, dan 2.4.b.
Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada
kelompok umur 15 49 tahun dan umur 50 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk
secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005
75 +
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 -59
50 - 54

Usia

45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 -19
10 - 14
5-9
0-4
6

Persentase
Laki-Laki

Perempuan

Sumber : BPS, SUPAS 2005

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan
menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun
2003 tumbuh sebesar 4,88% dan tahun 2004 meningkat menjadi 5,13%. Pada tahun 2005
kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat yang mencapai 5,60%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tiga
tahun terakhir, ternyata tidak diimbangi dengan penurunan laju inflasi. Data BPS
menyebutkan bahwa tahun 2003 laju inflasi sebesar 5,06 %. Angka ini merangkak naik
menjadi 6,40% pada tahun 2004, hingga pada tahun 2005 laju inflasi mencapai 17,17 %
(Januari November 2005).
Statistik Kesra Tahun 2005 menampilkan persentase rumah tangga yang memiliki
bukti kemiskinan dan memanfaatkannya. Bukti kemiskinan tersebut berupa JPK-MM, Kartu
Sehat, JPK-Gakin, Kartu Miskin dan Surat Miskin. Secara nasional persentase rumah tangga
yang memiliki bukti kemiskinan sebesar 12,12%. Angka tersebut tidak termasuk Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, karena waktu penghitungan yang tidak bersamaan. Provinsi
dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar (37,44%) yang disusul oleh
Nusa Tenggara Barat (26,56%) dan Gorontalo (24,06%).
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang
terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penentuan GKM berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan
dasar, baik makanan maupun non makanan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
Februari 2005 sebesar 35,10 juta (15,97%) yang kemudian meningkat menjadi 39,05 juta
pada bulan Maret 2006 (17,75%). Dengan demikian terjadi peningkatan penduduk miskin
sebesar 3,95 juta.

40

20

35

15

30
Jumlah
(Juta)

2000 2001 2002 2003 2004 2005


38,7 37,9 38,4 37,3 36,2 35,1

Persentase 19,1 18,4 18,2 17,4 16,7


(%)
Tahun

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2005, BPS

16

10

Persentase (%)

Jumlah (Juta)

GAMBAR 2.2
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
TAHUN 2000 - 2005

Indeks Kedalaman Kemiskinan di Indonesia menurut BPS pada tahun 2005 adalah
2,78. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 sebesar 2,89. Penurunan serupa juga
terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang pada tahun 2004 sebesar 0,78, kemudian
turun menjadi 0,76 pada tahun 2005. Selama periode 1999-2005, baik indeks kedalaman
kemiskinan maupun indeks keparahan kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang
menurun.
GAMBAR 2.3
INDEKS KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN
TAHUN 1999 - 2005
6

Indeks

5
4
3
2
1
0

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

P2

1.23

1.02

0.97

0.79

0.85

0.78

0.76

P1

4.33

3.51

3.42

3.01

3.13

2.89

2.78

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2005, BPS

Menurut data Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, hingga tahun 2005


jumlah kabupaten/kota tertinggal mencapai 197 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 yang sebesar
199. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat,
yaitu sebesar 100%, disusul oleh Papua yang sebesar 95%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar
93,75%. Jumlah dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.6.
Pada tahun 2005, dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin
pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari dana kompensasi BBM.
Berdasarkan Instruksi Presiden No. 12 tahun 2005 dilakukan Pendataan Sosial Ekonomi 2005
oleh BPS dengan tujuan untuk memperoleh daftar nama dan alamat rumah tangga yang layak
menerima BLT.
Klasifikasi rumah tangga miskin penerima BLT dibagi menurut 3 klasifikasi yaitu
sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Jumlah rumah tangga miskin tercatat sebesar
12.131.303, terdiri dari 3.894.314 rumah tangga kategori sangat miskin, 8.236.989 rumah
tangga kategori miskin dan 6.969.602 kategori hampir miskin. Kemudian dengan mencoba
matching 83%, kesetaraan terhadap garis kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin penerima
Bantuan Langsung Tunai (BLT) 10.068.981 rumah tangga (Lampiran 7). Provinsi dengan
persentase tertinggi rumah tangga miskin penerima BLT (terhadap total rumah tangga
penerima BLT)) adalah Jawa Timur, yaitu sebesar 16,95%, Jawa Tengah (16,60%), dan Jawa
Barat (15,21%). Sedangkan yang terendah di Kepulauan Bangka Belitung (0,18%),
6

Kepulauan Riau (0,39%), dan Maluku Utara (0,34%). Rincian jumlah dan persentase rumah
tangga miskin penerima BLT menurut klasifikasi dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.7.
GAMBAR 2.4
PERSENTASE RUMAH TANGGA MISKIN PENERIMA BLT
MENURUT KLASIFIKASI TAHUN 2005
Sangat
miskin
20,39%

Hampir
miskin
36,49%

Miskin
43,12%

Sumber: BPS, 2006

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat
membaca huruf latin pada tahun 2005 sebesar 69,35%. Sedangkan mereka yang dapat
membaca huruf lainnya sebesar 1,03%, huruf latin dan lainnya sebesar 21,53% dan yang buta
huruf sebesar 8,09%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang terdiri dari
penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya adalah 91,91%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
98,84%, menyusul DKI Jakarta sebesar 98,48% dan Riau 98,04%. Sedangkan persentase
melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 73,56%, disusul oleh Nusa Tenggara
Barat sebesar 81,73%, dan Sulawesi Tengah sebesar 86,28%. Penduduk berumur 10 tahun ke
atas menurut kepandaian membaca dan menulis per provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 2.8.
Pada tahun 2005, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum
pernah bersekolah sebesar 7,82%. Sedangkan yang masih bersekolah sebesar 19,24%, terdiri
atas 8,05% bersekolah di SD/MI, sebesar 6,02% di SLTP/MTs, sebesar 3,75% di SMU/SMK,
dan 1,42% di Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 72,94% sudah tidak bersekolah lagi.
Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah
sekolah di perdesaan (10,63%) lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan (4,31%).
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan dan wilayah yang
lebih rinci terdapat pada Lampiran 2.9, 2.9.a, dan 2.9.b.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2005 dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara
umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,14%, kelompok umur 13-15 tahun
sebesar 84,02% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,86%. Semakin tinggi kelompok
7

umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah,
APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan.
Layaknya APS, Angka Partisipasi Murni yang menunjukkan banyaknya penduduk
usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya
bervariasi berdasarkan golongan umur maupun tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan
sebesar 92,76%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,58%. APM
SLTP di perkotaan sebesar 72,74%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar
60,17%. Sedangkan APM SMU di perkotaan sebesar 56,81% dan di perdesaan hanya
32,75%. Secara nasional APM SD sebesar 93,25%, APM SLTP sebesar 65,37%, dan APM
SMU 43,50%.
TABEL 2.1
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2005
Kelompok Umur (Tahun)

Daerah/Jenis Kelamin

7-12

13-15

16-18

Perkotaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

97,82
98,14
97,98

90,07
89,08
89,59

66,48
64,33
65,41

Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

96,38
96,75
96,56

79,27
80,98
80,09

44,24
44,84
44,52

Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

96,96
97,32
97,14

83,70
84,37
84,02

53,96
53,75
53,86

Sumber : Statistik Kesra, 2005


TABEL 2.2
ANGKA PARTISIPASI MURNI MENURUT TIPE DAERAH ,
JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2005
Kelompok Umur (Tahun)

Daerah/Jenis Kelamin

SD

SLTP

SMU

Perkotaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

92,95
92,59
92,76

72,13
73,39
72,74

57,86
55,77
56,81

Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

93,57
93,59
93,58

58,94
61,50
60,17

32,48
33,04
32,75

Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

93,31
93,18
93,25

64,34
66,47
65,37

43,57
43,43
43,50

Sumber : Statistik Kesra, 2005

Di Indonesia pada tahun 2005, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang
tidak memiliki ijazah/STTB sebanyak 29,28%. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah/STTB
yang dimiliki yakni SD/MI sebanyak 32,34%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,06%, tamat
SMU/MA/SMK sebanyak 17,07%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar
4,25%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki
ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 21,32%.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau
lebih tinggi adalah DKI Jakarta (44,15%), Kepulauan Riau (41,20%) dan DI Yogyakarta
(33,60%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (12,83%), Kalimantan
Barat (14,96%), dan Gorontalo (15,67%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas
menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10.
TABEL 2.3
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2005
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Daerah/Jenis
Kelamin

Tidak
Memiliki

SD/
MI

SLTP/
MTs

SMU/
MA

SMU
Kejuruan

Dipl I/
Dipl II

Akademi/
Dipl III

Dipl IV/
S1/S2/
S3

Jumlah

Perkotaan
Laki-laki
Perempuan
L+P

17,09
22,62
19,88

25,37
27,26
26,32

19,43
19,23
19,33

21,53
18,76
20,13

8,18
5,36
6,76

0,95
1,34
1,15

1,94
1,76
1,85

5,51
3,64
4,59

100
100
100

Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
L+P

32,82
40,82
36,82

37,86
36,45
37,16

16,63
13,86
15,24

8,08
5,83
6,96

2,84
1,64
2,24

0,53
0,60
0,57

0,31
0,26
0,29

0,93
0,55
0,74

100
100
100

Perkotaan +
Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
L+P

25,86
32,68
29,28

32,33
32,34
32,34

17,87
16,26
17,06

14,03
11,61
12,82

5,20
3,30
4,25

0,72
0,93
0,82

1,03
0,93
0,98

2,96
1,95
2,45

100
100
100

Sumber : Statistik Kesra, 2005

Pada Tabel 2.3 di atas kita diketahui bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas
yang tidak memiliki ijazah/STTB di perdesaan (36,82%) lebih besar dibandingkan perkotaan
(19,88%). Perbedaan signifikan juga terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas
yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas. Pada perkotaan sebesar
34,48%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 10,08%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin
persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga
Universitas pada laki-laki (23,94%) lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan
(18,72%).

D. KEADAAN LINGKUNGAN
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
persentase rumah sehat dan persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih
relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga
menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit.
Cakupan rumah sehat pada tahun 2005 mencapai 69%, sedikit mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya walaupun masih di bawah target yang ditetapkan (75%), dapat
dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.
GAMBAR 2.5
TARGET DAN REALISASI CAKUPAN RUMAH SEHAT
TAHUN 2000 2005
80
70
60
50
Target

40

Realisasi

30
20
10
0
2000

2001

2002

2004

2005

Sumber : Profil Ditjen PP-PL, 2005

2. Akses Terhadap Air Minum


Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2005, sumber air minum yang
digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum
terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan,
ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air
minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai,
dan lainnya.
Statistik Kesra BPS Tahun 2005 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang
memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,67%, sedangkan persentase rumah tangga
yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 17,37%. DKI Jakarta merupakan
provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum
10

terlindung, yaitu 98,45%, disusul oleh Bali (92,33%) dan DI Yogyakarta (90,62%).
Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah
berada di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 53,86%, disusul oleh Bengkulu
(56,92%) dan Papua (57,94%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian
besar memiliki sumur terlindung dengan persentase 35,63%. Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 17,99%, kemudian
pompa (13,73%), mata air terlindung (8,52%), air kemasan (4,06%) dan air hujan (2,70%).
Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia, sebagian
besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,75%, disusul oleh mata air tak
terlindung sebesar 3,96%, air sungai sebesar 3,21% dan lainnya sebesar 0,45%. Persentase
rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan
pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b.
GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR MINUM TAHUN 2005
Tak Terlindung
17.37%

Terlindung
82.67%

Sumber : Statistik Kesra, 2005

Kualitas air minum merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan,
sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu indikator kualitas air minum
yang sering digunakan adalah kualitas bakteriologi yang terdiri dari unsur E.Coli dan Total
Coliform. Pada tahun 2003 kualitas bakteriologi air minum sebesar 79,91%, angka ini sedikit
menurun pada tahun 2004 menjadi 79%, kemudian mengalami peningkatan menjadi 79,8%
pada tahun 2005.
GAMBAR 2.7
CAKUPAN AIR MINUM YANG MEMENUHI
SYARAT KUALITAS BAKTERIOLOGI
TAHUN 2001 - 2005
90
80
70
60
Cakupan (%)

50
40
30
20
10
0
Cakupan
(%)

2001

2002

2003

2004

2005

74,11

64,87

79,91

79

79,8

11

Tahun

Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung di


wilayah perkotaan lebih
tinggi
daripada
di wilayah
perdesaan, yaitu 93,8% di wilayah
Sumber:
Profil
Ditjen PP&PL,
Depkes, 2005
perkotaan, dan 74,03% di wilayah perdesaan. Persentase rumah tangga menurut sumber air
minum per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.12.
3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar juga diperhatikan dalam
menentukan kualitas hidup penduduk. Statistik Kesra Tahun 2005 membagi rumah tangga
berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri dari; sendiri, bersama,
umum, dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri
fasilitas tempat buang air besar sebesar 60,28%, rumah tangga yang memiliki bersama
13,60%, umum sebesar 6,18% dan tidak ada sebesar 19,93%.
Terdapat perbedaan signifikan antara persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas
tempat buang air besar di perkotaan dan perdesaan. Persentase di perkotaan sebesar 71,41%,
sedangkan di perdesaan sebesar 51,78%. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang
memiliki fasilitas tempat buang air besar tertinggi adalah Riau sebesar 79,50% menyusul
Kepulauan Riau sebesar 78,71% dan Lampung sebesar 75,48%. Sedangkan persentase rumah
tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo
sebesar 29,18% menyusul Nusa Tenggara Barat sebesar 34,54% dan Papua sebesar 44,26%.
Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 2.14.
GAMBAR 2.7
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
TAHUN 2005

Tidak Ada
19.93%
Umum
6.18%

Sendiri
60.28%

Bersama
13.6%

Sumber : Statistik Kesra, 2005

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang berobat
jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal (perkotaan dan
perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang lalu menurut
12

tempat/cara berobat, jenis obat yang digunakan dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah
disusui. Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2005.
1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan
Statistik Kesra Tahun 2005 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih
untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu ternyata
lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 69,88%
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih untuk
mengobati sendiri. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 sebesar 72,44%.
Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,43% dari seluruh penduduk
yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 38,21%.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu
dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu 46,51%
yang disusul oleh Nusa Tenggara Timur, 44,38% dan Jawa Barat sebesar 38,07%. Sedangkan
provinsi dengan persentase terendah adalah Riau (22,53%), Kalimantan Tengah (24,23%),
dan Maluku (24,37%).
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama
sebulan yang lalu, Provinsi Gorontalo menempati urutan teratas dengan persentase sebesar
77,88%, disusul oleh Maluku sebesar 77,62% dan Kalimantan Selatan sebesar 77,35%.
Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang mengobati sendiri keluhan kesehatan
yang dialami selama sebulan yang lalu adalah Papua (47,14%), Nusa Tenggara Timur
(55,71%) dan Bali (62,94%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.16.
2. Tempat Penduduk Berobat Jalan
Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan
memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu Rumah
Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu, Praktek Nakes,
Praktek Batra dan Dukun Bersalin. Menurut Statistik Kesra Tahun 2005, tempat yang paling
banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 35,16%, disusul oleh praktek
Dokter sebesar 26,59%, dan Praktek Nakes sebesar 20,34%.
Persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas pada tahun 2005 mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2004 tercatat sebesar 37,26%). Jumlah
tersebut merupakan peningkatan dari tahun 2003 yang sebesar 33,11%. Pada tahun 2005,
tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar
adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 66,60%, disusul oleh Maluku sebesar 56,83% dan
Kalimantan Tengah 52,70%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang berobat
jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Sumatera Utara sebesar 22,27%, disusul oleh Bali
sebesar 27,51% dan Jawa Timur yang sebesar 27,97%. Rincian per provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 2.17.
3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui
Statistik Kesra Tahun 2005 juga menampilkan informasi mengenai persentase anak
yang pernah disusui berdasarkan lamanya disusui. Indikator ini dikelompokkan menjadi 5
kategori, yaitu 0 bulan, < 5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23 bulan, dan > 24 bulan.
Sebagian besar anak umur 2-4 tahun disusui selama > 24 bulan, hal ini terlihat dari persentase
13

sebesar 42,80% yang kemudian disusul oleh bayi 12-17 bulan (21,86%), dan bayi 18-23
bulan (21,21%).
Wilayah dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi
adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 57,87%, disusul oleh Jawa Tengah (52,37%) dan
Kalimantan Selatan (50,01%). Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Maluku
(14,12%), disusul oleh Sumatera Utara (21,59%) dan Kepulauan Riau (23,39%). Secara
nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24 bulan mengalami fluktuasi selama 3 tahun
terakhir. Pada tahun 2003, persentase mencapai 43,08%, angka ini turun menjadi 41,36%
pada tahun 2004 yang kemudian kembali naik pada tahun 2005 mencapai 42,80%. Rincian
per provinsi dan wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2.19, 2.19.a, dan 2.19.b.
Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2005
secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti kependudukan,
perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang
memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.

***

14

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan


situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.
A. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan
diuraikan di bawah ini.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai
sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI).
Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
TAHUN 1995 S.D TAHUN 2003
60
55
Estimasi AKB

50

54

52

50
44

40

47

50
35

30
20
10
0
1995

Sumber:

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002-2003

Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995),


Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003

Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
15

kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 20022003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB
terendah adalah Bali (14 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (20 per 1.000 kelahiran
hidup), dan Sulawesi Utara (25 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di
Provinsi Gorontalo (77 per 1.000 kelahiran hidup), Nusa Tenggara Barat (74 per 1.000
kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (67 per 1.000 kelahiran hidup).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula
AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di
perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut
ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
GAMBAR 3.2
ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT
LATAR BELAKANG TEMPAT TINGGAL, 2002-2003

GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, 2002-2003
23

SMP+

Perdesaan

52
36

Tidak tamat SMP

43

Tamat SD

Perkotaan

32
65

Tidak tamat SD

10

20

30

40

50

67

Tidak sekolah

60

20

40

60

80

GAMBAR 3.4
ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT
LATAR BELAKANG INDEKS KEKAYAAN, 2002-2003
17

Atas

36

Tengah atas

44

Tengah

50

Tengah bawah

61

Terendah
0

10

20

30

40

50

60

70

Pada tahun 2000, AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup,
kemudian meningkat tajam pada tahun 2001 dan 2002 menjadi 42,9 dan 40,6 per 1.000
kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar
22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan
menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi
23,7 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi selama kurun waktu 5 tahun (2001-2005) angka
kematian bayi tidak bisa menurun seperti pada tahun 2000 (15,8). Tabel 3.1 di bawah ini
merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 20002005.

16

TABEL 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2005
Tahun

Jumlah RS

2000
2001
2002
2003
2004
2005

1.145
1.178
1.215
1.234
1.246
1.268

Jumlah Lahir Jumlah Kelahiran Hidup di


AKB per 1.000 KH
Mati
Rumah Sakit
2,546
158.972
15,8
7,226
161.073
42,9
5,381
127.053
40,6
3,160
135.094
22,9
3,321
109.297
29,4
3,220
132.745
23,7

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.
TABEL 3.2
DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA
PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2005
No

DTD

0.12

ICD -10
A33

Golongan Sebab Sakit


Tetanus neonatorum

Mati

245

P00 - P04

6.87

246

P05 - P 07

2.606

38.85

247

P10 - P 15

Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit
kehamilan persalinan dan kelahiran
Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang
berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah
Cedera lahir

461

51

0.76

248

P20 - P 21

Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir

1.876

27.97

249

P22 - P 28

724

10.79

250

P35 - P 37

Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan dengan masa


perinatal
Penyakit infeksi dan parasit kongenital

516

7.69

251

P38 - P39

Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal

138

2.06

252

P55

Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir

26

0.39

10

253.9

255

3.8

6.707

100

54

P08,P29,P50-P54, Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal


P56-P94, P96
Jumlah

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

17

%
0.81

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan
kematian anak balita perempuan pada kurun waktu 1998-2000.
Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar
73 per 1.000 kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998.
Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per
1.000 kelahiran hidup. Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan
kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa
AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2002-2003 provinsi dengan AKABA terendah adalah Bali (19 per 1.000 kelahiran hidup), DI
Yogyakarta (23 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (33 per 1.000 kelahiran
hidup). Sedangkan AKABA tertinggi di Nusa Tenggara Barat (103 per 1.000 kelahiran
hidup), Gorontalo (97 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (92 per 1.000
kelahiran hidup). Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 2003 disajikan pada
Tabel 3.3 berikut ini.
TABEL 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1995 2003

Tahun

Estimasi SUPAS 1995


Laki-laki Perempuan Laki-laki +
Perempuan

Estimasi
SUSENAS

1995
73
1998
71,36
57,61
64,28
64
1999
66,44
53,05
59,55
2000
50,77
39,00
44,71
2001
64
2002-2003
Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (Estimasi SUPAS 1995),
Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003

SDKI 20022003

46

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


AKI diperoleh melalui berbagai survei yang dilakukan secara khusus, seperti survei di
rumah sakit dan beberapa survei di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas.
Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas
dibanding survei-survei sebelumnya.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten, digunakan data hasil
SKRT. Menurut SKRT, AKI menurun dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986
menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI.
Pada tahun 2002-2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI. Hal
ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin
dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila
penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut di masa mendatang
sulit tercapai. Angka yang didapat dari berbagai survei tersebut disajikan pada Gambar 3.5 berikut ini.
18

GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
HASIL SDKI DAN SKRT, TAHUN 1982 2003
500
450

450

450

425

Perkiraan AKI

400

390

373

350

334

307

300
250
200
150
100
50
0
1982

1986

1992

1994

1995

1997

2002-2003

Sumber: SDKI 1982, 1994, 1997, 2002-2003


SKRT 1986, 1992, 1995

AKI yang dihasilkan oleh SKRT dan SDKI hanya menggambarkan angka nasional,
tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi.
Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2001-2005 cenderung menurun dari
7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2001 menjadi 0,9 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari
sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu maternal tahun 2001 - 2005 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2001 2005
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Jumlah Kematian Ibu


1.203
649
153
956
116

Jumlah Lahir Hidup


161.073
127.053
135.094
109.297
132.745

Kematian Per 1.000 KH


7,5
5,1
1,1
8,6
0,9

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen
Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.5 di bawah
ini.

19

TABEL 3.5
DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI
MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2005
No DTD

ICD-10

Golongan sebab sakit

O00 - O09
O14 - O15
O44
O46
O72
O60
O68

Kehamilan yang berakhir abortus


Eklamsia dan preeklamsia
Plasenta previa
Perdarahan antepartum
Perdarahan pasca persalinan
Persalinan prematur
Persalinan dengan penyulit gawat janin

44.872
8.379
4.726
2.346
8.212
3.142
3.280

26
4,91
2,77
1,37
4,81
1,84
1,92

95
197
40
16
71
31
8

0,21
2,35
0,85
0,68
0,86
0,99
0,24

Penyulit kehamilan, persalinan dan masa


nifas lainnya

95.768

56,09

214

0,22

1
2
3
4
5
6
7

234 - 236.9
237.0 - .1
238
238.9
241
242.1
242.2

237.9,238.1,
O10-O3,O16,O20239.0-240, 242.0, O25, O29-O30,O40242.3, 242.9,244 O43, O45,O47,064O67, O69,074-

Kasus

Jumlah

170.725

Mati

672

CFR

0.39

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%,
diikuti dengan kehamilan yanmg berakhir abortus (26%). Sedangkan jika dilihat dari nilai
CFR (Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia
dengan CFR 2,35%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 4,91% dari keseluruhan
kasus obstetri.
4. Angka Kematian Kasar (AKK)
Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per
1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian
pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per
1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka
kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995 2000 relatif stabil dengan penurunan yang
sangat kecil. Sedangkan angka kematian kasar menurut provinsi sangat bervariasi dengan
rentangan angka terendah sebesar 4,26 per 1.000 penduduk di Provinsi Riau dan tertinggi
sebesar 9,43 di Provinsi DI Yogyakarta.
TABEL 3.6
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA
TAHUN 2005
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Jumlah Kasus

Jumlah Mati
82.440
88.441
81.943
99.615
85.567

2.597.512
2.346.136
2.270.657
2.140.954
2.561.106

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

20

%
3,2
3,8
3,6
4,6
3,3

Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.
TABEL 3.7
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No

DTD

1
2
3
4
5
6
7

155
153
17
214,9
278
169
246

Sebab sakit

Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark


Perdarahan intrakranial
Septisemia
Gagal ginjal lainnya
Cedera intrakranial
Pneumonia
Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan
gangguan yang berhubungan dengan kehamilan
pendek dan berat badan lahir rendah
8
152,9
Penyakit jantung lainnya
9
104,9
Diabetes melitus YTT
10
007,1
Tuberkulosis paru lainnya
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Keterangan: [a]persen terhadap total kematian di rumah sakit

Jumlah Mati

%[a]

4.692
3.572
3.065
3.047
3.021
2.765
2.606

4,87
3,71
3,18
3,16
3,13
2,87
2,70

2.577
2.086
2.024

2,67
2,16
2,10

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)


Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan UHH waktu lahir. Angka
kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan
kenaikan UHH pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak
langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat
kesehatan masyarakat.
Umur Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi
UHH yang sebesar 52,41 tahun 1980 (SP 1980) meningkat menjadi 63,48 tahun 1995
(SUPAS 1995), dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Pada
tahun 2002 provinsi dengan UHH waktu lahir tertinggi adalah DI Yogyakarta (72,4 tahun),
DKI Jakarta (72,3 tahun), dan Sulawesi Utara (70,9 tahun). Sedangkan UHH waktu lahir
terendah di Nusa Tenggara Barat (59,3 tahun), Kalimantan Selatan (61,3 tahun), dan Banten
(62,4 tahun). Gambaran perkembangan umur harapan hidup waktu lahir dalam 10 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

21

TABEL 3.8
UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)
MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 2002
Tahun

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki + Perempuan

1992
60,42
64,15
62,34
1993
60,79
64,54
62,72
1994
61,16
64,92
63,1
1995
61,54
65,31
63,48
1996
61,91
65,71
63,86
1997
62,29
65,71
63,86
1998
62,63
66,45
64,59
1999
63,55
67,41
65,54
2000
63,45
67,3
65,43
66,20
2002[a]
Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (hasil SP 1990, 2000 dan estimasi SUPAS 1995)
[a]
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003

Tabel di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok
penduduk perempuan dari waktu ke waktu relatif lebih tinggi daripada umur harapan hidup
waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki. Rincian angka kematian bayi, angka
kematian balita, dan umur harapan hidup waktu lahir menurut provinsi tahun 2002 2003
dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan
kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Indikator-indikator tersebut adalah keseimbangan daya beli (purchasing power parity) dan
pendapatan (ekonomi), angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan
lanjutan (pendidikan) serta umur harapan hidup sejak lahir (kesehatan).
GAMBAR 3.6
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TAHUN 1996-2005
80

IPM

60

67.7

64.3

65.8

1996

1999

2002

69.6

40
20
0
2005

Sumber: BPS, Bappenas, UNDP

Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia sejak


tahun 1996 hingga 2005 cenderung meningkat. Pada tahun 1996 IPM 67,7 menjadi 69,6 pada
tahun 2005. Tahun 2005 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dicapai DKI Jakarta (76,1)
22

diikuti Sulawesi Utara (74,2) dan Riau (73,6). Sedangkan Papua, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur merupakan 3 provinsi dengan IPM terendah. Data IPM per provinsi
tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.a.

B. MORBIDITAS
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.
TABEL 3.9
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005
No

Golongan Sebab Sakit

1
2
3
4
5
6
7
8

Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya


Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya
Hipertensi esensial (primer)
Demam yang sebabnya tidak diketahui
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.)
Tuberkulosis paru lainnya
Diabetes melitus YTT

9
10

Penyakit pulpa dan periapikal


Gastritis dan duodenitis

Jumlah
Pasien
1,117,179
501,280
464,697
446,897
389,568
370,479
369,071
338,056

7.05
3.16
2.93
2.82
2.46
2.34
2.33
2.13

319,080
255,689

2.01
1.61

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2005 dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.
TABEL 3.10
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005

1
2
3
4
5
6
7
8

Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ( kolitis infeksi )


Demam tifoid dan paratifoid
Demam berdarah dengue
Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya
Cedera intrakranial
Kecelakaan angkutan darat
Demam yang sebabnya tidak diketahui
Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan Multipel

Jumlah
Pasien
193.856
81.116
77.539
69.92
59.468
54.463
50.376
49.477

9
10

Malaria (termasuk semua jenis malaria)


Pneumonia

42.633
42.512

No

Golongan Sebab Sakit

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006

23

%
7,52
3,15
3,01
2,71
2,31
2,11
1,95
1,92
1,65
1,65

Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit,
walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera
juga berada di peringkat atas.
Pada tahun 2005 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 7,05%, diikuti penyakit kulit
dan jaringan subkutan lainnya 3,16% dan hipertensi esensial (primer) 2,93%.
Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit, terbanyak adalah Diare
& gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,52%, diikuti penyakit
Demam tifoid dan paratifoid 3,15% dan penyakit Demam Berdarah Dengue 3,01%.
Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.2.a dan 3.3.a.
Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB
Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis,
Frambusia, dan Antraks.
a. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk Jawa-Bali
dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada Gambar 3.7
berikut ini.
GAMBAR 3.7
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA ()
DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (), TAHUN 1989 2005
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

1989

1990

1991 1992 1993 1994 1995 1996

1997

1998

0.21

0.17

0.14

0.12

0.3

A M I 28.06 24.1

27

API

0.12

0.19

0.17

0.07

0.08

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005


0.62

0.47

0.22

0.15

0.15

22.79 20.51 22.22 19.38 21.72 16.06 21.97 24.9 31.09 26.2

0.52

0.81

22.3

21.8

21.2

18.94

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Gambar di atas menunjukkan bahwa peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode
1997 2000. Pada bulan April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria
(Gebrak Malaria). Pada tahun 2001 2005 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun
24

2001 angka kesakitan Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada
tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menjadi
0,15 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria (termasuk
penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun
2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004,
18,94 per 1.000 penduduk pada tahun 2005.
Selama tahun 2005 terjadi KLB di Provinsi Kalimantan Barat (Kab. Melawi), Maluku
(Kab. Seram Bagian Timur), Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah), Kalimantan Selatan (Kab.
Hulu Sungai Selatan), Sumatera Utara (Kab. Samosir), Banten (Bayah), Kepulauan Bangka
Belitung (Kab. Bangka), Jambi, Sulawesi Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat dengan
jumlah penderita sebesar 10.560 penderita dan 97 orang meninggal. (sumber: Profil
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2005).
Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000
penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk
wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia
Timur dengan AMI tertinggi antara lain Papua (208,82), Nusa Tenggara Timur (100,49), dan
Maluku Utara (67,24). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan API tertinggi antara lain
Jambi (13,55), Kepulauan Bangka Belitung (11,18), dan Sumatera Utara (7,24).
Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5.
b. Penyakit TB Paru
Pelaksanaan penanggulangan penyakit TB Paru telah dapat menurunkan prevalensi
dari 122/100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 115/100.000 penduduk pada tahun
2003 dan 107/100.000 penduduk pada tahun 2005.

Tolok Ukur/Kegiatan
BTA Positif
BTA Negatif
Relaps/Kambuh
Ekstra Paru

Tabel 3.11
Proporsi Kasus TBC Menurut Tipe (Jenis)
Tahun 2001-2005
Tahun
2001
2002
2003
0,51
0,49
0,52
0,30
0,47
0,43
0,03
0,02
0,02
0,16
0,02
0,03

2004
0,60
0,36
0,02
0,02

2005
0,60
0,32
0,02
0,06

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2005, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 296.381 kasus.
Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 259.969 kasus, dengan 158.640 kasus
TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar
53,53 %. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru
tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.6.

25

GAMBAR 3.8
PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2005

Kambuh, 2%

Esktra Paru, 6%

BTA -, 32%

BTA+, 60%

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2005, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak
pada laki-laki sebesar 58,70 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah
kasus BTA positif yaitu sebanyak 28.541 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling
banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 20.906 kasus, di Provinsi Jawa Barat
terbanyak dengan 4.114 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.
c. Penyakit HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun
berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya
mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di
Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) melalui suntikan,
secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Saat ini Indonesia
telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated
level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya
pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Jumlah penderita
HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu
jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang
sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui dengan pasti.
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember
2005 sebanyak 9.565 kasus terdiri dari 4.244 kasus infeksi HIV dan 5.321 kasus AIDS, 1.332
kasus di antaranya telah meninggal dunia. Rate kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk
secara nasional sebesar 2,65. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 49,06 (18,51 kali angka
nasional), DKI Jakarta sebesar 23,15 (8,74 kali angka nasional), Bali sebesar 7,19 (2,71 kali
angka nasional), dan Maluku sebesar 5,75 (2,17 kali angka nasional). Kasus yang dilaporkan
telah meninggal dunia sebesar 25,03%.
Cara penularan AIDS pada tahun 2003 adalah melalui hubungan heteroseksual,
namun hingga akhir tahun 2005 cara penularan terbanyak yang dilaporkan adalah penularan
pada penyalahguna NAPZA suntik (Intravenous Drug User = IDU). Penularan yang terkait
dengan IDU tahun 2005 terjadi pada 48,9% kasus AIDS disusul penularan melalui hubungan
26

heteroseksual 39,4%, 5,5% tidak diketahui cara penularannya, melalui hubungan


homoseksual 4,8%, melalui perinatal 1,2%, dan melalui transfusi 0,1%.
Sepanjang tahun 2005, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.135 kasus (43,01%). Persentase kasus AIDS yang menggunakan
NAPZA suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Tengah (100%), Banten (90,48%)
dan Lampung (85,07%).
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000
penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan (IDU), dan persentase kasus per triwulan dapat dilihat pada
Lampiran 3.9, 3.10, dan 3.11.
GAMBAR 3.9
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2005
0.1
1.2

IDU

5.5
4.8

Heteroseks
48.9

Homoseks
Tidak diketahui

39.4

Perinatal
Transfusi

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIV/AIDS sampai dengan


Desember 2005.
GAMBAR 3.10
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI
BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 2005

GAMBAR 3.11
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI
BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 2005

4000
3500

2500

Jumlah kasus

Jumlah kasus

3000

2000
1500
1000
500

5500
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2001

2002

2003

2004

Kasus baru

219

345

316

1195

2638

Kasus
kum ulatif

826

1171

1487

2682

5321

0
2001

2002

2003

2004

2005

Kasus baru

732

648

168

649

875

Kasus
kum ulatif

1172

1904

2552

2720

3368

2005

Tahun
Tahun

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2005 dapat


digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu 4.363 penderita
(82%), perempuan sebanyak 851 penderita (16%), dan 107 penderita (2%) selebihnya tidak
diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29
27

tahun sebanyak 2.873 penderita (54,07%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 1.383
penderita (25,86%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 451 penderita (8,48%), kelompok
umur 15-19 tahun sebanyak 193 penderita (3,63%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak
115 penderita (2,18%), kelompok umur > 60 tahun sebanyak 32 penderita (0,62%), umur <1
tahun sebanyak 29 penderita (0,55%) kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 23 penderita
(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun 12 penderita (0,23%) dan tidak diketahui kelompok
umurnya sebanyak 210 penderita (3,95%), sebagaimana disajikan pada Gambar 3.12 berikut
ini.
GAMBAR 3.12
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2005

60

54.07

50
40
25.86

30
20

8.48
10
0.55

0.45

0.23

3.63

2.18

3.95
0.62

0
<1 thn

1-4 thn

5-14 thn

15-19 thn

20-29 thn

30-39 thn

40-49 thn

50-59 thn

>=60 thn

Tdk Diketahui

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS
di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (88,41%). Seperti diketahui bahwa
penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat
diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan
menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Dari Gambar 3.13 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate
AIDS menurut provinsi tahun 2005.
GAMBAR 3.13
CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

28

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada
dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati
peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia,
yaitu dengan persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan
ke-4 dengan persentase 7,38%. (Lampiran 3.2 dan 3.3)
Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita. Pada
tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus Pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 6 tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini.
TABEL 3.12
HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 2005

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Penderita
479.283
619.107
549.035
502.275
625.611
600.720

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2005 sebesar 204
balita yang terdiri dari 155 balita berumur di bawah 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun.
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (19912001), angka prevalensi penyakit Kusta secara
nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada
tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah
penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini
sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka
kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat
tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan.
Jumlah penderita menurun dari 120.000 pada tahun 1990 menjadi 21.537 pada tahun 2005.
Maka dengan sendirinya angka prevalensi menurun dari 5,9 menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan
29

penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi
penemuan penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109
kabupaten endemik pada tahun tersebut.
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000,
sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal
ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita Kusta di Indonesia.
Pada tahun 2005, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 21.537
kasus dengan 18.742 kasus (87,02%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler
(MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular. Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk
yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 9,05, disusul oleh Papua sebesar 4,67 dan
Gorontalo yang sebesar 3,54. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000
penduduk terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0,10 , disusul oleh Bengkulu sebesar 0,17
dan Sumatera Utara sebesar 0,23.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, di
antaranya 15.639 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (79,41%) sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 4.056 (20,59%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai
8,74% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 23 kecacatan
dari 33 kasus baru penyakit Kusta (69,7%) yang kemudian disusul oleh Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sebesar 25% (8 kecacatan dari 32 kasus baru) dan Provinsi Kalimantan
Selatan sebesar 20,72% (52 kecacatan dari 251 kasus baru). Situasi penyakit Kusta, jumlah
kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.13 dan 3.14.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.13 berikut.
TABEL 3.13
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000 2005

Jumlah Penderita Kusta


Tipe PB
Tipe MB
Semua Tipe
2000
11.267
3.430
14.697
2001
10.768
3.293
14.061
2002
12.376
3.853
16.229
2003
11.956
3.594
15.549
2004
12.957
3.715
16.672
2005
15.639
4.056
19.695
CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Tahun

CDR /100.000
Penduduk
7,22
6,91
7,77
7,29
8,99

Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,74% sudah mengalami kecacatan tingkat
II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program
yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta adalah
9,09% yang juga masih di atas indikator program (5%). Proporsi terbesar pada tahun 2005
terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 18,48%, disusul Nusa Tenggara Barat sebesar
12,71% dan Jawa Tengah sebesar 12,28%.
30

Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada


penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 di
bawah ini.
GAMBAR 3.14
PROPORSI KECACATAN TINGKAT II
PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2000 - 2005

% Cacat tingkat 2

8,9
8,6

8,5

8,74

8,4

8
7,7

7,5
7
2000

2001

2002

2003

2004

2005

Tahun

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.15
PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA
PENDERITA BARU KUSTA
TAHUN 2000-2005

% Penderita anak

12

10.2

10.05

10.6

10.7

2003

2004

8.9

10
8
6
4
2
0
2000

2001

2002
Tahun

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sementara itu, dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak
menyimpan kantong-kantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia.
Pada tahun 2005 ada 12 provinsi yang masih belum mencapai eliminasi Kusta, yaitu Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
Maluku Utara, dan Papua, sedangkan Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat
tidak ada datanya.

31

GAMBAR 3.16
PREVALENSI KUSTA TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit
yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang
dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus
Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15.
1) Tetanus Neonatorum
Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin
dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2005. Pada tahun
2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik
menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56%
pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%,
namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140
kasus. Hal ini diduga karena masih banyaknya ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi
TT.

300
250
200
150
100
50
0

80,00
60,00
40,00
20,00
2000

2001 2002

2003

2004 2005

Kasus

281

183

147

175

173

140

Meninggal

183

100

91

98

87

82

CFR (%)

65,12 54,64 61,90 56,00 50,29 58,57

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

32

0,00

CFR (%)

Jumlah kasus/kematian

GAMBAR 3.17
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM
DI INDONESIA TAHUN 2000 2005

Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16.
2) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467
dan CFR 0,48% (Lampiran 3.26). Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun
sebelumnya. Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada
tahun 2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada
tahun 2005.
Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002,
CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada
tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005.
Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 6 tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut.
TABEL 3.14
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK
TAHUN 2000-2005

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Frekuensi
KLB
101
32
247
89
97
122

Jumlah
Penderita
1.259
85
5.509
2.914
2.818
1.467

CFR (%)
0,3
1,6
1,45
0,3
1,56
0,48

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2005 dapat
dilihat pada Tabel 3.15 di bawah ini.
TABEL 3.15
JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2005

Umur
<1 tahun
1-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
>15 tahun
Jumlah

Kasus
1.855
5.513
4.391
2.233
1.850
15.842

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2005, dari 15.842 kasus penyakit campak, 13.731 kasus (86,67%)
diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit
campak menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15 dan 3.17.
33

Khusus untuk campak pada umur < 1 Tahun, Profil Ditjen PP-PL menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan kasus. Peningkatan ini nampak pada Angka Insidens (AI)
Campak per 10.000 umur < 1 tahun. Pada tahun 2001 AI sebesar 5,3 sempat turun menjadi
4,7 pada tahun 2002 kemudian naik menjadi 6,8 pada tahun 2003. Angka ini naik menjadi 7,0
pada tahun 2004, hingga naik kembali pada menjadi 9,38 pada tahun 2005.
GAMBAR 3.18
ANGKA INSIDENS (AI) CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK UMUR < 1 TAHUN
TAHUN 2001-2005

Angka Insidens

10
9.38

6.8

5.3
4.7

4
2
0
2001

2002

2003

2004

2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih
rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian
turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005.
Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun 2000-2005 disajikan pada Tabel
3.16 berikut ini.
TABEL 3.16
FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI
TAHUN 2000 2005

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Frekuensi KLB
34
29
43
54
34
29

Kasus
38
29
60
86
106
65

CFR (%)
26
21
13
23
9,4
13,85

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2005, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas
sebanyak 1.031 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan 980 kasus,
dengan kasus terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (422 kasus), diikuti Lampung
sebanyak 24 kasus. Jumlah kematian 1 kasus di Sumatera Selatan. Jumlah kasus penyakit
Difteri menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.18.
34

4) Pertusis/Batuk Rejan
Pada tahun 2005, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
685 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 199 kasus dan yang dirawat di
puskesmas sebanyak 4.759 kasus. Gambaran kasus Pertusis (Batuk Rejan) menurut kelompok
umur disajikan pada Tabel 3.17 berikut ini.
TABEL 3.17
KASUS PERTUSIS (BATUK REJAN) MENURUT UMUR TAHUN 2005

Umur
< 1 tahun
1-4 tahun
5-14 tahun
15-44 tahun
>45 tahun
Jumlah

Kasus
569
1.042
1.457
1.382
1.193
5.643

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada
tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.19.
5) Hepatitis (Hepatitis Klinis dan Hepatitis B)
Kasus Hepatitis secara nasional mengalami fluktuasi dalam 5 tahun terakhir yang
tercermin dalam Angka Insidens (AI) per 10.000 penduduk. Tahun 2001 tercatat AI sebesar
1,3 yang kemudian turun menjadi 0,60 pada tahun 2002. Kasus Hepatitis mengalami
peningkatan tahun 2003 dengan AI sebesar 1,40 yang kemudian kembali turun pada tahun
2004 menjadi 0,56. Setelah sempat turun AI kembali merangkak naik menjadi 0,9 pada tahun
2005.

40,000

2.00

30,000

1.50

20,000

1.00

10,000

0.50

2001 2002 2003 2004 2005

0.00

Jumlah kasus 26,75 12,99 29,59 12162 20,33


Angka
insiden

1.30

0.60 1.40

0.56

0.9

Sumber: Profil Ditjen PP-PL (Subdit Surveilans), Depkes RI

35

Angka insiden

Jumlah kasus

GAMBAR 3.19
JUMLAH KASUS DAN ANGKA INSIDEN HEPATITIS PER 10.000 PENDUDUK
TAHUN 2001 2005

Menurut Laporan pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan
di rumah sakit sebanyak 2.933 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.639 kasus
dengan kematian pada 8 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 13.938 kasus. Jumlah kasus
penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.20.
Pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 884 kasus terdiri dari
456 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 428 kasus rawat inap di rumah sakit. Sedangkan
terjadi kematian 5 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit Hepatitis B
menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.21.
6) Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Pada tanggal 21 April 2005, Laboratorium Bio Farma melaporkan hasil pemeriksaan
positif virus polio liar tipe P1 terhadap seorang penderita AFP anak laki-laki umur 20 bulan
di Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Temuan ini merupakan temuan yang sangat
mengejutkan setelah 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas dari virus polio liar. Pada tanggal 3
Mei 2005, Laboratorium GSL Mumbai mengidentifikasi bahwa virus polio liar Sukabumi
merupakan virus polio impor, karena strain virus tidak mempunyai kemiripan dengan virus
yang pernah diidentifikasi di Indonesia, tetapi mempunyai kemiripan dengan virus Sudan
yang bersirkulasi di Arab Saudi pada akhir tahun 2004 (akhir bulan Desember) yang
bertepatan dengan musim haji.
GAMBAR 3.20
KASUS POLIO LIAR DAN SEBARAN POLIO DI INDONESIA, 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Gambar 3.21 di bawah ini adalah bagan yang menggambarkan jumlah penemuan
kasus Polio per minggu. Pada awal periode ditemukan 1 kasus. Kemudian pada minggu
berikutnya tidak lagi ditemukan kasus. Namun, pada periode 27 Maret - 2 April, kembali
ditemukan 1 kasus Polio. Angka tersebut terus bertambah hingga pada puncaknya (34 kasus)
yaitu periode 29 Mei - 4 Juni bersamaan dengan dilaksanakannya mopping up putaran 1 (31
Mei 2005). Dua (2) minggu pasca pelaksanaan mopping up putaran 1, terjadi penurunan
signifikan terhadap temuan kasus Polio, yaitu 1 kasus. Hingga mopping up putaran kedua
tidak ditemukan lagi kasus Polio.

36

GAMBAR 3.21
KASUS POLIO DI INDONESIA, 2005
Mopping-Up
31 May 2005
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Mopping-Up
28 June 2005

6- 12

WPV c ases

27

3- 9

1- 7

8- 14

Mar

13- 19 20- 26
Mar

Mar

Mar -

Apr

10- 16 17- 23 24- 30


Apr

Apr

Apr

May

May

15- 21 22- 28
May

10

16

20

29

May May 18

34

5- 11 12- 18 19- 25

26

3- 9

J un

Jun

J un

J un- 2

J ul

10- 16 17- 23 24- 30 31 J ulJ ul

J ul

J ul

6 Aug

31

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berdasarkan jenis kelamin, 53% penderita Polio adalah laki-laki dan 47% adalah
perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 63% Polio menyerang anak berumur 12-35 bulan,
19% menyerang anak berumur 36-59 bulan, 14% menyerang anak di atas 60 bulan dan yang
paling rendah menyerang anak berumur 0-11 bulan (4%).
Pada tahun 2005, jumlah kasus AFP sebanyak 1.939 kasus, dengan AFP Rate per
100.000 penduduk sebesar 3,12 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,44.
Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (349 kasus) diikuti Jawa Timur (319
kasus) dan Banten (253 kasus).
Berdasarkan klasifikasi klinis diketahui kasus virus polio liar sebanyak 303 kasus.
Dari 10 provinsi yang ditemukan virus polio liar, terbanyak di Provinsi Banten (161), Jawa
Barat (59) dan Lampung (26). Terdapat 8 kasus kematian akibat AFP sepanjang tahun 2005
yang seluruhnya di Provinsi Banten. Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus
AFP Polio menurut kriteria klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.22, 3.23 dan 3.24.
7) Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang dikeluarkan oleh
basil tetanus (Clostridium tetani) yang hidup secara anaerobic pada luka. Ciri khas dari
tetanus adalah adanya kontraksi otot disertai rasa sakit, terutama otot leher kemudian diikuti
dengan otot-otot seluruh badan. Gejala pertama yang muncul yang mengarahkan kita untuk
memikirkan tetanus pada anak usia lebih tua dan orang dewasa adalah jika ditemukan adanya
kaku otot pada abdomen. Kejang seluruh tubuh dapat terjadi akibat rangsangan. Posisi yang
khas pada penderita tetanus yang mengalami kejang adalah terjadinya opisthotonus dan
ekspresi wajah yang disebut dengan risus sardonicus.
37

Spora tetanus masuk ke dalam tubuh biasanya melalui luka tusuk yang tercemar
dengan tanah, debu jalanan atau tinja hewan dan manusia, spora dapat juga masuk melalui
luka bakar atau luka lain yang sepele atau tidak dihiraukan, atau juga dapat melalui injeksi
dari jarum suntik yang tercemar yang dilakukan oleh penyuntik liar. Tetanus kadang kala
sebagai kejadian ikutan pasca pembedahan termasuk setelah sirkumsisi.
Semua orang rentan terhadap tetanus. Pemberian imunisasi aktif dengan tetanus
toxoid (TT) dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan paling sedikit selama 10
tahun setelah pemberian imunisasi lengkap. Kekebalan pasif sementara didapat setelah
pemberian Tetanus Immunoglobin (TIG) atau setelah pemberian tetanus anti serum.
Pada tahun 2005, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
473 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 922 kasus dan 43 di antaranya
meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 380 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus
menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.25.
Khusus untuk kasus tetanus pada kelompok umur < 1 tahun, terdapat kecenderugan
penurunan dalam 5 tahun terakhir yang tercermin dalam AI per 10.000 penduduk umur < 1
tahun. Tahun 2001 AI sebesar 0,15 turun menjadi 0,13 pada tahun 2002, lalu kembali turun
hingga 0,11 pada tahun 2003. Tahun 2004 tercatat AI sebesar 0,09 hingga pada tahun 2005
AI sebesar 0,04 per 10.000 penduduk umur < 1 tahun.
g. Penyakit Potensial KLB/Wabah
Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan KLB maupun wabah. Frekuensi
KLB tertinggi adalah Diare, Demam Berdarah Dengue, Rabies, Campak dan keracunan
makanan. Sedangkan CFR tertinggi adalah Difteri (13,85%, yaitu 9 kematian dari 65 kasus).
Penyakit yang menimbulkan KLB di Indonesia pada tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.26.
1). Penyakit Diare
Tingkat kematian Diare pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2005, CFR akibat diare sebesar 2,51% dengan 127 orang meninggal dari
5.051 kasus. Angka ini lebih tinggi jika kita bandingkan dengan tahun 2004, yaitu 1,6% dengan
23 orang meninggal dari 1.436 kasus. Namun demikian, CFR tahun 2005 tetap lebih rendah
dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 2,77% dengan 128 orang meninggal dari 4.622 kasus.
Perkembangan KLB Diare enam tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.18 di bawah ini.
TABEL 3.18
KLB DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB,
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 2005

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Jumlah Provinsi
dengan KLB
16
12
15
22
16
12

Jumlah Kasus
5.680
4.428
5.789
4.622
1.436
5.051

Meninggal
109
100
94
128
23
127

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2005

38

CFR (%)
1,92
2,26
1,62
2,77
1,60
2,51

Dari 12 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian
tertinggi akibat Diare adalah Sulawesi Tengah, yaitu 18,84% (13 meninggal dari 69 kasus),
disusul oleh Papua dengan CFR sebesar 7,61% (37 kasus meninggal dari 486 kasus) dan
Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,26% (7 meninggal dari 133 kasus). Jumlah kasus,
meninggal dan CFR Diare tiap provinsi dari tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.27.
2) Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah
provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2005 sebanyak 330
kabupaten/kota (75% dari seluruh kab/kota). Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan
angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan,
namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode
antara 2 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun.
Pada tahun 2005, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 95.279 kasus dengan
angka kematian (CFR) sebesar 1,36% dan angka insiden sebesar 43,42 kasus per 100.000
penduduk. . Perkembangan angka insiden dan angka kematian karena DBD pada tahun 2000
2005 dapat dilihat pada Gambar 3.22 di bawah ini.
GAMBAR 3.22
ANGKA INSIDEN (PER 100.000 PENDUDUK) DAN CFR (%)
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 2005
3.0

50.00

2.0

30.00
1.5

20.00
1.0

10.00
0.00

Angka insiden
CFR (%)

CFR (%)

Angka insiden
per 100.000 penduduk

2.5

40.00

0.5
2000

2001

2002

2003

2004

2005

10.17

15.99

19.24

23.87

37.11

43.42

2.0

1.4

1.3

1.5

1.2

1.36

0.0

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi pada tahun 2005 adalah DKI Jakarta
(296,87 per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (121,74 per 100.000 penduduk), dan
Sulawesi Utara (119,89 per 100.000 penduduk). Sedangkan CFR tertinggi di Provinsi Bangka
Belitung sebesar 4,35%, disusul oleh Maluku Utara sebesar 4,17%, dan Kepulauan Riau
sebesar 3,49%.
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden DBD menurut provinsi pada
tahun 2000 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.28, sedangkan jumlah kabupaten/kota yang
terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2001 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.29.
3) Chikungunya

39

Penyakit Chikungunya (CHIK) adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan disebabkan oleh virus Chikungunya. Virus Chikungunya termasuk dalam
Togaviridae, genus alphavirus.
Gejala Demam Chikungunya mirip dengan Demam Berdarah Dengue yaitu demam
yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta
bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah
dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian.
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 - 10
hari. Virus ini termasuk Self Limiting Disease atau sembuh dengan sendirinya.
Di Indonesia, demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973.
Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di
Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001
kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim (Sumatera Selatan)
dan Nanggroe Aceh Darussalam, disusul Bogor (Jawa Barat). Demam Chikungunya
berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah) tahun 2002.
Dalam 5 tahun terakhir (2001-2005), penyakit ini telah tersebar di 11 provinsi, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara
Barat. Profil Ditjen PP-PL Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2004 dilaporkan kasus di
5 provinsi dengan jumlah 1.266 tanpa kematian. Sedangkan pada Tahun 2005 Chikungunya
dilaporkan di 4 provinsi dengan 340 kasus tanpa kematian.
TABEL 3.19
JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004-2005

Provinsi
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
NTB
Total

Tahun 2004
Kasus
P
M
35
0
722
0
74
0
429
0
6
1.266

0
0

Provinsi

Periode
Januari
Januari
Januari
Jan-Agust

Banten
Sulawesi Utara
Jawa Timur
NTB

Tahun 2005
Kasus
P
M
86
52
168
34

Periode
0
0
0
0

Januari
340

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.23
SEBARAN KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004 DAN 2005

40

Juli
Des-April
Feb-Mar
Jan-Mei

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Insert : Sebaran kasus demam chikungunya tahun 2004

h. Penyakit Rabies
Pada tahun 2005, jumlah kabupaten/kota terjangkit Rabies sebanyak 186
kabupaten/kota. Kasus gigitan hewan tertular Rabies sebanyak 13.993 orang. Jumlah
spesimen yang diperiksa sebanyak 884 dan yang positif 575 (65,05%).
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan tertular
Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.30.
Pada awal tahun 2005, terjadi KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku
Utara yang pada tahun sebelumnya masih merupakan daerah bebas Rabies, sehingga sampai
saat ini Rabies telah terjangkit di 22 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Peta daerah
tertular Rabies tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
GAMBAR 3.24
DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2005, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 13.993
orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 9.200
hewan. Jumlah kasus Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa) sebanyak 121 orang.
Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun
2005 menurun. Persentase kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) dari
tahun 2001 2003 meningkat, tetapi menurun pada tahun 2004 dan kembali naik pada tahun
2005. Namun Lyssa selama tahun 2001 2005 cenderung meningkat, seiring dengan
terjadinya KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara. Situasi Rabies di
Indonesia Tahun 2001-2005 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.25
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 2005

41

16,000

140
120
100
80
60
40
20
0

12,000
8,000
4,000
0

2001

2002

2003

2004

GHPR
PET
Lyssa

2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (2.820 kasus)
sedangkan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Barat (19 kasus). Kasus Rabies yang
menyebabkan kematian pada manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Provinsi Sulawesi
Utara (29 kasus) sedangkan Lyssa tidak dilaporkan di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.
GAMBAR 3.26
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005

3000

35

2500

30
25

2000

20
1500
15
1000

GH PR
L YS S A

10
5

N
A
S D
um
S
um ut
ba
r
R
ia
Ja u
S mb
u
i
B ms
en e
g l
La ku
m lu
p
un
g
Ja
b
B ar
an
t
J a en
ka
r
J a ta
te
ng
D
IY
Ja
t
K im
al
ba
K r
a
K l se
al l
te
ng
K
al
tim
S
S ul u
ul t
te
n
S g
ul
se
S l
ul
t
S ra
ul
ba
r
N
M
al Ma T T
uk l
u uk
U u
ta
ra

500

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan penular
Rabies serta hasil pemeriksaan specimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
dalam Lampiran 3.30.
i. Filariasis
Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem The Year 2020.
Jumlah kasus Filariasis pada tahun 2004 sebanyak 6.430 orang yang tersebar di 231
kabupaten pada 30 provinsi. Terdapat 88 kab/kota yang berstatus endemis Filariasis, tersebar
di 22 provinsi. Jumlah ini meningkat pada tahun 2005, yaitu terdapat kasus kronis sebanyak
10.239 orang yang tersebar di 33 provinsi, lebih dari 301 kabupaten/kota. Temuan kasus
terbanyak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 2.354.

42

Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu
Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

GAMBAR 3.27
JUMLAH KASUS FILARIASIS
TAHUN 2001-2005
12,000

10,000

8,000

Jumlah
Kasus

6,000

10,239

4,000

6,181

6,635

6,217

6,430

2,000

0
2001

2002

2003

2004

2005

Tahun

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah penderita Filariasis menurut provinsi pada tahun 2001 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.31.
j. Frambusia
Penyakit Frambusia sampai saaat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 10.000
penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2004/2005 adalah 0,23 per 10.000
penduduk. Daerah yang angka prevalensinya masih cukup tinggi, terutama di daerah-daerah
wilayah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur (7,13), Sulawesi Tenggara
(6,84), dan Maluku (1,53). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut disebabkan karena
penderita Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Perkembangan angka
prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 1984-2005 dapat dilihat pada Gambar 3.28 di bawah
ini.

43

GAMBAR 3.28

PREVALENSI FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 1984-2005


25
PR/10.000 penduduk

22.1
20

19.3

15
13.3
10

9.5

8.2

6.6
5
2.2

0.8 0.8

2
0.1 0.24 0.15 0.260.23

84
/8
5
85
/8
6
86
/8
7
87
/8
8
88
/8
9
89
/9
0
90
/9
1
91
/9
2
92
/9
3
93
/9
4
94
/9
5
95
/9
6
96
/9
7
97
/9
8
98
/9
9
99
/0
0
00
/0
1
01
/0
2
02
/0
3
03
/0
4
04
/0
5

Tahun

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat dalam
Lampiran 3.32.
k. Antraks
Jumlah kasus dan kematian Antraks pada tahun 2005 telah berhasil ditekan bila
dibandingkan tahun 2004, bahkan sampai dengan akhir Desember 2005 tidak dilaporkan
adanya kematian karena Antraks (CFR = 0%). Kasus dan kematian Antraks di Indonesia
tahun 2000-2005 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
TABEL 3.20
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS 2000 2005
Tahun Jumlah Kasus
Meninggal
2000
34
0
2001
25
2
2002
35
8
2003
40
2
2004
109
8
2005
30
0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

CFR (%)
0%
8%
22,9%
5%
7,3%
0%

GAMBAR 3.29
KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2000 -2005

44

120

9
8

100

80

60

5
4

40

3
2

20

0
K as us
M e n in g g a l

2001

2002

2003

2004

2005

25

35

40

109

30

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sampai saat ini daerah tertular Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi yang
melaporkan adanya kasus Antraks pada manusia hanya di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Kasus Antraks pada tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari Kota Makasar dan
Kab. Gowa (Sulawesi Selatan) yaitu 16 kasus Antraks tipe kulit, tanpa kematian (CFR=0%).
Kasus dan kematian Antraks menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

GAMBAR 3.30
KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
20
15
10
5
0

JABAR

JATENG

NTB

NTT

SULSEL

kasus

16

meninggal

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

l. Pes
Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan
(Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).
GAMBAR 3. 31
DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA

45

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Selama tahun 2005 telah terjadi penurunan hasil surveilans Pes yang dilakukan di 4
(empat) provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2004 dilaporkan 7 orang,
pada tahun 2005 menurun menjadi 1 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap
human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB Pes.

GAMBAR 3.32
HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2001 2005
600
500
400
300
200
100
0
diperiksa
spesimen positif

2001

2002

2003

2004

2005

512

507

216

254

85

8
7
6
5
4
3
2
1
0

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

m. Taeniasis / Cysticercosis
Daerah endemis Taeniasis/Cysticercosis adalah di Provinsi Bali, Sumatera Utara,
NTT, dan Papua. Jumlah kasus Taeniasis/Cysticercosis cenderung menurun dari tahun 2001
sampai dengan 2005.
GAMBAR 3.33
SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2005

46

800
600
400
200
0

2001

2002

2003

2004

2005

Kasus

409

684

248

251

184

Diobati

256

684

248

242

184

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

n. Leptospirosis
Daerah tertular Leptospirosis di Indonesia tersebar di 14 provinsi, tetapi selama tahun
2005 kasus Leptospirosis dilaporkan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2005, meskipun jumlah kasus Leptospirosis
masih tinggi tetapi sudah dapat menekan angka kematian bila dibandingkan dengan tahun
2004 (CFR = 14,2%). Angka kematian tertinggi adalah di Provinsi Jawa Tengah yaitu 10
orang (CFR=29,4%), yang berasal dari Kab. Semarang dan Demak.

GAMBAR 3.34
DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.35
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2005

47

200
150
100
50
0

2002

2003

2004

2005

Kasus

150

87

166

113

CFR

14

11.49

15.06

14.16

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

o. Avian Influenza (AI)


Avian Influenza adalah penyakit yang diakibatkan virus pada unggas peliharaan,
termasuk ayam dan unggas liar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini
dikenal juga dengan nama avian flu (flu avian) dan dapat menimbulkan penyakit dengan
derajat keparahan yang bervariasi, mulai dari infeksi yang bersifat asimptomatik sampai
penyakit yang fatal dan bersifat multisistemik (Swayne, 2000). Masyarakat luas lebih
mengenal AI dengan nama flu burung (bird flu) yang sebetulnya merupakan penyakit viral
(influenza) pada manusia yang ada hubungannya dengan infeksi virus influenza asal
unggas.
Pada bulan Juni 2005 dilaporkan kasus AI pertama kali pada manusia, di Tangerang,
Banten. kasus AI di Indonesia terus bertambah dan menyebar di beberapa provinsi di
Indonesia, oleh karena itu Menteri Kesehatan mengeluarkan SK Nomor
1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang pernyataan KLB Avian Influenza (AI).

GAMBAR 3. 36
PETA PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA UNGGAS DI INDONESIA
TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Avian Influenza (AI) pada unggas diyakini muncul pertama kali pada bulan Agustus
2003 di beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kemudian
meluas ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
48

Yogyakarta, Lampung, Bali, dan beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun
2003 wilayah yang terjangkit penyakit tersebut mencakup 9 provinsi, yang terdiri dari 51
kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2004 daerah terinfeksi flu burung pada unggas menjadi
16 provinsi yang mencakup 100 kabupaten/kota. Sedangkan tahun 2005 daerah tertular AI
pada unggas adalah di 26 provinsi dan 187 kabupaten/kota.
GAMBAR 3.37
SITUASI AVIAN INFLUENZA (AI) PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kasus konfirmasi AI pada manusia selama tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari
Provinsi DKI Jakarta yaitu 6 kasus dengan kematian 6 orang (CFR=85,7%), kasus paling
sedikit dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 1 orang, tanpa kematian (CFR=0%).

GAMBAR 3.38
KASUS KONFIRMASI AVIAN INFLUENZA (AI) MENURUT BULAN
SELAMA TAHUN 2005
7
6
5
4
3
2
1
0
Kasus

Juni

Juli

Agust

Sept

Okt

Nop

Des

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

49

Kasus AI menurut bulan kejadian meningkat tajam pada bulan Nopember yaitu 6
kasus, kemudian menurun pada bulan Desember.
GAMBAR 3.39
PERBANDINGAN KASUS AI MENURUT JENIS KELAMIN
TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dari laporan kasus konfirmasi AI pada manusia menunjukkan bahwa persentase lakilaki lebih tinggi (63,2 %) dibandingkan dengan perempuan (36,8 %).
GAMBAR 3.40
KASUS KONFIRMASI AI PADA MANUSIA MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN 2005
5

Kasus

0- 5

5 - 10

11- 15

16 - 20

21- 25

26 - 30

31- 35

36 - 40

41- 45

46 - 50

>50

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kasus AI bila dilihat dari golongan umur menunjukkan paling banyak adalah
golongan umur 5 10 tahun dan 16 20 tahun. Umur paling tinggi adalah golongan 41 45
tahun.
2. Penyakit Tidak Menular
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi
dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat,
serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas
fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi
pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal
Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2005, diperoleh gambaran
penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.21 berikut ini.
TABEL 3.21
PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR

50

SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA


TAHUN 2005
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Golongan Sebab Sakit

Stroke tak menyebut pendarahan atau infark


Pendarahan intrakranial
Septisemia
Gagal ginjal lainnya
Penyakit jantung lainnya
Diabetes mellitus YTT
Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir
Penyakit radang susunan saraf pusat
Gagal jantung
Hipertensi esens ial (primer)

Jumlah
Kematian

% dari Seluruh
Kematian di RS

4.692
3.572
3.065
3.047
2.577
2.086
1.876
1.794
1.706
1.564

4,87
3,71
3,18
3,16
2,67
2,16
1,95
1,86
1,77
1,62

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI

a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi


Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umum nomor satu di
Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, dan Surkesnas 2001. Stroke tidak menyebut
perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 1 di RSU di Indonesia tahun
2005 (Tabel 3.7). Stroke, perdarahan intrakranial, dan septisemia menempati 3 peringkat
utama proporsi penyakit tidak menular penyebab kematian di rumah sakit pada tahun 2005
(Tabel 3.7). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak nomor 3 pada pasien rawat jalan
di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 (Tabel 3.9).
Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung.
Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih
pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat
menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan
jantung).

TABEL 3.22
PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG
(ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN

Kawasan

Persentase

Sumatera
Jawa-Bali
Kaw. Timur Indonesia
Indonesia
Sumber: Surkesnas/Susenas 2004

1,3
1,3
1,2
1,3

c. Diabetes Melitus
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1%
penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes.
51

Diabetes Melitus merupakan penyakit nomor 8 terbanyak pada pasien rawat jalan
rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.9) dan peringkat 9 penyakit tidak menular penyebab
kematian di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.7).
d. Neoplasma/Tumor
Neoplasma/Tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada pola penyakit penyebab
kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992, Neoplasma menempati urutan ke-10, pada
SKRT 1995 menempati urutan ke-9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5.
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi gambaran bahwa 12% dari seluruh
kematian di dunia disebabkan penyakit kanker.
Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 dapat
dilihat pada dua tabel berikut ini.
TABEL 3.23
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No

Golongan Sebab Sakit

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Neoplasma ganas payudara


Neoplasma ganas serviks uterus
Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik
Leukemia
Limfoma non Hodgskin
Neoplasma ganas Bronkus & Paru - paru
Neoplasma ganas Ovarium (indung telur)
Neoplasma ganas kolon
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus
Neoplasma ganas nasofaring

Jumlah Pasien Keluar

7.844
5.069
4.177
3.432
3.242
2.707
2.327
1.903
1.903
1.573

16,9
10,9
9,0
7,4
7,0
5,8
5,0
4,1
4,1
3,4

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI

TABEL 3.24
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2005

No

Golongan Sebab Sakit

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Neoplasma ganas payudara


Neoplasma ganas leher rahim
Limfoma non Hodgskin
Neoplasma ganas kolon
Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus
Neoplasma ganas kulit lainnya
Neoplasma ganas nasofaring
Neoplasma ganas ovarium (indung telur)
Neoplasma ganas bronkus dan paru
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI

52

Jumlah Kunjungan

8.829
6.511
3.739
2.076
1.364
1.332
1.315
1.274
1.127
1.077

22,33
16,47
9,46
5,25
3,45
3,37
3,33
3,22
2,85
2,72

e. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas (KLL)


Cedera dan kecelakaan angkutan darat/lalu lintas termasuk dalam pola 10 penyakit
terbanyak pasien rawat jalan/inap rumah sakit (Tabel 3.9 dan 3.10), cedera/perdarahan
intrakranial dan cedera badan multiple menempati peringkat 10 terbanyak. Cedera
intrakranial juga menempati peringkat 5 dari penyakit utama penyebab kematian di rumah
sakit tahun 2005 (Tabel 3.7).
GAMBAR 3.41
JUMLAH KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA
TAHUN 2003-2005
25000
20000

Jumlah
kecelakaan
Meninggal

15000

Luka ringan

10000

Luka berat
5000
0
2003

2004

2005

Sumber: Profil PP-PL 2005

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah KLL dari 2003 hingga 2005 terus
meningkat. Begitu pula dengan jumlah korban luka maupun meninggal terus bertambah dari
tahun 2003-2005.
Berdasarkan Surkesnas/Susenas 2004, prevalensi cedera karena KLL di Indonesia
pada penduduk berumur > 15 tahun adalah 1,02%, tertinggi di DI Yogyakarta (3,04%) dan
terendah di Maluku Utara (0,28%). Prevalensi cedera karena KLL di perkotaan 1,3%
sedangkan di perdesaan 0,8%. Sedangkan prevalensi cedera bukan karena KLL (jatuh,
terbakar, keracunan, tenggelam, kekerasan, dan lain-lain) pada penduduk berumur > 15 tahun
adalah 0,4%.
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang
mengalami KLL 1 tahun terakhir adalah 2,9% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok
umur 15-24 tahun. Sedangkan prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang mengalami
cedera bukan karena KLL adalah 2,8% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65
tahun ke atas.
f. Keracunan
Selama periode 2001-2005, jumlah kasus dan penderita tertinggi terjadi pada tahun
2005 dengan 112 kasus dan 7.679 penderita.
GAMBAR 3.42
KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA
TAHUN 2001-2005

53

7679

8000
7000

5948

6000
5000
4000

2952

2625

3000

Kasus
Penderita

2000

907

1000

72

23

27 35

82

Mati
74

22

112

0
2001

2002

2003

2004

2005

Sumber: Profil PP-PL 2005

Berdasarkan laporan KLB keracunan makanan tahun 2005, rata-rata penderita


mempunyai keluhan yang sama yaitu diare, sakit perut, pusing, dan muntah tanpa pendarahan
dan hanya sebagian penderita mempunyai keluhan yang disertai demam. Dari hasil
investigasi didapatkan bahwa beberapa kejadian keracunan makanan positif diakibatkan oleh
Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, E. Coli, histamin, jamur, dan Salmonela.
GAMBAR 3.43
KEJADIAN KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA
TAHUN 2005
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
NAD

Sumut

Sumbar

Riau

Kepri

Jambi

Sumsel Bengkulu Babel

Banten

DKI
Jakarta

Jabar

Jateng

DIY

Jatim

Bali

NTT

Kalsel

Kalbar

Sulsel

Sultra

Maluku

40

28

Penderita

394

13

14

81

32

22

128

202

63

898

74

4469

540

35

141

27

315

18

88

75

18

32

M eninggal

Kasus

Sumber: Profil PP-PL 2005

Data keracunan makanan per provinsi pada tahun 2005 menunjukkan bahwa Jawa
Barat merupakan provinsi dengan jumlah kasus dan jumlah penderita tertinggi yaitu 40 kasus
dan 4.469 penderita. Sedangkan provinsi dengan CFR tertinggi yaitu Riau (CFR=2,5%).
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur
Kurang Energi Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR
dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
54

(SDKI). Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa proporsi BBLR pada periode tahun 19921997 dan 2002-2003.
TABEL 3.25
PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003
1992-1997

2002-2003

Nasional

7,7

7,6

Perkotaan

6,6

Perdesaan

8,4

Provinsi

3,6 - 15,6

Sumber: SDKI

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR
karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus
gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum
konsepsi atau pada saat hamil.
BBLR bersama kehamilan pendek mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab
nomor 3 kematian pada masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.2). Sementara itu
data BBLR yang dihimpun dari rumah sakit umum, Rumah Sakit Ibu Anak, dan Rumah Sakit
Bersalin pada tahun 2005 memberikan gambaran bahwa persentase bayi lahir hidup dengan
BBLR di rumah sakit sebesar 27,9%.
2. Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan
anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U). Kategori yang
digunakan adalah: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi
kurang (z-score < -2 SD sampai 3 SD); gizi buruk (z-score < -3SD).
Dari hasil Susenas dan SKRT yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir,
diperoleh gambaran perkembangan status gizi balita seperti terlihat pada Gambar 3.44
berikut.
GAMBAR 3.44
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH, TAHUN 1998 2005

55

80
60
40
20
0
Gizi buruk

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2005

10,51

8,11

7,53

6,3

7,47

8,55

8,8

19

18,25

17,13

19,8

18,35

19,62

19,24

Gizi baik

67,33

69,06

72,09

71,1

71,88

69,59

68,48

Gizi lebih

3,15

4,58

3,25

2,7

2,3

2,24

3,48

Gizi kurang

Sumber: Susenas/Survei Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT,


Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Dari laporan hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT
selama periode 1998-2000 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang menurun. Namun,
mulai tahun 2001 hingga 2005 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang terus meningkat.
Tahun 2005 diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baik/normal sebesar 68,48%.
Dari tabel berikut dapat diketahui persentase balita perempuan yang bergizi baik
relatif lebih tinggi dibandingkan balita laki-laki.
TABEL 3.26
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2003 2005
2003
Laki-laki
Lebih
Normal
Kurang
Buruk

2,03
67,89
20,73
9,35

2004

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan
2,47
2,24
71,41
69,59
18,43
19,62
7,69
8,55

Laki-laki

Perempuan

3,5
74,5
18,9
3

2,8
75,2
18,5
3,4

2005
Laki-laki +
Perempuan
3,2
74,8
18,8
3,2

Laki-laki

Perempuan

3,13
66.88
20,49
9,5

3,84
70,15
17,93
8,08

Laki-laki +
Perempuan
3,48
68,46
19,24
8,8

Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2003&2005 dan SKRT 2004
Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Sementara itu, untuk persentase balita dengan status gizi buruk menurut provinsi
dapat dilihat pada Gambar 3.45 berikut ini, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.35.

GAMBAR 3.45
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005

56

Gorontalo
Maluku
Papua
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
Sulawesi Tenggara
Riau
Kepulauan Bangka
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
DKI Jakarta
Lampung
Banten
Bengkulu
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Jambi
Bali
DI Yogyakarta

10

12

14

16

Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga 2005


Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

GAMBAR 3.46
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005

Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2005


Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Persentase balita dengan status gizi buruk dan kurang menurut provinsi dalam bentuk
peta wilayah Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.47 di bawah ini.

GAMBAR 3.47
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK DAN KURANG

57

MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005

Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2005


Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Pada tahun 2005 jumlah kasus gizi yang dilaporkan adalah 76.178 kasus, 0,38%
merupakan kasus gizi buruk. Jumlah kasus meninggal sebanyak 293 kasus. Distribusi kasus
gizi buruk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.36.
3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49
tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran
ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang
wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik
(KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2005
diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok umur,
seperti terlihat dalam Gambar 3.48 berikut.
GAMBAR 3.48
PERSENTASE WANITA USIA SUBUR DENGAN LILA <23,5 CM (BERISIKO KEK)
MENURUT GOLONGAN UMUR, TAHUN 2000 2005
50

persen

40
30
20
10
0

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

2000

38.04

26.59

19.01

15.11

14.04

13.16

13.16

2001

40.85

27.53

19.12

14.59

12.9

13.18

13.18

2002

35.7

23.7

18.7

18

10.4

11

11

2003

35.1

21.43

13.82

10.17

8.6

9.62

10.1

2005

33.08

21.67

14.55

10.45

9.05

9.37

10.26

Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga


Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Persentase WUS yang berstatus gizi baik dalam selama periode 2001-2005
mengalami peningkatan dari 78,47% pada tahun 2001 menjadi 89,5% pada tahun 2005.
Persentase WUS yang berstatus gizi baik lebih tinggi di perkotaan daripada WUS di
58

perdesaan. Persentase WUS berstatus gizi baik menurut daerah tempat tinggal pada tahun
2001 2005 dapat dilihat pada Gambar 3.49 di bawah ini.
GAMBAR 3.49
PERSENTASE WUS BERSTATUS GIZI BAIK
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL 2001 2005

persen

90
85
80
75
70

2001

2002

2003

2004*

Perkotaan

80.61

83.57

84.28

82.1

2005
90.2

Perdesaan

76.64

81.39

82.35

78.7

88.47

Perkotaan+Perdesaan

78.47

82.42

83.3

80.3

89.5

Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga 2001-2005, dan
SKRT 2004, Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

***

59

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2005.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat)
kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada
dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat
dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil
yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat
kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan
dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam dekade terakhir dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

59

GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 1995 2005
100

persen

80

60

40

20

0
1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

K1

84.99

87.75

89.08

87.55

92.72

88.3

93.03

88.56

87.73

88.09

88.6

K4

64.82

68.52

71.32

71.85

75.66

74.98

77.38

73.01

76.29

77

77.1

Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Data Indikator SPM Kabupaten/Kota
dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.

Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Babel
Bali
Sumsel
Riau
Lampung
DI
Sulut
Kaltim
NTB
Sumbar
Jatim
Gorontalo
Maluku
Jateng
Kepri
Jambi
Sumut
Kalteng
Jabar
Sulteng
DKI Jakarta
Kalsel
Bengkulu
NAD
Banten
Malut
Sulsel
Sultra
NTT
Kalbar
Papua
0

20

40

60

80

100

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas

Gambar di atas menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4


tertinggi adalah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (91,1%), Bali (86,71%) dan Sumatera
Selatan (86,15%), sedangkan cakupan terendah adalah di Provinsi Papua (44,92%), Kalimantan
Barat (65,71%) dan Nusa Tenggara Timur (65,87%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan
angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

60

GAMBAR 4.3
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Data cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2005 menurut provinsi disajikan pada
Lampiran 4.1.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun
waktu dekade terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, termasuk
pendampingan, meningkat sekitar 10%, yaitu dari 60,75% pada tahun 1998 menjadi 70,62%
pada tahun 2003, 74,27% pada tahun 2004 dan 72,37% pada tahun 2005. Cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 1995 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DENGAN PERTOLONGAN OLEH DAN MELALUI
PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 1995 2005
80
69.16
74.47

70
60
59.85

70.62

67.56

66.15

74.27

72.37

60.75

55.04

50
49.74
40
30
20
10
0
1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Dit. Kesehatan Ibu dan
data indikator Kabupaten/Kota

61

Adapun dalam Gambar 4.5 terlihat bahwa beberapa provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah Bali (89,49%), Bangka Belitung (87,07%) dan Jawa Timur (86,10%), sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (33,52%), Maluku (58,81%) dan Nusa
Tenggara Timur (59,31%). Untuk data secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Bali
Babel
Jatim
DIY
Jambi
Kepri
Sumsel
Kalsel
Sumbar
Lampung
Kalteng
NTB
Sumut
Kaltim
Jateng
Riau
Gorontalo
DKI
Bengkulu
Sulsel
Kalbar
Sultra
Sulut
Jabar
Sulteng
Banten
NAD
Malut
NTT
Maluku
Papua
Irjabar
Sulbar
-

20

40

60

80

100

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

c. Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi


Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas,
beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan
karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu
dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Deteksi risiko oleh
62

tenaga kesehatan tahun 2005 sebesar 7,87% sedangkan oleh masyarakat (kader, toma, dll)
masih 2,62%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk sebesar 2,94%
dan obstetri komplikasi yang ditangani sebesar 0,99%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
d. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari
dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2000
2005 dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
GAMBAR 4.7
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
TAHUN 2000 2005
90

83.72
78.44 76.26

75.73

80

68.89

65.11

70

2000

60

2001

50

2002

40

2003

30

2004

20

2005

10
0

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Binkesmas, Depkes RI

Dalam tahun 2005 terdapat delapan provinsi yang tidak ada datanya yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Papua dan Irian Jaya Barat, sedangkan provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur (87,61%), Sumatera Barat (86,78 %) dan
Lampung (86,44 %) seperti terlihat pada Gambar 4.8.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

63

Jatim
Sumbar
Lampung
DIY
NTB
Kalteng
Banten
Gorontal
Kaltim
Jabar
Riau
NTT
Bengkulu
Sultra
Malut
DKI
Maluku
Sulteng
Jateng
Jambi
Bali
Sulsel
Kalbar
Sulut
Sumut
Papua
Babel
Sumsel
NAD
Irjabar
Sulbar
Kalsel
Kep. Riau
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI

Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat


dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI

2. Pelayanan Keluarga Berencana


Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui
cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang sedang
menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor. Cakupan secara lengkap menurut provinsi dari pelayanan Keluarga Berencana (KB)
dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan Lampiran 4.4.
Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang menggunakan alat KB
pada tahun 2005 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan cakupan tahun 2004
sebesar 1,18% dari 56,71% pada tahun 2004 menjadi 57,89% pada tahun 2005. Cakupan
tertinggi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 70,01% yang terendah adalah Provinsi
Maluku yaitu 28,08%, sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak
diperoleh datanya. Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah
menggunakan menggunakan alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut.
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB

64

TAHUN 2004-2005

80
70
60
50

71,97

40

74,05
57,89

56,71

30
20
10
0
2004

2005

Sedang menggunakan

Pernah Menggunakan

Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2005

Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah
menggunakan/memakai alat KB pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,08%
dibandingkan dengan tahun 2004, dari 71,97% pada tahun 2004 menjadi 74,05% pada tahun
2005. Terdapat enam provinsi memiliki cakupan 80% dengan angka tertinggi dicapai
Sulawesi Utara (85,90%), dua provinsi dengan cakupan 50 % meliputi Papua (43,50%) dan
Maluku (39,78%). Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak diperoleh
datanya. Rincian persentase Wanita Usia Subur (WUS) yang sedang/pernah menggunakan
alat KB menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan 4.4.
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2005 tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2004 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11
berikut.
GAMBAR 4.11
PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2003-2005
60
50
40
30
20
10
0

2003

2004

2005*

Suntik

58,16

54,92

56,57

Pil

29,02

24,52

29,58

Susuk

4,88

5,55

5,42

AKDR

4,64

9,64

5,13

Dll

3,3

5,37

3,3

Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*

Dari gambar di atas masih menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2005 alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2005 jenis
kontrasepsi lain seperti susuk, AKDR dan jenis lainnya mengalami penurunan persentase,
sebaliknya pemakaian kontrasepsi suntikan dan pil KB persentasenya meningkat. Rincian
persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6.
65

GAMBAR 4.12
TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB
TAHUN 2003 - 2005
60
50
40
30
20
10
0

2003
Klinik KB Pemerintah

2004

59,45

2005
59,66

Klinik KB Swasta

6,98

5,47

Bidan Praktek Swasta

30,77

31,9

Dokter Praktek Swasta

2,8

2,98

Sumber : BKKBN

Tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB pemerintah sedikit meningkat


pada tahun 2005 (59,66%), demikian pula di bidan praktek swasta (31,9%), dan dokter
praktek swasta (2,98%), sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta sedikit
menurun tahun 2005 (5,47%). Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut
tempat pelayanan dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
3. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah
mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan.
Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan
tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat
desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004
menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13). Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2004
terdapat 6 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2004: 83%) UCI
Desa/Kelurahan yaitu pencapaian tertinggi Provinsi Bali, DI Yogyakarta, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, Jawa Tengah dan Jambi, sedangkan pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi
yang telah mencapai target (target tahun 2005: 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali
(100%), DI Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%),
Nusa Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%). Pencapaian desa UCI
menurut provinsi tahun 2004 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.8.
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2005

66

80
60
40

69.43

76.23

2004
2005

20
0
Desa UCI

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut provinsi pada


tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.

GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali),
Hepatitis-B (3 kali) dan Imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin
di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Rincian cakupan imunisasi bayi untuk
masing-masing jenis vaksin menurut provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
4.9 dan Lampiran 4.10.
Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2000 2005 dapat dilihat pada Gambar
4.15 berikut ini.
GAMBAR 4.15
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK
SERTA ANGKA DROP OUT (DO)
TAHUN 2000 2005

67

100
persen

80
60
40
20
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

DPT-1

100,7

96,3

96,4

96,6

97,2

82,8

Campak

93,9

87,3

90,6

89,2

91,8

86,7

DO

7,4

10,1

5,8

7,7

5,6

1,5

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak selama
tahun 2000-2004 tidak melewati angka 5,8% - 10,1%, tetapi pada tahun 2005 angka drop out
menurun cukup tajam (1,48%).
Beberapa provinsi tidak mencapai target program dimana drop out cakupan DPT1Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau,
Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua. Angka drop out
cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.11.
Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2005 yang diukur dari imunisasi
Campak, cakupan tertinggi dicapai Provinsi DKI Jakarta (108,1%), Bali (98,8%) dan Jambi
(94,5 %); sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah Gorontalo (57,5%), Papua
(59,4%) dan Sulawesi Tengah (73,1%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2005
dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut.
GAMBAR 4.16
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2000 2005 dapat dilihat pada
Gambar 4.17 berikut ini.
GAMBAR 4.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2000 2005

68

100

persen

80
60
40
20
0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

TT-1

83.6

78.5

72.2

71.71

70.1

53.6

TT-2

76.7

71.6

68.4

66.12

63.9

49.4

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada kurun waktu 2000-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil
mengalami penurunan. Cakupan TT-2 pada tahun 2000 sebesar 76,7% menurun menjadi
49,4% pada tahun 2005. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah di Provinsi Bangka
Belitung (90%), Nusa Tenggara Barat (84,2%), dan DKI Jakarta (79,1%); adapun yang
terendah adalah di Provinsi Jawa Timur (6,6%), Banten (11,3%) dan Papua (17,9%).
Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Gambar 4.18. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.12.

GAMBAR 4.18
CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Upaya meningkatkan kekebalan pada masyarakat juga dilakukan pada kelompokkelompok sasaran khusus lainnya, misalnya pemberian imunisasi DT dan TT pada anak
sekolah melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) atau pelaksanaan Crash
Program imunisasi Campak pada anak balita di lokasi pengungsian atau Catch Up Campaign
imunisasi campak pada anak sekolah kelas 1 sampai VI SD. Sebagaimana terlihat dalam
Gambar 4.19 berikut ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.13.

69

GAMBAR 4.19
PERSENTASE PENCAPAIAN BIAS DT DAN TT
DAN PENCAPAIAN CRASH PROGRAM IMUNISASI CAMPAK
SECARA NASIONAL TAHUN 2005
100
BIAS DT;
94,1

50

BIAS TT;
95,9

BIAS
Cam pak;
29,6

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG


Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi
masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara
langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan
kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan
untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah
sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus
rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan.
Rujukan dari bawah berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan sebesar 7,8%
tertinggi pada RSU Pemerintah Provinsi 26,4% dan terendah diterima RSU swasta 1,95%,
sedangkan pasien yang dirujuk ke atas sebesar 0,28% terbanyak diterima oleh RSU
Departemen Lain/BUMN 0,9% dari jumlah pengunjung. Rujukan pada RSU menurut
kepemilikan di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
TABEL 4.1
RUJUKAN PADA RSU MENURUT KEPEMILIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2005
Pemilik RSU

Jumlah
Pengunjung

Rujukan dari
Bawah

Dirujuk Ke Atas

Jumlah

Jumlah

Departemen Kesehatan

4.490.986

823.985

18,3

647

0,01

Pemerintah Provinsi

3.460.849

915.120

26,4

6.160

0,2

Pemerintah Kab/Kota

8.127.814

244.011

3,0

25.392

0,3

TNI & POLRI

1.193.371

84.304

7,1

1.017

0,1

Departemen Lain/BUMN

1.988.035

64.605

3,2

18.222

0,9

Swasta

10.754.124

209.935

2,0

33.325

0,3

Total

30.015.179

2.341.960

7,8

84.763

0,28

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes

70

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi, yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan, Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur
dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam
perawatan (NDR). Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun
pada tahun 2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus.
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun terakhir dapat
dilihat dalam Gambar 4.20 berikut ini.

GAMBAR 4.20
PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , GDR, NDR, LOS, BTO DAN TOI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003 S.D 2005
60

56

56

55
48
42,0

40

43

38,7

35

20

37

22,8
18,0

4,0

21
4,4

4,0

4,8 8,6

3,4

2003

BOR

2004

GDR

NDR

2005

BTO

LOS

TOI

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah


sakit selama tahun tiga tahun terakhir cenderung tidak banyak mengalami perubahan dan
masih di bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) namun pada tahun 2005 mengalami
sedikit peningkatan 1% dari tahun 2004 dari 55,2 menjadi 56,2%. Banyak faktor yang
mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah
RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak
terlalu tinggi.

71

Angka GDR dan NDR pada tahun 2005, mengalami penurunan dari tahun 2004
sebesar 4,9 dan 1,8 dimana tahun 2004 : 47,9 (GDR), 22,8 (NDR) menjadi 43 (GDR) dan 21
(NDR) pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit sedikit
mengalami peningkatan.
Sedangkan indikator lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat
tidur mengalami peningkatan sedikit dari tahun sebelumnya, menjadi 4,8 (LOS, ideal 6-9
hari) dan 8,6 (TOI, ideal 1-3 hari).
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit umum dan khusus tahun
2005 dapat dilihat dalam Tabel 4.2 dan 4.3, sedangkan rincian indikator pelayanan RSU
Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.14.
TABEL 4.2
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT KEPEMILIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2005
Pemilik RSU

RSU

Departemen Kesehatan

Rata2
Kunj.Poli/hari

TT

BOR

LOS

BTO

TOI

NDR

GDR

13

8.483

67,5

6,7

34,5

3,9

40

61

1.152

Pemerintah Provinsi

43

12.902

68,8

4,7

43,4

3,8

28

71

240

Pemerintah Kab/Kota

322

33.896

52,9

49,6

3,9

19

45

127

TNI & POLRI


Departemen
Lain/BUMN

110

10.814

43,3

4,3

27,7

13,5

12

19

159

71

6.827

55

4,9

29,3

15,3

18

36

179

Swasta

436

43.364

49,6

4,2

37,8

11,5

10

22

138

Indonesia
995
116.286
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

56,2

4,8

37

8,6

21

43

168

TABEL 4.3
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT KHUSUS
MENURUT JENIS DI INDONESIA
TAHUN 2005
Pemilik RSU
RS Jiwa
RS TP
RS Kusta

RSU

TT

BOR

LOS

51

8.527

61,1

766

45,7

NDR

GDR

Rata2
Kunj.Poli/hari

BTO

TOI

53,3

4,4

32,1

3,9

6,2

34

5,8

27,9

7,1

31,5

55,5

88

22

2.246

41,5

25,3

3,9

55,7

23,2

37,4

20

RSPI

144

40,0

4,7

35,8

6,1

38,6

68,9

133

RS Orthopedi

187

56,4

10,6

19,0

8,4

2,0

4,0

93
190

RS Mata

10

475

32,5

3,0

36,0

6,9

0,0

0,0

RS Bersalin

55

2.533

35,5

3,0

42,3

5,6

2,8

7,7

28

RS Jantung

234

69,5

6,8

35,8

3,1

22,8

47,4

268

11

0
42,2

4,2

41,5

5,1

8,4

15,2

RS Gigi & Mulut

RSK Lainnya
111 5.368
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

108
61

Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum pada tahun 2005 sebesar
12,2 % dari seluruh kunjungan dan 12,4% kunjungan unit darurat berasal dari pasien rujukan.
Kunjungan unit darurat terbesar terdapat pada rumah sakit swasta sebesar 38,35%, terendah
pada rumah sakit TNI dan POLRI 1,42%. Untuk kunjungan unit darurat yang berasal dari
rujukan terbesar diterima oleh RSU Pemerintah Kab/Kota (42,65%) dan terendah oleh rumah
72

sakit TNI dan POLRI (0,18%). Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut.
TABEL 4.4
KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK
DI INDONESIA TAHUN 2005
Pemilik RSU

Jumlah
Pengunjung

Kunjungan Unit
Darurat

Pasien Rujukan

Jumlah

Jumlah

Departemen Kesehatan

4.490.986

324.553

8,87

96.309

21,29

Pemerintah Provinsi

3.460.849

415.576

11,35

30.537

6,75

Pemerintah Kab/Kota

8.127.814

1.254.780

34,28

192.920

42,65

TNI & POLRI

1.193.371

52.118

1,42

826

0,18

Departemen Lain/BUMN

1.988.035

209.409

5,72

12.387

2,74

10.754.124

1.403.423

38,35

119.399

26,39

30.015.179
Total
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

3.659.857

12,2

452.378

12,4

Swasta

Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan
dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 46,5% terus dirawat, 1,4% di rujuk ke
rumah sakit lain, 51,5% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 0,6% yang
meninggal, dapat dilihat pada Gambar 4.21 di bawah ini.
GAMBAR 4.21
PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 2005
MATI, 0.6%

DIRAWAT, 46.5%

ULANGKAN,
51, 5%

DIRUJUK, 1.4%

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

2. Pelayanan Kesehatan Laboratorium dan Radiodiagnostik


Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan
penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium
pada tahun 2005 rumah sakit umum sebesar 49.758.167 dengan rata-rata pemeriksaan/hari
294 hari. Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
TABEL 4.5
KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK
DI INDONESIA TAHUN 2005

73

Pemilik RSU

Pemeriksaan Laboratorium
Patologi
Patologi
Jumlah
Klinik
Anatomi

Rata - rata
Pemeriksaan/Hari/RS

Departemen Kesehatan

6.342.443

44.140

6.386.583

1.638

Pemerintah Provinsi

5.553.592

19.405

5.572.997

563

11.884.336

17.852

11.902.188

189
184

Pemerintah Kab/Kota
TNI & POLRI

1.263.553

5.500

1.269.053

Departemen Lain/BUMN

3.154.154

15.308

3.169.462

311

Swasta
21.329.652
Total
49.527.730
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

128.232
230.437

21.457.884
49.758.167

285
294

Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2005 sedikit
mengalami peningkatan dari tahun 2004 dengan jumlah pemeriksaan 1.843.117 berasal dari
255 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 378 jumlah RSU sedangkan tahun 2004
berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 361 jumlah
RSU. Rincian pemeriksaan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.15.

C. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR


Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans
epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan
penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang
diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor
risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini.
1. Pengendalian Penyakit Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui
gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok
umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya
virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari
kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun
selama tahun 1998 2005, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada
Gambar 4.22 berikut.
GAMBAR 4.22
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE

74

TAHUN 1998 2005


100%

per 100.000
anak <15 th

80.10

80

79.50

78.10

82.40

90.1

93.7

71.40

60

2.44

40

2
1.31

1.26
1.00
20

88.10

0.90

1.02

1.21

1.26
1

0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Non Polio AFP Rate

Spesimen Adekuat

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi
peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas
polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium.
Indonesia telah melaksanakan PIN sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1995, 1996, 1997
dan 2002, telah berhasil memutus transmisi virus polio liar indigenous Indonesia, sehingga 10
tahun terakhir sejak tahun 1996 virus polio liar indigenous Indonesia tidak ditemukan lagi.
Pelaksanaan PIN didasarkan pada adanya kecurigaan silent transmission di wilayah
Indonesia, atau transmisi virus diketahui telah menyebar ke beberapa wilayah Indonesia.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang
menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat
yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian
hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil
pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 2004) tidak ditemukan adanya infeksi
virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun
1998 2004 relatif stabil.
Tahun 2005, tanggal 21 April, Laboratorium Bio Farma melaporkan hasil
pemeriksaan positif virus Polio liar tipe P1 terhadap seorang penderita AFP anak laki-laki
usia 20 bulan di Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Temuan ini merupakan temuan
yang sangat mengejutkan setelah 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas dari virus Polio liar.
Untuk mengetahui apakah virus merupakan virus indigenous atau asli Indonesia atau impor,
maka pemeriksaan sequencing dilakukan di laboratorium Global Specilize Laboratory (GSL)
di Mumbai India. Pada tanggal 3 Mei 2005, Laboratorium GSL Mumbai mengidentifikasi
bahwa virus Polio liar Sukabumi merupakan virus Polio impor, karena strain virus tidak
mempunyai kemiripan dengan virus yang pernah diidentifikasi di Indonesia, tetapi
mempunyai kemiripan dengan virus Sudan yang bersirkulasi di Arab Saudi pada akhir tahun
2004 (akhir bulan Desember) yang bertepatan dengan musim haji.
Walau tindakan cepat dilakukan melalui kegiatan Outbreak Respons Immunization (ORI)
72 jam setelah penderita pertama dilaporkan, penemuan penderita terus bertambah. Hal ini
disebabkan karena virus Polio sangat menular, dengan ditemukan satu penderita lumpuh
berarti lebih dari 100 anak di sekitar penderita telah terinfeksi.
75

Dari hasil kajian Tim Epidemiologi, dapat diprediksikan bahwa 3 provinsi (Jawa Barat,
DKI Jakarta dan Banten) provinsi yang paling berisiko tertular virus Polio liar. Hal ini
didasarkan pada mudahnya transportasi, mobilitas penduduk yang sangat tinggi dari dan ke
tiga provinsi tersebut. Berdasarkan kajian tersebut, maka Tim merekomendasikan
pelaksanaan Mop-up di 3 provinsi tersebut.
Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta
ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus
yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran
pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan
pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu,
cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional, Putaran ke1 sebesar 95,0 % Putaran ke-2 97,8 %, Putaran ke-3 98,2 %, Putaran ke-4 98,5 %, dan
Putaran ke-5 99,6 %. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 4.16.
2. Pengendalian TB-Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) sampai tahun 2005 telah
dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi) di 432 Kab/Kota (98% dari 440 Kab/Kota),
7.349 Puskesmas (97% dari 7.592 Puskesmas), di seluruh Balai Pengobatan Penyakit Paruparu (BP4)/RS TBC Paru/RSTP (100%), sedangkan untuk rumah sakit persentasenya baru
mencapai 25% dari 1.289 RS. Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan
pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket
pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2005 ditemukan gambaran
kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.23 berikut.

GAMBAR 4.23
JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN
TAHUN 2000 2005
320.000

240.000

160.000

80.000

2000

2001

2002

2003

2004

2005

BTA+

54.816

56.787

81.465

104.138

128.961

158.648

TB Lain

29.775

33.104

76.798

72.623

85.677

101.321

Total

84.591

89.891

158.263

176.761

214.658

259.969

Catatan: Angka BTA+ dan TB lain tahun 2000-2004 revisi ( berbeda dengan profil tahun 2004)

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

76

Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TBC), setiap tahun semakin


menunjukkan kemajuan, terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan
disembuhkan. Berdasarkan penemuan kasus TB BTA+ maka dapat digambarkan angka Case
Detection Rate (CDR) selama lima tahun terakhir seperti Gambar 4.24.
GAMBAR 4.24
CASE DETECTION RATE KASUS BARU TB-BTA+
TAHUN 2000 2005
100

persen

80
60

51.8

53.5

41.6
40

29
20

21

2000

2001

20
0
2002

2003

2004

2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti


dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara
teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang
dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan
terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau
drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir
pengobatan. Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit
ditegakkan oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi
persyaratan, sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat
kelengkapan pengobatan atau succes rate (SR). Pada Gambar 4.25 dapat dilihat
perkembangan succes rate dan tingkat kekambuhan penderita TB BTA+ selama beberapa
tahun terakhir.
GAMBAR 4.25
ANGKA SUCCES RATE (SR) DAN PERSENTASE
PENDERITA TB YANG KAMBUH
TAHUN 2000 2005
100
80

84,65

86,5

86,12

87,16

88,93

86,26

3,47

4,63

4,47

4,18

4,09

5,56

60
40
20
0
2000

2001

2002

% SR

2003

2004

2005

% Kambuh

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2005 telah dapat menurunkan
insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (1995) menjadi 107/100.000 penduduk.
77

3. Pengendalian Penyakit ISPA


Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA)
lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau
lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS
semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita
sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita
langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
dapat dilihat pada gambar berikut ini, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita
dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Seperti terlihat pada Gambar 4.26 berikut.
GAMBAR 4.26
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN)
KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2000 2005
40
36

30

30,1

30

27,7

25
22,1

20
10
0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dari pantauan yang dilakukan hasil penemuan tersebut belum menggambarkan


kondisi yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah yang belum
menyampaikan laporannya sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6 berikut.
TABEL 4.6
KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
TAHUN 2000 2005

2000

Provinsi
Melapor
25

Kab./Kota
Melapor
258

2001

27

269

619.107

86%

2002

29

293

549.035

80%

2003

24

323

502.275

34%

2004

23

296

625.611

83%

2005

31

436

600.720

93%

Tahun

Penderita
Ditemukan
479.283

Kelengkapan
Laporan
93%

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam


tahun 2005 dapat dilihat dalam Gambar 4.27 berikut.
78

GAMBAR 4.27
CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS


Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di
samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS
selama tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna sebagaimana terlihat
dalam Tabel 4.7 berikut.
TABEL 4.7
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS
TAHUN 2000 2005
Tahun

Pengidap HIV
Per tahun

Penderita AIDS

Kumulatif

Per tahun

Kumulatif

Penderita AIDS Meninggal


Per tahun

Kumulatif

2000

403

1.172

255

607

47

233

2001

732

1.904

219

826

99

280

2002

648

2.552

345

1.171

100

379

2003

168

2.720

316

1.487

261

479

2004

649

3.369

1.195

2.682

361

740

2005

875

4.244

2.638

5.321

592

1.332

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Tahun 2005, jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,33 per
100.000 penduduk tahun 2004 meningkat menjadi 2,65 per 100.000 penduduk tahun 2005),
namun dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah windows
periods yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi
sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan
79

pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut
Pada Desember 2003, WHO menetapkan kebijakan Three by Five Initiative yaitu
mentargetkan secara global akses pengobatan Anti Retro Viral (ARV) terhadap 3 juta ODHA
(Orang Dengan HIV AIDS) pada tahun 2005. Indonesia menetapkan bahwa target untuk
aksesibilitas ODHA terhadap pengobatan ARV sebesar 10.000 orang pada tahun 2005, yang
dimulai dengan pemberian ARV pada 5.000 ODHA pada tahun 2004. Dan hingga tahun 2005
pengobatan ARV telah diakses oleh 5.400 ODHA. Di samping itu Departemen Kesehatan
telah menetapkan 50 rumah sakit tambahan sebagai tambahan Pusat Rujukan pengobatan
Anti Retro Viral (ARV) sehingga menjadi 75 rumah sakit, hal ini sebagai komitmen untuk
mendukung 3 by 5 initiative, sehingga lebih banyak lagi ODHA yang dapat terlayani
pengobatan ARV.
Upaya pemantauan yang dilakukan pada kelompok berisiko melalui kegiatan survei
dan kegiatan rutin serta skrining darah donor selama 6 tahun terakhir dapat dilihat dalam
Tabel 4.8 berikut.
TABEL 4.8
HASIL PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS & PMS
TAHUN 2000 2005
Kegiatan

Satuan

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Pemeriksaan STS

Spesimen

9.567

50.000

100.000

175.000

150.000

160.000

Survei HIV/AIDS & Syphilis

Sample

9.567

50.000

100.000

175.000

150.000

160.000

Skrining darah donor

Kolf

395.098

585.726

1.200.000

1.300.000

1.300.000

1.350.000

Sumber: Ditjen PP-PL, Profil PP-PL 2005

5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M+), Juru
Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan
gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur
larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya
yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak.
Pola perkembangan DBD pada tahun 2005 berbeda dengan pola tahun 2004. Pada
tahun 2004 terjadi KLB dari bulan Januari sampai Maret 2004, selanjutnya kasus menurun
dan meningkat kembali pada bulan Desember. Sementara di tahun 2005 kasus hampir selalu
tinggi setiap bulan dan ada peningkatan kasus pada bulan Februari, Agustus dan Desember.
6. Pengendalian Penyakit Malaria
Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan
salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping
pengendalian vektor potensial.
Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu
wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa
80

dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah
luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan
kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan
profilaksis.
Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 101.852 kasus pada
tahun 2000 menjadi 5.233 kasus pada tahun 2005. Jumlah penderita klinis, sediaan darah
diperiksa, sediaan darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun
2000-2005 dapat dilihat pada Gambar 4.28 di bawah ini.
GAMBAR 4.28
JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA
FALSIPARUM+MIX, TAHUN 2000 2005
1600000

1200000

800000

400000

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Klinis

1475704

1210530

998791

756833

480048

376547

SD diperiksa

1475704

1210530

998791

756833

480048

376547

Positif

101852

86277

64708

27765

7774

5522

Pf+mix

30089

36121

27091

12984

2324

1174

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

7. Pengendalian Penyakit Kusta


Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan
penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan
intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan
penderita penyakit Kusta.
Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang
terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk
penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui
institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari
berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama tiga tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
TABEL 4.9
PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU ,
PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005
Tahun

Suspek
Diperiksa

Suspek Positif
CDR
PB

MB

Penderita
Cacat
(%)

Penderita
Diobati

2003

163.781

3.594

11.956

7,3

8,0

2004

212.462

3.615

12.957

7,8

8,6

17.519

2005

t.a.d

4.056

15.639

8,9

8,7

t.a.d

81

Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Penderita cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat) mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2004 sebesar 1.430 (8,6%) menjadi 1.722 (8,7%)
pada tahun 2005. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit
Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti
penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat
penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi
anak tahun 2000 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.29 di bawah ini.
GAMBAR 4.29
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK
TAHUN 2000 2005
15

10,2
10

10,5
10

10,6

8,9

8,8

8,6

7,7

9,1
8,7

0
2000

2001

2002

2003

Cacat Tk.II

2004

2005

anak

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005

8. Pengendalian Penyakit Filaria


Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit Filaria difokuskan pada
kegiatan penemuan penderita, pengobatan dan pengendalian vektor potensial di wilayahwilayah endemis. Upaya penemuan penderita yang dilakukan pada 10 desa sentinel di 10
provinsi selama tahun 2004 dan 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.
TABEL 4.10
HASIL PENATALAKSANAAN KASUS FILARIASIS
SAMPAI DENGAN TAHUN 2005
DI AREA ENDEMIS
No

Provinsi

Sumatera Utara

2
3

Sumatera Barat
Riau

Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Kalimantan Timur

Desa Sentinel
Sigara-gara
Pekan Sialang Buah
Taratak
Tanjung Bunga
Kota Lama
Hidup Baru
Semahal
Cenot Mepar
Batu Marta
Jambu Ilir
Moderen
Merayek
Gunung Sari
Liang Hulu
Pulau Sapi

82

Diperiksa
420
151
100
500
224
129
331
259
224
250
170
92
300
264
373

2005
Positif
6
2
7
18
3
3
9
14
3
5
44
11
3
9
4

Mf Rate
1.43
1.37
7
3.6
1.34
2.3
2.7
5.4
1.4
2
26
11.9
1
3.41
1.07

Kalimantan
Selatan

Kelinjau Ulu

363

1.93

Ulu Banteng
Bina Wana

260
510

3
12

1.2
2.3

DI LUAR AREA ENDEMIS


N
o
1

Provinsi
Jawa Barat

2
3
4
5

Jawa Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi
Tenggara

6
7
8
9
10
11

Sulawesi Barat
Gorontalo
NTT
Maluku
Maluku Utara
Papua

Desa Sentinel
Taman Sari
Tegal Waru
Tawang Rejo
Bonebae
Batu
Benua
Pakue
Labungka
Lantawonua
Pasang Kayu
Talumolo
Eahun
Rumoat
Naga
Bagia
Karfasia

Diperiksa
462
147
358
91
511
108
359
278
411
462
519
522
447
349
192
65

2005
Positif

Mf Rate

9
10
5
1
7
2
10
3
5
11
6
55
14
8
8
10

1.59
2.4
1.4
1.1
1.37
1.5
2.78
1.08
1.2
2.38
1.16
10.54
3.13
2.29
4.17
15.38

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa Mf Rate (Mikrofilaria
Rate) di wilayah sentinel selama tahun 2005 sangat bervariasi antara 1 sampai 26, rate
tertinggi di Desa Moderen, Kalimantan Timur dan terendah di Desa Gunung Sari, Kalimantan
Timur.
Sedangkan cakupan pengobatan masal yang dilakukan selama empat tahun terakhir
dapat dilihat pada Gambar 4.30 berikut.
GAMBAR 4.30
REALISASI PENGOBATAN FILARIASIS SECARA MASSAL
SECARA NASIONAL TAHUN 2002-2005
5000000

4000000

3000000

2000000

1000000

0
Populasi

2002

2003

2004

2005

322250

746064

1527238

4043510

1412025

3264379

255144

635017

1246023

2897388

79,18

85,12

88,24

88,76

Sasaran
Realisasi
Persentase

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

83

Dari gambar di atas terlihat bahwa target dan realisasi pengobatan selama tiga tahun
terakhir mengalami peningkatan, dimana cakupan pengobatan tahun 2002 sebesar 79,18 %
meningkat menjadi 88,76 % pada tahun 2005.
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses timbulnya
gangguan kesehatan baik secara individual maupun masyarakat umum. Upaya pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil
atau meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari
lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam peningkatan kualitas
lingkungan, antara lain melakukan pembinaan kesehatan lingkungan pada masyarakat dan
institusi, surveilans vektor dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU).
1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan institusi
yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan secara berkala.
Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan, penyuluhan dan pemberian
rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban),
pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan, dan lain-lain. Sasaran program
penyehatan lingkungan seperti tertuang dalam Rencana Strategi Departemen Kesehatan tahun
2005 2009 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 75%.
2. Meningkatnya persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 85%.
3. Meningkatnya persentase keluarga menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan
menjadi 80%.
4. Meningkatnya persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 80%.
Pada tahun 2005 pencapaian indikator sekolah sehat sebagai indikator dalam
pengawasan di institusi pendidikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai
75% (target 65%) sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Persentase pencapaian indikator
sekolah sehat tahun 2000 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut.
GAMBAR 4.31
PENCAPAIAN INDIKATOR SEKOLAH SEHAT
TAHUN 2000 2005

84

80
74

75
65

60
5454

54
51

5555

5658

60

TARGET

40

REALISASI
20

0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

2. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas
kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
Pada tahun 2004 petugas pusat melakukan kegiatan survei jentik dalam bentuk
evaluasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di 10 kota (Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari,
Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta). Rata-rata Angka Bebas
Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M adalah
79,04%. Hal ini menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih dibawah 95%, menjelaskan
bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di
lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi
terutama di wilayah-wilayah endemis DBD.
3. Pengawasan Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan
Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi
masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain
meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala, bimbingan,
penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, hingga
pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha.
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) terdiri dari jasa boga, rumah makan dan
restoran, sentral makanan jajanan dan TPM lainnya (warung makan jajanan). Hasil
pemantauan selama tahun 2005, dari 80.270 fasilitas TPM terdaftar, sebanyak 43.808
(54,58%) TPM telah dilakukan pemeriksaan dan 30.115 (68,74%) TPM memenuhi syarat
kesehatan. Cakupan pengawasan TTU dan TPM tahun 2001 2005 dapat dilihat pada
Gambar 4.32 berikut.
GAMBAR 4.32
PERSENTASE CAKUPAN PENGAWASAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)
DAN TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN TAHUN 2001-2005

85

80

60

40

20

2001

2002

2003

2004

2005

TTU

60

68

73

76

77

TPM

60.8

57.9

60.24

66.13

68.74

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes 2005

Persentase TPM memenuhi syarat kesehatan menurut provinsi tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 2.16.a.

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan
ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat
adalah Kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium, dan anemia gizi besi.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan
terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu
secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang
berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat, Departemen Kesehatan, gambaran dari pemantauan balita dapat dilihat dalam
Gambar 4.33 berikut.

GAMBAR 4.33
JUMLAH BALITA MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), DITIMBANG,
BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM
DI INDONESIA TAHUN 2005

86

24.000.000

18.000.000

12.000.000

6.000.000

0
2005

Jml Balita

KMS

Ditimbang

BB Naik

BGM

20.642.610

17.008.609

12.543.842

9.739.998

828.368

Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas,Depkes,2005

Pada tahun 2005 dari jumlah balita yang ada 82,40 % memiliki KMS dengan balita berat
badan naik dari balita yang ditimbang sebesar 77,65% sedangkan untuk balita dengan berat badan
di Bawah Garis Merah (BGM) dari balita yang ditimbang sebesar 6,6%. Balita berat badan naik
dari yang ditimbang tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 95,06% dan terendah
Sumatera Selatan (0,82%) sedangkan balita berat badan di Bawah Garis Merah dari yang
ditimbang, tertinggi di Provinsi Jawa Timur (29,6%) dan Nusa Tenggara Timur (28,53%) terendah
di Provinsi Sulawesi Tenggara (0%) dan DKI Jakarta (0,67%). Untuk Provinsi Sulawesi Barat dan
Irian Jaya Barat tidak ada datanya. Gambaran secara rinci hasil penimbangan balita menurut
provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.17.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun
(Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali .
Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 4.34 berikut.

GAMBAR 4.34
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN DAN PERIODISASI PEMBERIAN

87

SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005


90
80.7

81.2 80.4

73.1

82.9

77.25
75.66

71.56

70.46
61.5
60
50.8

39.8

30

0
2003

2004

2005

% CAKUPAN BAYI FEB

% CAKUPAN BAYI AGUST

% CAKUPAN BALITA FEB

% CAKUPAN BALITA AGUST

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa cakupan terhadap semua sasaran dan
menurut periode pemberian menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2004 namun
mengalami sedikit penurunan pada tahun 2005.
Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, selama tahun
2005 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.18.
3. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta
meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil.
Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun
2000 2004 dapat dilihat pada Gambar 4.35 di bawah ini.
GAMBAR 4.35
PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2000 2005
100

persen

80
60
40
20
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005*

Fe1

66,8

67,5

64,6

69,14

80,02

70,31

Fe3

59,4

63,1

54,9

59,62

71,32

64,83

Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes

Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe3) dari tahun 2000 hingga 2005 menunjukkan peningkatan, walaupun pada tahun 2002 dan
2005 sedikit mengalami penurunan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil
menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.19.
4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium

88

Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi kekurangan


yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan yodium dan untuk
mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada kelompok khusus baik diberikan
secara individual maupun secara massal.
GAMBAR 4.36
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL MINYAK BERYODIUM
PADA WANITA USIA SUBUR DAN ANAK SD
SECARA NASIONAL TAHUN 2003
5.000.000

4.000.000

3.000.000
4.035.876
2.000.000

1.000.000
1.561.920
0
WUS

Anak SD

Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

Cakupan pemberian kapsul beryodium pada wanita usia subur tahun 2003 sebesar
4.035.876 sedangkan pada anak sekolah sebesar 1.561.920 (Gambar 4.36), rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.20.
F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan
untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial
yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat
generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi
klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan.
1. Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan cakupan
dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional. Sampai dengan akhir tahun
2003, penggunaan obat rasional baru mencapai 60%. Angka tersebut belum menunjukkan target
yang hendak dicapai yang idealnya penggunaan obat yang rasional mencapai 100%. Berkaitan
dengan hal tersebut perlu terus diupayakan meningkatan obat esensial nasional di setiap fasilitas
kesehatan masyarakat dan melindungi masyarakat dari risiko pengobatan irasional.
Pemberian obat generik, obat non generik formularium dan obat non generik yang
berasal dari bagian rawat jalan, UGD dan rawat inap pada rumah sakit tahun 2005, obat generik
berjumlah 14.986.804, obat non generik formularium 5.402.272 dan obat non generik berjumlah
10.281.995. Dari data tersebut terlihat bahwa pemberian obat generik masih menjadi peringkat
pertama disusul dengan obat non generik dan non generik formularium. Jumlah kegiatan farmasi
89

rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. Data menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 4.21.
GAMBAR 4.37
JUMLAH KEGIATAN FARMASI PADA RSU DEPKES
DAN PEMDA DI INDONESIA
TAHUN 2005
14.986.804

16.000.000

10.281.995

12.000.000

8.000.000

5.402.272

4.000.000

0
Generik

Non Generik

Non Generik
Formularium

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

2. Pemanfaatan Obat Generik


Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi
pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan
terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan
Kabupaten/kota penulisan resep obat generik selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 4.38 berikut.
GAMBAR 4.38
PERSENTASE PEMBUATAN RESEP OBAT GENERIK
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2004
35,821,800

40,000,000

30,000,000

28,389,957

20,000,000

26,651,053

20,810,557
10,000,000

2003

2004

TTL RESEP

OBT GENERIK

Sumber: Data Indikator Kinerja SPM Kab/Kota

90

Dari gambar di atas terlihat bahwa proporsi penulisan resep obat generik di sarana
pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir tidak banyak mengalami perubahan yaitu
74,4% pada tahun 2004 dan 73,3% pada tahun 2003.
Sebanyak sebelas provinsi melaporan cakupan penulisan obat generik 90% dengan
cakupan tertinggi Provinsi Gorontalo dan Banten (100%), Jambi (99,95%), Bangka Belitung
(99,76%), enam provinsi memiliki cakupan 50% dengan angka terendah dilaporkan
Provinsi Irian Jaya Barat (5,85%), Lampung (27,3%), Kalimantan Timur (28,87%) dan DI
Yogyakarta (35,91%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi dilaporkan Provinsi
Nusa Tenggara Barat (95,17%), Jambi (94,77%), dan Sulawesi Utara (92,29%); sedangkan
Provinsi Sulawesi Barat dan DKI Jakarta tidak ada data.
Rincian persentase penulisan resep obat generik menurut provinsi tahun 2004
disajikan pada Lampiran 4.22.
3. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya)
Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari
kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2005 kegiatan kuratif (pengobatan)
penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 6.130 dengan rincian 5.182 jenis
Narkotika, 630 Psikotropika dan 248 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 263
terdiri dari 236 Narkotika, 24 Psikotropika, 3 Zat Adiktif lainnya. Sedangkan kegiatan
aftercare berjumlah 40 terdiri dari 15 Narkotika, 23 Psikotropika dan 2 Zat Adiktif lainnya.
Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2005 dapat dilihat
pada Gambar 4.39. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.23.
GAMBAR 4.39
KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2005
7000

6130

6000
5000
4000
3000
2000

263

1000

40

0
Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

91

G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA


Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana
lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan
lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan
industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas
lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung
berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.
Data kesiapsiagaan dan penanggulangan sanitasi pada situasi bencana selama tahun
2005 dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini. Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2005
terdapat di Lampiran 4.24.

NO
1.
2.
3.
4.
5.

TABEL 4.11
DAERAH/WILAYAH RAWAN BENCANA
DI INDONESIA TAHUN 2005
JENIS BENCANA
DAERAH/LOKASI BENCANA
Banjir
Kalimantan Selatan
Gempa Bumi dan Tsunami
Kepulauan Nias, Sumatera Utara
Air Pasang
Pangkal Pinang, Bangka Belitung
Banjir dan Kebakaran Hutan
Kalimantan Tengah
Tanah Longsor
Sumatera Barat

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, RI

1. Bencana Lingkungan Hidup


Bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi karena pembukaan lahan yang dilakukan
dengan pembakaran dan diperparah dengan kondisi cuaca kering di musim kemarau. Pada
tahun 2005 kebakaran hutan mencapai puncaknya pada bulan Agustus sampai Oktober 2005.
Asap ini terbawa angin hingga mencapai Kuala Lumpur di Malaysia.
Hasil pemantauan hotspot (titik panas) oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
sejak bulan Januari 2005 di wilayah Sumatera berjumlah 9.279 hotspot yang tersebar di
Provinsi Bangka Belitung 100 hotspot, Bengkulu 5 hotspot, Aceh 177, Jambi 414, Riau 7.249
dan Sumatera Utara 1.334 hotspot. Di wilayah Sumatera paling banyak terpantau di areal
perkebunan dengan cara membakar. Jumlah hotspot berdasarkan penggunaan lahan dapat
dilihat pada Gambar 4.40 berikut.
GAMBAR 4.40
PERSENTASE HOTSPOT BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
DI WILAYAH SUMATERA TAHUN 2005

92

30

30

9
31
HPH

HTI

KBN

MAS

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes,RI

Pemantauan hotspot di Kalimantan Barat sebesar 1.505 hotspot berada di Kabupaten


Sintang, Bengkayang, Sanggau dan Ketapang sedangkan Kalimantan Tengah 1.374 hotspot
tersebar di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur dan
Kabupaten Seruyan.
Pada tahun 2005 bencana banjir terjadi di 5 provinsi dengan jumlah korban meninggal
2 orang, 522 orang luka ringan, 2 orang hilang dan 12.075 orang mengungsi. Pelayanan
kesehatan yang diberikan pada korban bencana banjir oleh Pemerintah Daerah meliputi
membuka pos kesehatan, membuat penampungan pengungsi, memberikan pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit.
Bencana tanah longsor terjadi di 5 provinsi dengan korban meninggal 170 orang, 15
luka berat, 6 luka ringan, 4 orang hilang dan 315 orang mengungsi. Upaya yang telah
diberikan oleh pemerintah daerah meliputi evakuasi korban, memberikan pelayanan rawat
inap dan rawat jalan di RSUD, menyiagakan pos kesehatan 24 jam, memakamkan korban dan
melakukan koordinasi, sedangkan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat pada bencana tanah
longsor di Kecamatan Batujajar berupa obat paket banjir.
2. Bencana Alam
Secara geografis Indonesia termasuk daerah rawan bencana. Pada tahun 2005 bencana
alam gempa bumi terjadi di 8 provinsi dengan korban meninggal 1.801 orang, luka berat
3.272 orang, luka ringan 155 orang, 278 kepala keluarga dan 561 orang mengungsi.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah meliputi evakuasi korban,
memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD, menyiagakan pos kesehatan 24
jam dan memantau penyakit pasca bencana.
Gempa bumi yang terbesar terjadi di Pulau Nias dan Tapanuli Tengah yaitu 8,7 Skala
Richter pada tanggal 28 Maret 2005, 85% bangunan gedung dan landasan pesawat hancur,
849 orang meninggal dunia, 1.415 luka berat dan 72.173 berobat. Dalam hal ini pemerintah
pusat memberikan bantuan berupa 350 buah kantong mayat, obat 2 paket, 1 unit genset.
Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2005.

***

93

BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini,
adalah sebagai berikut :
A. SARANA KESEHATAN
Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah
sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
Pada periode tahun 2000 2005, jumlah Puskesmas (termasuk Puskesmas Perawatan)
terus meningkat dari 7.237 unit pada tahun 2000 menjadi 7.669 unit pada tahun 2005. Dalam
periode tahun itu, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk berada dalam kisaran 3,46
3,56 per 100.000 penduduk. Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas
terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 2005 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2,
gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar
5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.
GAMBAR 5.1
JUMLAH PUSKESMAS
TAHUN 2000-2005

8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-

7,277

4
3.5
3
2.5
2
1.5

7,550

7,309

7,237

GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000-2005

7,669

7,413

3.55
3.56

3.50

3.46
3.48

3.46

1
0.5
0

2000

2001

2002

2003

2004

2000

2005

Sumber: Jumlah Puskesmas : Ditjen Binkesmas, Depkes RI


Jumlah Penduduk : BPS, SUPAS 2005

93

2001

2002

2003

2004

2005

GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka
jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2005 rata-rata 1,07 unit tidak mengalami
perubahan dibandingkan data tahun 2004 yaitu 1,04 unit per 30.000 penduduk.
Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung meningkat dari
21.267 unit pada tahun 2000 menjadi 22.171 unit pada tahun 2005. Sementara itu, rasio
Puskesmas Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan 2005 berkisar 10,1310,53. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 10-11 unit
Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas Pembantu terhadap
100.000 penduduk pada tahun 2000 2005 disajikan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5
berikut ini, sedangkan menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.2.
GAMBAR 5.5
RASIO PUSKESMAS PEMBANTU PER 100.000
PENDUDUK
TAHUN 2000-2005

GAMBAR 5.4
JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU
TAHUN 2000-2005

25

21.267

21.587

21.706

21.762

22.002

22.171

12

20

10

15

10.53
10.45

10.15
10.33

10.14

10.13

10

4
5

0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2000

Sumber: Jumlah Puskesmas : Ditjen Binkesmas, Depkes RI


Jumlah Penduduk : BPS, SUPAS 2005

94

2001

2002

2003

2004

2005

Berdasarkan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu pada tahun 2000 2005,
maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-rata 3:1, artinya setiap Puskesmas
rata-rata didukung oleh 3 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas menurut provinsi pada
tahun 2000 2005 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.2.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III
sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan.
Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan
kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2000 2005
perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003
turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2002 (5,94%), tahun 2004
(4,47%), tahun 2005 (3,33%) dan 2001 (1,85%). Perkembangan jumlah Puskesmas dan
Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 2005 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini,
sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.
GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
TAHUN 2000 2005

8,000
6,000
4,000
2,000
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Puskesmas

7,237

7,277

7,309

7,413

7,550

7,609

Puskesmas Perawatan

1,785

1,818

1,926

1,924

2,010

2,077

Puskesmas

Puskesmas Perawatan

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat


(R4/mobil) pada tahun 2000 2003 mengalami penurunan dan pada tahun 2004-2005 terjadi
peningkatan . Untuk tahun 2001 terjadi penurunan Puskesmas keliling R4 sebesar 8% ( tahun
2000: 5.551 dan tahun 2001: 5084), pada tahun 2002 terjadi penurunan 2% bila dibandingkan
dengan tahun 2001, tahun 2003 turun 44% dari tahun 2002, sedangkan pada tahun 2004 naik
91% dari tahun 2003, dan pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6% dari tahun 2004.
Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) hampir sama seperti Puskesmas
keliling R4 yang pada tahun 2000-2005 mengalami penurunan kecuali tahun 2004 mengalami
peningkatan dan pada tahun 2005 kembali turun. Untuk tahun 2000 dan 2001 terjadi
penurunan puskesmas keliling PB sebesar 14% ( tahun 2000: 841 dan tahun 2001: 716), pada
tahun 2002 terjadi penurunan 8% bila dibandingkan dengan tahun 2001, tahun 2003 turun
51% dari tahun 2002, sedangkan pada tahun 2004 naik 152% dari tahun 2003, dan pada tahun
2005 turun lagi sebesar 20% dari tahun 2004. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya
95

terhadap Puskesmas pada tahun 2000 2005 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini,
sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4.

10,000

1.00

8,000

0.80

6,000

0.60

4,000

0.40

2,000

0.20

0
Pusling PB
Pusling R4
Rasio Pusling

2000

2001

2002

2003

2004

2005

841

716

654

317

805

591

0.00

Rasio Pusling per Puskesmas

Jumlah Pusling (R4 & RB)

GAMBAR 5.7
JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS
TAHUN 2000 2005

5,551 5,084 4,984 2,795 5,358 5,552


0.9

0.8

0.8

0.4

0.8

0.8

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Demikian pula rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada periode itu juga
cenderung menurun dari 0,9 pada tahun 2000 menurun menjadi 0,8 pada tahun 2001 dan
2002. Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada tahun 2003 sebesar 0,4 dan pada
tahun 2004 2005 sebesar 0,8.
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah
rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2000 2005, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di
Indonesia terus meningkat, yaitu dari 1.145 unit pada tahun 2000 menjadi 1.178 unit pada
tahun 2001 (bertambah 2,88%) dan 1.215 unit pada tahun 2002 (bertambah 3,14%),
kemudian meningkat lagi menjadi 1.234 unit pada tahun 2003 (bertambah 1,56%), 1.246 unit
pada tahun 2004 (bertambah 0,97%) dan 1.268 unit pada tahun 2005 (bertambah 1,77%). Bila
dilihat menurut kepemilikannya, pada periode itu jumlah rumah sakit pemerintah kira-kira
separuh dari seluruh jumlah rumah sakit yang ada. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum
dan khusus) di Indonesia tahun 2000 2005 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini,
sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5.

96

TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2000 2005
No.

Pengelola/Kepemilikan

2000

1 Departemen Kesehatan

2001

2002

2003

2004

2005

59

31

31

31

31

31

2 Pemerintah Provinsi/Kab/Kota

357

386

389

396

404

421

4 TNI/POLRI

111

111

112

112

112

112

68

70

78

78

78

78

550

580

605

617

621

626

1.145

1.178

1.215

1.234

1.246

1.268

5 BUMN/Departemen Lain
6 Swasta
Jumlah
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,


jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 1996 2005 juga
cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan
kepemilikannya, walaupun jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik
Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan
Departemen Lain/BUMN pada periode itu ada kenaikan namun kecil (dari tahun 1996-2005
bertambah 6,88%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta kenaikannya cukup
berarti (dari tahun 1996-2005 bertambah 30,15%). Jumlah rumah sakit umum di Indonesia
tahun 2005 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.

GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 1996 2005

Jumlah RSU

1200
1000
800
600
400
200
0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

RSU Pemerintah

523

522

525

517

520

524

526

534

542

559

RSU Swasta

335

351

363

370

390

411

427

432

434

436

Jumlah RSU

858

873

888

887

910

935

953

966

976

995

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

97

Jumlah rumah sakit khusus (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 1997 2005
juga meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.9. Bila dilihat berdasarkan
kepemilikannya, jumlah rumah sakit khusus milik pemerintah yang mencakup milik
Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan
Departemen Lain/BUMN pada periode itu ada kenaikan namun kecil (dari tahun 1996-2005
bertambah 7,79%), sedangkan jumlah rumah sakit khusus milik swasta kenaikannya cukup
bermakna (dari tahun 1996-2005 bertambah 30,15%). Jumlah rumah sakit khusus di
Indonesia tahun 2005 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
GAMBAR 5.9
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
TAHUN 1997 2005
Jumlah RS Khusus

500
400
300
200
100
0

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

RSK Pemerintah

77

76

76

75

74

76

83

83

83

RSK Swasta

140

148

148

160

170

191

185

187

190

Jumlah RSK

217

224

224

235

244

267

268

270

273

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan


kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 1997 2005
ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara ringkat dapat
dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci untuk dapat dilihat
pada Lampiran 5.7 dan Lampiran 5.8.

Jumlah Tempat Tidur RS

GAMBAR 5.10
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
TAHUN 1997 2005
150,000
125,000
100,000
75,000
50,000

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

18,110

17,894

17,815

17,970

17,269

18,675

18,750

19,591 20,480

TT RSU

103,886 105,292 105,783 107,537 109,948 111,539

112,379

112,640 116,286

Jumlah TT RS

121,996 123,186 123,598 125,504 127,588 130,214

131,129

132,231 136,766

TT RSK

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

98

2005

Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan


berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung
berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun rumah sakit
khusus. Pada tahun 2000 2005, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk relatif
berkisar antara 61 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur rumah sakit dan rasionya
per 100.000 penduduk pada tahun 2000 2005 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini.

140.000

65

135.000

63

130.000

61

125.000

59

120.000

57

115.000

2000

2001

2002

2003

2004

2005

55

Rasio TT RS per 100.000


Penduduk

Jumlah Tempat Tidur RS

GAMBAR 5.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000 2005

Jumlah TT RS 125.50 127.58 130.21 131.12 132.23 136.76


60,97

Rasio TT

61,22

61,71

61,17

60,92

62,49

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut
jenis tahun 1997 2005 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini, sedangkan jumlahnya
menurut provinsi pada tahun 2002 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.9.
GAMBAR 5.12
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS TAHUN 1997 2005
Jumlah Sarana Produksi

1,200
1,000
800
600
400
200
0

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Industri Farmasi

235

205

195

198

205

226

229

272

265

Industri Obat Tradisional

77

79

87

93

81

86

86

89

103

Industri Kecil Obat Tradisional

559

608

722

872

794

811

1,130

1,134

894

Industri Alat Kesehatan

198

173

163

272

400

457

498

413

482

554

1,015

698

Industri Perbkl Kes RT

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI dan Hasil pemutakhiran data

99

Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 1997
2005 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi
pada tahun 2002 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.10.

Jumlah Sarana Distribusi

GAMBAR 5.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS TAHUN 1997 2005
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Pedagang Besar Farmasi

1,631 1,718 1,819 2,026 2,082 2,249 2,478 2,432 2,392

Apotek

6,903 7,467 7,794 6,196 6,391 7,767 8,364 8,456 9,216

Toko Obat

7,101 5,028 7,000 5,246 4,518 5,405 6,610 6,806 6,737

Penyalur Perbekalan Alkes

555

574

Sub penyalur Perbekalan Alkes

621

722

1,061 1,152 1,639 1,982 1,008


291

343

711

819

2,087

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

Di kabupaten/kota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah


dikelola oleh unit pengelola obat, dahulu disebut sebagai Gudang Farmasi Kabupaten (GFK).
Perkembangan jumlah unit pengelola obat (eks gudang farmasi) kabupaten/kota pada tahun
2001 2005 dapat dilihat pada Gambar 5.14 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.11.

GAMBAR 5.14
JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2001 2005

500
400

401

339

319

300

331

307
200
100
0
2001

2002

2003

2004

Sumber: Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

100

2005

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat


berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat
Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau
perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2005 jumlah
Posyandu sebanyak 315.921 buah. Jumlah Posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah
Posyandu tahun 2004, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini.
GAMBAR 5.15
JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA
TAHUN 2000-2005

350,000
315,921

300,000

242,221

234,843

250,000

238,699

200,000

220,198

150,000
100,000
50,000
2001

2002

2003

2004

2005

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 5,01 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 5 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah
Papua (28,40), DKI Jakarta (14,65) dan DI Yogyakarta (13,74). Sedangkan rasio terkecil di
Provinsi Irian Jaya Barat (0,49), NAD (0,83) dan Sulawesi Tenggara (1,56). (Lampiran 5.12)
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga
dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama,
Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Polindes
sebanyak 27.056 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,43. Rasio Polindes
terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (1,58), Sumatera Barat (1,50) dan
Kalimantan Timur (0,95). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Maluku (0,10) dan Papua
(0,11). (Lampiran 5.12)
Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu
Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Pos Obat
Desa sebanyak 9.010 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14. Rasio POD
terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (1,48), Sulawesi Tenggara (1,38)
dan NTB (0,37). Sedangkan rasio terkecil di Maluku Utara (hanya terdapat 2 POD atau rasio
101

0,00) dan Nanggroe Aceh Darussalam (terdapat 84 POD atau rasio 0,01). Data selengkapnya
mengenai Sarana UKBM tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan
kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai
institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga
kesehatan (Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab Departemen
Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke dalam institusi
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes.
Pada tahun 2005 jumlah Poltekkes di seluruh Indonesia sebanyak 32 buah yang
menyelenggarakan 14 jenis jurusan atau program studi, yaitu Keperawatan, Kebidanan,
Kesehatan Lingkungan, Gizi, Kesehatan Gigi, Farmasi, Analis Kesehatan, Teknik Elektro,
Teknik Radio Diagnostik, Teknik Gigi, Analis Farmasi dan Makanan, Fisioterapi, Okupasi
Terapi dan Ortotik Prostetik. Oleh karena pada umumnya setiap Poltekkes menyelenggarakan
lebih dari satu jenis jurusan atau program studi, maka pada tahun 2005 jumlah jurusan atau
program studi yang diselenggarakan oleh 32 Poltekkes tersebut sebanyak 203 jurusan. Dari
203 jurusan yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah jurusan Keperawatan (33,0%)
dan Kebidanan (23,2%), selebihnya adalah Gizi (11,3%), Kesehatan Lingkungan (9,9%),
Kesehatan Gigi (8,9%), Analis Kesehatan (5,9%), Farmasi (3,0%), Teknik Elektro Medik
(1,0%), Teknik Radio Diagnostik (1,0%), Fisioterapi (1,0%), Teknik Gigi (0,5%), Analis
Farmasi dan Makanan (0,5%), Okupasi Terapi (0,5%), dan Ortotik Prostetik (0,5%).
Dari 203 jurusan yang diselenggarakan, ditetapkan strata akreditasi A, B, dan C
terhadap 179 program studi, 40,8% berakreditasi A dan 56% berakreditasi B, selanjutnya ada
24 program studi yag belum diakreditasi. Daftar institusi Poltekkes menurut jenis jurusan
atau program studi dan provinsi pada tahun 2005 dan strata akreditasi jursan/program studi
Poltekkes dapat dilihat pada Lampiran 5.16 dan Lampiran 5.17.
Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak 645
institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan (71,6%), sedangkan selebihnya
adalah jurusan Kefarmasian (11,5%), Keteknisian Medis (10,7%), Kesehatan Masyarakat
(2,3%), Keterapian Fisik (2,5%), dan Gizi (1,4%). Bila dilihat menurut kepemilikannya,
jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2005, 79,4% adalah milik swasta,
sedangkan selebihnya adalah milik Pemerintah Daerah (15,8%), dan TNI/POLRI (4,8%).
Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi
milik pusat bergabung dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut
jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 5.18. dan 5.19.

B. TENAGA KESEHATAN
1. Perencanaan Tenaga Kesehatan
102

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sebanyak 235.939.000 orang.


Untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 diperkirakan kebutuhan tenaga kesehatan sebanyak
1.000.338 orang.

GAMBAR 5.16
KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010
MENURUT JENIS TENAGA

400,000.00
350,000.00
300,000.00
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
-

dr
Spes

dr

drg

Peraw
Prw.Gi Apote
Bidan
gi
at
ker

Ass
Apt

SKM

Sanita
rian

Gizi

Ketera Ketekn
pian
isan

Jumlah 14,156. 56,625 25,953 372,78 94,376 70,782 21,235. 70,782 82,579 94,376 51,907. 9,438. 35,391.

Sumber : Pusgunakes, Desember 2005

2. Persebaran SDM Kesehatan


2.1. SDM Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan yang bertugas di sarana kesehatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
TNI/POLRI dan swasta.
Jumlah dan persentase tenaga kesehatan menurut jenisnya disajikan pada Tabel 5.2 di
bawah ini.
TABEL 5.2
JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK
TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2005
No.
1

Dokter Spesialis

Jenis Tenaga

Jumlah
11.765

Persentase
2,15

Rasio per 100.000 Penduduk


5.38

Dokter

40.963

7,48

Dokter Gigi

10.156

1,86

4.64

284.039

51,90

129.78

73.201

13,37

33.45
3.32

18.72

Perawat

Bidan

Perawat Gigi

7.269

1,33

Apoteker

7.646

1,40

3.49

34.976

6,39

15.98

7.103

1,30

3.25

Asisten Apoteker

Kesehatan masyarakat

103

10

Sanitarian

16.239

2,97

7.42

11

Gizi

13.570

2,48

0.62

12

Keterapian Fisik

4.551

0,83

2.08

35.827

6,55

16.37

13

Keteknisan Medis

Jumlah

250.06

547.305

Jumlah penduduk Indonesia = 218.868.791 (Sumber: BPS, SUPAS 2005)


Sumber: Data tenaga dari Pusren-gun SDM Kes tahun 2003 ditambah lulusan tahun 2004 dan tahun 2005
(Pusdiknakes dan Ditjen Dikti)

2.2. SDM Kesehatan di Unit Utama Depkes dan UPTnya


Jumlah PNS Kesehatan yang bertugas pada unit utama Depkes dan UPTnya sebanyak
44.941 orang dengan tenaga terbanyak bertugas di Ditjen Yanmedik dan UPTnya (27.221
orang) dan yang paling sedikit bertugas di Inspektorat Jendreal dan UPTnya (148 orang).
TABEL 5.3
JUMLAH PNS DI UNIT UTAMA DEPKES DAN UPTNYA
TAHUN 2004
No

Unit Kerja

Sekretariat Jenderal
2
Inspektorat Jendral
3
Ditjen Binkesmas
4
Ditjen Yanmedik
5
Ditjen PP - PL
6
Ditjen Yanfar dan Alkes
7
Badan Litbangkes
8
Badan PPSDM Kesehatan
Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes, Desember 2005

Jumlah

1.169
148
709
27.211
2.156
158
1.019
7.459
44.941

2.3. SDM Kesehatan di Rumah Sakit


Berdasarkan laporan Ditjen Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah sakit tahun
2005 adalah 244.844 orang, terdiri dari 159.999 orang (65,35%) tenaga kesehatan dan 84.845
orang (34,65%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak
adalah DKI Jakarta (27.953 orang), diikuti Jawa Timur (21.053 orang) dan Jawa Tengah
(20.861 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan terendah adalah Gorontalo
(258 orang), Maluku Utara (351 orang) dan Bangka Belitung (521 orang). Berdasarkan
profesinya, dari 159.999 tenaga kesehatan, terbanyak adalah perawat 105.563 orang (65,98%)
dan medis 25.941 orang (16,21%), yang dapat dilihat pada Lampiran 5.20.
2.4. SDM Kesehatan di Puskesmas
Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2005 adalah 168.377 orang.
Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.425 orang (PNS maupun PTT).
104

Dengan jumlah Puskesmas sebanyak 7.669, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2
orang dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang
berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 37.143 orang
sehingga setiap Puskesmas dilayani 4-5 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak 52.112 orang
sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Jumlah bidan di desa sebanyak 32.598
orang, dengan jumlah desa/kelurahan 69.994 maka perbandingan bidan desa dengan
desa/kelurahan 1:2. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.21.
2.5. Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Jumlah dokter, dokter gigi dan bidan PTT yang masih aktif sampai dengan bulan
Desember 2005 sebanyak 36.755 orang, terdiri dari dokter 3.801 orang (10,34%), dokter gigi
781 orang (2,31%) dan bidan 32.173 orang (87,53%).
GAMBAR 5.17
JUMLAH DOKTER, DOKTER GIGI DAN BIDAN PTT MASIH AKTIF
MENURUT KRITERIA DAERAH PENEMPATAN
TAHUN 2005

35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-

Do kter

Do kter Gigi

B idan

2,746

693

Terpencil

772

65

32,173

Sangat Terpencil

283

23

B iasa

Sumber : Biro Kepegawaian, Desember 2005

2.6. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah peserta didik sebanyak 161.589 orang terdiri dari
peserta didik Poltekkes sebanyak 39.439 orang (24,41%) dan peserta didik non Poltekkes
sebanyak 122.150 orang (75,59%). (Lampiran 5.22 dan Lampiran 5.23)
Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, pendidikan tinggi setingkat diploma III
(JPTD-III) sebanyak 145.985 orang (90,34%), jenjang pendidikan tinggi setingkat diploma I
(JPTD-I) sebanyak 185 orang (0,11%), dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak
15.419 orang (9,55%). Perkembangan jumlah peserta didik pada institusi pendidikan tenaga
kesehatan pada tahun 2002 2005 yang meningkat dari tahun ke tahun adalah pendidikan
setingkat D-III, sedangkan D-I dan JPM cenderung tidak banyak berubah seperti yang
terlihat pada Gambar 5.18 di bawah ini.

105

GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2001 2005
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
-

JPM

2002

2003

2004

2005

20,745

17,212

14,850

15,419

DI

170

60

70

185

D III

103,128

116,999

131,300

145,985

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

2.7. LULUSAN
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2005 sebanyak 43.320 orang
terdiri dari lulusan Poltekkes 11.463 orang (26,46%) dan Non Poltekkes 31.857 orang
(73,54%). (Lampiran 5.24, Lampiran 5.25). Jumlah lulusan berdasarkan jurusan/program
studi dapat dilihat pada Tabel 5.4.
TABEL 5.4
LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI
TAHUN 2005

106

No

Lulusan

Jurusan/Prodi
Poltekkes

1 SPK dan D3 Keperawatan

Jumlah

4.059

20.208

773

188

961

2.966

2.985

5.951

2.294

2.294

365

742

1.1074

2 SPRG dan D3 Kesehatan Gigi


3 Bidan

Non Poltekkes

4 Ass Apoteker (SMF)


5 Farmasi
6 Farmasi dan Makanan

24.267

40

689

729

7 Kesling

1.017

838

1.855

8 Gizi

1.161

358

1.519

120

529

649

40

40

50

50

559

1.477

2.036

9 Fisioterapi
10 Okupasi Terapi
11 Terapi W icara
12 SMAK & D3 Analis Kesehatan
13 Teknik Gigi
14 Teknik Radiodiagnostik
15 Perekam Medis
16 Teknik Elektromedis

40

110

150

140

343

483

581

581

183

227

410

17 Refraksi Optisi

238

238

18 PTTD

70

70

19 Akupuntur

20 Teknik Radiovaskuler

11.464

31.857

43.321

Jumlah

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

Dari tahun 2001 2005 jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes adalah 206.242
orang sehingga rata-rata per tahun meluluskan 41.248 tenaga kesehatan, bila dilihat dari
jenjang pendidikan lulusan poltekkes dan non poltekkes yang meningkat dari tahun 20012005 adalah jenjang pendidikan D-III yang dapat dilihat pada Gambar 5.19.
GAMBAR 5.19
PERKEMBANGAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2001-2005
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
JPM

2001

2002

2003

2004

2005

11,916

8,676

5,736

4,461

4,337

JPT-DI

167

301

140

87

70

JPT-DIII

29,974

28,452

31,927

41,014

38,983

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI, Desember 2005

2.8. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai


Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai dalam
rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri atas
pelatihan pra/jabatan atau pra/tugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional, dan pelatihan
teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan Bapelkes dan dari
permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan lainnya yang tidak
dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui Pusdiklat, tidak tersedia.
107

Pada tahun 2005 jumlah peserta Diklat yang dilaporkan sebanyak 12.258 orang,
dengan rincian Diklat Pra/Jabatan sebanyak 1.150 orang (9,38%), Diklat Pimpinan sebanyak
460 orang (3,75%), Diklat Fungsional sebanyak 9.779 orang (79,78%), dan Diklat Teknis
sebanyak 869 orang (7,09%), sebagaimana disajikan pada Gambar 5.20 berikut ini.
GAMBAR 5.20
PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI
PELATIHAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2005
Pelatihan
Pimpinan
3.8%

Pelatihan
Fungsional
79.8%

Pelatihan PraJabatan
9.4%
Pelatihan
Teknis
7.1%

Sumber : Pusdiklat, Depkes RI

Selanjutnya berikut ini disajikan perkembangan jumlah tenaga kesehatan yang


mengikuti berbagai jenis pelatihan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005.
TABEL 5.5
JUMLAH DAN PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI
BERBAGAI JENIS PELATIHAN TAHUN 2000 2005

Jenis Pelatihan

2000
Jumlah

Pelatihan Pra-Jabatan
Pelatihan Pimpinan
Pelatihan Fungsional
Pelatihan Teknis
Jumlah

2001
%

Jumlah

2002
%

Jumlah

2003
%

Jumlah

2004
%

Jumlah

2005
%

Jumlah

4.368

25

2.465

22

206

5,5

428

4,8

978

10,3

1.150

9,4

349

220

181

4,8

235

2,6

343

3,6

460

3,8

1.730

1.060

10

708

19,0

1.448

16,3

528

5,6

9.779

79.8

16.336

63

7.228

66

2.640

70,7

6.793

76,3

7.612

80,5

869

7,1

10.973 100

3.735

100

8.904

100

9.461

100

12.258

100

22.783 100

Sumber : Pusdiklat, Depkes RI

Dari Tabel 5.5 di atas, terlihat bahwa jumlah peserta diklat mengalami penurunan
pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena adanya penyerahan sebagian besar Bapelkes
milik Departemen Kesehatan kepada Pemerintah Daerah. Sejak saat itu kegiatan pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes milik Daerah tidak terpantau oleh Pusdiklat
Departemen Kesehatan. Jumlah pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan
Bapelkes nasional serta jumlah pesertanya pada tahun 2005 dapat pula dilihat pada Lampiran
5.26.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

108

Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh


pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran rumah
tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah
Jumlah alokasi anggaran (rutin, pembangunan dan PHLN) Departemen Kesehatan
pada tahun 2005 adalah 10,67 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 6,52 trilyun rupiah
(penyerapan sekitar 61,09%) .
Pada tahun 2005, alokasi anggaran Departemen Kesehatan terdiri dari anggaran pusat
74,18% (alokasi anggaran pusat sebesar 7,9 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 5,08
trilyun rupiah (penyerapan sebesar 64,19%) dan anggaran daerah 25,82% (alokasi anggaran
daerah sebesar 2,75 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 1,44 trilyun rupiah (penyerapan
sebesar 52,21%).
Alokasi anggaran pusat yang terbesar pada Ditjen Binkesmas sebesar 4,3 trilyun
rupiah (54,79%), Setjen sebesar 1,3 trilyun rupiah (16,6%) dan yang terkecil pada Inspektorat
Jendral sebesar 19,78 milyar rupiah ( 0,25%), Badan Litbangkes 72,14 milyar rupiah
(0,19%). Sedangkan persentase realisasi terbesar anggaran pusat di Ditjen Yanfar dan Alkes
(95,84%), Badan Litbangkes (90,92%), sedangkan persentase terkecil di Ditjen Yanmedik
(29,40%), Setjen (47,59%).
Alokasi anggaran daerah yang terbesar pada Provinsi Jawa Barat sebesar 280,88
milyar rupiah (10,19%), Jawa Timur 272,91 milyar rupiah (9,91%), Sumatera Utara 238,13
milyar rupiah (8,64%) dan yang terkecil DKI Jakarta sebesar 6,16 milyar rupiah (0,22%),
Sulawesi Barat 16,31 milyar rupiah (0,59%), Irian Jaya Barat 24,94 milyar rupiah (0,91%).
Sedangkan persentase realisasi terbesar anggaran daerah di Provinsi Kalimantan Tengah
(88,38%), Sulawesi Barat (84,67%) dan Bengkulu (80,42), sedangkan persentase terkecil di
Nusa Tenggara Barat (17,95%), Banten (19,44%), Kalimantan Barat (21,88%). Alokasi dan
realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut pusat dan daerah tahun 2005 disajikan
pada Lampiran 5.27.
Pada periode tahun 2000-2005, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan baik
yang dikelolah unit pusat maupun yang didistribusikan untuk seluruh provinsi meningkat dan
dapat dilihat pada Gambar 5.19 di bawah ini. Pada tahun 2001 meningkat 15,48%, tahun
2002 meningkat 2,28%, tahun 2003 meningkat 49,34%, tahun 2004 meningkat 19,81% dan
pada tahun 2005 meningkat cukup besar yaitu 73,34%. Sedangkan realisasinya dari tahun
2000-2005 di atas 60% (tahun 2000: 96,22%, tahun 2001: 106,38%, tahun 2002: 93,74%,
2003: 83,49%, 2004: 84,52% dan 2005: 61,09%).
GAMBAR 5.21
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES

109

TAHUN 2000 2005


Jutaan rupiah
11.000.000
10.000.000
9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Alokasi

2.913.312,57

3.364.345,95

3.440.915,63

5.138.546,09

6.156.706,42

10.671.905,25

Realisasi

2.803.178,17

3.579.098,93

3.225.542,03

4.290.402,60

5.203.710,96

6.519.959,54

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI

Sementara itu, bila dilihat menurut Eselon I Pusat, dari alokasi anggaran Departemen
Kesehatan yang dialokasikan 10,49 trilyun rupiah pada tahun 2005, alokasi terbesar adalah
untuk Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat sebesar 4,34 trilyun rupiah (41,35%),
Sekretariat Jenderal 3,8 trilyun rupiah (36,21%), sedangkan alokasi terkecil adalah untuk
Inspektorat Jenderal 19,78 milyar rupiah (0,19%), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 74,24 milyar rupiah (0,71%). Persentase anggaran Departemen Kesehatan yang
direalisasikan pada unit pusat pada tahun 2005 sebesar 62,0%, dengan persentase realisasi
terbesar adalah Badan PPSDM Kesehatan (96,2%), Inspektorat Jenderal (94,6%) sedangkan
yang terkecil adalah Sekretariat Jenderal (36,8%), Ditjen Pelayanan Medik (61,9%). Alokasi
dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut Eselon I pada tahun 2005 disajikan
pada Lampiran 5.28.
2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya,
sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan (non JPK dan
JPK) dari tahun 2001 2005, dapat kita lihat dalam Gambar 5.22 yaitu non JPK dari tahun ke
tahun menurun sedangkan JPK dari tahun ke tahun meningkat yang disebabkan peningkatan kartu
sehat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam Gambar 5.23.
GAMBAR 5.22
PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN
TAHUN 2001 - 2005

110

100
80
60
40
20
0

2001

2002

2003

2004

2005

Non JPK

79.8

78.9

76.4

73.7

58.3

JPK

20.2

21.1

23.6

26.3

41.7

Sumber:- data 2001, Hasil analisis lanjut data SUSENAS


- data 2002-2005, Laporan Dinkes Provinsi untuk PJPK

Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan


kesehatan tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.29. Sedangkan rincian distribusi
kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran
5.30.
GAMBAR 5.23
PERSENTASE KEPESERTAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
TAHUN 2002 2005
30
25
20
%

15
10
5
0
Askes

Jamsostek

Dana
Sehat

JPKM

Kartu
Sehat

Lain-lain

2002

7,15

1,75

1,07

1,09

9,45

0,57

2003

7,19

3,59

2,18

1,04

8,31

1,3

2004

7,0

2,5

1,5

1,03

12,6

2,3

2005

6,7

2,08

1,92

0,95

27,7

2,51

Sumber: PJPK

***

111

BAB VI
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN
NEGARA - NEGARA ASEAN
ASEAN (Association of South East Asian Nations) terbentuk pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama negara-negara di Asia
Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara anggota sekaligus pendiri ASEAN.
Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dan anggota negara ASEAN
lainnya dari segi kependudukan dan derajat kesehatan.
A. KEPENDUDUKAN
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data yang disampaikan dalam WHO Health Report 2006, pada tahun
2005, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN
dengan jumlah penduduk 222,78 juta jiwa. Diikuti Vietnam dan Filipina dengan jumlah
penduduk masing-masing 84,24 dan 83,05 juta jiwa. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki
jumlah penduduk paling rendah yaitu 374 ribu jiwa.
Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai
negara yang paling padat yaitu 6.389 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas sembilan
negara anggota ASEAN lainnya. Kepadatan penduduk paling rendah terjadi di Laos (26
penduduk per km2), diikuti Myanmar (63 penduduk per km2) dan Brunei Darussalam (65
penduduk per km2).
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN
dapat dilihat dalam Lampiran 6.1.
GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

222,781

Vietnam

84,238

Filipina

83,054

Kepadatan penduduk
(jiwa/km2)

Indonesia

64,233

Thailand

50,519

Myanmar
25,347

Malaysia

14,071

Kamboja

5,924

Laos

4,326

Singapura

374

Brunei Darussalam
0

Singapura
Filipina
Vietnam
Thailand
Indonesia
Kamboja
Malaysia
Brunei Darussalam
Myanmar
Laos

0
50,000

100,000

150,000

200,000

6,389

293
253
127
126
75
73
65
63
26
1000

2000

3000

4000

250,000

Jumlah Penduduk (ribu jiwa)

Sumber: WHO Health Report, 2006

Sumber: WHO Health Report, 2006

111

5000

6000

7000

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan
migrasi. Selama kurun waktu 1994 2004, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di
antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam, Laos dan Singapura dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 2,4%. Dari 10 negara ASEAN, 4 negara di antaranya
(Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam) mempunyai laju pertumbuhan penduduk
antara 1,0-1,5%.
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 014 tahun untuk keadaan
tahun 2004, Laos dan Kamboja merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur
tersebut, masing-masing adalah 41,2% dan 37,7%. Sebaliknya Singapura dan Thailand
merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur 0 14 tahun terendah,
masing-masing 20,2% dan 24,1%. Sementara itu kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia
sebesar 28,6%.
Keadaan sebaliknya terjadi pada persentase penduduk umur 66 tahun ke atas, dimana
Singapura dan Thailand adalah yang terbesar masing masing 8,2% dan 6,9%. Sedangkan
Brunei Darussalam merupakan negara anggota ASEAN yang memiliki persentase penduduk
umur 65 tahun ke atas terendah yaitu 3,1%. Indonesia memiliki 5% penduduk umur 66 tahun
ke atas dan merupakan ke-3 tertinggi setelah Singapura dan Thailand.

41
.1
44
.8

37
.3
39
.5

35

34

33
.1

31

28
.4

100
80

55.2

58.9

60.5

62.7

65

66

64.2

20

66.9

40

69

60
71.6

Persentase Penduduk

120

35
.8

GAMBAR 6.3
KOMPOSISI PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2004

kelompok usia <


15 tahun dan >
65 tahun
kelompok usia
15-65 tahun

Si
ng
ap
u
Th ra
ai
la
Br nd
un
ei
In
do D
ne
M sia
ya
nm
Vi ar
et
na
m
M
al
ay
si
a
Fi
lip
i
Ka na
m
bo
ja
La
os

Sumber: Human Development Report, 2006

Persentase penduduk kelompok umur 0 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke


atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio).
Indikator Rasio Beban Tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun. Semakin
tinggi jumlah penduduk berumur < 15 tahun dan > 65 tahun maka semakin tinggi pula rasio
beban tanggungan.
Pada Gambar 6.2 dapat dilihat perbedaan persentase kelompok umur < 15 tahun dan >
65 tahun serta umur 15-65 tahun negara-negara anggota ASEAN. Menurut Human
112

Development Report 2006, pada tahun 2004 dua negara anggota ASEAN dengan rasio beban
tanggungan tertinggi adalah Laos (81%) dan Kamboja (70%). Singapura merupakan negara
dengan rasio beban tanggungan terendah (40%), dan untuk Indonesia rasio beban tanggungan
sebesar 52%.
4. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia yang biasa dikenal dengan Human Development Index
didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan
(diukur dengan Usia Harapan Hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan Angka Melek
Huruf dan Partisipasi Sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang
layak (diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan).
GAMBAR 6.4
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, 2004

Sumber: Human Development Report, 2006

Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi (IPM > 0,799), sedang (IPM
0,500-0,799), dan rendah (IPM < 0,500). Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2004,
70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan
IPM 0,711. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kategori tinggi, negara tersebut
adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
5. Angka Kesuburan Wanita
Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan
rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,23,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih. Dengan menggunakan
klasifikasi tersebut, berdasarkan data WHO Health Report 2005 maka negara-negara yang
termasuk dalam kategori rendah adalah Singapura (1,3) dan Thailand (1,9). Sedangkan Laos
dan Kamboja merupakan negara anggota ASEAN yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu
masing-masing 4,7 dan 4,0. Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan
wanita 2,3 yang berarti untuk setiap wanita di negara tersebut rata-rata memiliki anak 2
sampai dengan 3 orang selama hidupnya.
113

Angka kesuburan wanita masing-masing negara anggota ASEAN tahun 2004 dapat
dilihat dalam Lampiran 6.2.
GAMBAR 6.5
ANGKA KESUBURAN WANITA TAHUN 2004

Sumber: WHO Health Report, 2006

6. Angka Kelahiran Kasar


Gambar 6.6 memperlihatkan Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2004 di kawasan
Asia Tenggara yang berkisar 11,4-34,2 per 1000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun
sebelumnya, masih diduduki oleh Laos dengan angka 34,2 dan diikuti oleh Kamboja yaitu
33,6. Sedangkan Singapura memiliki Angka Kelahiran Kasar terendah yaitu 11,4 kematian
per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki Angka Kelahiran Kasar sebesar 20,2
kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.
GAMBAR 6.6
ANGKA KELAHIRAN KASAR TAHUN 2004
33.6

35

34.2

30
25

22.8

23.2
20.2

24.6

21.3

19.9

20

14.5
11.4

15
10
5

Br
un
In ei D
do
ne
Ka si a
m
bo
ja
La
o
M
al s
a
M ys ia
ya
nm
a
Fi r
l
i
Si pi n
ng
a
ap
Th ura
ai
la
Vi nd
et
na
m

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005

114

7. Sosial Ekonomi
PDB (Produksi Domestik Bruto atau Gross Domestic Product) merupakan indikator
yang baik untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara. PDB adalah nilai uang atau nilai
moneter semua barang-barang serta jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode
tertentu. Meliputi konsumsi, belanja/pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih
(ekspor dikurangi impor).
Berdasarkan ASEAN Statistical Yearbook 2005, pada tahun 2004 negara yang
memiliki PDB per kapita tertinggi adalah Singapura yaitu 25.191 US$. Kesembilan negara
lainnya memiliki PDB per kapita di bawah 15.000 US$. Negara dengan PDB per kapita
terendah adalah Myanmar (166 US$). Sedangkan Indonesia memiliki PDB per kapita sebesar
1.184 US$. PDB dari masing-masing anggota ASEAN tahun 2004 dapat dilihat dalam
Lampiran 6.1.
8. Pembiayaan Kesehatan
Beberapa indikator penting yang digunakan untuk melihat dan menganalisis
pembiayaan kesehatan adalah Persentase Keseluruhan Pengeluaran di Bidang Kesehatan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Persentase Pengeluaran Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, Persentase Pengeluaran
Sektor Swasta di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, dan
Persentase Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran Pemerintah.
Pada tahun 2003, Kamboja merupakan negara dengan persentase keseluruhan
pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB paling tinggi yaitu 10,9%. Sedangkan
kesembilan negara anggota ASEAN lainnya mempunyai persentase keseluruhan pengeluaran
di bidang kesehatan terhadap PDB di bawah 6%. Begitu pula dengan Indonesia yang
mempunyai keseluruhan pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB sebesar 3,1%.
TABEL 6.7
INDIKATOR PEMBIAYAAN KESEHATAN TERPILIH
DI BERBAGAI NEGARA ASEAN TAHUN 2003

No

Negara

Persentase
Persentase
Persentase Pengeluaran
Pengeluaran Sektor
Pengeluaran
Persentase Keseluruhan Pemerintah di Bidang
Swasta di Bidang
Pemerintah di Bidang
Pengeluaran di Bidang
Kesehatan terhadap
Kesehatan terhadap
Kesehatan terhadap
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran
Produk Domestik Bruto
Bidang Kesehatan
Bidang Kesehatan
Pemerintah

Brunei Darussalam

3.5

80

20

5.2

Kamboja

10.9

19.3

80.7

11.8

Indonesia

3.1

35.9

64.1

5.1

Laos

3.2

38.5

61.5

6.2

Malaysia

3.8

58.2

41.8

6.9

Myanmar

2.8

19.4

80.6

2.5

Filipina

3.2

43.7

56.3

5.9

8
9

Singapura
Thailand

4.5
3.3

36.1
61.6

63.9
38.4

7.7
13.6

10

Vietnam

5.4

27.8

72.2

5.6

Sumber: WHO Health Report, 2006

Tabel 6.7 memperlihatkan perbandingan biaya yang dikeluarkan pemerintah dan


sektor swasta di bidang kesehatan. Untuk persentase pengeluaran pemerintah di bidang
kesehatan terhadap seluruh pengeluaran di bidang kesehatan yang paling tinggi adalah Brunei
Darussalam. Di Brunei Darussalam 80% pengeluaran di bidang kesehatan dibiayai
pemerintah sehingga sektor swasta hanya berkontribusi 20%. Sebaliknya, kontribusi
115

pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang paling rendah adalah Kamboja. Di Kamboja
pemerintah hanya membiayai kesehatan 19,3% dari total seluruh pengeluaran kesehatan
sehingga sektor swasta mempunyai kontribusi lebih besar yaitu 80,7%. Di Indonesia 35,9%
pengeluaran di bidang kesehatan dibiayai pemerintah. Hal tersebut berarti pengeluaran yang
dibiayai sektor swasta lebih besar yaitu 64,1%.
Indikator yang terakhir, yakni persentase pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan
terhadap seluruh pengeluaran pemerintah. Negara yang persentasenya paling tinggi adalah
Thailand dengan 13,6% dan diikuti oleh Kamboja dengan 11,8%. Di Indonesia pengeluaran
pemerintah di bidang kesehatan terhadap seluruh pengeluaran pemerintah hanya 5,1% dan
berada di urutan ke-2 terendah setelah Myanmar (2,5%).

B. DERAJAT KESEHATAN
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100.
Menurut data dari WHO Health Report 2006 dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka
Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura termasuk kelompok rendah. Indonesia, Filipina,
Thailand, dan Vietnam termasuk kelompok sedang. Tiga negara lainnya (Kamboja, Laos, dan
Myanmar) masuk dalam kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi tinggi.
Tahun 2004 di Indonesia terdapat 39 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi tahun 2004 dari negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat
dalam Lampiran 6.2.
GAMBAR 6.8
ANGKA KEMATIAN BAYI, 2004

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005

2. Angka Kematian Balita


Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare,
Pneumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. Pada gambar di bawah terlihat Kamboja,
116

Myanmar, dan Laos memiliki angka kematian balita di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia di bawah 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
GAMBAR 6.9
ANGKA KEMATIAN BALITA, 2004
160

141

140
105

120
100

83

80
60

38

34

40
20

12

21

23

Sumber: WHO Health Report, 2006

3. Angka Kematian Kasar


Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2004 Laos merupakan negara
dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 12,2
diikuti oleh Myanmar CDR sebesar 11,2 untuk setiap 1.000 penduduk. Sementara itu,
Vietnam, Thailand, Indonesia dan Kamboja memiliki CDR sedang dengan kisaran antara 6
sampai 10 kematian per 1.000 penduduk. Sedangkan Malaysia, Philipina, Singapura memiliki
CDR di bawah 6 dan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR terendah yaitu 2,8 kematian
untuk setiap 1.000 penduduk.
GAMBAR 6.10
ANGKA KEMATIAN KASAR, 2004

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005

117

4. Umur Harapan Hidup


Umur harapan hidup menggambarkan kondisi kematian yang terjadi di sebuah negara,
oleh karena itu indikator tersebut juga menggambarkan kondisi kesehatan yang sedang
terjadi. Perubahan terhadap indikator tersebut mencerminkan juga perubahan kesehatan
penduduk secara umum dan kualitas kesehatan yang didapat oleh masyarakat. Gambar di
bawah memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 di antara kesepuluh negara-negara anggota
ASEAN, Singapura merupakan negara dengan umur harapan hidup waktu lahir (Expectation
of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun, diikuti oleh Brunei Darussalam dan Malaysia
dengan masing-masing memiliki umur harapan hidup (UHH) sebesar 77 dan 72 tahun.
Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Kamboja yaitu 54
tahun. Sedangkan Indonesia berada di urutan keempat terendah umur harapan hidup yaitu 67
tahun.
GAMBAR 6.11
UMUR HARAPAN HIDUP TAHUN 2004

Sumber: WHO Health Report, 2006

5. Cakupan Imunisasi
Di antara penyakit-penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin,
Campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan Campak
merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. 22 tujuan yang
disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak salah satunya adalah mempertahankan
cakupan Campak sebesar 90%.
Berdasarkan data Human Development Report 2006, pada tahun 2004, 50% negara
anggota ASEAN telah mencapai target cakupan Campak yaitu 90%. Kelima negara tersebut
adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam
merupakan negara dengan cakupan Campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang terendah
adalah Laos dengan cakupan Campak sebesar 36%. Di Indonesia sebanyak 72% balita telah
mendapat vaksin Campak.
DPT merupakan gabungan imunisasi untuk mencegah penyakit Diptheria, Pertussis,
dan Tetanus. Target imunisasi DPT adalah 90%. Tidak seperti Campak yang membutuhkan 1
dosis, imunisasi DPT membutuhkan 3 dosis. Maka yang diukur adalah DPT3 yaitu ketika
bayi telah mendapatkan imunisasi DPT sebanyak 3 dosis (3 kali).
Gambar 6.11 menunjukkan bahwa negara-negara yang telah mencapai target
imunisasi Campak 90% adalah negara-negara yang juga berhasil mencapai 90% imunisasi
DPT3. Begitu pula dengan Laos yang juga memiliki pencapaian terendah untuk imunisasi
118

DPT3 selain Campak. Sedangkan di Indonesia terdapat 70% balita yang telah mendapat
imunisasi DPT3.
Data lebih lengkap tentang imunisasi Campak dan DPT di negara ASEAN dapat
dilihat di Lampiran 6.3.

92 99
90

99 95
85
7072

60

94 94 9896 96 97
82
80
78 79

80

DPT3

45
36

Campak

30
0
Br
un
ei
In
D
do
ne
s
Ka i a
m
bo
ja
La
os
M
al
ay
M s ia
ya
nm
ar
Fi
l ip
in
Si
a
ng
ap
ur
Th a
ai
la
nd
Vi
et
na
m

Cakupan Imunisasi (%)

GAMBAR 6.12
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DAN DPT, 2004

Sumber: SOWC-Unicef, 2006

6. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)


Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian dunia
sehingga menjadi salah satu tujuan pembangunan millennium yang dikenal dengan
Millennium Development Goals (MDGs). Gambar 6.13 menunjukkan besarnya perbedaan
prevalensi Tuberkulosis antara Negara ASEAN dengan prevalensi tinggi dan prevalensi
rendah pada tahun 2004. Kamboja dan Filipina merupakan negara dengan prevalensi
Tuberkulosis tinggi yaitu masing-masing (708,7) dan (463,3). Sedangkan Singapura dan
Brunei Darussalam merupakan negara dengan prevalensi Tuberkulosis rendah. Data lebih
lengkap tentang Tuberkulosis di negara anggota ASEAN dapat dilihat di Lampiran 6.4.
GAMBAR 6.13
PREVALENSI TUBERKULOSIS TAHUN 2004

L
In a o s
do
ne
s
V i ia
et
na
Th m
ai
la
n
M
ya d
n
Br
m
un
a
M
ei
al r
ay
D
ar
s
us ia
sa
Si lam
ng
ap
ur
a

Ka
m

bo
j
Fi a
lip
in
a

800 708.7
700
600
463.3
500
317.8275.2
400
231.8207.7179.6
300
132.7
200
63 40.8
100
0

Sumber: WHO Health Report 2005

119

7. Status Gizi
Terbebas dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah
hak asasi manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian
dini. Pengukuran antropometri untuk mendapatkan status gizi seseorang telah dikenal luas
dan terutama dilakukan pada anak-anak. Rendahnya persentase berat badan terhadap usia
mencerminkan akibat kumulatif dari malnutrisi yang berkepanjangan atau kekurangan nutrisi
sejak lahir.
GAMBAR 6.14
PREVALENSI GIZI BURUK TAHUN 2003

Sumber: Human Development Report, 2006

Malnutrisi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok yakni, rendah (<10%);


sedang (10%-19%); tinggi (20%-29%); dan sangat tinggi (30%). Berdasarkan kategori
tersebut maka 60% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga
Indonesia dengan 6%. Sedangkan Kamboja merupakan satu-satunya negara yang masuk
dalam kategori sangat tinggi untuk persentase malnutrisi yaitu 33%.
Status Gizi Buruk di antara negara anggota ASEAN tahun 2003 dapat dilihat dalam
Lampiran 6.6.
8. Sumber Air Bersih dan Sanitasi
Sebagian besar di negara-negara anggota ASEAN penduduknya yang telah
menggunakan air bersih di atas 75% kecuali Kamboja dan Laos. Negara anggota ASEAN
pada tahun 2004 yang memiliki persentase tertinggi untuk cakupan penggunaan air bersih
adalah Singapura 100% (tidak termasuk Brunei Darussalam). Negara yang cakupan
penggunaan air bersihnya paling rendah adalah Kamboja dengan 34% diikuti oleh Laos
dengan 41%, sedangkan Indonesia memiliki cakupan penggunaan air bersih sebesar 77%.
Untuk cakupan penggunaan sarana sanitasi sehat, tidak seperti penggunaan air bersih,
5 negara ASEAN penduduknya yang menggunakan sarana sanitasi sehat masih di bawah
75% termasuk juga Indonesia. Singapura merupakan negara yang cakupan penggunaan

120

sarana sanitasi sehat tertinggi dengan 100%, sedangkan yang terendah adalah Kamboja yaitu
hanya 17%. Penduduk Indonesia yang menggunakan sarana sanitasi sehat sebesar 55%.

GAMBAR 6.15
PERSENTASE PENGGUNAAN SUMBER AIR BERSIH DAN
SANITASI SEHAT TAHUN 2004

120
100
80
60
40

9994
77
55

100 100 99
99

78 85
77
72

85
61

51

41
17

Penggunaan Sumber Air


Bersih
Penggunaan Sarana
Sanitasi Sehat

30

20

In
do
ne
s
Ka i a
m
bo
ja
La
os
M
al
ay
M s ia
ya
nm
ar
Fi
l ip
in
Si
a
ng
ap
u
Th ra
ai
la
nd
Vi
et
na
m

Sumber: Human Development Report, 2006

***

121

BAB VII
PENUTUP
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan
organisasi dalam pelaksanaan manajemen, sehingga penyediaan data dan informasi yang
berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan.
Profil Kesehatan Indonesia ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk
menilai pencapaian program di setiap provinsi. Dengan adanya penyajian data dan informasi
di dalam Profil Kesehatan Indonesia dalam bentuk narasi dan lampiran diharapkan dapat
digunakan untuk mengambil langkahlangkah perbaikan dari setiap program, sehingga
hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau.
Kami sadari, sistem informasi kesehatan yang ada pada saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, sehingga kualitas data dan
informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005 belum sesuai dengan
harapan.
Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu terbit dari
Profil Kesehatan Indonesia ini dibutuhkan adanya komitmen bersama, keseriusan dan
dukungan dari segala pihak khususnya unit-unit di lingkungan Departemen Kesehatan agar
penyajian Profil Kesehatan Departemen Kesehatan ini baik substansi penyajian maupun
waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga
tujuan agar Profil Kesehatan Indonesia dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi
dapat tercapai.
Besar harapan kami untuk mendapatkan saran dan kritik dan semua pihak untuk
peningkatan penampilan data dan informasi pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006
mendatang.

***

122

DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta
___________. 2006. Penduduk Nanggroe Aceh Darrussalam 2005. BPS, Jakarta
___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta
___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta
___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta
___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta
___________.2005.Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005.BPS, Jakarta
___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta
___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta
___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta
___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta
___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro.
Calverton, Maryland, USA
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC
Macro. Calverton, Maryland, USA
BPS, Depkes. 2005. Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas 2005. BPS - Depkes, Jakarta
Departemen Kesehatan. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
___________. 2006. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Depkes, Jakarta
___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan
. Depkes, Jakarta
123

2005.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan . Depkes, Jakarta
___________.2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas.
Depkes, Jakarta
___________. 1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan
Litbangkes, Jakarta
___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta
BPS dan Depkes. 2005. Laporan Kegiatan Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas Tahun
2005. BPS, Jakarta
Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat. 2006. Situasi Pangan Dan Gizi Di
Indonesia 2004-2005. Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat ,
Jakarta
Departemen Dalam Negeri.2005.Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
2005.Depdagri, Jakarta
UNICEF. 2006. The State of the Worlds Children 2006. UNICEF, New York.
The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006.
UNDP, New York.
World Health Organization. The World Health Report 2006: working together for health.
2006. WHO Press, Geneva.

***

124

Lampiran 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2005


Jumlah
No

Provinsi*)

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Kabupaten

Kota

(3)

(4)

17
18
12
9
9
10
8
8
6
4
1
16
29
4
29
4
8
7
15
10
13
11
9
6
9
20
8
4
5
7
6
19
8
349

4
7
7
2
1
4
1
2
1
2
5
9
6
1
9
2
1
2
1
2
1
2
4
3
1
3
2
1
1
2
1
1
91

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005
Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan

Kab + Kota

Kecamatan

Kelurahan

Desa

Kel. + Desa

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

21
25
19
11
10
14
9
10
7
6
6
25
35
5
38
6
9
9
16
12
14
13
13
9
10
23
10
5
5
8
8
20
9
440

241
326
158
124
76
149
73
164
36
41
44
568
564
78
654
130
56
100
194
149
93
119
122
105
99
244
117
46
44
57
45
173
74
5,263

112
547
256
190
117
294
123
164
54
105
267
547
744
47
785
144
89
91
299
80
133
121
177
253
133
616
271
83
47
32
80
81
41
7,123

5,853
4,924
634
1,236
1,072
2,428
1,071
1,967
266
144
5,231
7,817
391
7,682
1,340
602
711
2,300
1,409
1,179
1,835
1,201
984
1,369
1,964
1,342
364
312
842
676
2,506
1,154
62,806

Luas
Wilayah
2
(Km )
(10)

5,965
5,471
890
1,426
1,189
2,722
1,194
2,131
320
249
267
5,778
8,561
438
8,467
1,484
691
802
2,599
1,489
1,312
1,956
1,378
1,237
1,502
2,580
1,613
447
359
874
756
2,587
1,195
69,929

56,500.51
72,427.81
42,224.65
87,844.23
45,348.49
60,302.54
19,795.15
37,735.15
16,424.14
8,084.01
740.29
36,925.05
32,799.71
3,133.15
46,689.64
9,018.64
5,449.37
19,708.79
46,137.87
120,114.32
153,564.50
38,884.28
194,849.08
13,930.73
68,089.83
46,116.45
36,757.45
12,165.44
16,787.19
47,350.42
39,959.99
309,934.40
114,566.40
1,860,359.67

Lampiran 2.2

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Provinsi*)

Luas
Wilayah
(Km2)[a]

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua *
Indonesia

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)[b]
(4)

56,501
72,428
42,225
87,844
45,348
60,303
19,795
37,735
16,424
8,084
740
36,925
32,800
3,133
46,690
9,019
5,449
19,709
46,138
120,114
153,565
38,884
194,849
13,931
68,090
62,904
36,757
12,165
47,350
39,960
424,501
1,860,359.67

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005[a]
SUPAS & SPAN BPS, 2005[b]
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat

Kepadatan
Penduduk
per Km2
(5)

4,031,589
12,450,911
4,566,126
4,579,219
2,635,968
6,782,339
1,549,273
7,116,177
1,043,456
1,274,848
8,860,381
38,965,440
31,977,968
3,343,651
36,294,280
9,028,816
3,383,572
4,184,411
4,260,294
4,052,345
1,914,900
3,281,993
2,848,798
2,128,780
2,294,841
8,479,133
1,963,025
922,176
1,251,539
884,142
2,518,400
218,868,791

71.4
171.9
108.1
52.1
58.1
112.5
78.3
188.6
63.5
157.7
11,968.8
1,055.3
974.9
1,067.2
777.4
1,001.1
620.9
212.3
92.3
33.7
12.5
84.4
14.6
152.8
33.7
134.8
53.4
75.8
26.4
22.1
5.9
117.6

Lampiran 2.3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan dan Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur
0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

Jumlah

Laki-laki + Perempuan

Kelompok Umur
0-14

15-64

65+

(6)

(7)

(8)

(9)

Jumlah
(10)

Kelompok Umur
0-14

15-64

65+

(11)

(12)

(13)

Jumlah
(14)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

1,990,587

3,659,577

183,301

5,833,465

1,946,370

3,700,947

208,205

5,855,522

3,936,957

7,360,524

391,506

Sumatera Barat

751,547

1,395,335

102,088

2,248,970

713,823

1,455,063

137,954

2,306,840

1,465,370

2,850,398

240,042

4,555,810

Riau

754,866

1,516,414

57,814

2,329,094

741,948

1,447,846

44,518

2,234,312

1,496,814

2,964,260

102,332

4,563,406

Jambi

Sumatera Selatan

11,688,987

426,737

887,406

37,227

1,351,370

393,343

848,785

33,718

1,275,846

820,080

1,736,191

70,945

2,627,216

1,043,122

2,269,264

112,058

3,424,444

1,003,282

2,227,656

112,263

3,343,201

2,046,404

4,496,920

224,321

6,767,645

Bengkulu

253,228

512,678

22,724

788,630

238,482

495,752

23,422

757,656

491,710

1,008,430

46,146

1,546,286

Lampung

1,110,710

2,395,338

176,705

3,682,753

1,047,197

2,244,309

130,313

3,421,819

2,157,907

4,639,647

307,018

7,104,572

Kepulauan Bangka Belitung

163,445

361,819

18,614

543,878

143,606

335,468

19,876

498,950

307,051

697,287

38,490

1,042,828

10

Kepulauan Riau

176,900

444,806

14,372

636,078

168,836

458,547

9,550

636,933

345,736

903,353

23,922

1,273,011

11

DKI Jakarta

1,083,128

3,193,455

114,163

4,390,746

1,076,448

3,248,098

123,955

4,448,501

2,159,576

6,441,553

238,118

8,839,247

12

Jawa Barat

5,831,374

12,997,601

874,131

19,703,106

5,615,559

12,741,303

827,007

19,183,869

11,446,933

25,738,904

1,701,138

38,886,975

4,405,213

10,526,683

997,553

15,929,449

4,204,707

10,654,282

1,107,676

15,966,665

8,609,920

21,180,965

2,105,229

31,896,114

387,525

1,147,005

135,409

1,669,939

324,166

1,174,072

168,918

1,667,156

711,691

2,321,077

304,327

3,337,095

1,275,776

18,151,639

8,839,512

24,900,492

2,318,103

36,058,107

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

4,555,885

12,308,256

1,042,327

17,906,468

4,283,627

12,592,236

16

Banten

1,500,336

2,971,131

116,430

4,587,897

1,368,678

2,940,530

111,046

4,420,254

2,869,014

5,911,661

227,476

9,008,151

17

Bali

456,377

1,162,399

96,354

1,715,130

418,766

1,138,585

105,611

1,662,962

875,143

2,300,984

201,965

3,378,092

18

Nusa Tenggara Barat

703,603

1,237,043

74,098

2,014,744

686,560

1,385,192

83,199

2,154,951

1,390,163

2,622,235

157,297

4,169,695

19

Nusa Tenggara Timur

824,109

1,208,900

92,950

2,125,959

768,488

1,262,799

85,936

2,117,223

1,592,597

2,471,699

178,886

4,243,182
4,042,817

20

Kalimantan Barat

658,823

1,346,811

64,923

2,070,557

633,996

1,286,598

51,666

1,972,260

1,292,819

2,633,409

116,589

21

Kalimantan Tengah

321,820

641,039

23,571

986,430

304,606

604,135

17,855

926,596

626,426

1,245,174

41,426

1,913,026

22

Kalimantan Selatan

510,464

1,092,038

48,035

1,650,537

469,417

1,094,762

56,697

1,620,876

979,881

2,186,800

104,732

3,271,413

23

Kalimantan Timur

449,446

1,006,552

30,181

1,486,179

421,542

907,568

25,585

1,354,695

870,988

1,914,120

55,766

2,840,874

24

Sulawesi Utara

295,113

725,583

59,832

1,080,528

284,180

694,857

61,452

1,040,489

579,293

1,420,440

121,284

2,121,017

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan *

392,440

748,089

34,127

1,174,656

370,168

717,264

28,881

1,116,313

762,608

1,465,353

63,008

2,290,969

1,370,296

2,571,317

173,681

4,115,294

1,308,311

2,828,814

204,704

4,341,829

2,678,607

5,400,131

378,385

8,457,123
1,960,697

27

Gorontalo

362,854

597,346

27,921

988,121

333,864

613,122

25,590

972,576

696,718

1,210,468

53,511

28

Maluku

156,219

294,512

12,342

463,073

150,695

291,340

14,907

456,942

306,914

585,852

27,249

920,015

29

Maluku Utara

220,107

389,046

24,954

634,107

207,566

386,559

20,980

615,105

427,673

775,605

45,934

1,249,212

30

Papua

163,203

276,122

12,802

452,127

151,076

270,141

8,523

429,740

314,279

546,263

21,325

881,867

31

Papua *

459,227

819,010

12,562

1,290,799

407,181

734,907

6,951

1,149,039

866,408

1,553,917

19,513

2,439,838

31,778,704

70,702,575

4,793,249

107,274,528

30,186,488

70,781,537

5,132,734

106,100,759

61,965,192

141,484,112

9,925,983

213,375,287

Indonesia
Sumber : BPS, SUPAS 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak ada data untuk provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan

Lampiran 2.3.a

PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR DAN WILAYAH


TAHUN 2005

Perkotaan+Perdesaan
Golongan

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan dan Perdesaan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

0-4

4,129,250

3,988,416

8,117,666

5,603,328

5,374,157

10,977,485

9,732,578

9,362,573

19,095,151

5-9

4,417,551

4,155,714

8,573,265

6,671,927

6,318,753

12,990,680

11,089,478

10,474,467

21,563,945

10 - 14

4,343,105

4,129,534

8,472,639

6,613,543

6,219,914

12,833,457

10,956,648

10,349,448

21,306,096

15 -19

4,254,987

4,330,117

8,585,104

5,848,791

5,363,026

11,211,817

10,103,778

9,693,143

19,796,921

20 - 24

4,647,995

4,946,054

9,594,049

4,885,965

4,965,165

9,851,130

9,533,960

9,911,219

19,445,179

25 - 29

4,392,942

4,562,097

8,955,039

4,685,382

5,039,672

9,725,054

9,078,324

9,601,769

18,680,093

30 - 34

3,905,345

4,040,074

7,945,419

4,638,275

4,836,335

9,474,610

8,543,620

8,876,409

17,420,029

35 - 39

3,642,139

3,624,962

7,267,101

4,543,921

4,643,078

9,186,999

8,186,060

8,268,040

16,454,100

40 - 44

3,162,768

3,148,916

6,311,684

4,110,785

4,067,433

8,178,218

7,273,553

7,216,349

14,489,902

45 - 49

2,706,752

2,587,877

5,294,629

3,596,917

3,491,272

7,088,189

6,303,669

6,079,149

12,382,818

50 - 54

2,167,922

1,986,331

4,154,253

3,007,874

2,778,937

5,786,811

5,175,796

4,765,268

9,941,064

55 -59

1,440,270

1,390,325

2,830,595

2,315,262

2,116,322

4,431,584

3,755,532

3,506,647

7,262,179

60 - 64

1,079,057

1,114,046

2,193,103

1,669,226

1,749,498

3,418,724

2,748,283

2,863,544

5,611,827

65 - 69

750,321

815,201

1,565,522

1,206,716

1,339,927

2,546,643

1,957,037

2,155,128

4,112,165

70 - 74

519,815

581,857

1,101,672

928,209

960,046

1,888,255

1,448,024

1,541,903

2,989,927

75 +

495,774

547,555

1,043,329

892,414

888,148

1,780,562

1,388,188

1,435,703

2,823,891

107,274,528

106,100,759

213,375,287

Indonesia

46,055,993

Sumber : BPS, SUPAS 2005

45,949,076

92,005,069

61,218,535

60,151,683

121,370,218

Lampiran 2.4

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki + Perempuan

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Angka Beban

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

Jumlah

0-14

15-64

65+

Tanggungan

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

34.12

62.73

3.14

100

33.24

63.20

3.56

100

33.68

62.97

3.35

58.81

100

Sumatera Barat

33.42

62.04

4.54

100

30.94

63.08

5.98

100

32.16

62.57

5.27

59.82

100

Riau

32.41

65.11

2.48

100

33.21

64.80

1.99

100

32.80

64.96

2.24

53.94

100

Jambi

31.58

65.67

2.75

100

30.83

66.53

2.64

100

31.21

66.08

2.70

51.32

100

Sumatera Selatan

30.46

66.27

3.27

100

30.01

66.63

3.36

100

30.24

66.45

3.31

50.49

100

Bengkulu

32.11

65.01

2.88

100

31.48

65.43

3.09

100

31.80

65.22

2.98

53.33

100

Lampung

30.16

65.04

4.80

100

30.60

65.59

3.81

100

30.37

65.31

4.32

53.12

100

Kepulauan Bangka Belitung

30.05

66.53

3.42

100

28.78

67.23

3.98

100

29.44

66.87

3.69

49.54

100

10

Kepulauan Riau

27.81

69.93

2.26

100

26.51

71.99

1.50

100

27.16

70.96

1.88

40.92

100

11

DKI Jakarta

24.67

72.73

2.60

100

24.20

73.02

2.79

100

24.43

72.87

2.69

37.22

100

12

Jawa Barat

29.60

65.97

4.44

100

29.27

66.42

4.31

100

29.44

66.19

4.37

51.08

100

13

Jawa Tengah

27.65

66.08

6.26

100

26.33

66.73

6.94

100

26.99

66.41

6.60

50.58

100

14

DI Yogyakarta

23.21

68.69

8.11

100

19.44

70.42

10.13

100

21.33

69.55

9.12

43.78

100

15

Jawa Timur

25.44

68.74

5.82

100

23.60

69.37

7.03

100

24.51

69.06

6.43

44.80

100

16

Banten

32.70

64.76

2.54

100

30.96

66.52

2.51

100

31.85

65.63

2.53

52.38

100

17

Bali

26.61

67.77

5.62

100

25.18

68.47

6.35

100

25.91

68.11

5.98

46.82

100

18

Nusa Tenggara Barat

34.92

61.40

3.68

100

31.86

64.28

3.86

100

33.34

62.89

3.77

59.01

100

19

Nusa Tenggara Timur

38.76

56.86

4.37

100

36.30

59.64

4.06

100

37.53

58.25

4.22

71.67

100

20

Kalimantan Barat

31.82

65.05

3.14

100

32.15

65.23

2.62

100

31.98

65.14

2.88

53.52

100

21

Kalimantan Tengah

32.62

64.99

2.39

100

32.87

65.20

1.93

100

32.75

65.09

2.17

53.65

100

22

Kalimantan Selatan

30.93

66.16

2.91

100

28.96

67.54

3.50

100

29.95

66.85

3.20

49.59

100

23

Kalimantan Timur

30.24

67.73

2.03

100

31.12

66.99

1.89

100

30.66

67.38

1.96

48.41

100

24

Sulawesi Utara

27.31

67.15

5.54

100

27.31

66.78

5.91

100

27.31

66.97

5.72

49.32

100

25

Sulawesi Tengah

33.41

63.69

2.91

100

33.16

64.25

2.59

100

33.29

63.96

2.75

56.35

100

26

Sulawesi Selatan *

33.30

62.48

4.22

100

30.13

65.15

4.71

100

31.67

63.85

4.47

56.60

100

27

Sulawesi Tenggara

36.72

60.45

2.83

100

34.33

63.04

2.63

100

35.53

61.74

2.73

61.97

100

28

Gorontalo

33.74

63.60

2.67

100

32.98

63.76

3.26

100

33.36

63.68

2.96

57.04

100

29

Maluku

34.71

61.35

3.94

100

33.74

62.84

3.41

100

34.24

62.09

3.68

61.07

100

30

Maluku Utara

36.10

61.07

2.83

100

35.16

62.86

1.98

100

35.64

61.94

2.42

61.45

100

31

Papua *

35.58

63.45

0.97

100

35.44

63.96

0.60

100

35.51

63.69

0.80

57.01

100

29.62

65.91

4.47

100

28.45

66.71

4.84

100

29.04

66.31

4.65

50.81

100

Indonesia
Sumber : BPS, SUPAS 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan

Lampiran 2.4.a

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki + Perempuan

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Angka Beban

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

Jumlah

0-14

15-64

65+

Tanggungan

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

31.85

65.62

2.53

100

31.94

65.44

2.62

100

31.89

65.53

2.58

52.60

100

Sumatera Barat

30.68

66.43

2.89

100

29.23

66.68

4.08

100

29.95

66.56

3.49

50.24

100

Riau

32.43

65.51

2.06

100

31.22

66.83

1.94

100

31.84

66.16

2.00

51.15

100

Jambi

30.88

66.87

2.25

100

29.10

68.16

2.74

100

30.02

67.50

2.49

48.16

100

Sumatera Selatan

28.49

68.18

3.33

100

27.69

68.38

3.93

100

28.09

68.28

3.63

46.46

100

Bengkulu

32.16

65.72

2.12

100

29.53

67.05

3.43

100

30.82

66.39

2.79

50.63

100

Lampung

28.93

66.95

4.11

100

30.34

66.43

3.23

100

29.64

66.69

3.67

49.95

100

Kepulauan Bangka Belitung

27.12

68.56

4.33

100

24.68

70.23

5.09

100

25.95

69.35

4.69

44.18

100

10

Kepulauan Riau

27.49

70.76

1.75

100

25.31

73.70

0.98

100

26.39

72.25

1.36

38.41

100

11

DKI Jakarta

24.67

72.73

2.60

100

24.20

73.02

2.79

100

24.43

72.87

2.69

37.22

100

12

Jawa Barat

28.71

67.49

3.80

100

28.04

68.25

3.71

100

28.38

67.87

3.75

47.34

100

13

Jawa Tengah

26.96

67.33

5.71

100

25.19

68.55

6.26

100

26.07

67.94

5.99

47.19

100

14

DI Yogyakarta

21.74

71.28

6.98

100

18.80

72.64

8.56

100

20.28

71.96

7.77

38.98

100

15

Jawa Timur

24.92

70.04

5.05

100

22.99

70.83

6.18

100

23.94

70.44

5.62

41.96

100

16

Banten

30.62

67.02

2.36

100

28.80

68.92

2.28

100

29.72

67.96

2.32

47.15

100

17

Bali

26.88

68.73

4.39

100

24.56

70.12

5.32

100

25.73

69.42

4.85

44.05

100

18

Nusa Tenggara Barat

33.30

63.38

3.32

100

31.09

65.27

3.64

100

32.17

64.35

3.48

55.40

100

19

Nusa Tenggara Timur

33.41

64.01

2.57

100

32.02

65.09

2.89

100

32.73

64.55

2.73

54.93

100

20

Kalimantan Barat

30.51

66.04

3.45

100

27.88

68.59

3.53

100

29.20

67.31

3.49

48.57

100

21

Kalimantan Tengah

31.42

66.58

2.00

100

30.06

68.19

1.76

100

30.75

67.37

1.88

48.43

100

22

Kalimantan Selatan

29.64

67.72

2.65

100

26.82

69.99

3.18

100

28.24

68.85

2.91

45.24

100

23

Kalimantan Timur

29.33

69.31

1.35

100

29.66

68.67

1.66

100

29.49

69.01

1.50

44.91

100

24

Sulawesi Utara

26.66

68.70

4.64

100

26.46

68.17

5.37

100

26.56

68.44

5.01

46.13

100

25

Sulawesi Tengah

29.57

68.20

2.23

100

27.92

69.44

2.64

100

28.75

68.82

2.44

45.32

100

26

Sulawesi Selatan *

31.17

65.82

3.01

100

28.79

67.30

3.91

100

29.95

66.58

3.47

50.20

100

27

Sulawesi Tenggara

33.42

64.57

2.01

100

29.84

68.51

1.65

100

31.63

66.54

1.83

50.29

100

28

Gorontalo

30.15

68.06

1.79

100

30.29

66.42

3.29

100

30.22

67.21

2.57

48.79

100

29

Maluku

31.71

64.98

3.30

100

30.48

66.25

3.27

100

31.10

65.61

3.29

52.42

100

30

Maluku Utara

34.25

63.56

2.19

100

30.35

67.13

2.52

100

32.32

65.33

2.35

53.07

100

31

Papua *

33.44

65.68

0.89

100

34.72

64.65

0.63

100

34.05

65.19

0.76

53.40

100

27.99

68.18

3.83

100

26.71

69.06

4.23

100

27.35

68.62

4.03

45.73

100

Indonesia
Sumber: BPS, SUPAS 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan

Lampiran 2.4.b

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki + Perempuan

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Angka Beban

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

0-14

15-64

65+

(11)

(12)

(13)

Jumlah

(14)

(15)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

36.00

60.35

3.65

100

34.37

61.26

4.37

100

35.19

60.80

4.00

64.46

100

Sumatera Barat

34.58

60.17

5.24

100

31.67

61.54

6.79

100

33.11

60.86

6.03

64.31

100

Riau

32.40

64.87

2.73

100

34.34

63.63

2.02

100

33.35

64.26

2.38

55.60

100

Jambi

31.84

65.22

2.94

100

31.48

65.92

2.61

100

31.66

65.56

2.78

52.53

100

Sumatera Selatan

31.43

65.33

3.24

100

31.22

65.73

3.06

100

31.32

65.52

3.15

52.61

100

Bengkulu

32.09

64.74

3.17

100

32.29

64.76

2.95

100

32.19

64.75

3.06

54.44

100

Lampung

30.47

64.56

4.97

100

30.68

65.35

3.97

100

30.57

64.94

4.49

53.99

100

Kepulauan Bangka Belitung

32.09

65.12

2.80

100

31.62

65.16

3.21

100

31.86

65.14

3.00

53.52

100

10

Kepulauan Riau

28.97

66.92

4.11

100

31.41

64.98

3.62

100

30.13

65.99

3.88

51.54

100

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

30.54

64.34

5.12

100

30.58

64.47

13

Jawa Tengah

28.13

65.24

6.64

100

27.12

65.49

7.40

100

27.62

65.36

7.02

53.00

100

14

DI Yogyakarta

25.35

64.89

9.77

100

20.37

67.25

12.38

100

22.85

66.07

11.08

51.35

100

15

Jawa Timur

25.81

67.84

6.35

100

24.02

68.37

7.61

100

24.91

68.10

6.99

46.84

100

16

Banten

35.01

62.26

2.73

100

33.40

63.83

2.78

100

34.22

63.02

2.75

58.66

100

17

Bali

26.33

66.79

6.87

100

25.83

66.76

7.41

100

26.08

66.78

7.14

49.75

100

18

Nusa Tenggara Barat

35.82

60.31

3.88

100

32.27

63.75

3.98

100

33.98

62.09

3.93

61.06

100

19

Nusa Tenggara Timur

39.77

55.52

4.71

100

37.08

58.65

4.27

100

38.42

57.09

4.49

75.16

100

20

Kalimantan Barat

32.29

64.69

3.02

100

33.76

63.96

2.27

100

33.00

64.34

2.66

55.42

100

21

Kalimantan Tengah

33.11

64.35

2.54

100

34.04

63.96

2.00

100

33.56

64.16

2.28

55.86

100

22

Kalimantan Selatan

31.72

65.21

3.07

100

30.28

66.03

3.69

100

31.01

65.61

3.38

52.42

100

23

Kalimantan Timur

31.40

65.70

2.90

100

33.03

64.79

2.18

100

32.17

65.27

2.56

53.21

100

24

Sulawesi Utara

27.69

66.25

6.06

100

27.84

65.93

6.23

100

27.76

66.10

6.14

51.29

100

25

Sulawesi Tengah

34.34

62.59

3.07

100

34.50

62.92

2.57

100

34.42

62.75

2.83

59.36

100

26

Sulawesi Selatan *

34.21

61.04

4.74

100

30.71

64.22

5.06

100

32.42

62.68

4.91

59.56

100

27

Sulawesi Tenggara

37.63

59.32

3.05

100

35.59

61.50

2.91

100

36.62

60.40

2.98

65.56

100

28

Gorontalo

34.93

62.12

2.96

100

33.98

62.77

3.25

100

34.46

62.44

3.10

60.15

100

29

Maluku

35.92

59.89

4.19

100

35.06

61.47

3.47

100

35.50

60.67

3.83

64.83

100

30

Maluku Utara

36.69

60.28

3.04

100

36.74

61.45

1.81

100

36.71

60.85

2.44

64.34

100

31

Papua *

36.32

62.68

1.00

100

35.69

63.71

0.60

100

36.03

63.16

0.81

58.33

100

30.85

64.20

4.95

100

29.78

64.92

5.30

100

30.32

64.56

5.12

54.89

100

Indonesia

Sumber: BPS, SUPAS 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan

4.95

100

30.56

64.40

5.04

55.28

100

Lampiran 2.5

JUMLAH PENDUDUK MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI


TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

2,637,680

2,722,329

5,360,009

3,195,785

3,133,193

6,328,978

5,833,465

5,855,522

Sumatera Barat

672,669

690,367

1,363,036

1,576,301

1,616,473

3,192,774

2,248,970

2,306,840

4,555,810

Riau

855,333

814,436

1,669,769

1,473,761

1,419,876

2,893,637

2,329,094

2,234,312

4,563,406

Jambi

2,627,216

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

11,688,987

367,689

346,627

714,316

983,681

929,219

1,912,900

1,351,370

1,275,846

1,126,415

1,142,460

2,268,875

2,298,029

2,200,741

4,498,770

3,424,444

3,343,201

6,767,645

215,902

223,845

439,747

572,728

533,811

1,106,539

788,630

757,656

1,546,286

744,802

745,368

1,490,170

2,937,951

2,676,451

5,614,402

3,682,753

3,421,819

7,104,572

222,836

204,146

426,982

321,042

294,804

615,846

543,878

498,950

1,042,828

498,554

512,033

1,010,587

137,524

124,900

262,424

636,078

636,933

1,273,011

4,390,746

4,448,501

8,839,247

4,390,746

4,448,501

8,839,247

10,169,213

9,882,179

20,051,392

9,533,893

9,301,690

18,835,583

19,703,106

19,183,869

38,886,975

6,420,921

6,482,970

12,903,891

9,508,528

9,483,695

18,992,223

15,929,449

15,966,665

31,896,114

991,857

981,774

1,973,631

678,082

685,382

1,363,464

1,669,939

1,667,156

3,337,095

Jawa Timur

7,301,692

7,424,447

14,726,139

10,604,776

10,727,192

21,331,968

17,906,468

18,151,639

36,058,107

16

Banten

2,411,355

2,340,678

4,752,033

2,176,542

2,079,576

4,256,118

4,587,897

4,420,254

9,008,151

17

Bali

868,306

844,487

1,712,793

846,824

818,475

1,665,299

1,715,130

1,662,962

3,378,092

18

Nusa Tenggara Barat

715,728

755,542

1,471,270

1,299,016

1,399,409

2,698,425

2,014,744

2,154,951

4,169,695

19

Nusa Tenggara Timur

335,413

326,701

662,114

1,790,546

1,790,522

3,581,068

2,125,959

2,117,223

4,243,182

20

Kalimantan Barat

546,611

541,758

1,088,369

1,523,946

1,430,502

2,954,448

2,070,557

1,972,260

4,042,817

21

Kalimantan Tengah

281,690

271,391

553,081

704,740

655,205

1,359,945

986,430

926,596

1,913,026

22

Kalimantan Selatan

626,874

618,607

1,245,481

1,023,663

1,002,269

2,025,932

1,650,537

1,620,876

3,271,413

23

Kalimantan Timur

834,198

769,601

1,603,799

651,981

585,094

1,237,075

1,486,179

1,354,695

2,840,874

24

Sulawesi Utara

396,194

395,867

792,061

684,334

644,622

1,328,956

1,080,528

1,040,489

2,121,017

25

Sulawesi Tengah

229,663

227,899

457,562

944,993

888,414

1,833,407

1,174,656

1,116,313

2,290,969

26

Sulawesi Selatan *

1,239,817

1,310,660

2,550,477

2,875,477

3,031,169

5,906,646

4,115,294

4,341,829

8,457,123

27

Sulawesi Tenggara

213,564

213,601

427,165

774,557

758,975

1,533,532

988,121

972,576

1,960,697

28

Gorontalo

115,673

123,882

239,555

347,400

333,060

680,460

463,073

456,942

920,015

29

Maluku

182,115

176,691

358,806

451,992

438,414

890,406

634,107

615,105

1,249,212

30

Maluku Utara

109,239

106,750

215,989

342,888

322,990

665,878

452,127

429,740

881,867

31

Papua *

333,244

303,479

636,723

957,555

845,560

1,803,115

1,290,799

1,149,039

2,439,838

46,055,993

45,949,076

92,005,069

61,218,535

60,151,683

121,370,218

107,274,528

106,100,759

213,375,287

Indonesia
Sumber: BPS, SUPAS 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan

Lampiran 2.6

JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

2004

2005

Jumlah Kab/Kota

Kabupaten Tertinggal

(%)

Jumlah Kab/Kota

Kabupaten Tertinggal

(%)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam

21

16

76.19

21

16

76.19

Sumatera Utara

25

24.00

25

24.00

Sumatera Barat

19

47.37

19

36.84

Riau

17

17.65

11

18.18

Jambi

10

20.00

10

20.00

Sumatera Selatan

14

42.86

14

42.86

Bengkulu

88.89

88.89

Lampung

10

50.00

10

50.00

42.86

42.86

16.67

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

0.00

0.00

12

Jawa Barat

25

8.00

25

8.00

13

Jawa Tengah

35

8.57

35

8.57

14

Daerah Istimewa Yogyakarta

40.00

40.00

15

Jawa Timur

38

21.05

38

21.05

16

Banten

33.33

33.33

17

Bali

11.11

11.11

18

Nusa Tenggara Barat

77.78

77.78

19

Nusa Tenggara Timur

16

15

93.75

16

15

93.75

20

Kalimantan Barat

12

75.00

12

75.00

21

Kalimantan Tengah

14

50.00

14

50.00

22

Kalimantan Selatan

13

15.38

13

0.00

23

Kalimantan Timur

13

23.08

13

38.46

24

Sulawesi Utara

22.22

22.22

25

Sulawesi Tengah

10

90.00

10

90.00

26

Sulawesi Selatan

28

18

64.29

23

13

56.52

27

Sulawesi Tenggara

10

80.00

10

80.00

28

Gorontalo

80.00

80.00

29

Sulawesi Barat

100.00

30

Maluku

87.50

87.50

31

Maluku Utara

75.00

75.00

32

Papua

29

26

89.66

20

19

95.00

45.23

9
440

7
197

77.78
44.77

33

Irian Jaya Barat


Jumlah
440
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

199

Lampiran 2.7

JUMLAH RUMAH TANGGA PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)


MENURUT KLASIFIKASI DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

Sangat
Miskin

Miskin

(1)

(2)

(3)

(4)

Sangat Miskin + Miskin

Hampir
Miskin

Jumlah
RT - BLT

(5)

(6)

(7)

(8)

Jumlah

Nanggroe Aceh Darussalam

92,519

208,774

301,293

195,745

497,038

2.60

Sumatera Utara

181,755

342,655

524,410

420,562

944,972

4.95

Sumatera Barat

101,189

123,592

224,781

87,859

312,640

1.64

Riau

71,917

126,075

197,992

95,715

293,707

1.54

Jambi

Sumatera Selatan

33,309

77,676

110,985

88,753

199,738

1.05

148,119

265,846

413,965

269,216

683,181

3.58

Bengkulu

47,863

67,518

115,381

48,555

163,936

0.86

Lampung

211,943

342,777

554,720

230,321

785,041

4.11
0.18

Kepulauan Bangka Belitung

8,391

18,692

27,083

6,569

33,652

10

Kepulauan Riau

14,233

27,502

41,735

31,944

73,679

0.39

11

DKI Jakarta

23,651

70,316

93,967

66,513

160,480

0.84

12

Jawa Barat

615,875

1,065,439

1,681,314

1,223,903

2,905,217

15.21

13

Jawa Tengah

348,893

1,544,513

1,893,406

1,277,795

3,171,201

16.60

14

DI Yogyakarta

39,439

130,079

169,518

105,592

275,110

1.44

15

Jawa Timur

518,468

1,763,373

2,281,841

955,039

3,236,880

16.95

108,106

219,497

327,603

374,446

702,049

3.68

44,507

70,705

115,212

31,832

147,044

0.77

125,969

567,605

2.97

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

181,729

259,907

441,636

19

Nusa Tenggara Timur

137,233

297,997

435,230

187,907

623,137

3.26

20

Kalimantan Barat

101,687

98,345

200,032

160,873

360,905

1.89

21

Kalimantan Tengah

71,633

62,872

134,505

62,968

197,473

1.03

22

Kalimantan Selatan

76,446

62,609

139,055

106,893

245,948

1.29

23

Kalimantan Timur

53,109

92,395

145,504

82,591

228,095

1.19

24

Sulawesi Utara

32,543

60,773

93,316

33,979

127,295

0.67

25

Sulawesi Tengah

84,620

83,837

168,457

42,916

211,373

1.11

26

Sulawesi Selatan

186,215

238,042

424,257

170,709

594,966

3.11

27

Sulawesi Tenggara

39,591

117,366

156,957

124,383

281,340

1.47

28

Gorontalo

41,385

37,871

79,256

23,475

102,731

0.54

29

Sulawesi Barat

29,687

60,647

90,334

21,568

111,902

0.59

30

Maluku

37,457

98,463

135,920

46,921

182,841

0.96

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia
%

26,979

22,072

49,051

16,303

65,354

0.34

156,887

138,138

295,025

191,832

486,857

2.55

26,936

40,626

67,562

59,956

127,518

0.67

3,894,314

8,236,989

12,131,303

6,969,602

19,100,905

100

20.39

43.12

36.49

100

Dengan mencoba matching 83%, kesetaraan terhadap Garis Kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin10.068.981
Sumber : BPS, 2006

63.51

Lampiran 2.8

PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Laki-laki+Perempuan

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(3)

(4)

(5)

(6)

Jumlah

(7)

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(8)

(9)

(10)

(11)

Jumlah

(12)

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(13)

(14)

(15)

(16)

Jumlah

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam **

77.46

1.10

18.11

3.33

100

72.94

1.78

18.10

7.18

100

69.35

Sumatera Utara

84.36

0.27

13.42

1.95

100

80.74

0.41

14.41

4.44

100

82..54

0.34

13.93

3.20

100

Sumatera Barat

77.78

0.39

19.42

2.41

100

74.82

0.81

19.55

4.82

100

76.24

0.61

19.49

3.66

100

Riau

77.33

0.60

20.82

1.25

100

75.99

1.31

19.99

2.70

100

76.68

0.95

20.41

1.96

100

Jambi

72.03

0.94

24.37

2.66

100

68.31

2.13

22.47

7.09

100

70.18

1.53

23.43

4.86

100

Sumatera Selatan

83.37

0.48

13.80

2.35

100

80.61

1.03

13.04

5.32

100

81.99

0.75

13.42

3.84

100

Bengkulu

86.83

0.32

9.55

3.30

100

81.95

0.58

9.25

8.23

100

84.43

0.44

9.40

5.72

100

Lampung

75.63

0.53

19.90

3.93

100

71.63

1.19

18.44

8.73

100

73.68

0.85

19.19

6.28

100

1.03

21.53

8.09

100

Kepulauan Bangka Belitung

69.12

0.51

27.75

2.63

100

65.84

1.10

27.51

5.55

100

67.52

0.79

27.63

4.05

100

10

Kepulauan Riau

78.25

0.21

19.29

2.24

100

74.75

0.63

19.26

5.36

100

76.54

0.42

19.27

3.77

100

11

DKI Jakarta

81.02

0.29

18,05

0.64

100

79.61

0.68

17.32

2.40

100

80.31

0.49

17.68

1.52

100

12

Jawa Barat

64.29

0.73

32.19

2.78

100

60.65

1.51

31.07

6.77

100

62.49

1.12

31.63

4.76

100

13

Jawa Tengah

68.79

0.76

23.69

6.77

100

61.59

1.07

21.94

15.41

100

65.15

0.91

22.81

11.13

100

14

DI Yogyakarta

67.27

0.30

25.62

6.80

100

60.99

0.51

21.29

17.21

100

64.07

0.41

23.41

12.11

100

15

Jawa Timur

67.65

1.32

23.33

7.71

100

58.95

1.84

21.56

17.65

100

63.21

1.58

22.42

12.79

100

16

Banten

72.35

0.66

24.81

2.18

100

67.63

1.73

25.07

5.47

100

70.06

1.19

24.94

3.81

100

17

Bali

65.05

0.45

27.65

6.85

100

61.21

0.68

19.84

18.27

100

63.14

0.57

23.77

12.52

100

18

Nusa Tenggara Barat

63.38

2.15

17.06

12.40

100

59.64

1.95

14.86

23.55

100

63.78

2.05

15.90

18.27

100

19

Nusa Tenggara Timur

86.45

0.42

1.92

11.21

100

82.52

0.30

1.79

15.39

100

84.47

0.36

1.85

13.32

100

20

Kalimantan Barat

81.17

1.28

10.68

6.86

100

72.93

1.66

10.30

15.12

100

77.15

1.46

10.50

10.89

100

21

Kalimantan Tengah

79.28

0.43

19.03

1.25

100

76.59

0.56

19.69

3.16

100

77.98

0.50

19.35

2.17

100

22

Kalimantan Selatan

65.19

0.79

31.48

2.54

100

60.91

1.91

29.88

7.31

100

63.05

1.35

30.68

4.92

100

23

Kalimantan Timur

71.95

0.97

24.23

2.85

100

68.33

1.70

24.24

5.73

100

70.21

1.32

24.23

4.24

100

24

Sulawesi Utara

94.89

0.23

3.86

1.02

100

94.58

0.14

3.98

1.29

100

94.74

0.18

3.92

1.16

100

25

Sulawesi Tengah

77.99

0.46

17.50

4.05

100

73.93

0.78

18.36

6.93

100

76.01

0.61

17.92

5.46

100

26

Sulawesi Selatan *

74.73

1.20

12.73

11.33

100

70.15

1.61

12.33

15.91

100

72.35

1.41

12.52

13.71

100

27

Sulawesi Tenggara

80.91

0.64

12.75

5.70

100

73.51

0.86

13.96

11.68

100

77.17

0.75

13.26

8.73

100

28

Gorontalo

76.39

0.63

17.73

5.25

100

71.91

0.67

22.90

4.53

100

74.10

0.65

20.37

4.88

100

29

Maluku

86.54

0.36

10.54

2.57

100

84.84

0.74

10.16

4.25

100

85.69

0.55

10.35

3.42

100

30

Maluku Utara

79.96

0.52

16.98

2.55

100

78.76

0.94

14.31

6.00

100

79.37

0.72

15.67

4.24

100

31

Papua *

73.05

0.24

4.85

21.85

100

63.75

0.33

4.52

31.40

100

68.59

0.28

4.69

26.43

100

72.01

0.78

22.11

5.09

100

66.71

1.28

20.95

11.07

100

69.35

1.03

21.53

8.09

100

Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.8.a

PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(3)

(4)

(5)

(6)

Jumlah

(7)

Laki-laki+Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(8)

(9)

(10)

(11)

Jumlah

(12)

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(13)

(14)

(15)

(16)

Jumlah

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam **

79.38

0.69

18.65

1.28

100

77.53

0.78

18.69

2.99

100

78.45

0.74

18.67

2.15

100

Sumatera Utara

85.71

0.19

13.58

0.52

100

83.02

0.35

14.62

2.01

100

84.35

0.27

14.11

1.28

100

Sumatera Barat

84.64

0.22

14.22

0.92

100

83.25

0.19

14.81

1.74

100

83.92

0.20

14.53

1.35

100

Riau

78.18

0.12

20.19

0.79

100

78.17

0.63

20.00

1.20

100

78.18

0.37

20.46

0.99

100

Jambi

81.69

0.42

17.06

0.83

100

77.81

1.09

17.70

3.40

100

79.74

0.76

17.38

2.12

100

Sumatera Selatan

81.29

0.35

17.35

1.01

100

80.82

0.62

16.07

2.50

100

81.05

0.49

16.69

1.78

100

Bengkulu

86.42

12.71

0.87

100

84.59

0.29

12.76

2.36

100

85.49

0.15

12.74

1.62

100

Lampung

86.81

0.13

11.49

1.57

100

83.16

0.39

11.93

4.52

100

84.89

0.26

11.71

3.05

100

Kepulauan Bangka Belitung

70.57

0.14

27.37

1.92

100

62.26

0.60

25.96

4.19

100

69.93

0.36

26.68

3.03

100

10

Kepulauan Riau

79.76

0.11

18.53

1.60

100

76.96

0.33

18.99

3.73

100

78.38

0.22

18.75

2.65

100

11

DKI Jakarta

81.02

0.29

18.05

0.64

100

79.61

0.68

17.32

2.40

100

80.31

0.49

17.69

1.52

100

12

Jawa Barat

68.32

0.40

29.72

1.56

100

66.22

1.07

28.61

4.10

100

67.28

0.73

29.17

2.82

100

13

Jawa Tengah

73.86

0.30

21.50

4.34

100

67.66

0.69

20.04

11.61

100

70.69

0.50

20.75

8.06

100

14

DI Yogyakarta

68.27

0.16

27.93

3.64

100

64.12

0.38

23.78

11.73

100

66.16

0.27

25.82

7.75

100

15

Jawa Timur

73.51

0.63

22.42

3.44

100

67.11

1.28

21.65

9.97

100

70.25

0.96

22.02

6.77

100

16

Banten

79.67

0.12

19.10

1.11

100

75.69

0.66

20.33

3.32

100

77.69

0.39

19.71

2.21

100

17

Bali

66.29

0.27

29.73

3.70

100

64.64

0.37

22.24

12.75

100

65.46

0.32

25.96

8.25

100

18

Nusa Tenggara Barat

70.04

2.46

19.09

8.42

100

62.42

2.37

15.77

19.44

100

66.03

2.41

17.34

14.21

100

19

Nusa Tenggara Timur

94.29

0.13

3.38

2.20

100

91.67

0.16

3.55

4.62

100

92.99

0.15

3.47

3.40

100

20

Kalimantan Barat

79.72

1.16

14.82

4.30

100

73.84

1.66

14.40

10.11

100

76.78

1.41

14.61

7.20

100

21

Kalimantan Tengah

70.37

0.17

28.63

0.82

100

67.30

0.57

30.28

1.84

100

68.86

0.37

29.45

1.32

100

22

Kalimantan Selatan

70.58

0.41

27.96

1.05

100

68.25

1.50

27.26

2.99

100

69.41

0.96

27.61

2.02

100

23

Kalimantan Timur

70.05

0.64

27.69

1.61

100

67.12

1.46

28.17

3.25

100

68.63

1.04

27.93

2.41

100

24

Sulawesi Utara

93.86

0.31

5.15

0.68

100

94.46

0.17

4.43

0.94

100

94.17

0.24

4.78

0.81

100

25

Sulawesi Tengah

75.63

0.06

23.18

1.13

100

72.49

0.10

25.91

1.51

100

74.04

0.08

24.56

1.32

100

26

Sulawesi Selatan *

84.04

0.38

11.08

4.49

100

81.51

0.62

10.64

7.22

100

82.73

0.51

10.85

5.91

100

27

Sulawesi Tenggara

85.65

0.42

12.25

1.68

100

82.51

0.32

13.26

3.91

100

84.04

0.37

12.76

2.82

100

28

Gorontalo

63.89

0.07

32.63

3.41

100

60.54

0.36

36.42

2.68

100

62.11

0.22

34.64

3.02

100

29

Maluku

88.45

10.78

0.77

100

86.79

0.21

10.29

2.71

100

87.59

0.11

10.53

1.77

100

30

Maluku Utara

78.28

0.21

20.85

0.66

100

80.02

0.11

17.04

2.83

100

79.18

0.16

18.88

1.78

100

31

Papua *

90.76

0.19

8.51

0.54

100

89.64

0.44

8.37

1.54

100

90.23

0.31

8.44

1.02

100

75.40

0.40

21.86

2.34

100

71.81

0.86

20.74

6.40

100

73.59

0.63

21.40

4.39

100

Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.8.b

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI,


JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2005
Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki+Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Jumlah

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Jumlah

Jumlah

Nanggroe Aceh Darussalam **

76.87

1.22

17.95

3.95

100

71.57

2.07

17.93

8.43

100

74.17

1.66

17.94

6.23

100

Sumatera Utara

83.28

0.33

13.29

3.10

100

78.86

0.46

14.23

6.45

100

81.07

0.40

13.76

4.78

100

Sumatera Barat

74.66

0.48

21.79

3.08

100

70.95

1.10

21.73

6.23

100

72.74

0.80

21.76

4.71

100

Riau

76.88

0.85

20.78

1.49

100

74.82

1.69

19.98

3,51

100

75.87

1.26

20.39

1.48

100

Jambi

68.14

1.15

27.31

3.40

100

64.38

2.56

24.45

8.62

100

66.28

1.85

25.89

5.98

100

Sumatera Selatan

84.43

0.55

11.98

3.04

100

80.49

1.26

11.34

6.91

100

82.49

0.90

11.66

4.94

100

Bengkulu

86.98

0.44

8.35

4.23

100

80.86

0.69

7.81

10.63

100

84.01

0.56

8.09

7.34

100

Lampung

72.54

0.64

22.24

4.59

100

68.22

1.43

20.37

9.98

100

70.45

1.02

21.33

7.20

100

Kepulauan Bangka Belitung

68.00

0.78

28.04

3.17

100

63.16

1.49

28.73

6.62

100

65.65

1.13

28.38

4.84

100

10

Kepulauan Riau

72.78

0.58

22.06

4.58

100

66.41

1.78

20.28

11.53

100

69.71

1.16

21.20

7.93

100

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

59.69

1.11

35.02

13

Jawa Tengah

65.20

1.09

25.23

8.48

100

57.08

1.35

23.35

18.22

100

61.14

1.22

24.29

13.35

100

14

DI Yogyakarta

65.82

0.51

22.25

11.42

100

56.51

0.69

17.73

25.06

100

61.04

0.60

19.93

18.42

100

15

Jawa Timur

63.33

1.82

24.00

10.85

100

53.00

2.25

21.49

23.27

100

58.04

2.04

22.71

17.21

100

16

Banten

63.24

1.34

31.92

3.50

100

57.69

3.08

31.06

8.18

100

60.49

2.20

31.50

5.81

100

17

Bali

63.75

0.64

25.49

10.11

100

57.49

1.02

17.22

24.27

100

60.68

0.83

21.43

17.06

100

18

Nusa Tenggara Barat

67.35

1.96

15.79

14.90

100

57.91

1.69

14.29

26.11

100

62.37

1.82

15.00

20.81

100

19

Nusa Tenggara Timur

84.81

0.48

1.61

13.11

100

80.68

0.32

1.43

17.56

100

82.72

0.40

1.52

15.36

100

20

Kalimantan Barat

81.70

1.32

9.18

7.80

100

72.58

1.66

8.71

17.05

100

77.28

1.48

8.96

12.28

100

21

Kalimantan Tengah

82.89

0.54

15.14

1.43

100

80.54

0.56

15.19

3.71

100

81.76

0.55

15.16

2.53

100

22

Kalimantan Selatan

62.03

1.02

33.54

3.42

100

56.55

2.15

31.43

9.87

100

59.30

1.58

32.49

6.63

100

23

Kalimantan Timur

74.20

1.37

20.12

4.32

100

69.81

2.00

19.47

8.73

100

72.10

1.67

19.81

6.43

100

24

Sulawesi Utara

95.50

0.18

3.09

1.23

100

94.66

0.12

3.69

1.53

100

95.10

0.15

3.38

1.37

100

25

Sulawesi Tengah

78.60

0.56

16.05

4.80

100

74.33

0.97

16.26

8.44

100

76.53

0.76

16.15

6.56

100

26

Sulawesi Selatan *

70.72

1.56

13.45

14.27

100

65.23

2.03

13.06

19.67

100

67.87

1.81

13.25

17.08

100

27

Sulawesi Tenggara

79.61

0.70

12.89

6.81

100

70.96

1.01

14.15

13.88

100

75.25

0.85

13.53

10.37

100

28

Gorontalo

80.84

0.83

12.43

5.90

100

76.43

0.79

17.52

5.26

100

78.62

0.81

14.99

5.58

100

29

Maluku

85.79

0.50

10.44

3.27

100

84.02

0.97

10.11

4.91

100

84.91

0.73

10.28

4.09

100

30

Maluku Utara

80.52

0.62

15.67

3.19

100

78.27

1.26

13.25

7.22

100

79.43

0.93

14.50

5.14

100

31

Papua *

65.81

0.26

3.36

30.57

100

0.28

2.94

43.70

100

59.71

0.27

3.16

36.86

100

69.33

1.09

22.31

7.27

100

1.62

20.95

14.84

100

65.96

1.36

21.63

11.05

100

Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

4.18

100

54.24

62.58

2.10

33.89

9.84

100

57.00

1.56

34.36

6.98

100

Lampiran 2.9
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam **


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua *
Indonesia

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Perkotaan+Perdesaan
Tidak
Jumlah
Bersekolah
Lagi

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

5.52
2.89
2.84
2.63
5.31
4.16
5.55
5.60
4.61
4.18
1.82
5.01
10.03
11.07
12.40
4.12
12.40
18.65
11.10
11.66
2.42
4.56
4.50
0.74
5.05
13.20
8.43
2.48
3.78
3.62
26.35
7.82

9.14
9.70
9.02
9.73
8.33
9.26
9.22
9.34
7.57
6.22
5.69
8.05
7.61
5.90
6.74
8.89
6.01
9.34
11.91
10.09
9.63
8.45
7.65
6.09
8.10
8..79
9.82
9.08
9.94
10.38
9.93
8.05

8.36
7.98
6.82
7.25
6.63
7.01
6.84
6.70
6.55
5.03
5.57
5.63
6.18
5.20
5.10
6.27
4.75
7.27
5.44
6.10
7.58
5.31
6.56
5.36
6.26
5.77
7.79
5.09
8.49
7.15
5.67
6.02

6.08
5.64
5.22
4.90
3.87
4.53
4.98
3.60
4.02
3.86
4.76
3.11
3.49
3.81
3.18
4.06
3.45
3.97
2.97
3.36
3.88
3.09
4.36
4.41
3.48
3.74
4.84
2.84
5.92
5.42
4.35
3.75

2.56
1.42
2.23
1.40
1.12
1.34
1.62
0.85
1.10
1.26
3.11
1.26
1.08
6.40
1.13
1.55
1.49
1.25
0.90
0.84
1.03
0.96
1.53
1.44
1.50
1.83
1.92
1.07
1.49
1.12
0.88
1.42

26.14
24.74
23.29
23.28
19.95
22.14
22.66
20.49
19.24
16.37
19.13
18.05
18.36
21.31
16.15
20.77
15.70
21.83
21.22
20.39
22.12
17.81
20.10
17.30
19.34
20.13
24.37
18.08
25.84
24.07
20.83
19.24

68.34
72.38
73.88
74.09
74.74
73.70
71.79
73.91
76.14
79.45
79.06
76.94
71.62
67.62
71.46
75.11
71.90
59.52
67.69
67.96
75.46
77.63
75.41
81.95
75.60
66.66
67.21
79.44
70.38
72.31
52.83
72.94

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.9.a

PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam **


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua *
Indonesia

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Tidak
Bersekolah
Lagi

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

2.07
0.97
0.81
1.15
2.20
1.97
1.40
2.65
3.21
2.91
1.82
3.01
7.37
6.90
6.51
2.40
8.21
15.52
2.82
7.56
1.33
2.14
2.61
0.66
1.25
5.82
3.23
1.67
2.11
1.66
1.25
4.31

7.25
8.23
7.52
8.05
6.80
7.90
8.66
7.66
6.16
5.84
5.69
7.39
7.01
5.49
6.00
7.29
5.42
9.09
7.56
7.87
7.34
7.35
6.93
5.46
7.06
7.78
7.42
7.80
8.06
7.22
6.41
6.93

7.83
7.75
6.75
6.99
6.32
7.31
6.86
6.89
7.60
4.70
5.57
6.14
6.36
4.98
5.56
6.83
4.79
6.77
8.05
6.62
7.42
5.64
6.55
5.08
6.56
6.42
7.84
6.14
8.45
8.29
7.33
6.22

6.87
6.34
6.75
5.72
4.91
7.09
7.48
5.74
5.09
3.90
4.76
4.19
4.53
3.96
4.28
5.30
4.03
4.77
7.83
5.50
5.81
4.22
5.05
5.18
7.07
5.46
8.09
3.99
7.23
7.73
7.43
4.84

5.36
2.37
5.77
2.58
2.66
3.28
3.73
2.90
1.68
1.50
3.11
2.04
1.94
10.21
2.19
2.56
2.37
2.11
4.18
2.38
2.95
1.90
2.29
2.45
5.30
4.68
5.83
2.32
3.57
3.21
1.97
2.63

27.31
24.69
26.79
23.34
20.69
25.58
26.73
23.19
20.53
15.94
19.13
19.76
19.84
24.64
18.03
21.98
16.61
22.74
27.62
22.37
23.52
19.11
20.82
18.17
25.99
24.34
29.18
20.25
27.31
26.45
23.14
20.62

70.62
74.33
72.40
75.51
77.11
72.44
71.88
74.16
76.26
81.14
79.06
77.23
72.78
68.47
75.46
75.62
75.18
61.74
69.56
70.07
75.15
78.75
76.56
81.16
72.76
69.84
67.59
78.09
70.57
71.89
75.62
75.07

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.9.b

PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Tidak
Bersekolah
Lagi
(9)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nanggroe Aceh Darussalam **


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau

6.56
4.45
3.76
3.42
6.57
5.34
7.20
6.44
5.70
8.88

9.70
10.89
9.71
10.63
8.96
9.99
9.44
9.82
8.67
7.63

8.52
8.17
6.85
7.39
6.76
6.85
6.84
6.65
5.73
6.26

5.85
5.06
4.52
4.46
3.45
3.15
3.99
2.99
3.20
3.70

1.73
0.64
0.60
0.77
0.50
0.30
0.78
0.26
0.64
0.36

25.80
24.76
21.68
23.25
19.67
20.29
21.05
19.72
18.24
17.95

11
12
13

DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah

7.32
11.96

8.80
8.04

5.05
6.04

1.88
2.73

0.36
0.45

16.09
17.26

14
15
16

DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten

17.10
16.71
6.26

6.50
7.28
10.91

5.51
4.76
5.57

3.59
2.37
2.50

0.90
0.36
0.30

17
18

Bali
Nusa Tenggara Barat

16.85
20.61

6.64
9.50

4.69
7.58

2.84
3.47

19
20
21

Nusa Tenggara Timur


Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah

12.80
13.20
2.87

12.81
10.92
10.58

4.91
5.90
7.64

22
23
24

Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara

6.00
6.76
0.79

9.10
8.51
6.48

25
26
27
28

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo

6.07
16.39
9.87
2.78

29
30
31

Maluku
Maluku Utara
Papua *
Indonesia

4.46
4.33
36.64
10.63

Jumlah
(10)

67.65
70.79
74.56
73.33
73.77
74.37
71.75
73.84
76.06
73.17

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

76.59
70.77

100.00
100.00

16.50
14.77
19.28

66.40
68.52
74.47

100.00
100.00
100.00

0.57
0.71

14.74
21.26

68.41
58.13

100.00
100.00

1.97
2.55
3.08

0.22
0.26
0.24

19.91
19.63
21.54

67.30
67.17
75.58

100.00
100.00
100.00

5.11
6.56
5.54

2.42
3.52
3.93

0.40
0.62
0.81

17.03
19.21
16.76

76.97
74.03
82.45

100.00
100.00
100.00

8.37
9.23
10.49
9.56

5.54
6.18
5.49
7.78

2.53
3.00
3.93
2.41

0.49
0.60
0.82
0.61

17.57
18.32
23.02
17.28

76.37
65.29
67.11
79.94

100.00
100.00
100.00
100.00

10.72
11.52
11.38
8.95

8.50
6.73
4.99
5.86

5.38
4.59
3.08
2.88

0.64
0.37
0.43
0.44

25.24
23.21
19.88
18.13

70.30
72.46
43.48
71.24

100.00
100.00
100.00
100

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.10

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
Tidak
Provinsi

No

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Mempunyai
Ijazah

(1)

(2)

(3)

SLTP/

SD/MI

MTs.

(4)

(5)

SMU/ MA

SMK

(6)

(7)

D-I/D-II
(8)

Ak/

S1/

D-III

D-IV

(9)

Jumlah

S2-S3

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam **

26.03

30.24

20.81

16.35

2.31

1.10

0.88

2.11

0.17

100.00

Sumatera Utara

22.58

28.20

21.67

18.09

5.26

0.73

1.13

2.26

0.08

100.00

Sumatera Barat

30.05

25.13

18.55

15.41

4.86

1.22

1.61

3.01

0.16

100.00

Riau

22.87

33.72

20.13

15.60

3.73

0.70

1.03

2.12

0.10

100.00

Jambi

28.15

32.08

18.88

13.10

3.52

1.20

0.94

2.07

0.07

100.00

Sumatera Selatan

27.63

34.66

18.28

13.52

2.93

0.66

0.69

1.58

0.06

100.00

Bengkulu

29.63

30.26

17.73

13.84

3.91

1.02

0.98

2.56

0.06

100.00

Lampung

32.91

32.76

18.44

9.20

3.64

0.80

0.63

1.51

0.11

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

30.25

33.86

16.49

11.07

5.12

0.93

0.82

1.44

0.03

100.00

10

Kepulauan Riau

18.70

23.94

16.16

28.24

7.21

1.28

1.64

2.73

0.10

100.00

11

DKI Jakarta

12.82

22.39

20.65

24.64

9,67

1.14

2.99

5.32

0.39

100.00

12

Jawa Barat

26.49

37.55

16.00

11.91

3.86

0.85

1.15

2.04

0.14

100.00

13

Jawa Tengah

31.81

35.43

16.61

8.73

4.06

0.74

0.82

1.72

0.07

100.00

14

DI Yogyakarta

25.25

24.23

16.91

18.23

7.17

1.22

2.04

4.52

0.42

100.00

15

Jawa Timur

33.04

31.97

16.57

10.41

4.39

0.60

1.56

2.38

0.09

100.00

16

Banten

25.13

32.16

17.22

15.20

4.74

0.74

1.50

2.97

0.33

100.00

17

Bali

30.05

27.91

13.65

18.46

3.60

1.87

0.89

3.36

0.21

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

43.32

26.95

13.77

11.29

1.72

0.82

0.40

1.65

0.09

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

42.85

33.38

10.94

7.99

2.32

0.57

0.52

1.36

0.07

100.00

20

Kalimantan Barat

41.00

28.49

15.55

9.95

2.70

0.68

0.56

1.01

0.06

100.00

21

Kalimantan Tengah

21.83

38.34

20.65

13.16

2.32

1.05

0.76

1.78

0.11

100.00

22

Kalimantan Selatan

31.42

33.14

15.64

12.36

3.18

1.06

0.70

2.38

0.12

100.00

23

Kalimantan Timur

23.00

28.29

19.25

18.01

5.79

1.02

1.24

3.18

0.21

100.00

24

Sulawesi Utara

21.34

28.08

21.20

20.14

4.83

1.04

0.70

2.45

0.21

100.00

25

Sulawesi Tengah

25.71

37.68

17.21

12.63

2.93

0.98

0.53

2.26

0.06

100.00

26

Sulawesi Selatan *

35.31

28.16

15.07

13.96

2.78

0.85

0.74

2.92

0.21

100.00

27

Sulawesi Tenggara

29.64

30.13

17.99

15.00

2.80

1.24

0.64

2.45

0.10

100.00

28

Gorontalo

39.01

33.55

11.79

9.32

2.96

0.97

0.35

1.90

0.17

100.00

29

Maluku

23.99

30.85

19.52

18.15

3.18

1.64

0.59

1.94

0.15

100.00

30

Maluku Utara

29.10

30.31

20.26

14.28

3.12

0.67

0.25

1.88

0.12

100.00

31

Papua *

44.45

21.14

14.45

12.91

3.77

0.49

0.75

1.93

0.12

100.00

29.28

32.34

17.06

12.82

4.25

0.82

0.98

2.32

0.13

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.10.a

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Tidak
No

Provinsi

Mempunyai
Ijazah

(1)

(2)

SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/ SM

SMK

D-I/D-II

Ak/

S1/

D-III

D-IV

S2-S3

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam **

15.31

20.33

20.86

29.07

4.77

1.47

2.06

5.57

0.56

100.00

Sumatera Utara

15.37

23.68

21.86

24.59

7.19

0.99

2.01

4.13

0.16

100.00

Sumatera Barat

16.89

18.39

18.67

26.53

1.82

1.42

0.52

6.32

0.44

100.00

Riau

14.09

23.58

21.44

25.29

7.46

1.13

2.18

4.58

0.25

100.00

Jambi

17.06

24.76

20.45

22.23

6.60

1.73

2.21

4.77

0.19

100.00

Sumatera Selatan

17.95

24.70

20.17

24.61

5.63

1.21

1.65

3.91

0.17

100.00

Bengkulu

17.52

21.10

18.72

22.72

7.98

1.87

2.76

7.13

0.20

100.00

Lampung

21.14

24.56

19.70

18.19

7.20

1.59

2.27

4.90

0,46

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

19.96

29.46

19.39

17.08

8.39

1.41

1.55

2.69

0.07

100.00

10

Kepulauan Riau

14.41

19.53

16.56

34.05

8.56

1.38

2.01

3.37

0.13

100.00

11

DKI Jakarta

12.82

22.39

20.65

24.64

9.67

1.14

1.99

5.32

0.39

100.00

12

Jawa Barat

19.28

30.76

19.14

18.15

5.85

1.22

1.94

3.41

0.25

100.00

13

Jawa Tengah

24.87

29.86

19.31

14.10

6.09

0.95

1.55

3.13

0.14

100.00

14

DI Yogyakarta

19.25

19.45

16.67

24.49

8.25

1.45

3.04

6.68

0.70

100.00

15

Jawa Timur

22.74

27.09

19.22

16.96

7.30

0.87

1.02

4.61

0.20

100.00

16

Banten

16.42

23.67

19.76

23.55

7.41

1.05

2.60

4.97

0.58

100.00

17

Bali

22.04

24.19

14.70

25.07

4.33

2.48

1.41

5.40

0.37

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

38.33

23.65

15.59

14.90

2.58

1.08

0.61

3.05

0.30

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

18.68

24.26

18.70

23.44

6.38

1.06

1.82

5.32

0.37

100.00

20

Kalimantan Barat

27.88

22.49

18.46

19.58

5.59

1.29

1.39

3.12

0.30

100.00

21

Kalimantan Tengah

14.72

27.13

21.17

23.59

4.07

1.90

1.95

5.10

0.37

100.00

22

Kalimantan Selatan

22.14

25.27

17.13

21.67

5.52

1.51

1.39

5.06

0.30

100.00

23

Kalimantan Timur

15.64

22.69

20.41

24.27

8.31

1.27

1.98

5.05

0.37

100.00

24

Sulawesi Utara

15.62

21.31

20.70

29.64

5.92

1.31

1.08

4.04

0.39

100.00

25

Sulawesi Tengah

13.94

22.11

19.19

29.23

5.04

1.32

1.63

7.27

0.27

100.00

26

Sulawesi Selatan *

22.36

21.62

16.84

24.34

4.69

1.18

1.62

6.78

0.57

100.00

27

Sulawesi Tenggara

17.12

19.01

19.02

29.32

5.80

1.91

1.56

5.89

0.37

100.00

28

Gorontalo

26.02

26.37

15.93

17.81

6.09

1.22

0.73

5.31

0.51

100.00

29

Maluku

14.01

21.39

21.18

28.49

6.46

2.45

1.36

4.21

0.46

100.00

30

Maluku Utara

14.80

23.02

20.59

26.35

7.40

1.18

0.42

5.77

0.47

100.00

31

Papua *

12.02

19.32

22.28

29.26

8.97

0.79

1.81

5.25

0.39

100.00

19.88

26.23

19.33

20.13

6.76

1.15

1.85

4.31

0.28

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.10.b

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Tidak
No

Provinsi

Mempunyai

SD/

Ijazah
(1)

(2)

(3)

SLTP/

MI

MTs.

(4)

(5)

SMU/ SM

SMK

(6)

(7)

D-I/D-II
(8)

Ak/

S1/

D-III

D-IV

(9)

Jumlah

S2-S3

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

29.25

33.21

20.80

12.53

1.57

0.99

0.53

1.07

0.05

100.00

Sumatera Utara

28.47

31.89

21.52

12.78

3.68

0.51

0.41

0.73

0.01

100.00

Sumatera Barat

36.07

28.20

18.49

10.33

3.51

1.12

0.74

1.50

0.03

100.00

Riau

27.55

39.13

19.43

10.43

1.73

0.48

0.42

0.81

0.02

100.00

Jambi

32.67

35.07

18.23

9.37

2.26

0.98

0.43

0.96

0.02

100.00

Sumatera Selatan

32.84

40.00

17.26

7.55

1.48

0.36

0.18

0.32

0.00

100.00

Bengkulu

34.41

33.87

17.34

10.34

2.31

0.69

0.28

0.76

0.00

100.00

Lampung

36.28

35.11

18.08

6.62

2.63

0.57

0.16

0.54

0.01

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

38.24

37.28

14.24

6.39

2.58

0.56

0.24

0.47

0.00

100.00

10

Kepulauan Riau

34.64

40.30

14.66

6.69

2.19

0.89

0.25

0.39

0.00

100.00

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

34.76

45.35

12.40

4.74

1.58

0.44

0.25

0.47

0.02

100.00

13

Jawa Tengah

36.85

39.47

14.64

4.84

2.59

0.59

0.29

0.70

0.01

100.00

14

DI Yogyakarta

33.92

31.14

17.26

9.16

5.61

0.90

0.60

1.38

0.03

100.00

15

Jawa Timur

40.59

35.55

14.62

5.60

2.25

0.39

0.22

0.74

0.02

100.00

16

Banten

36.04

42.79

14.05

4.74

1.40

0.36

0.12

0.47

0.02

100.00

17

Bali

38.56

31.87

12.54

11.43

2.83

1.22

0.34

1.19

0.03

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

46.44

29.01

12.63

9.03

1.18

0.65

0.26

0.77

0.02

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

47.82

35.26

9.35

4.81

1.48

0.47

0.25

0.54

0.01

100.00

20

Kalimantan Barat

45.91

30.74

14.46

6.34

1.62

0.45

0.25

0.23

0.01

100.00

21

Kalimantan Tengah

24.78

42.99

20.43

8.84

1.60

0.69

0.26

0.41

0.00

100.00

22

Kalimantan Selatan

36.89

37.78

14.75

6.88

1.80

0.80

0.29

0.80

0.01

100.00

23

Kalimantan Timur

31.83

35.00

17.87

10.51

2.77

0.73

0.35

0.94

0.00

100.00

24

Sulawesi Utara

24.92

32.33

21.51

14.19

4.15

0.88

0.46

1.46

0.11

100.00

25

Sulawesi Tengah

28.85

41.83

16.69

8.20

2.37

0.89

0.24

0.92

0.01

100.00

26

Sulawesi Selatan

40.91

30.98

14.30

9.47

1.96

0.71

0.36

1.26

0.05

100.00

27

Sulawesi Tenggara

33.14

33.23

17.70

11.01

1.97

1.05

0.39

1.49

0.03

100.00

28

Gorontalo

43.90

36.25

10.23

6.12

1.78

0.87

0.20

0.61

0.04

100.00

29

Maluku

28.08

34.72

19.84

13.91

1.84

1.31

0.27

1.01

0.02

100.00

30

Maluku Utara

34.27

32.95

20.14

9.92

1.57

0.48

0.19

0.48

0.00

100.00

31

Papua

57.75

21.92

11.24

6.20

1.64

0.37

0.31

0.57

0.01

100.00

36.82

37.16

15.24

6.96

2.24

0.57

0.29

0.72

0.02

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.11

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M 2),


TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005

Luas lantai (m )
No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

Nanggroe Aceh Darussalam **

4.07

37.99

38.46

11.57

7.92

100.00

5.19

59.95

29.27

3.86

1.74

100.00

4.94

55.16

31.27

5.54

3.08

Sumatera Utara

2.70

33.31

44.68

11.26

8.05

100.00

2.30

50.60

40.89

4.46

1.75

100.00

2.48

43.06

42.54

7.43

4.50

100.00

Sumatera Barat

8.21

23.89

40.54

18.75

8.61

100.00

3.10

39.97

46.22

7.92

2.80

100.00

4.62

35.20

44.53

11.13

4.52

100.00

Riau

1.12

38.66

42.81

10.21

7.21

100.00

2.52

48.07

43.17

4.54

1.71

100.00

2.04

44.84

43.04

6.49

3.60

100.00

Jambi

2.25

31.97

41.65

18.69

5.44

100.00

1.87

42.49

48.82

4.81

2.01

100.00

1.97

39.63

46.87

8.58

2.95

100.00

Sumatera Selatan

5.26

45.44

33.88

9.18

6.24

100.00

2.62

48.67

45.02

2.52

1.17

100.00

3.48

47.62

41.41

4.68

2.81

100.00

Bengkulu

7.33

39.64

35.60

10.45

6.97

100.00

3.03

51.34

38.16

3.20

4.26

100.00

4.22

48.11

37.46

5.20

5.01

100.00

Lampung

4.59

25.71

48.56

10.28

10.87

100.00

1.59

29.90

61.07

5.55

1.89

100.00

2.25

28.98

58.34

6.58

3.85

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

3.15

38.94

43.55

9.13

5.22

100.00

1.49

45.13

44.21

7.40

1.76

100.00

2.20

42.48

43.93

8.14

3.25

100.00

10

Kepulauan Riau

9.79

33.57

44.79

7.25

4.60

100.00

2.07

49.57

38.01

7.79

2.56

100.00

8.19

36.88

43.38

7.36

4.18

100.00

11

DKI Jakarta

19.24

34.73

25.65

10.53

9.85

100.00

100.00

19.24

34.73

25.65

10.53

9.85

100.00

12

Jawa Barat

5.73

36.14

42.55

10.07

5.52

100.00

1.92

50.52

41.62

4.56

1.37

100.00

3.81

43.39

42.08

7.29

3.42

100.00

13

Jawa Tengah

2.90

15.95

54.29

16.68

10.17

100.00

0.37

13.91

58.16

17.85

9.71

100.00

1.40

14.74

56.58

17.37

9.90

100.00

22.35

13.98

36.93

15.05

11.70

100.00

0.09

10.17

50.28

25.00

14.47

100.00

13.89

12.53

42.00

18.83

12.75

100.00

6.01

24.71

49.35

11.81

8.13

100.00

0.51

27.29

54.63

11.18

6.40

100.00

2.78

26.22

52.44

11.44

7.12

100.00

100.00

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

10.44

18.81

45.26

16.47

9.01

100.00

1.53

41.19

50.73

5.21

1.33

100.00

6.41

28.93

47.74

11.38

5.54

100.00

17

Bali

15.46

32.65

32.93

10.42

8.54

100.00

6.73

50.46

33.92

6.29

2.60

100.00

11.28

41.17

33.40

8.45

5.70

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

15.61

51.36

24.41

5.65

2.97

100.00

10.71

67.19

19.73

1.26

1.11

100.00

12.48

61.49

21.42

2.84

1.78

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

9.40

50.49

30.45

7.12

2.59

100.00

5.79

69.75

22.03

1.89

0.55

100.00

6.36

66.72

23.35

2.71

0.87

100.00

20

Kalimantan Barat

2.88

31.71

51.14

7.96

6.31

100.00

1.95

53.70

40.15

3.40

0.80

100.00

2.19

48.12

42.94

4.55

2.20

100.00

21

Kalimantan Tengah

6.50

39.45

39.13

8.98

5.95

100.00

1.50

50.00

45.52

2.41

0.58

100.00

2.95

46.94

43.66

4.32

2.14

100.00

22

Kalimantan Selatan

7.94

42.51

33.97

9.47

6.11

100.00

4.28

44.68

43.44

5.96

1.64

100.00

5.58

43.91

40.07

7.21

3.23

100.00

23

Kalimantan Timur

5.43

38.95

35.76

11.22

8.65

100.00

1.63

44.94

46.26

5.32

1.84

100.00

3.62

41.80

40.76

8.41

5.41

100.00

24

Sulawesi Utara

3.40

43.44

35.71

9.91

7.53

100.00

2.58

61.09

30.08

4.51

1.74

100.00

2.91

53.97

32.35

6.69

4.07

100.00

25

Sulawesi Tengah

4.89

32.79

37.27

15.09

9.96

100.00

2.43

53.06

36.62

5.75

2.14

100.00

2.92

49.03

36.75

7.60

3.69

100.00

26

Sulawesi Selatan *

7.89

27.91

41.25

12.88

10.07

100.00

1.58

33.78

53.25

8.66

2.73

100.00

3.42

32.06

49.74

9.89

4.88

100.00

27

Sulawesi Tenggara

8.43

34.17

37.64

13.09

6.68

100.00

1.88

41.80

45.51

8.09

2.71

100.00

3.33

40.12

43.78

9.19

3.58

100.00

28

Gorontalo

6.34

51.75

29.15

7.26

5.50

100.00

7.06

66.36

21.60

2.86

2.12

100.00

6.86

62.32

23.69

4.08

3.05

100.00

29

Maluku

5.78

44.04

34.78

5.26

10.14

100.00

1.57

55.62

38.63

2.91

1.26

100.00

2.84

52.15

37.48

3.62

3.92

100.00

30

Maluku Utara

31

Papua *

Indonesia

4.73

19.12

57.90

14.43

3.82

100.00

0.21

27.23

66.44

4.87

1.26

100.00

1.48

24.94

64.03

7.56

1.98

100.00

13.67

53.24

24.31

4.89

3.89

100.00

33.01

55.24

9.95

1.35

0.44

100.00

27.55

54.68

14.00

2.35

1.42

100.00

7.62

29.96

42.64

11.92

7.86

100.00

2.25

38.65

47.05

8.16

3.89

100.00

4.58

34.88

45.14

9.79

5.61

100.00

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.12

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Sumber
Air Minum

Jumlah
Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

Lainnya

(10)

(11)

(12)

(13)

Sumber
Air Minum

Terlindung
(1)

(2)

(9)

Tak Terlindung
(14)

Nanggroe Aceh Darussalam **

3.11

11.54

3.23

3.02

42.32

2.27

65.49

25.49

2.95

4.81

1.25

Sumatera Utara

1.92

23.48

9.80

6.65

33.21

2.13

77.19

12.19

5.86

3.80

0.95

22.80

Sumatera Barat

1.44

21.15

3.79

10.41

37.25

1.71

75.75

12.59

7.57

3.76

0.33

24.25

Riau

4.30

3.79

3.28

1.78

33.43

30.07

76.65

19.19

0.96

2.66

0.54

23.35

Jambi

1.42

16.40

1.84

1.77

35.29

13.22

69.94

18.89

1.72

9.30

0.15

30.06

Sumatera Selatan

2.36

17.29

1.30

1.91

42.50

5.57

70.93

15.12

1.01

12.64

0.30

29.07

Bengkulu

1.58

14.23

1.64

3.93

35.21

0.33

56.92

36.47

4.20

2.27

0.14

43.08

Lampung

1.76

5.69

3.04

2.98

54.59

1.92

69.98

24.71

3.09

1.73

0.50

30.03

Kepulauan Bangka Belitung

3.43

3.74

7.36

0.85

55.56

0.71

71.65

25.03

1.13

2.05

0.14

28.35

10

Kepulauan Riau

4.72

39.36

0.83

3.77

32.95

1.99

83.62

10.81

1.92

0.48

3.18

16.39

11

DKI Jakarta

17.97

46.90

28.15

0.13

5.13

0.17

98.45

0.49

0.02

0.00

1.04

1.55

12

Jawa Barat

3.84

12.91

22.95

8.75

36.79

0.20

85.44

8.46

5.04

0.76

0.29

14.55

13

Jawa Tengah

1.97

14.86

11.29

12.20

46.20

0.70

87.22

7.66

4.05

0.79

0.28

12.78

14

DI Yogyakarta

7.42

8.82

10.46

3.28

56.23

4.41

90.62

7.12

2.09

0.13

0.02

9.36

15

Jawa Timur

4.80

16.82

16.15

11.30

39.86

0.43

89.36

6.34

3.37

0.36

0.58

10.65

16

Banten

13.58

17

Bali

18

34.50

7.79

13.78

31.36

5.22

27.18

1.09

86.42

8.62

2.42

2.40

0.14

11.12

40.19

3.93

13.15

19.91

4.03

92.33

2.16

3.17

2.11

0.22

7.66

Nusa Tenggara Barat

2.41

14.68

7.22

14.93

43.28

82.52

14.30

1.62

0.77

0.79

17.48

19

Nusa Tenggara Timur

0.77

19.53

0.45

21.57

18.28

2.91

63.51

8.59

20.36

6.83

0.72

36.50

20

Kalimantan Barat

2.66

8.94

0.90

2.74

7.21

39.08

61.53

8.06

3.22

27.06

0.12

38.46

21

Kalimantan Tengah

0.98

17.63

9.43

2.68

18.31

4.83

53.86

7.28

0.53

37.94

0.40

46.15

22

Kalimantan Selatan

2.23

33.62

9.83

1.35

16.20

1.69

64.92

14.43

0.89

19.56

0.19

35.07

23

Kalimantan Timur

5.26

43.11

3.44

2.07

13.13

8.84

75.85

8.25

1.25

13.59

1.07

24.16

24

Sulawesi Utara

1.20

23.59

4.21

14.42

39.94

0.72

84.08

12.10

3.21

0.17

0.44

15.92

25

Sulawesi Tengah

1.47

22.40

13.10

14.61

23.76

1.04

76.38

12.08

3.45

7.74

0.36

23.63

26

Sulawesi Selatan *

1.55

24.19

8.70

9.03

33.82

0.77

78.06

13.90

5.25

2.49

0.30

21.94

27

Sulawesi Tenggara

0.81

27.79

1.88

11.24

32.32

2.55

76.59

17.91

2.33

2.94

0.22

23.40

28

Gorontalo

0.82

15.94

1.43

2.59

53.38

74.16

17.96

2.03

5.26

0.59

25.84

29

Maluku

0.59

25.77

1.75

18.33

36.55

1.04

84.03

9.87

3.90

1.93

0.28

15.98

30

Maluku Utara

0.94

22.02

1.00

3.83

40.79

5.65

74.23

20.30

2.24

3.23

25.77

31

Papua *

4.58

16.77

2.62

10.87

8.69

14.41

57.94

8.67

19.81

12.99

0.60

42.07

4.06

17.99

13.73

8.56

35.63

2.70

82.67

9.75

3.96

3.21

0.45

17.37

Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.12.a

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(6)

(7)

(8)

Sumber
Air Minum

Jumlah
Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

(10)

(11)

(12)

Sumber

Lainnya

Air Minum

Terlindung
(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam **

(3)

(4)

(5)

(9)

Tak Terlindung
(13)

(14)

10.32

32.78

7.10

1.13

37.31

2.00

90.64

6.66

0.75

0.53

1.43

9.37

Sumatera Utara

3.35

43.40

10.42

2.33

33.38

0.06

92.94

5.12

0.96

0.52

0.46

7.06

Sumatera Barat

3.45

41.52

7.34

4.82

35.66

0.71

93.50

4.98

1.15

0.16

0.19

6.48

Riau

8.95

6.80

8.49

2.63

38.49

22.83

88.19

10.36

0.56

0.40

0.50

11.82

Jambi

3.46

33.10

2.50

0.90

32.19

15.00

87.15

11.20

0.47

1.18

12.85

Sumatera Selatan

4.49

46.52

1.44

0.22

35.43

0.66

88.76

6.03

0.08

4.84

0.29

11.24

Bengkulu

2.66

29.27

3.81

0.15

50.07

0.20

86.16

13.50

0.35

13.85

Lampung

5.31

19.87

9.26

2.13

50.98

0.04

87.59

11.01

1.07

0.06

0.27

12.41

Kepulauan Bangka Belitung

6.62

7.00

12.33

0.16

55.35

1.45

82.91

16.43

0.04

0.31

0.34

17.12

10

Kepulauan Riau

5.41

47.57

0.89

1.92

31.17

1.80

88.76

6.28

0.96

0.30

3.70

11.24

11

DKI Jakarta

17.97

46.90

28.15

0.13

5.13

0.17

98.45

0.49

0.02

0.00

1.04

1.55

12

Jawa Barat

6.26

18.97

29.12

4.60

34.22

0.03

93.20

5.58

0.77

0.21

0.23

6.79

13

Jawa Tengah

3.42

26.64

14.03

3.15

46.84

0.03

94.11

4.88

0.54

0.09

0.38

5.89

14

DI Yogyakarta

11.37

7.70

14.16

0.12

59.69

93.04

6.72

0.17

0.03

0.04

6.96

15

Jawa Timur

9.13

31.17

19.06

3.28

32.85

0.29

95.78

2.87

0.77

0.26

0.32

4.22

16

Banten

12.99

21.83

42.49

1.82

17.71

0.09

96.93

2.06

0.06

0.72

0.23

3.07

17

Bali

19.96

44.62

5.67

4.47

21.40

0.06

96.18

1.62

1.16

0.92

0.13

3.83

18

Nusa Tenggara Barat

3.85

25.87

7.86

8.64

39.90

86.12

9.37

2.68

0.03

1.79

13.87

19

Nusa Tenggara Timur

2.32

57.40

0.57

1.33

26.10

0.07

87.79

5.76

2.79

1.71

1.95

12.21

20

Kalimantan Barat

7.65

19.25

0.31

1.12

8.78

56.51

93.62

3.33

0.44

2.57

0.03

6.37

21

Kalimantan Tengah

2.42

42.84

22.18

4.10

16.17

0.58

88.29

2.73

7.70

1.27

11.70

22

Kalimantan Selatan

4.16

66.89

2.11

1.33

15.67

0.07

90.23

4.92

0.11

4.53

0.14

9.70

23

Kalimantan Timur

8.90

67.81

3.39

1.01

5.52

4.90

91.53

2.19

0.44

4.81

1.04

8.48

24

Sulawesi Utara

1.85

33.11

8.62

3.19

41.82

88.59

8.52

1.83

0.16

0.91

11.42

25

Sulawesi Tengah

3.84

45.93

30.32

7.31

7.31

94.71

1.21

2.23

0.96

0.89

5.29

26

Sulawesi Selatan *

3.55

60.28

7.87

1.33

21.09

0.01

94.13

4.26

0.33

1.24

0.05

5.88

27

Sulawesi Tenggara

2.21

60.85

2.84

2.49

24.92

93.31

3.45

0.69

2.49

0.08

6.71

28

Gorontalo

1.27

35.13

3.33

0.24

45.09

85.06

11.04

3.80

0.10

14.94

29

Maluku

0.89

49.71

2.70

13.72

24.25

91.27

6.50

0.75

0.63

0.84

8.72

30

Maluku Utara

2.04

60.97

1.81

21.09

8.70

94.61

4.75

0.60

0.04

5.39

31

Papua *

13.60

45.12

5.06

5.83

12.69

14.36

96.66

1.72

0.55

0.05

1.03

3.35

7.78

31.2

19.19

2.96

31.28

1.38

93.79

4.50

0.64

0.61

0.45

6.20

Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.12.b

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Jumlah

Sumber
Air Minum

Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

Lainnya

(10)

(11)

(12)

(13)

Sumber
Air Minum

Terlindung
(1)

(2)

(9)

Tak Terlindung
(14)

Nanggroe Aceh Darussalam **

1.10

5.63

2.15

3.55

43.72

2.34

58.49

30.74

3.57

6.00

1.20

41.51

Sumatera Utara

0.82

8.06

9.32

10.00

33.09

3.73

65.02

17.66

9.65

6.35

1.33

34.99

Sumatera Barat

0.58

12.55

2.29

12.77

37.92

2.14

68.25

15.80

10.28

5.28

0.39

31.75

Riau

1.87

2.22

0.56

1.34

30.79

33.84

70.62

23.80

1.16

3.84

0.57

29.37

Jambi

0.66

10.16

1.59

2.09

36.45

12.56

63.51

21.75

2.19

12.34

0.21

36.49

Sumatera Selatan

1.34

3.29

1.23

2.72

45.88

7.92

62.38

19.48

1.46

16.38

0.30

37.62

Bengkulu

1.17

8.50

0.81

5.37

29.55

0.38

45.78

45.23

5.67

3.13

0.20

54.23

Lampung

0.76

1.72

1.30

3.22

55.60

2.45

65.05

28.54

3.65

2.19

0.56

34.94

Kepulauan Bangka Belitung

1.04

1.29

3.63

1.37

55.72

0.15

63.20

31.48

1.96

3.35

36.79

10

Kepulauan Riau

2.09

7.96

0.58

10.85

39.74

2.71

63.93

28.14

5.60

1.17

1.16

36.07

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

1.47

6.95

13

Jawa Tengah

0.98

14

DI Yogyakarta

0.98

15

Jawa Timur

1.74

16

Banten

17

Bali

18

9.23

1.31

0.35

22.18

6.47

1.27

0.22

17.54

5.21

0.31

13.30

5.20

0.42

0.77

15.18

16.57

5.28

4.44

0.04

26.33

2.75

5.38

3.41

0.32

11.86

80.49

17.08

1.02

1.18

0.23

19.51

58.99

9.11

23.62

7.79

0.49

41.01

33.15

50.62

9.67

4.16

35.38

0.15

49.36

6.57

39.79

9.13

0.74

50.30

0.04

60.21

16.50

2.58

50.93

19.68

1.32

27.86

0.21

49.07

3.23

21.50

13.19

58.59

14.92

2.14

23.25

1.09

41.40

22.01

38.68

1.21

81.05

14.51

4.14

0.18

0.12

18.95

16.42

27.84

1.30

71.82

14.78

3.75

9.42

0.22

28.17

9.04

12.20

39.07

1.08

71.44

17.87

7.28

3.01

0.40

28.56

1.60

13.71

34.42

3.27

71.88

22.00

2.79

3.07

0.26

28.12

39.33

6.75

9.40

18.42

45.76

1.16

82.47

9.58

10.66

4.42

8.45

50.60

11.60

86.71

7.78

6.70

14.10

16.96

44.81

0.52

84.83

8.79

1.50

4.03

17.89

9.33

38.64

2.30

73.69

1.48

35.36

2.04

22.62

18.28

8.37

88.15

Nusa Tenggara Barat

1.60

8.38

6.86

18.47

45.18

19

Nusa Tenggara Timur

0.48

12.50

0.43

25.33

16.82

3.43

20

Kalimantan Barat

0.96

5.43

1.10

3.30

6.68

21

Kalimantan Tengah

0.40

7.32

4.21

2.11

19.18

22

Kalimantan Selatan

1.17

15.27

14.05

1.36

23

Kalimantan Timur

1.24

15.94

3.49

24

Sulawesi Utara

0.76

17.16

1.23

25

Sulawesi Tengah

0.88

16.56

8.82

26

Sulawesi Selatan *

0.73

9.32

27

Sulawesi Tenggara

0.42

18.46

28

Gorontalo

0.64

8.59

0.70

3.49

56.55

69.97

20.61

2.81

5.83

0.78

30.03

29

Maluku

0.46

15.50

1.34

20.30

41.83

1.48

80.91

11.31

5.25

2.48

0.04

19.08

30

Maluku Utara

0.51

6.71

0.68

5.34

48.53

4.45

66.22

26.40

2.89

4.48

33.77

31

Papua *

1.03

5.63

1.66

12.86

7.11

14.43

42.72

11.40

27.37

18.07

0.44

57.28

1.21

7.89

9.55

12.77

38.96

3.70

74.08

13.77

6.50

5.21

0.44

25.92

Indonesia

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

77.82

11.29

12.84

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

0.36

16.87

Lampiran 2.13

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan
Tidak Tahu

Perdesaan
Tidak Tahu

No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam **

45.20

32.37

22.44

100

26.27

34.47

39.26

Sumatera Utara

45.07

44.18

10.76

100

31.65

44.13

Sumatera Barat

50.53

35.57

13.90

100

25.66

46.46

Riau

55.48

38.72

5.80

100

43.17

Jambi

30.32

58.32

11.36

100

Sumatera Selatan

48.65

41.46

9.90

Bengkulu

52.94

41.72

5.34

Lampung

41.53

48.05

<= 10 m

> 10 m

(3)

(4)

Jumlah

<= 10 m

> 10 m

(6)

(7)

(8)

Perkotaan + Perdesaan
> 10 m
Tidak Tahu Jumlah

Jumlah

<= 10 m

(10)

(11)

(12)

(13)

100

29.11

34.16

36.74

100

24.22

100

36.16

44.15

19.69

100

27.88

100

31.22

44.03

24.75

100

40.78

16.05

100

47.53

40.05

12.42

100

29.55

51.84

18.61

100

29.72

53.24

17.04

100

100

24.67

54.43

20.90

100

30.10

51.49

18.41

100

100

30.40

42.36

27.24

100

35.59

42.21

22.20

100

10.42

100

27.19

61.31

11.50

100

29.83

58.87

11.30

100

(5)

(9)

(14)

Kepulauan Bangka Belitung

37.07

48.92

14.01

100

25.43

44.10

30.47

100

30.11

46.04

23.85

100

10

Kepulauan Riau

44.22

37.92

17.85

100

27.52

37.77

34.71

100

38.38

37.87

23.75

100

11

DKI Jakarta

48.53

31.41

20.06

100

48.53

31.41

20.06

100

12

Jawa Barat

44.31

38.48

17.21

100

35.05

36.63

28.32

100

39.21

37.46

23.33

100

13

Jawa Tengah

31.63

51.07

17.30

100

21.09

53.53

25.39

100

24.75

52.67

22.57

100

14

DI Yogyakarta

34.99

54.64

10.37

100

22.47

72.17

5.36

100

30.40

61.07

8.53

100

15

Jawa Timur

34.89

48.75

16.36

100

19.24

56.29

24.47

100

24.19

53.91

21.91

100

16

Banten

51.28

31.44

17.28

100

25.80

33.93

40.27

100

37.77

32.76

29.47

100

17

Bali

30.66

56.09

13.25

100

19.53

54.18

26.29

100

24.24

54.99

20.78

100

18

Nusa Tenggara Barat

29.44

35.58

34.98

100

20.80

36.98

42.22

100

23.42

36.56

40.03

100

19

Nusa Tenggara Timur

31.13

56.88

11.99

100

10.99

47.09

41.92

100

12.65

47.90

39.44

100

20

Kalimantan Barat

36.17

47.63

16.20

100

18.65

52.14

29.21

100

21.46

51.42

27.12

100

21

Kalimantan Tengah

48.99

41.47

9.55

100

28.38

57.04

14.58

100

35.45

51.69

12.85

100

22

Kalimantan Selatan

42.85

46.39

10.75

100

27.36

51.73

20.91

100

30.48

50.65

18.87

100

23

Kalimantan Timur

32.56

42.83

24.61

100

27.02

51.49

21.49

100

28.31

49.47

22.22

100

24

Sulawesi Utara

43.98

43.91

12.11

100

41.31

38.01

20.68

100

42.24

40.07

17.69

100

25

Sulawesi Tengah

39.12

34.68

26.20

100

22.34

42.77

34.89

100

24.75

41.61

33.64

100

26

Sulawesi Selatan *

44.36

31.52

24.12

100

20.73

42.59

36.68

100

24.13

41.00

34.87

100

27

Sulawesi Tenggara

36.88

47.00

16.12

100

17.22

50.97

31.82

100

19.48

50.51

30.01

100

28

Gorontalo

43.93

29.32

26.75

100

31.63

35.38

33.00

100

34.25

34.08

31.66

100

29

Maluku

31.56

43.11

25.33

100

17.51

61.66

20.83

100

20.38

57.87

21.75

100

30

Maluku Utara

51.53

33.91

14.56

100

23.74

41.49

34.77

100

26.99

40.60

32.41

100

31

Papua *

40.18

43.18

16.64

100

10.72

40.64

48.64

100

14.96

41.00

44.03

100

40.57

42.92

16.52

100

25.31

47.96

26.73

100

30.72

46.17

23.11

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.14

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR,


TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005

Perdesaan

Perkotaan

Perkotaan + Perdesaan

No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam **

68.00

14.24

8.77

8.98

100

39.85

Sumatera Utara

84.77

10.27

2.44

2.53

100

63.24

9.35

10.11

17.30

100

72.64

9.75

6.76

10.85

100

Sumatera Barat

74.67

15.45

4.21

5.67

100

38.49

16.91

17.00

27.60

100

49.22

16.47

13.21

21.10

100

Riau

84.51

10.96

2.28

2.25

100

76.88

8.47

3.49

11.16

100

79.50

9.33

3.08

8.10

100

Jambi

81.89

11.49

2.47

4.15

100

53.80

12.23

7.35

26.61

100

61.44

12.03

6.02

20.50

100

Sumatera Selatan

80.74

10.03

5.76

3.47

100

56.06

10.99

7.68

25.28

100

64.05

10.68

7.06

18.21

100

Bengkulu

80.98

14.35

1.77

2.90

100

50.94

8.61

5.99

34.46

100

59.24

10.19

4.82

25.75

100

Lampung

78.83

12.02

3.29

5.87

100

74.55

10.34

2.74

12.37

100

75.48

10.71

2.86

10.95

100

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Jumlah

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Jumlah

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

13.23

17.19

29.73

100

45.98

13.45

15.36

Jumlah
(17)

25.21

100

Kepulauan Bangka Belitung

73.88

12.12

2.94

11.06

100

47.68

5.82

4.18

42.32

100

58.91

8.52

3.65

28.92

100

10

Kepulauan Riau

81.11

16.02

1.82

1.04

100

69.53

7.49

4.36

18.62

100

78.71

14.26

2.35

4.69

100

11

DKI Jakarta

73.28

19.94

6.04

0.74

100

73.28

19.94

6.04

0.74

100

12

Jawa Barat

72.30

15.84

6.52

5.34

100

48.49

15.93

15.56

20.02

100

60.30

15.88

11.08

12.74

100

13

Jawa Tengah

67.04

13.90

4.32

14.74

100

54.70

11.28

5.89

28.12

100

59.73

12.35

5.25

22.67

100

14

DI Yogyakarta

59.10

30.64

3.31

6.95

100

80.60

12.01

0.86

6.53

100

67.27

23.56

2.38

6.79

100

15

Jawa Timur

66.50

15.65

3.51

14.34

100

49.22

12.78

3.22

34.79

100

56.36

13.97

3.34

26.33

100

16

Banten

74.78

15.79

2.95

6.48

100

34.29

8.63

9.59

47.49

100

56.46

12.55

5.95

25.03

100

17

Bali

64.43

28.00

1.20

6.37

100

49.57

15.45

0.89

34.10

100

57.32

22.00

1.05

19.63

100

18

Nusa Tenggara Barat

45.58

14.73

4.58

35.11

100

28.33

10.46

6.08

55.13

100

34.54

11.99

5.54

47.92

100

19

Nusa Tenggara Timur

73.20

21.39

2.16

3.25

100

61.11

8.01

2.74

28.14

100

63.00

10.10

2.65

24.24

100

20

Kalimantan Barat

87.25

7.18

1.52

4.05

100

46.27

6.96

4.09

42.68

100

56.67

7.02

3.44

32.88

100

21

Kalimantan Tengah

74.65

12.18

5.07

8.09

100

43.50

12.73

6.23

37.54

100

52.54

12.57

5.90

28.99

100

22

Kalimantan Selatan

73.11

15.31

7.78

3.81

100

49.81

12.95

8.63

28.60

100

58.09

13.79

8.33

19.79

100

23

Kalimantan Timur

81.40

10.40

3.69

4.51

100

67.84

8.46

7.80

15.91

100

74.94

9.48

5.64

9.94

100

24

Sulawesi Utara

75.67

19.32

1.25

3.75

100

61.95

13.92

3.63

20.50

100

67.49

16.10

2.67

13.74

100

25

Sulawesi Tengah

70.26

12.12

6.61

11.01

100

42.45

6.37

6.60

44.58

100

47.98

7.51

6.60

37.91

100

26

Sulawesi Selatan *

68.93

19.30

3.72

8.04

100

49.39

7.70

2.07

40.84

100

55.10

11.09

2.55

31.26

100

27

Sulawesi Tenggara

74.33

15.78

4.34

5.55

100

54.05

7.57

2.76

35.62

100

58.52

9.38

3.11

28.99

100

28

Gorontalo

49.85

21.24

11.77

17.14

100

21.27

12.36

9.25

57.12

100

29.18

14.82

9.95

46.05

100

29

Maluku

64.26

14.60

12.30

8.84

100

40.03

11.49

19.64

28.84

100

47.30

12.42

17.44

22.84

100

30

Maluku Utara

74.41

13.75

10.18

1.65

100

32.50

11.38

23.74

32.38

100

44.32

12.05

19.91

23.71

100

31

Papua *

73.89

19.84

5.44

0.83

100

32.61

14.94

5.59

46.86

100

44.26

16.32

5.55

33.88

100

71.41

15.86

4.57

8.16

100

51.78

11.88

7.41

28.93

100

60.28

13.60

6.18

19.93

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.15

PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Keluhan Kesehatan
No

Provinsi

(1)

(2)

Panas

Batuk

(3)

Pilek

(4)

(5)

Asma/ Napas
Sesak

Diare/ Buangbuang Air

Sakit Kepala
Berulang

Sakit Gigi

(6)

(7)

(8)

(9)

Keluhan Lainnya

(10)

% Penduduk yang
Mempunyai Keluhan
Kesehatan

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam **

51.93

54.08

51.19

7.80

12.28

25.06

13.18

23.26

43.72

Sumatera Utara

39.58

44.91

40.97

4.38

7.05

15.79

5.93

22.38

19.78

Sumatera Barat

36.82

42.55

42.75

6.84

7.28

21.50

8.99

27.52

28.40

Riau

39.30

51.02

50.85

6.41

7.86

21.68

12.70

15.70

25.05

Jambi

35.67

49.50

46.66

6.17

7.78

21.02

12.81

25.69

25.50

Sumatera Selatan

27.71

41.40

45.99

5.93

5.27

19.38

9.19

27.93

24.21

Bengkulu

36.20

48.49

50.80

5.15

6.23

21.55

9.55

24.49

30.32

Lampung

27.25

44.94

46.56

3.89

4.08

21.16

6.43

27.46

30.93

Kepulauan Bangka Belitung

31.98

44.62

45.99

8.92

5.97

21.87

8.87

26.32

31.21

10

Kepulauan Riau

37.45

54.62

48.94

5.79

8.29

16.82

8.10

16.13

25.21

11

DKI Jakarta

31.87

53.25

51.36

3.54

7.60

19.90

5.37

18.93

25.29

12

Jawa Barat

31.17

41.92

42.70

6.23

5.60

14.59

5.88

31.64

24.36

13

Jawa Tengah

28.36

47.70

48.99

4.38

4.89

18.55

5.48

31.65

27.06

14

DI Yogyakarta

23.68

45.58

43.90

5.17

3.25

18.77

5.75

29.03

32.73

15

Jawa Timur

31.75

47.97

45.31

5.45

5.32

18.13

6.93

28.14

29.11

16

Banten

27.94

42.47

44.89

5.28

5.35

14.41

3.81

24.06

19.45

17

Bali

44.49

45.45

44.58

6.67

5.31

21.10

7.77

27.88

33.01

18

Nusa Tenggara Barat

45.51

46.44

47.79

6.69

7.33

23.73

7.76

29.15

32.47

19

Nusa Tenggara Timur

50.54

62.41

57.83

7.51

9.00

25.01

8.73

24.84

34.91

20

Kalimantan Barat

34.48

45.28

43.51

7.77

7.44

22.88

8.38

26.29

27.29

21

Kalimantan Tengah

38.25

48.19

48.99

6.35

7.65

22.11

11.12

16.69

23.41

22

Kalimantan Selatan

36.67

42.55

39.33

5.65

6.51

22.67

8.31

26.93

31.82

23

Kalimantan Timur

35.31

44.40

45.92

5.70

6.58

19.38

8.98

24.01

29.10

24

Sulawesi Utara

40.65

52.50

48.62

3.79

5.10

18.67

8.58

24.88

29.46

25

Sulawesi Tengah

45.13

48.39

41.70

6.64

7.70

24.67

11.99

24.50

32.16

26

Sulawesi Selatan *

35.93

36.65

34.17

6.63

5.72

19.43

7.15

25.95

24.65

27

Sulawesi Tenggara

35.81

36.25

31.81

5.61

4.17

18.20

8.85

27.45

25.97

28

Gorontalo

66.61

50.43

36.41

5.16

7.49

24.22

10.01

19.07

39.14

29

Maluku

38.98

48.66

41.33

7.03

6.88

16.98

15.10

21.98

24.15

30

Maluku Utara

47.00

48.65

33.54

5.77

7.61

16.96

8.90

21.61

28.88

31

Papua *

32.72

51.51

54.56

4.76

5.31

16.83

8.07

24.24

29.21

33.38

46.14

45.35

5.52

5.83

18.59

7.01

27.52

26.68

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.16
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

% Penduduk yang Berobat Jalan


Selama Sebulan yang Lalu

Provinsi
Perkotaan

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

(2)

Perdesaan

(3)

(4)

% Penduduk yang Mengobati Sendiri


Selama Sebulan yang Lalu

Perkotaan+ Perdesaan

Perkotaan

(5)

(6)

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam **


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua *

42.43
36.88
35.71
32.48
40.98
27.01
33.68
35.65
37.09
32.92
37.20
39.86
37.72
35.79
37.29
29.08
48.21
40.92
44.38
35.94
23.21
30.52
39.98
32.36
39.25
29.88
27.88
42.46
32.92
30.87
36.80

41.89
25.78
35.16
17.77
25.89
26.29
26.60
25.97
28.29
32.73
36.39
37.39
41.53
34.54
30.74
44.89
37.03
44.38
26.05
24.64
23.11
26.92
35.41
32.05
22.81
24.42
31.08
20.36
29.49
23.18

42.00
30.33
35.30
22.53
29.28
26.56
28.53
28.25
31.39
32.88
37.20
38.07
37.53
38.04
35.69
29.75
46.51
38.52
44.38
28.75
24.23
26.11
33.54
34.43
33.54
24.95
25.04
34.61
24.37
29.82
25.72

68.11
65.69
67.21
71.65
68.34
69.95
63.99
68.51
74.58
69.53
70.78
70.77
70.77
67.06
69.83
61.67
61.37
74.23
61.56
74.12
74.01
79.41
64.87
70.56
80.28
69.90
67.62
74.39
77.82
74.23
63.29

69.16
68.14
67.45
68.71
75.50
70.85
68.86
76.70
77.59
70.94
74.59
67.61
59.41
71.50
68.91
64.44
68.03
54.68
73.21
76.94
75.96
69.80
66.44
74.29
68.64
69.76
79.45
77.53
77.34
43.42

68.93
67.14
67.39
69.66
73.89
70.51
67.53
74.77
76.53
69.81
70.78
72.75
68.94
64.06
70.80
64.59
62.94
70.40
55.71
73.46
76.10
77.35
67.30
67.76
75.53
69.02
69.37
77.88
77.62
76.59
47.12

Indonesia

36.94

32.60

34.43

69.66

70.04

69.88

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.17

PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2005

Tempat/Cara Berobat
No

Provinsi

Rumah Sakit
Pemerintah

Rumah Sakit Swasta

Total RS

Praktek Dokter

Puskesmas/ Pustu

Petugas Kesehatan

Praktek Batra

Dukun Bersalin

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

12.54

2.56

15.10

16.41

45.89

15.72

2.74

0.69

3.45
4.40

Lainnya

Nanggroe Aceh Darussalam **

Sumatera Utara

8.74

10.83

19.57

25.50

22.27

23.34

4.14

0.80

Sumatera Barat

12.19

2.55

14.74

15.05

37.48

22.83

4.93

0.59

4.38

Riau

16.21

7.96

24.17

23.92

41.99

6.06

0.51

0.45

2.90

Jambi

10.94

2.47

13.41

21.51

45.85

11.97

2.09

1.83

3.34

Sumatera Selatan

9.91

4.05

13.96

22.74

43.71

12.43

1.20

2.01

3.94

Bengkulu

7.08

0.94

8.02

21.32

41.34

19.98

4.88

0.83

3.62

Lampung

5.31

3.47

8.78

21.39

37.38

27.43

1.96

0.96

2.10

Kepulauan Bangka Belitung

7.16

8.47

15.63

21.66

42.32

13.81

2.70

0.88

3.01

10

Kepulauan Riau

16.36

7.53

23.89

19.84

40.51

8.59

0.52

0.58

6.07

11

DKI Jakarta

10.16

7.99

18.15

41.03

33.96

2.31

1.08

0.55

2.92

12

Jawa Barat

8.59

4.21

12.80

30.76

32.81

18.15

1.44

0.95

3.10

13

Jawa Tengah

5.74

3.05

8.79

28.70

31.92

25.58

1.84

0.59

2.58

14

DI Yogyakarta

7.34

7.58

14.92

33.33

33.57

14.49

1.65

0.17

1.88

15

Jawa Timur

6.32

3.43

9.75

26.03

27.97

30.53

2.10

0.48

3.15

16

Banten

8.25

7.78

16.03

35.52

28.36

16.34

1.03

0.23

2.50

17

Bali

7.54

3.25

10.79

37.67

27.51

18.01

2.64

0.50

2.88

18

Nusa Tenggara Barat

4.76

0.98

5.74

25.86

45.68

17.63

0.99

0.84

3.26

19

Nusa Tenggara Timur

8.63

2.12

10.75

9.21

66.60

7.86

0.51

0.38

4.69

20

Kalimantan Barat

8.74

2.76

11.50

19.62

40.98

19.25

2.74

1.04

4.87

21

Kalimantan Tengah

6.67

1.06

7.73

17.15

52.70

19.43

0.95

0.51

1.54

22

Kalimantan Selatan

6.00

1.22

7.22

21.27

40.83

22.02

2.78

1.07

4.82

23

Kalimantan Timur

9.82

5.98

15.80

28.89

43.30

7.51

1.07

0.61

2.81

24

Sulawesi Utara

7.88

6.00

13.88

31.70

31.94

19.29

0.63

0.58

1.97

25

Sulawesi Tengah

9.92

0.99

10.91

18.96

48.93

15.24

2.01

0.74

3.21

26

Sulawesi Selatan *

14.58

3.24

17.82

17.62

48.12

11.23

1.60

0.65

2.97

27

Sulawesi Tenggara

15.58

2.54

18.12

12.65

52.69

9.07

1.60

1.69

4.18

28

Gorontalo

5.86

0.85

6.71

30.13

43.51

14.30

2.01

1.16

2.17

29

Maluku

13.11

3.36

16.47

12.61

56.83

10.10

0.18

0.62

3.18

30

Maluku Utara

11.22

2.75

13.97

15.57

46.39

16.04

1.34

0.48

6.20

31

Papua *

17.88

8.45

26.33

12.17

52.42

3.11

0.81

0.50

4.66

8.04

4.12

12.16

26.59

35.16

20.34

1.86

0.71

3.19

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.18

PROPORSI PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI
TAHUN 2005

Tipe Daerah
No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

Modern

Tradisional

Lainnya

Modern

Tradisional

Lainnya

Modern

Tradisional

Lainnya

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam **

81.99

32.81

14.06

74.06

48.65

15.99

75.72

45.34

15.59

Sumatera Utara

84.42

27.07

11.03

72.28

46.68

13.97

77.15

38.82

12.79

Sumatera Barat

80.87

35.71

10.88

73.25

51.07

12.40

75.12

47.30

12.03

Riau

83.58

29.09

17.71

67.00

49.22

17.14

72.52

42.53

17.33

Jambi

82.04

32.37

7.62

80.45

40.84

10.04

80.78

39.07

9.53

Sumatera Selatan

82.42

25.53

13.84

75.06

44.76

14.54

77.80

37.61

14.28

Bengkulu

86.34

33.49

8.48

74.11

45.44

11.46

77.27

42.34

10.68

Lampung

85.02

25.64

13.09

80.88

32.41

9.54

81.78

30.95

10.31

Kepulauan Bangka Belitung

89.25

17.27

6.02

88.50

34.78

12.14

88.75

28.76

10.04

10

Kepulauan Riau

84.57

32.45

8.93

10.20

11

DKI Jakarta

81.32

32.12

8.47

12

Jawa Barat

86.41

25.68

10.42

82.76

34.07

13

Jawa Tengah

89.03

32.79

7.19

87.61

14

DI Yogyakarta

86.04

23.66

4.37

81.28

15

Jawa Timur

83.86

37.26

9.78

16

Banten

88.72

17.69

17

Bali

82.32

44.55

18

Nusa Tenggara Barat

80.72

19

Nusa Tenggara Timur

87.21

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

82.69

37.21

81.32

32.12

8.47

10.18

84.48

30.12

10.29

30.65

9.54

88.23

31.58

8.52

27.30

8.66

84.30

24.99

5.93

82.13

43.58

12.83

82.84

40.98

11.58

6.38

85.60

31.71

11.91

87.38

23.74

8.76

9.79

74.04

58.48

11.97

77.99

51.84

10.93

30.87

12.28

77.53

45.10

9.76

78.82

39.36

10.78

20.33

6.79

69.56

51.87

17.13

72.48

46.65

15.42

80.35

26.25

15.98

76.28

42.29

16.61

77.40

37.88

16.44

91.30

36.86

15.86

80.83

34.57

9.74

83.76

35.21

11.45

Kalimantan Selatan

91.73

18.91

7.45

87.21

28.38

14.48

89.09

24.44

11.56

23

Kalimantan Timur

89.26

19.23

6.05

87.30

29.07

10.16

88.26

24.26

8.15

24

Sulawesi Utara

83.67

19.60

12.68

85.29

24.85

10.84

84.75

23.10

11.45

25

Sulawesi Tengah

93.67

29.93

6.79

82.11

41.71

13.16

84.66

39.11

11.75

26

Sulawesi Selatan *

87.69

30.47

7.25

76.29

47.37

9.15

79.79

42.17

8.56

27

Sulawesi Tenggara

84.07

22.81

6.87

76.25

42.68

10.44

77.62

39.19

9.82

28

Gorontalo

86.85

25.99

6.71

78.64

40.77

13.41

81.07

36.40

11.43

29

Maluku

86.25

30.00

6.59

73.72

48.92

7.10

77.73

42.86

6.93

30

Maluku Utara

89.79

31.14

3.79

72.09

50.31

11.47

76.24

45.81

9.67

31

Papua *

90.90

19.89

4.19

45.02

68.12

12.93

56.49

56.06

10.75

85.58

29.90

9.32

80.38

39.60

11.66

82.56

35.52

10.67

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

75.08
-

56.39
-

15.31
-

Lampiran 2.19

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
No.

Provinsi

(1)

(2)

Lama Disusui (Bulan)


0

6-11

12-17

18-23

>24

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Nanggroe Aceh Darussalam **

0.62

6.24

9.33

24.05

21.21

29.98

100

Sumatera Utara

0.43

8.70

16.60

34.09

18.60

21.59

100

Sumatera Barat

0.21

4.29

7.04

21.78

25.30

41.39

100

Riau

0.08

5.86

8.24

16.22

20.58

49.02

100

Jambi

0.44

5.20

5.21

23.34

24.20

41.61

100

Sumatera Selatan

4.35

6.88

23.68

22.24

42.85

100

Bengkulu

2.70

4.19

21.54

29.53

42.04

100

Lampung

0.25

6.23

8.61

21.72

24.95

38.23

100

Kepulauan Bangka Belitung

0.56

10.48

12.58

24.67

14.48

37.24

100

10

Kepulauan Riau

0.21

12.50

17.33

35.16

11.40

23.39

100

11

DKI Jakarta

0.59

12.08

13.28

27.86

13.55

32.64

100

12

Jawa Barat

0.51

5.61

5.09

15.57

23.44

49.78

100

13

Jawa Tengah

0.10

4.33

5.08

15.88

22.25

52.37

100

14

DI Yogyakarta

0.15

5.01

4.07

11.73

21.16

57.87

100

15

Jawa Timur

0.61

6.51

7.68

18.69

22.40

44.12

100

16

Banten

0.06

6.36

5.70

21.57

24.59

41.72

100

17

Bali

0.21

5.25

5.94

22.79

30.22

35.59

100

18

Nusa Tenggara Barat

0.31

1.86

4.36

21.21

23.14

49.11

100

19

Nusa Tenggara Timur

0.07

2.31

8.73

38.74

20.06

30.09

100

20

Kalimantan Barat

0.78

9.34

6.49

22.47

14.63

46.28

100

21

Kalimantan Tengah

0.15

3.93

4.67

21.94

19.71

49.60

100

22

Kalimantan Selatan

0.45

6.40

5.04

21.80

16.29

50.01

100

23

Kalimantan Timur

0.59

7.96

9.42

19.93

15.09

47.00

100

24

Sulawesi Utara

0.15

5.51

14.11

34.74

16.14

29.34

100

25

Sulawesi Tengah

0.12

4.95

9.59

28.74

13.52

43.09

100

26

Sulawesi Selatan *

0.22

4.51

12.39

32.04

18.78

32.06

100

27

Sulawesi Tenggara

0.13

3.50

9.77

29.82

20.05

36.72

100

28

Gorontalo

0.32

8.81

10.68

23.87

13.33

42.99

100

29

Maluku

6.91

24.30

45.55

9.12

14.12

100

30

Maluku Utara

4.95

11.69

40.95

18.15

24.26

100

31

Papua *

0.41

6.24

10.80

29.00

15.32

38.23

100

0.34

5.91

7.87

21.86

21.21

42.80

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005

Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.19.a

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Lama Disusui (Bulan)


6-11
12-17

(3)

(4)

(5)

(6)

18-23
(7)

>24

Jumlah

(8)

(9)

Nanggroe Aceh Darussalam **

0.19

7.77

7.06

23.22

24.37

37.39

100

Sumatera Utara

0.20

12.33

16.41

32.70

16.63

21.74

100

Sumatera Barat

0.21

4.32

5.86

20.75

24.90

43.96

100

Riau

6.41

9.95

12.21

18.05

53.38

100

Jambi

0.33

9.51

5.97

25.83

21.70

36.65

100

Sumatera Selatan

3.98

9.92

27.56

16.59

41.94

100

Bengkulu

2.84

5.42

16.68

26.69

48.37

100

Lampung

0.60

13.67

4.92

21.58

22.01

37.22

100

Kepulauan Bangka Belitung

1.17

14.30

13.49

22.23

10.46

38.35

100

10

Kepulauan Riau

0.26

11.44

17.84

37.86

11.82

20.78

100

11

DKI Jakarta

0.59

12.08

13.28

27.86

13.55

32.64

100

12

Jawa Barat

0.69

7.31

5.92

16.54

22.78

46.75

100

13

Jawa Tengah

0.03

5.44

6.82

17.64

21.22

48.84

100

14

DI Yogyakarta

0.25

6.45

4.52

15.45

19.77

53.55

100

15

Jawa Timur

0.48

9.28

10.65

19.07

19.90

40.63

100

16

Banten

10.68

7.56

23.65

16.36

41.74

100

17

Bali

0.38

8.15

6.51

21.64

29.16

34.16

100

18

Nusa Tenggara Barat

0.37

3.59

5.36

14.78

23.65

52.25

100

19

Nusa Tenggara Timur

1.86

10.16

33.83

17.74

36.41

100

20

Kalimantan Barat

0.81

16.18

7.68

22.32

14.54

38.48

100

21

Kalimantan Tengah

6.80

7.42

22.88

12.57

50.34

100

22

Kalimantan Selatan

0.73

7.97

5.32

23.85

11.55

50.59

100

23

Kalimantan Timur

0.32

10.88

8.90

19.08

17.10

43.71

100

24

Sulawesi Utara

0.41

7.51

13.97

32.90

15.88

29.32

100

25

Sulawesi Tengah

10.73

13.03

26.58

11.08

38.58

100

26

Sulawesi Selatan *

7.72

14.42

30.19

15.93

31.74

100

27

Sulawesi Tenggara

0.13

6.26

9.31

29.98

15.21

39.12

100

28

Gorontalo

13.42

15.06

23.54

14.29

33.70

100

29

Maluku

8.00

22.28

50.70

10.11

8.91

100

30

Maluku Utara

5.78

11.11

38.38

16.16

28.56

100

31

Papua *

5.27

11.94

39.38

19.03

24.38

100

0.37

8.41

9.06

21.69

19.29

41.18

100

Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 2.19.b

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Nanggroe Aceh Darussalam **


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan *
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua *
Indonesia

Lama Disusui (Bulan)

Jumlah

6-11

12-17

18-23

>24

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

0.74
0.59
0.21
0.13
0.49
0.14
0.19
0.31
0.14
0.70
0.13
0.28
0.08
0.77
0.21
0.28
0.88
0.15
0.31
0.14
0.43
0.56

5.84
6.15
4.28
5.54
3.34
4.54
2.63
3.89
8.22
17.58
3.82
3.54
2.70
4.42
1.60
1.68
0.91
2.38
7.10
2.74
5.38
4.92
4.30
3.51
3.17
2.85
7.26
6.58
4.71
6.62

9.92
16.73
7.53
7.25
4.88
5.34
3.61
9.77
12.04
14.88
4.23
3.84
3.36
5.44
3.64
5.24
3.80
8.49
6.10
3.53
4.86
9.97
14.20
8.74
11.55
9.87
9.21
24.91
11.86
10.36

24.27
35.06
22.21
18.54
22.27
21.73
23.84
21.76
26.11
22.18
14.55
14.63
5.79
18.41
19.26
24.21
24.78
39.58
22.52
21.55
20.47
20.81
35.85
29.28
32.81
29.79
23.98
43.97
41.66
24.98

31.21
19.98
25.47
22.03
25.28
25.10
30.88
25.88
16.85
9.40
24.13
22.98
23.38
24.28
33.67
31.51
22.86
20.45
14.66
22.67
19.36
12.99
16.30
14.12
19.97
21.20
13.01
8.82
18.71
13.88

28.02
21.48
40.31
46.50
43.75
43.30
39.04
38.55
36.58
35.95
52.96
54.87
64.77
46.75
41.71
37.35
47.37
29.02
48.85
49.30
49.64
50.43
29.35
44.21
32.19
36.16
46.11
15.72
23.06
43.59

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

0.32

4.05

6.98

21.98

22.65

44.02

100

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005


Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami

Lampiran 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA, ANGKA HARAPAN HIDUP, DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2003

No

Provinsi

Angka Kematian
Bayi (IMR)
(2002-2003)

Angka Kematian
Balita
(2002-2003)

Angka Harapan
Hidup (eo)
(2002)

Angka Fertilitas
Total (TFR)
(2003)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua
Indonesia

Sumber: BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003
Keterangan: (-) tidak ada data

42
48
43
41
30
53
55
43
35
44
36
20
43
38
14
74
59
47
40
45
42
25
52
47
67
77
35

57
59
60
51
49
68
64
47
41
50
44
23
52
56
19
103
73
63
47
57
50
33
71
72
92
97
46

67.70
67.30
66.10
68.10
66.90
65.70
65.40
66.10
65.60
72.30
64.50
68.90
72.40
66.00
62.40
70.00
59.30
63.80
64.40
69.40
61.30
69.40
70.90
63.30
68.60
65.10
64.20
65.50
63.00
65.20
66.20

3.0
3.2
3.2
2.7
2.3
3.0
2.7
2.4
2.2
2.8
2.1
1.9
2.1
2.6
2.1
2.4
4.1
2.9
3.2
3.0
2.8
2.6
3.2
2.6
3.6
2.8
2.6

Lampiran 3.1.a
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 1999, 2002, 2005
No

Provinsi

1999

2002

(1)

(2)

(3)

(4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat**
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat**
Indonesia

Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004

65.3
66.6
65.8
67.3
65.4
63.9
64.8
63.0
t.a.d
t.a.d
72.5
64.6
64.6
68.7
61.8
t.a.d
65.7
54.2
60.4
60.6
66.7
62.2
67.8
67.1
62.8
63.6
62.9
t.a.d
t.a.d
67.2
t.a.d
58.8
t.a.d
64.3

2005
(5)

66.0
68.8
67.5
69.1
67.1
66.0
66.2
65.8
65.4
t.a.d
75.6
65.8
66.3
70.8
64.1
66.6
67.5
57.8
60.3
62.9
69.1
64.3
69.9
71.3
64.4
65.3
64.1
64.1
t.a.d
66.5
65.8
60.1
t.a.d
65.8

69.0
72.0
71.2
73.6
71.0
70.2
71.1
68.8
70.7
72.2
76.1
69.9
69.8
73.5
68.4
68.8
69.8
62.4
63.6
66.2
73.2
67.4
72.9
74.2
68.5
68.1
67.5
67.5
65.7
69.2
67.0
62.1
64.8
69.6

Lampiran 3.2
PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005

No

DTD

Golongan Sebab Sakit

(1)

(2)

(3)

(4)

165,0 -179,9

Penyakit Sistem Napas

15.1

180 - 197

Penyakit Sistem Cerna

10.15

001 - 057,9

Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu

10.14

143 - 164,9

Penyakit Sistem Sirkulasi Darah

8.23

130 - 139,10

Penyakit Mata dan Adneksa

4.63

101 - 111

Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik

4.55

198 - 199

Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan

4.30

200,0 - 210

Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat

4.03

211 - 233

Penyakit Sistem Kemih Kelamin

3.32

10

140 - 142,9

Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus

2.33

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Lampiran 3.2.a
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No

Bab

(1)

(2)

1
2
3

I
II
III

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI

17

XVII

18

XVIII

19

XIX

20

XX

21

XXI

DTD

ICD-X

Golongan Sebab Sakit

(3)

(4)

(5)

Pasien Baru
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

(6)

(7)

001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu


058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma
097-100
D 50-D 89
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &
Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

455,041
41,871
8,788

401,100
93,025
11,001

856,141
134,896
19,789

1,598,080
301,400
43,245

1.87
2.23
2.19

101 - 111
112-119.9
120-129
130 - 139,10
140 - 142,9
143-164.9
165.0-179.9
180-197
198 - 199
200,0 - 210
211 - 233
234-244
245-253.9

90,935
38,113
62,184
234,947
118,722
220,270
709,190
432,789
153,056
120,270
127,457
7,015

106,162
30,965
69,360
271,914
113,137
209,392
677,571
500,277
200,113
148,038
183,956
83,523
6,251

197,097
69,078
131,544
506,861
231,859
429,662
1,386,761
933,066
353,169
268,308
311,413
83,523
13,266

717,384
166,252
335,242
728,730
366,701
1,296,764
2,380,180
1,598,977
676,633
634,654
523,713
112,868
15,851

3.64
2.41
2.55
1.44
1.58
3.02
1.72
1.71
1.92
2.37
1.68
1.35
1.19

10,575

10,013

20,588

35,984

1.75

337,554

302,119

639,673

1,028,253

1.61

E 00-E 90
F 00-F 99
G 00-G 99
H 00-H 59
H 60-H 95
I 00-I 99
J 00-J 99
K 00-K 93
L 00-L 99
M 00-M 99
N 00-N 99
O 00-O 99
P 00-P 96

Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik


Gangguan Mental & Perilaku
Penyakit Susunan Syaraf
Penyakit Mata dan Adneksa
Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
Penyakit Sistem Napas
Penyakit Sistem Cerna
Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan
Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas
Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
254-266.9
Q 00-Q 99
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
267-270.9
R 00-R 99
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
271-289
S 00-T 98
Lainnya
299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
290.0-298
Z 00-Z 99
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

(8)

Jumlah
Admission
Kunjungan
Rate
(9)

(10)

327,816

185,884

513,700

741,677

1.44

164,974

106,585

271,559

309,668

1.14

398,300

674,747

1,073,047

2,141,432

2.00

4,059,867

4,385,133

8,445,000

15,753,688

1.67

Lampiran 3.3
PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005

No

DTD

Golongan Sebab Sakit

(1)

(2)

(3)

(4)

001 - 057.9

Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu

21.25

180 - 197

Penyakit Sistem Cerna

8.44

143 - 164.9

Penyakit Sistem Sirkulasi Darah

7.39

165.0 - 179.9

Penyakit Sistem Napas

7.38

211 - 233

Penyakit Sistem Kemih Kelamin

4.57

058,0 - 096,9

Neoplasma

3.53

245 - 253,9

Kondisi Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal

3.09

101 - 111

Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik

2.91

120 - 129

Penyakit Susunan Syaraf

1.15

10

097 - 100

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan Tertentu

1.06

yang Melibatkan Mekanisme Imun


Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Lampiran 3.3.a
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No

Bab

(1)

(2)

1
2
3

I
II
III

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI

17

XVII

18

XVIII

19

XIX

20

XX

21

XXI

DTD

ICD-X

Golongan Sebab Sakit

(3)

(4)

(5)

Pasien Baru
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

CFR (%)

(6)

(7)

(9)

(10)

001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu


058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma
097-100
D 50-D 89
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &
Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

293,213
31,825
12,437

251,053
58,516
14,634

544,266
90,341
27,071

12,624
4,822
225

2.32
5.34
0.83

101 - 111
112-119.9
120-129
130 - 139,10
140 - 142,9
143-164.9
165.0-179.9
180-197
198 - 199
200,0 - 210
211 - 233
234-244
245-253.9

32,558
12,976
15,558
12,312
2,055
101,251
103,259
113,297
7,979
11,722
59,573
38,939

42,013
11,363
13,943
10,136
2,013
87,981
85,708
102,826
7,214
11,170
57,379
319,300
40,225

74,571
24,339
29,501
22,448
4,068
189,232
188,967
216,123
15,193
22,892
116,952
319,300
79,164

4,511
164
3,089
14
21
19,944
6,075
5,787
201
235
4,390
857
9,873

6.05
0.67
10.47
0.06
0.52
10.54
3.21
2.68
1.32
1.03
3.75
0.27
12.47

6,270

5,120

11,390

599

5.26

72,129

64,086

136,215

3,264

2.40

127,429

66,284

193,713

5,331

2.75

53,120

26,937

80,057

2,745

3.43

82,338

92,965

175,303

796

0.45

1,190,240

1,370,866

2,561,106

85,567

3.34

E 00-E 90
F 00-F 99
G 00-G 99
H 00-H 59
H 60-H 95
I 00-I 99
J 00-J 99
K 00-K 93
L 00-L 99
M 00-M 99
N 00-N 99
O 00-O 99
P 00-P 96

Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik


Gangguan Mental & Perilaku
Penyakit Susunan Syaraf
Penyakit Mata dan Adneksa
Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
Penyakit Sistem Napas
Penyakit Sistem Cerna
Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan
Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas
Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
254-266.9
Q 00-Q 99
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
267-270.9
R 00-R 99
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
271-289
S 00-T 98
Lainnya
299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
290.0-298
Z 00-Z 99
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

(8)

Pasien Mati

Lampiran 3.4
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

Jumlah Penderita

API/AMI

(1)

(2)

(3)

(4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI


Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali)
AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)

3,312
11
145
1,707
4,305
2,246
3,025
5,378
6,140
1,124
1,966
175
1,822
21
76
10,535
70,390
4,559
2,304
62
2,613
5,919
601
346
817
10,824
4,140
38,449
183,012

7.11
7.24
0.71
3.96
13.55
5.95
0.00
5.70
11.18
0.96
0.06
0.06
0.47
0.00
0.02
20.51
100.49
0.00
11.90
2.14
1.12
11.53
23.05
0.52
6.92
11.85
66.16
67.24
208.82
-

Lampiran 3.5
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA
DI JAWA-BALI TAHUN 1997 - 2005
Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 Penduduk
No

Provinsi

(1)

(2)

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

DKI Jakarta

0.00

0.00

0.00

0.07

0.01

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

Jawa Barat

0.04

0.07

0.04

0.03

0.02

t.a.d

t.a.d

0.16

0.96

Jawa Tengah

0.32

0.65

1.06

1.74

1.46

t.a.d

t.a.d

0.51

0.06

DI Yogyakarta

0.52

3.54

6.76

11.73

10.43

t.a.d

t.a.d

0.97

0.06

Jawa Timur

0.04

0.03

0.05

0.17

0.12

t.a.d

t.a.d

0.08

0.47

Banten

t.a.d

t.a.d

t.a.d

0.00

Bali

0.03

0.03

0.04

0.04

0.08

t.a.d

t.a.d

0.03

0.02

0.12

0.30

0.52

0.81

0.62

0.47

0,22

0.15

0.10

Jawa-Bali

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Ket :

tad = tidak ada data

Lampiran 3.6

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah
Penduduk*

Perkiraan
Kasus Menular

(2)

(3)

(4)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat**
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat**
Indonesia

4,031,589
12,318,752
4,603,957
4,614,930
2,657,536
6,755,536
1,597,362
7,117,460
1,061,160
1,274,296
8,863,315
39,211,509
32,908,850
3,281,800
36,695,036
9,308,944
3,431,368
4,143,292
4,235,692
4,097,149
1,902,967
3,239,500
2,808,307
2,182,978
2,284,659
8,491,544
1,959,414
909,083

Cakupan Penemuan
Semua
Kasus
(5)

6,571
20,169
7,245
8,957
4,209
10,920
2,604
11,174
1,640
t.a.d

Case Detection Rate


(CDR) %

BTA Pos
(6)

4,213
15,517
4,686
5,295
2,516
7,506
1,700
6,270
1,158
t.a.d

(7)

3,156
13,401
3,443
3,175
1,980
4,821
1,271
3,985
851

48.03
66.44
47.52
35.45
47.04
44.15
48.81
35.66
51.89

t.a.d

8,966
41,198
34,259
2,196
39,371
9,646
2,065
8,650
8,768
9,081
3,864
6,769
5,776
4,489
4,720
17,262
4,055
1,867

17,758
48,765
41,628
2,246
34,650
10,259
2,425
5,348
3,947
4,954
2,078
4,675
2,393
4,624
2,864
10,293
2,843
1,546

7,308
28,541
17,523
1,241
21,600
6,240
1,282
3,563
2,320
3,837
1,716
2,991
1,648
3,705
2,195
9,089
2,301
1,342

81.51
69.28
51.15
56.51
54.86
64.69
62.08
41.19
26.46
42.25
44.41
44.19
28.53
82.54
46.50
52.65
56.74
71.88

1,260,150
887,132
1,830,067

2,946
1,881
5,063

1,962
861
4,989

1,082
567
2,474

36.73
30.14
48.86

219,965,334

296,381

259,969

158,648

53.53

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI


Keterangan :
* Jumlah penduduk mengacu pada Statistik Kesra dan hasil Sensus Penduduk NAD, BPS, 2005
** Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 3.7

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
Jenis Kelamin
No

Laki-laki

Provinsi
Jumlah

(1)

(2)

Perempuan
%

(3)

Jumlah

(4)

Laki-laki+ Perempuan

(5)

(6)

(7)

Nanggroe Aceh Darussalam

2,048

64.89

1,108

35.11

3,156

Sumatera Utara

8,832

65.91

4,569

34.09

13,401

Sumatera Barat

2,215

64.33

1,228

35.67

3,443

Riau

2,077

65.42

1,098

34.58

3,175

Jambi

1,190

60.10

790

39.90

1,980

Sumatera Selatan

3,006

62.35

1,815

37.65

4,821

Bengkulu

779

61.29

492

38.71

1,271

Lampung

2,352

59.02

1,633

40.98

3,985

Kep. Bangka Belitung

529

62.16

322

37.84

851

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

4,357

59.62

2,951

40.38

7,308

15,999

56.06

12,542

43.94

28,541

9,667

55.17

7,856

44.83

17,523

732

58.98

509

41.02

1,241

11,898

55.10

9,694

44.90

21,592

3,710

59.46

2,530

40.54

6,240

732

57.10

550

42.90

1,282

t.a.d

t.a.d

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

2,084

58.49

1,479

41.51

3,563

19

Nusa Tenggara Timur

1,301

56.08

1,019

43.92

2,320

20

Kalimantan Barat

2,459

64.09

1,378

35.91

3,837

21

Kalimantan Tengah

1,075

62.65

641

37.35

1,716

22

Kalimantan Selatan

1,810

60.51

1,181

39.49

2,991

23

Kalimantan Timur

1,050

63.71

598

36.29

1,648

24

Sulawesi Utara

2,248

60.67

1,457

39.33

3,705

25

Sulawesi Tengah

1,294

58.95

901

41.05

2,195

26

Sulawesi Selatan

5,251

57.77

3,838

42.23

9,089

27

Sulawesi Tenggara

1,351

58.71

950

41.29

2,301

28

Gorontalo

758

56.48

584

43.52

1,342

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

494

45.66

1,082

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

t.a.d

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

t.a.d
588

54.34

306

53.97

261

46.03

567

1,416

57.24

1,058

42.76

2,474

93,114

58.70

65,526

41.30

158,640

t.a.d

t.a.d

Lampiran 3.8

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

0 - 14

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

15 - 24

K e l o m p o k U m u r ( t a h u n)
35 - 44
45 - 54

25 - 34

55 - 64

>= 65

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

252

190

399

253

420

231

458

202

358

172

156

51

2,048

1,108

3,156

31

42

1,169

870

1,800

1,053

1,923

948

2,028

868

1,316

544

565

244

8,832

4,569

13,401

359

265

492

277

391

250

442

228

292

118

232

82

2,215

1,228

3,443

35

34

263

246

533

276

421

212

409

172

278

99

138

59

2,077

1,098

3,175

Jambi

16

156

129

218

205

236

171

268

144

206

91

90

41

1,190

790

1,980

Sumatera Selatan

33

29

503

347

627

450

606

384

593

283

423

230

221

92

3,006

1,815

4,821

Bengkulu

12

97

86

174

119

160

100

139

80

134

59

63

40

779

492

1,271

Lampung

39

45

312

262

553

445

473

327

423

283

360

193

192

78

2,352

1,633

3,985

20

529

322

851

108

4,357

2,951

7,308

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

122

110

1,005

823

1,236

787

12

Jawa Barat

137

134

3,455

3,255

4,114

3,470

3,014

2,356

2,572

13

Jawa Tengah

87

122

1,542

1,709

2,094

1,986

1,842

1,540

1,768

14

DI Yogyakarta

141

109

141

132

110

80

119

15

Jawa Timur

103

139

1,719

1,895

2,302

2,254

2,284

2,058

24

36

788

638

980

695

748

115

100

164

150

135

15

23

276

250

414

317

431

288

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

6
t.a.d

2
t.a.d

63
t.a.d

59
t.a.d

141
t.a.d

85
t.a.d

109
t.a.d
841

54
t.a.d
529

90
t.a.d
620

61
t.a.d
374

77
t.a.d

41
t.a.d

43
t.a.d

t.a.d

361

220

172

1,808

1,803

1,076

904

443

15,999

12,542

28,541

1,249

1,514

909

820

341

9,667

7,856

17,523

74

115

68

103

40

732

509

1,241

2,625

1,770

2,064

1,247

801

331

11,898

9,694

21,592

517

640

371

385

213

145

60

3,710

2,530

6,240

100

122

79

101

58

94

59

732

550

1,282

422

317

389

227

137

57

2,084

1,479

3,563

19

Nusa Tenggara Timur

18

17

251

204

275

270

212

150

228

184

217

143

100

51

1,301

1,019

2,320

20

Kalimantan Barat

16

19

299

248

496

303

512

293

556

256

402

192

178

67

2,459

1,378

3,837

21

Kalimantan Tengah

101

109

251

145

255

156

257

118

140

74

64

32

1,075

641

1,716

22

Kalimantan Selatan

19

29

215

169

372

267

394

261

398

252

309

162

103

41

1,810

1,181

2,991

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

133

127

201

156

234

118

259

103

153

69

61

20

1,050

598

1,648

11

10

294

271

482

338

475

295

430

236

329

209

227

98

2,248

1,457

3,705

25

Sulawesi Tengah

13

138

150

275

223

286

206

270

174

203

105

117

30

1,294

901

2,195

26

Sulawesi Selatan

23

20

674

588

1,083

853

1,039

744

1,005

752

1,027

697

400

184

5,251

3,838

9,089

27

Sulawesi Tenggara

11

189

170

304

233

289

192

246

153

215

147

101

44

1,351

950

2,301

28

Gorontalo

107

102

181

150

160

132

180

126

88

55

37

17

758

584

1,342

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

588

494

1,082

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

t.a.d

t.a.d

17

t.a.d
9

87

t.a.d
95

t.a.d
136

t.a.d
122

t.a.d
113

t.a.d
100

t.a.d
84

t.a.d
88

t.a.d
79

t.a.d
44

t.a.d
72

t.a.d
36

61

62

71

60

42

49

51

36

59

38

16

306

261

567

27

37

451

388

397

319

246

181

145

86

112

39

38

1,416

1,058

2,474

2,783

93,114

65,526

158,640

t.a.d
846

t.a.d
946

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

15,215

13,916

20,906

16,393

18,401

13,022

17,847

10,927

13,509

t.a.d
7,539

t.a.d
6,390

t.a.d

Lampiran 3.9
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah
Kasus

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Case
Rate

Meninggal
(4)

(5)

3
125
19
104
30
59
23
67
34
146
1,927
341
99
19
724
42
226
43
29
107
1
6
7
94
2
143
2
66
1
781
51

2
37
13
39
10
15
6
19
3
81
338
49
52
8
225
11
47
11
4
27
1
4
5
32
1
62
1
36
1
192
0

0.17
1.09
0.45
5.26
1.25
0.86
1.47
1.01
3.78
5.26
23.15
0.96
0.32
0.61
2.08
0.52
7.19
1.12
0.76
2.87
0.06
0.20
0.29
4.76
0.10
1.83
0.24
5.75
0.15
49.06
49.06

5,321

1332

2.65

Lampiran 3.10
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah
Kasus Kumulatif

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU)


%
Jumlah
(4)

(5)

3
125
19
104
30
59
23
67
34
146
1,927
341
99
19
724
42
226
43
29
107
1
6
7
94
2
143
2
66
1
781
51

64
14
14
16
39
15
57
12
18
1,331
253
26
8
397
38
85
21
4
26
1
4
3
21
1
91
1
32
9
-

0.00
51.20
73.68
13.46
53.33
66.10
65.22
85.07
35.29
12.33
69.07
74.19
26.26
42.11
54.83
90.48
37.61
48.84
13.79
24.30
100.00
66.67
42.86
22.34
50.00
63.64
50.00
48.48
0.00
1.15
0.00

5,321

2,601

48.88

Lampiran 3.11
JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat

Triwulan I

Triwulan II

Jumlah Kasus Baru


Triwulan III

Triwulan IV

(3)

(4)

(5)

(6)

0
13
4
1
4
0
2
3
5
7
330
10
2
0
20
0
10
2
5
10
0
0
2
0
0
0
0
3
0
7

2
23
1
1
1
0
1
15
3
6
10
57
6
0
15
0
20
8
4
18
1
0
0
17
0
0
2
7
0
19
0

0
11
11
2
2
18
4
27
5
82
262
77
6
0
25
10
29
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
6
0
214
24

Jumlah

440

237

827

16.67

8.98

31.34

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Total
(7)

0
3
1
37
14
16
11
13
2
16
54
79
45
1
444
26
40
17
0
0
0
3
0
10
0
129
0
15
0
133
26
1,135
43.01

2
50
17
41
21
34
18
58
15
111
656
223
59
1
504
36
99
27
9
28
1
3
2
39
129
2
31
373
50
2,639
100.00

Lampiran 3.12

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Jumlah Penduduk
Usia Balita
Wil. Pkm Program
(3)

Target
Penemuan
Pneumonia Balita (10%)
(4)

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita

Kematian Balita Akibat Pneumonia

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

Jumlah

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Jumlah
(11)

418,431

41,843

1,909

6,008

7,917

18.92

Sumatera Utara

1,382,709

138,271

19,762

38,005

57,767

41.78

Sumatera Barat

498,107

49,811

5,281

12,832

18,113

36.36

11

Riau

494,052

49,405

16,863

23,208

40,071

81.11

Jambi

254,223

33,048

2,806

1,942

4,748

14.37

Sumatera Selatan

788,345

78,835

12,396

16,495

28,891

36.65

Bengkulu

13,298

1,330

413

376

789

59.33

Lampung

873,632

87,363

7,778

8,809

16,587

18.99

Kep. Bangka Belitung

122,272

12,227

2,110

4,981

7,091

57.99

10

Kep.Riau

1,285,229

128,523

519

64

583

0.45

11

DKI Jakarta

834,706

83,471

896

1,212

2,108

2.53

12

Jawa Barat

415,394

63,132

100,357

163,489

39.36

44

53

3,479,691

347,969

15,255

27,922

43,177

12.41

259,149

25,915

174

467

641

2.47

t.a.d

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

2,991,858

107,706

19,572

32,166

51,738

48.04

11

16

Banten

1,138,817

113,882

813

13,238

14,051

12.34

17

Bali

324,619

7,350

710

1,342

2,052

27.92

18

Nusa Tenggara Barat

535,489

53,549

23,737

33,771

57,508

107.39

64

70

19

Nusa Tenggara Timur

575,390

57,539

2,757

3,293

6,050

10.51

20

Kalimantan Barat

467,582

46,758

1,041

3,249

4,290

9.17

21

Kalimantan Tengah

195,842

19,584

224

343

567

2.90

22

Kalimantan Selatan

366,199

36,620

6,131

11,770

17,901

48.88

22

21

43

23

Kalimantan Timur

429,057

42,906

3,082

3,950

7,032

16.39

24

Sulawesi Utara

228,259

19,579

1,447

1,871

3,318

16.95

25

Sulawesi Tengah

283,977

28,398

5,288

7,786

13,074

46.04

10

26

Sulawesi Selatan

793,615

79,362

5,353

10,143

15,496

19.53

27

Sulawesi Tenggara

229,148

22,915

2,737

6,053

8,790

38.36

28

Gorontalo

109,010

10,901

1,807

2,401

4,208

38.60

29

Sulawesi Barat

56,967

5,697

865

1,363

2,228

39.11

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

t.a.d

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

23,835

2,384

61

72

133

5.58

244,246

24,425

117

195

312

1.28

t.a.d
19,697,754

t.a.d

t.a.d
2,172,957

225,036

t.a.d
375,684

t.a.d
600,720

t.a.d
27.65

t.a.d
155

t.a.d

49

204

Lampiran 3.13

SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005


No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia
%

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Ket:

PB= Pausi Basiler


MB= Multi Basiler

PB
(3)

103
32
11
24
7
19
9
59
1
127
256
213
1
580
72
38
65
50
35
15
27
32
80
76
283
13
23
45
132
367
2,795
12.98

Kasus Tercatat
MB

Jumlah

(4)

(5)

506
254
130
145
82
285
20
144
40
653
2,169
1,884
32
5,737
461
167
224
413
180
93
301
215
473
254
1,593
276
293
355
582
781
18,742
87.02

Angka Prevalensi
/10.000 Penduduk
(6)

609
286
141
169
89
304
29
203
41
780
2,425
2,097
33
6,317
533
205
289
463
215
108
328
247
553
330
1,876
289
316
400
714
1,148
21,537
100.00

1.41
0.23
0.31
0.31
0.34
0.41
0.17
0.28
0.43
0.88
0.64
0.63
0.10
1.76
0.61
0.62
0.67
1.12
0.49
0.53
1.03
0.93
2.62
1.41
2.17
1.45
3.54
3.17
9.05
4.67
0.98

Lampiran 3.14

JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Ket:

PB= Pausi Basiler


MB= Multi Basiler

Kasus Baru
MB

PB
(3)

(4)

165
47
29
12
21
33
8
41
2

386
201
98
71
65
204
25
101
30

t.a.d

t.a.d

134
406
369
2
1,038
70
65
115
55
40
16
34
32
94
104
440
34
32
t.a.d
44
182
392
t.a.d
4,056

507
1,719
1,561
27
5,274
423
140
239
242
111
79
217
125
391
276
1,361
233
243
t.a.d
280
397
613
t.a.d
15,639

Jumlah

Case Detection Rate/


100,000

(5)

(6)

551
248
127
83
86
237
33
142
32
641
2,125
1,930
29
6,312
493
205
354
297
151
95
251
157
485
380
1,801
267
275
324
579
1,005
19,695

Cacat Tkt. 2
Jumlah
%
(7)

12.79
1.96
2.80
1.51
3.29
3.17
1.95
1.96
3.32

0 - 14 Tahun
Jumlah
%

(8)

(9)

27
32
9
1
0
18
23
2
8

4.90
12.90
7.09
1.20
7.59
69.70
1.41
25.00

72
171
220
0
662
30
17
12
0
31
3
52
13
27
23
135
22
31

11.23
8.05
11.40
10.49
6.09
8.29
3.39
20.53
3.16
20.72
8.28
5.57
6.05
7.50
8.24
11.27

16
30
35

4.94
5.18
3.48

t.a.d
7.20
5.59
5.84
0.91
17.63
5.67
6.18
8.21
7.20
3.47
4.68
7.91
5.89
22.96
16.25
20.85
13.36
30.79

8.99

3.09
5.24
10.24
3.61
10.55
5.63
3.13

52
179
237
0
624
41
15
45
0
13
0
12
10
32
21
110
25
20

8.11
8.42
12.28
9.89
8.32
7.32
12.71
8.61
4.78
6.37
6.60
5.53
6.11
9.36
7.27

30
107
137

9.26
18.48
13.63

t.a.d

t.a.d
25.69
73.37
40.84

(10)

17
13
13
3
0
25
0
8
1

t.a.d

t.a.d
1,722

8.74

t.a.d
1,790

9.09

Lampiran 3.15

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

Difteri

Pertusis (Batuk Rejan)

(2)

(3)

(4)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

980
0
0
12
8
7
0
24
0
t.a.d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
t.a.d
0
0
0
t.a.d
1,031

Tetanus
Tetanus Neonatorum
(Non Neonatorum)
(5)

1,725
449
37
83
35
211
47
t.a.d
2,192
98
73
17
74
16
12
73
361
t.a.d
25
115
4
t.a.d
5,647

(6)

147
40
0
29
8
85
6
0
0
t.a.d
0
0
366
61
783
0
121
3
0
0
0
0
1
0
0
78
19
0
t.a.d
8
20
0
t.a.d
1,775

3
0
6
3
1
1
0
10
4
t.a.d
1
24
2
11
16
21
2
3
2
2
0
6
0
1
8
8
0
1
t.a.d
0
2
2
t.a.d
140

Campak

Polio

Hepatitis B

(7)

(8)

(9)

254
43
1,329
1,086
171
21
384
1,499
67
t.a.d
3,041
1,707
324
112
2,262
806
530
636
385
2
126
140
20
311
117
t.a.d
39
430
t.a.d
15,842

5
10
3
5
26
t.a.d
4
59
20
10
161
t.a.d
t.a.d
303

114
786
40
32
442
72
152
20
58
52
1,768

Lampiran 3.16

JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Tetanus Neonatorum

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

(5)

(6)

(7)

(8)

(10)

(11)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

Tidak

Ya

(26)

Tidak Diketahui

Dirawat di RS

Tidak Diketahui

Lain-lain

Bambu

Gunting

Lain-lain

Tradisional

Alkohol/Iodium

(18)

Pemotongan Tali Pusat

Tidak Diketahui

Perawatan Tali Pusat

Tidak Diketahui

Tradisional

Dokter

Bidan/Perawat

Penolong Persalinan

Tidak Diketahui

TT1

TT2+

(9)

Tidak Diimunisasi

Status Imunisasi

Tidak Diketahui

Tanpa pemeriksaan

(4)

Tradisional

(3)

Bidan/Perawat

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Dokter

Provinsi

Meningal

No

Total

Pemeriksaan Kehamilan

(27)

(28)

(29)

3
0
6
3
1
1
0
10
4

1
0
5
2
0
0
0
9
2

1
0
0
0
0
0
0
0
0

2
0
2
0
0
1
0
3
1

0
0
3
1
0
0
0
3
2

0
0
0
2
0
0
0
4
1

0
0
1
0
1
0
0
0
0

1
0
0
0
0
0
0
0
1

2
0
1
0
0
0
0
0
2

0
0
3
3
0
1
0
9
0

0
0
2
0
1
0
0
1
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0

3
0
2
0
0
0
0
4
1

0
0
3
3
0
1
0
5
3

0
0
1
0
1
0
0
1
0

2
0
3
0
0
0
0
2
0

0
0
0
3
0
0
0
4
0

1
0
2
0
0
1
0
3
4

0
0
1
0
1
0
0
1
0

3
0
1
3
0
0
0
5
2

0
0
1
0
0
1
0
3
1

0
0
3
0
0
0
0
1
1

0
0
1
0
1
0
0
1
0

3
0
0
2
0
1
0
9
3

0
0
5
0
0
0
0
0
1

0
0
1
1
1
0
0
1
0

1
24
2
11
16
21
2
3
2
2
0
6
0
1
8
8
0
1

0
7
1
0
10
16
2
3
0
2
0
4
0
0
8
5
0
1

0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
9
2
0
6
7
0
1
2
1
0
0
0
1
5
2
0
0

0
7
0
0
4
3
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0

0
5
0
0
6
9
2
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0

0
3
0
0
0
0
0
2
0
0
0
6
0
0
2
0
0
1

0
4
2
0
2
3
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
5
0
0
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0

0
15
0
0
12
16
0
2
2
1
0
5
0
0
0
6
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
8
0
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
7
1
0
3
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0

0
17
1
0
5
21
0
2
2
2
0
0
0
1
6
8
0
0

0
0
0
0
8
0
0
1
0
0
0
4
0
0
2
0
0
1

1
16
2
0
13
12
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0

0
2
0
0
3
6
0
0
2
0
0
0
0
0
6
0
0
0

0
5
0
0
0
3
2
0
0
1
0
0
0
0
0
8
0
0

0
1
0
0
0
0
0
3
0
0
0
6
0
0
2
0
0
1

1
17
2
0
12
19
2
1
2
1
0
0
0
1
0
4
0
0

0
3
0
0
1
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0

0
2
0
0
2
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0

0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
6
0
0
7
0
0
1

1
21
2
0
14
11
2
3
0
2
0
0
0
1
6
5
0
0

0
3
0
0
2
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
6
0
0
2
0
0
1

0
0
2
2
2
2
0
0
140 82

0
0
0
0

0
0
1
0

0
1
0
0

0
1
1
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
1
0
0

0
1
2
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
1
0
0

0
1
2
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
2
0
0

0
0
2
0

0
0
0
0

0
2
1
0

0
0
0
0

0
0
1
0

0
0
0
0

0
2
2
0

0
0
0
0

0
0
0
0

47

26

37

16

14

20

78

17

27

83

19

53

28

32

16

79

15

15

20

90

24

15

Lampiran 3.17

JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

< 1 Tahun

Provinsi

(1)

(2)

Kasus Campak Menurut Kelompok Umur


5 - 9 Tahun
10 - 14 Tahun

1 - 4 Tahun

> 15 Tahun

Jumlah

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

Nanggroe Aceh Darussalam

11

18.18

72

8.33

90

17

18.89

38

13.16

43

4.65

254

32

Sumatera Utara

19

15

50.00

43

4.65

Sumatera Barat

124

35

28.23

352

109

30.97

373

47

12.60

205

24

11.71

275

1.82

1,329

220

16.55

12.60

Riau

79

7.59

326

48

14.72

248

37

14.92

216

22

10.19

217

50

23.04

1,086

163

15.01

Jambi

17

23.53

70

35

50.00

56

28

50.00

21

33.33

28.57

171

76

44.44

Sumatera Selatan

11

18.18

40.00

21

19.05

Bengkulu

55

7.27

89

45

50.56

110

67

60.91

77

40

51.95

53

21

39.62

384

177

46.09

111

5.41

422

13

3.08

526

20

3.80

306

1.96

134

0.75

1,499

46

3.07

13

31

9.68

11

9.09

12.50

67

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

341

1,084

696

443

477

3,041

12

Jawa Barat

260

707

433

130

177

1,707

13

Jawa Tengah

30

10.00

85

24

28.24

167

0.60

37

2.70

20.00

324

30

9.26

112

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

14

DI Yogyakarta

112

15

Jawa Timur

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

7.46
t.a.d
-

16

Banten

317

18

5.68

825

58

7.03

749

25

3.34

294

77

11

14.29

2,262

112

4.95

17

Bali

179

92

51.40

300

234

78.00

195

93

47.69

111

98

88.29

21

806

517

64.14

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

49

10.20

214

35

16.36

155

20

12.90

64

4.69

48

14.58

530

70

20

Kalimantan Barat

85

2.35

196

12

6.12

153

2.61

96

5.21

106

1.89

636

25

3.93

21

Kalimantan Tengah

19

15.79

126

50

39.68

126

58

46.03

53

25

47.17

61

25

40.98

385

161

41.82

22

Kalimantan Selatan

100.00

50.00

23

Kalimantan Timur

18

13

72.22

41

23

56.10

21

13

61.90

20

20.00

26

7.69

126

55

43.65

24

Sulawesi Utara

11

45.45

45

11

24.44

40

13

32.50

23

30.43

21

12

57.14

140

48

34.29

14

20

48.00

99

52

52.53

86

37

43.02

37

16

43.24

64

26

40.63

311

143

45.98

62.50

36

26

72.22

31

26

83.87

24

18

75.00

18

12

66.67

117

87

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

25

12

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

t.a.d

t.a.d
-

t.a.d
-

t.a.d

t.a.d
-

t.a.d
-

t.a.d

t.a.d
-

t.a.d
-

t.a.d

t.a.d
-

t.a.d
-

t.a.d

t.a.d
-

t.a.d

t.a.d

t.a.d
-

13.21

74.36
t.a.d

66.67

23

13

56.52

75.00

66.67

39

23

58.97

96

20

20.83

214

48

22.43

96

32

33.33

22

12

54.55

100.00

430

114

26.51

12.78

5,513

847

15.36

4,391

548

12.48

2,233

296

13.26

1,850

183

9.89

15,842

2,111

1,855

237

13.33

Lampiran 3.18
JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Rawat Jalan RS

Provinsi
<1th

1 - 4 th

(3)

Rawat Inap RS

5 - 14 th 15 - 44 th

(4)

(5)

(6)

>45 th
(7)

Jumlah

<1th

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

Jumlah Kasus

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

12

24

11

51

71

227

410

180

39

927

980

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

12

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

13

24

24
0

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

14

29

14

61

73

233

422

196

41

965

1,031

Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Lampiran 3.19
JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

Rawat Inap RS

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th

5 - 14 th 15 - 44 th

(10)

(11)

(12)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

10

26

54

62

23

175

11

30

19

10

72

106

243

445

388

296

1478

1725

Sumatera Utara

11

10

10

39

10

16

31

23

125

129

37

65

379

449

Sumatera Barat

10

27

37

37

Riau

17

22

24

15

66

83

Jambi

Sumatera Selatan

7
8

20

33

35

10

15

18

20

30

93

36

41

11

24

118

211

Bengkulu

Lampung

16

27

47

47
0

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

266

306

521

535

564

2192

2192

12

Jawa Barat

10

30

22

21

15

98

98

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

16

17

14

13

40

73

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

17

17

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

40

26

74

74

21

Kalimantan Tengah

13

16

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

12

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

14

11

10

14

18

48

73

26

Sulawesi Selatan

14

63

137

82

296

23

27

13

65

361

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

18

25

31

Maluku Utara

19

23

31

20

22

115

115

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

40

77

158

249

161

685

10

17

54

67

51

199

1,255

1,070

4763

5647

Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

519

938

981

Lampiran 3.20
JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Rawat Jalan RS

Provinsi
<1th

(1)

(2)

1 - 4 th

(3)

Rawat Inap RS

5 - 14 th 15 - 44 th

(4)

(5)

(6)

>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

Nanggroe Aceh Darussalam

13

27

14

57

17

67

47

132

29

131

269

174

609

798

Sumatera Utara

10

219

506

886

1,622

32

215

478

730

10

360

786

1,338

1,587

4,081

6,433

Sumatera Barat

20

11

19

10

41

68

Riau

21

28

16

68

37

19

64

19

125

398

141

686

818

Jambi

18

35

11

23

82

199

348

144

796

842

Sumatera Selatan

20

26

159

82

295

10

43

100

44

205

21

91

609

735

295

1,751

2,251

Bengkulu

Lampung

0
87

0
132

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

11

10

24

19

34

55

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

13

97

56

174

13

56

41

113

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

86

33

134

15

11

33

58

78

272

10

11

0
77

305

305

141

141

52

131

36

323

643

324

1,375

1,542
1,158

41

11

25

87

25

11

21

Kalimantan Tengah

24

10

34

13

44

175

267

477

148

1,111

22

Kalimantan Selatan

27

128

41

204

204

23

Kalimantan Timur

60

32

101

12

21

17

32

101

36

190

312

24

Sulawesi Utara

13

15

24

25

81

81

25

Sulawesi Tengah

47

40

45

143

13

17

30

10

54

83

55

204

377

26

Sulawesi Selatan

17

40

24

84

38

39

87

171

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

13

71

28

117

28

35

66

181

364

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

21

38

32

12

59

12

34

108

127

42

323

420

51
-

80
-

43
-

31

Maluku Utara

184

491

455

389

252

1,771

1,771

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

18

70

404

1,191

1,250

2,933

20

29

144

644

802

1,639

378

1,425

3,250

5,368

3,517

13,938

18,510

Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Lampiran 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

Rawat Inap RS

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

Jumlah Kasus

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

Nanggroe Aceh Darussalam

16

16

40

10

17

57

114

Sumatera Utara

13

40

149

202

12

66

113

191

393

786

Sumatera Barat

Riau

15

20

40

Jambi

11

11

16

32

Sumatera Selatan

43

32

87

16

59

57

134

221

442

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

19

24

12

36

72

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

24

15

46

18

30

76

152

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

10

10

20

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

11

21

29

58

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

13

13

26

52

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

10

40

222

456

36

177

213

428

884

1,768

Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

178

Lampiran 3.22

JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2005


No

Provinsi

Data yang Diterima

Jumlah Kasus AFP

AFP Rate / 100.000 penduduk

Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Nanggroe Aceh Darussalam

46

44

3.67

2.92

Sumatera Utara

75

67

1.60

1.33

Sumatera Barat

32

31

2.21

2.21

Riau

41

40

2.22

2.00

Jambi

10

10

1.25

1.25

Sumatera Selatan

61

60

2.50

2.29

Bengkulu

14

14

2.80

2.80

Lampung

94

93

4.23

2.55

Kepulauan Bangka Belitung

11

11

2.75

2.75

10

Kepulauan Riau

t.a.d

t.a.d

11

DKI Jakarta

81

76

3.30

3.13

12

Jawa Barat

361

349

3.23

2.62

13

Jawa Tengah

224

223

2.59

2.36

14

DI Yogyakarta

30

29

4.83

4.83

15

Jawa Timur

328

319

3.94

3.09

16

Banten

273

253

9.04

2.00

17

Bali

31

31

3.88

3.88

18

Nusa Tenggara Barat

31

31

2.21

2.21

19

Nusa Tenggara Timur

45

38

2.71

2.71

20

Kalimantan Barat

22

22

1.57

1.50

21

Kalimantan Tengah

11

11

1.57

1.57

22

Kalimantan Selatan

19

17

1.70

1.70

23

Kalimantan Timur

19

19

2.38

2.38

24

Sulawesi Utara

21

21

3.50

3.50

25

Sulawesi Tengah

13

12

1.50

1.38

26

Sulawesi Selatan

68

68

2.62

2.62

27

Sulawesi Tenggara

16

15

2.14

2.14

28

Gorontalo

13

12

4.00

4.00

29

Sulawesi Barat

t.a.d

t.a.d

30

Maluku

1.75

1.75

31

Maluku Utara

3.00

3.00

32

Papua

1.40

1.40

33

Irian Jaya Barat

2,013

1,939

3.12

2.44

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Lampiran 3.23

JUMLAH KASUS AFP POLIO MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Klasifikasi Klinis
Kompatibel
(4)

Virus Polio Liar


(3)

Non Polio
(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

35

Sumatera Utara

10

56

Sumatera Barat

31

Riau

36

Jambi

10

Sumatera Selatan

55

Bengkulu

14

Lampung

26

11

56

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

t.a.d

t.a.d

t.a.d

11

DKI Jakarta

72

12

Jawa Barat

59

283

13

Jawa Tengah

20

203

14

DI Yogyakarta

29

15

Jawa Timur

10

13

250

16

Banten

161

36

56

17

Bali

31

18

Nusa Tenggara Barat

31

19

Nusa Tenggara Timur

38

20

Kalimantan Barat

21

21

Kalimantan Tengah

11

22

Kalimantan Selatan

17

23

Kalimantan Timur

19

24

Sulawesi Utara

21

25

Sulawesi Tengah

11

26

Sulawesi Selatan

68

27

Sulawesi Tenggara

15

28

Gorontalo

12

29

Sulawesi Barat

t.a.d

t.a.d

t.a.d

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

303

75

1,515

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Lampiran 3. 24

PERKEMBANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) POLIO TAHUN 2005

No

Provinsi

AFP

Virus Polio Liar (+)

Kontak (+)

Meninggal

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Jawa Barat

349

59

35

Banten

253

161

Lampung

93

26

Jawa Tengah

223

20

DKI Jakarta

76

Sumatera Utara

67

10

Jawa Timur

319

10

Sumatera Selatan

60

Nanggroe Aceh Darussalam

44

40

303

41

10 Riau
TOTAL

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

1,524

Lampiran 3.25
JUMLAH KASUS PENYAKIT TETANUS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Rawat Jalan RS

Provinsi
<1th

1 - 4 th

(5)

(6)

(7)

Jumlah

<1th

(8)

(9)

1 - 4 th

<1th

(14)

(15)

(16)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(18)

(19)

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

10

18

16

28

47

33

113

147

Sumatera Utara

11

23

12

17

40

Sumatera Barat

Riau

20

29

Jambi

Sumatera Selatan

33

47

17

12

32

85

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

27

45

79

75

132

225

21

13

46

62

366

14

DI Yogyakarta

16

21

32

38

61

15

Jawa Timur

78

100

26

213

27

127

260

43

457

22

84

14

13

113

783

16

Banten

17

Bali

25

32

69

19

25

52

121

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

10

29

25

73

78

27

Sulawesi Tenggara

10

19

19

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

11

20

20

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

28

104

204

133

473

63

156

422

280

922

43

111

59

109

97

(17)

>45 th

(13)

Meninggal

(12)

Jumlah

(2)

(11)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Nanggroe Aceh Darussalam

t.a.d

(10)

5 - 14 th 15 - 44 th

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

(4)

Rawat Inap RS
>45 th

(1)

Indonesia

(3)

5 - 14 th 15 - 44 th

380

0
1,775

Lampiran 3.26
FREKUENSI KLB MENURUT PENYAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No

Penyakit

Frekuensi

Kasus

Mati

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Case Fatality Rate (%)


(6)

Anthrax

21

4.76

Campak

122

1,467

0.48

Cikungunya

32

2,565

0.00

DBD

246

3,314

91

2.75

Diare

275

14,045

93

0.66

Diare Berdarah

0.00

Difteri

29

65

13.85

Hepatitis Klinis

15

0.00

Malaria Klinis

12

243

0.00

10 Malaria Falsiparum

92

3,924

44

1.12

11 Keracunan Makanan

107

2,445

0.00

12 Rabies

142

321

18

5.61

13 Typus Perut

18

0.00

14 Rubella

86

0.00

1,068

28,530

263

0.92

TOTAL
Sumber: Profil Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2005

Lampiran 3.27
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE
TAHUN 2001 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
P = Penderita
M = Meninggal
C = Case Fatality Rate

2001
M

CFR

2002
M

CFR

2003
M

CFR

2004
M

CFR

2005
M

CFR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

2.49
2.99
1.58
4.42
0.00
0.23
5.00
1.34
7.55
0.96
0.81
2.48
0.00
1.75
11.11
4.83
0.38
8.53
0.00
13.16
2.13

367
131
133
51
137
7
349
199
15
256
373
325
378
42
369
3,132

2.72
3.82
5.26
0.00
2.92
0.00
1.15
0.00
0.00
0.00
1.88
0.31
1.32
19.05
0.00
1.63

267
145
95
95
148
48
1,371
2,194
69
133
486
5,051

1,003
25
332
355
70
952
37
323
367
293
346
325
4,428

11
3
17
4
0
19
1
11
0
25
5
4
100

1.10
12.00
5.12
1.13
0.00
2.00
2.70
3.41
0.00
8.53
1.45
1.23
2.26

413
30
52
4
591
692
106
2,988
49
89
296
49
126
5,485

10
3
2
1
10
9
1
28
3
3
8
4
12
94

2.42
10.00
3.85
25.00
1.69
1.30
0.94
0.94
6.12
3.37
2.70
8.16
9.52
1.71

401
67
442
113
9
442
20
522
53
104
248
161
68
456
54
352
523
129
170
38
4,372

10
2
7
5
0
1
1
7
4
1
2
4
0
8
6
17
2
11
0
5
93

10
5
7
0
4
0
4
0
0
0
7
1
5
8
0
51

6
6
1
2
1
0
26
28
13
7
37
127

2.25
4.14
1.05
2.11
0.68
0.00
1.90
1.28
18.84
5.26
7.61
2.51

Lampiran 3.28
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2000 - 2005

No

Tahun 2000

Provinsi

Tahun 2001

Tahun 2002

Tahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

64

11

1.54

35

0.80

92

8.7

2.13

128

3.1

2.76

252

4.37

5.43

629

1.59

14.86

Sumatera Utara

96

0.86

138

1.23

348

3.7

2.80

878

2.7

7.07

1,093

2.20

8.79

3,657

1.80

30.75

Sumatera Barat

83

2.10

185

4.34

623

1.6

13.74

292

0.7

6.88

514

0.97

12.11

1,154

1.99

25.89

Riau

390

9.21

1,324

29.69

978

0.8

19.42

715

0.7

13.98

1,050

2.00

20.53

1,850

1.73

41.19

Jambi

131

5.10

129

5.21

272

4.0

10.71

80

2.5

2.83

275

1.45

9.74

353

3.12

13.38

Sumatera Selatan

1,211

18.59

1,890

27.86

1,406

1.8

19.71

1,403

2.1

17.87

1,270

1.34

16.06

1,621

0.56

18.38

Bengkulu

17

1.10

17

1.06

14

0.0

0.91

0.0

0.13

204

0.98

13.25

61

3.28

3.60

Lampung

66

0.91

228

3.10

197

5.1

3.43

624

2.6

9.29

908

1.54

13.51

736

1.63

10.54

Kepulauan Bangka Belitung

29

3.4

3.21

241

4.1

26.68

53

5.65

46

4.35

4.60

746

3.49

57.58

10 Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

3,751

41.26

8,661

78.92

5,750

0.9

66.86

14,071

0.4

125.09

20,510

0.43

260.08

23,466

0.34

296.87

12 Jawa Barat

2,283

5.38

5,152

11.84

4,817

1.3

13.56

8,683

2.1

23.64

19,014

1.13

52.20

18,590

1.53

47.50

13 Jawa Tengah

4,907

15.09

5,001

15.37

6,357

1.6

19.09

8,490

2.3

25.51

9,047

1.80

27.11

6,583

2.29

19.61

492

14.40

917

26.84

992

1.0

28.57

1,553

2.3

47.09

2,206

1.41

66.89

971

1.24

29.44

3,247

9.25

4,224

12.04

5,308

1.3

15.04

4,216

1.4

11.94

8,287

1.45

23.48

15,251

1.74

42.94

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali

713

0.7

8.00

700

3.6

8.17

2577

2.25

30.08

2,045

1.27

23.87

757

25.34

199

6.44

3,986

0.3

130.87

2,364

0.3

76.78

1935

0.41

58.64

3,596

0.50

108.97
26.62

18 Nusa Tenggara Barat

34

0.89

72

1.84

232

1.3

5.91

196

4.6

5.06

805

1.99

20.77

1,062

1.41

19 Nusa Tenggara Timur

118

3.07

60

1.52

24

4.2

0.63

260

3.2

6.34

1381

3.11

35.00

735

1.36

17.75

1,393

35.06

806

31

19.57

1,910

1.6

49.97

349

2.0

9.13

212

2.36

5.55

1,220

1.07

31.92
26.75

20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah

20

1.20

30

10

17.10

72

2.8

4.00

300

3.0

16.36

453

1.32

24.70

491

0.81

22 Kalimantan Selatan

91

2.94

121

5.64

365

0.3

17.04

178

3.4

7.47

378

0.79

10.30

341

2.35

9.29

253

10.51

1,423

58.17

2,011

2.0

80.08

1,926

1.5

77.32

2276

1.80

91.37

3,165

2.59

121.74
119.89

23 Kalimantan Timur

1,139

40.85

1,105

38.89

974

1.4

47.47

369

1.3

15.75

225

4.89

10.56

1,926

1.35

25 Sulawesi Tengah

24 Sulawesi Utara

31

1.57

178

8.67

81

2.5

3.27

184

1.0

7.47

293

3.41

13.06

780

1.00

31.73

26 Sulawesi Selatan

428

5.31

1,323

15.03

2,408

1.6

31.71

2,636

1.5

31.41

3500

0.69

41.70

2,822

1.81

34.65

27 Sulawesi Tenggara

0.00

11

0.63

51

0.0

2.91

43

2.3

2.45

266

0.75

13.89

758

2.90

39.25

28 Gorontalo

0.0

0.31

30

0.0

3.54

14

0.00

1.60

206

0.00

23.50

27

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

0.14

0.00

0.0

0.00

0.0

0.00

0.00

0.00

31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia

2.00

2.66

0.00

0.00

63

3.2

7.20

1.0

0.23

74

9.46

8.71

24

4.17

2.65

123

6.04

214

10.34

300

1.0

14.19

603

0.8

29.13

390

2.05

18.84

183

1.09

11.02

184

3.26

32.62

21,134

10.17

33,443

1.4

15.99

40,377

1.3

19.24

51,516

1.5

23.87

79,462

1.2

37.11

95,279

1.36

43.42

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk

Lampiran 3.29
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2001 - 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

2001
Jumlah

2002
Jumlah

(3)

(4)

7
13
6
10
7
7
4
9
3
5
22
33
5
37
6
8
6
3
8
6
9
10
5
2
20
2
3
0
2
5
263

Kabupaten/Kota Terjangkit DBD


2004
2003
Jumlah
%
Jumlah
(5)

9
15
4
13
7
9
4
9
2
5
24
35
5
38
6
9
7
1
8
6
5
10
4
2
17
3
2
0
2
3
264

(6)

8
14
3
12
4
7
1
8
3
5
24
34
5
38
3
8
6
3
8
5
8
12
4
5
18
3
2
0
2
4
257

2005

(7)

16
15
9
14
7
11
5
10
5
5
25
35
5
38
6
9
8
10
9
11
13
13
7
5
23
1
2
0
3
6
326

80.0
65.2
56.3
87.5
90.0
71.4
71.4
100.0
71.4
83.3
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
62.5
90.0
78.6
100.0
100.0
87.5
55.6
82.1
14.3
40.0
0.0
37.5
21.4
74.1

Jumlah

(8)

(9)

12
17
10
11
7
9
3
10
6
5
5
25
35
5
38
6
9
9
7
7
6
13
12
9
10
21
6
5
1
0
3
4
4
330

57.1
68.0
52.6
100.0
70.0
64.3
33.3
100.0
85.7
83.3
83.3
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
43.8
58.3
42.9
100.0
92.3
100.0
100.0
91.3
60.0
100.0
20.0
0.0
37.5
20.0
44.4
75.0

Lampiran 3.30
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Kabupaten/Kota
Terjangkit

Jumlah Kasus
GHTR

Pemberian
Vaksin Anti Rabies

Lyssa

Seluruhnya
(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Diperiksa
(9)

Jumlah Specimen Hewan


Positif
% Positif
(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

21

18

85.71

109

83

100.00

Sumatera Utara

25

23

92.00

958

417

24

24

100.00

Sumatera Barat

19

18

94.74

1,457

998

184

120

65.22

Riau

11

72.73

395

281

167

75

44.91

Jambi

10

10

100.00

380

178

104

104

100.00

Sumatera Selatan

14

12

85.71

1,082

810

0.00

Bengkulu

100.00

542

362

0.00

Lampung

10

80.00

958

723

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

0.00

0.00

10

Kepulauan Riau

0.00

0.00

11

DKI Jakarta

0.00

343

174

16

0.00

12

Jawa Barat

25

4.00

188

135

13

Jawa Tengah

35

0.00

10

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

0.00

0.00

17

Bali

0.00

0.00

18

Nusa Tenggara Barat

0.00

0.00

19

Nusa Tenggara Timur

16

37.50

2,820

2,725

21

17

12

70.59

20

Kalimantan Barat

12

8.33

36

0.00

21

Kalimantan Tengah

14

64.29

675

487

57

67

117.54

22

Kalimantan Selatan

13

11

84.62

154

106

18

15

83.33

23

Kalimantan Timur

13

69.23

197

83

100.00

24

Sulawesi Utara

100.00

1,288

551

29

137

112

81.75

25

Sulawesi Tengah

10

11

110.00

226

114

114

0.00

26

Sulawesi Selatan

23

34.78

937

412

15

30

30

100.00

27

Sulawesi Tenggara

10

90.00

371

231

100.00

28

Gorontalo

0.00

0.00

29

Sulawesi Barat

40.00

19

0.00

30

Maluku

37.50

595

116

14

0.00

31

Maluku Utara

12.50

248

212

100.00

32

Papua

20

0.00

0.00

33

Irian Jaya Barat

0.00

0.00

440

186

42.27

884

575

65.05

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Keterangan : GHTR = Gigitan Hewan Tertular Rabies

1
0

0.00
0.00

0.00

0.00

38

0.00

0.00

13,993

9,200

121

Lampiran 3.31
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2001 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

2001

2002

Tahun
2003

2004

(3)

(4)

(5)

(6)

1,908

1,908

1,940

1,896

2,354
104

2005
(7)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

52

52

45

102

Sumatera Barat

30

30

32

30

149

Riau

267

267

267

243

532

Jambi

136

136

134

220

218

Sumatera Selatan

91

91

44

130

191

Bengkulu

67

67

55

57

79

Lampung

73

73

73

73

74

Kepulauan Bangka Belitung

73

73

78

37

160

21

31

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

12

12

12

53

12

Jawa Barat

156

156

156

78

229

136

136

136

226

224

142

144

167

119

207

69

76

67

11

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

62

62

62

62

62

19

Nusa Tenggara Timur

1,706

1,706

1,706

1,706

1,627

20

Kalimantan Barat

156

156

156

261

232

21

Kalimantan Tengah

123

123

118

117

202

22

Kalimantan Selatan

135

169

135

249

385

23

Kalimantan Timur

282

282

272

195

409

24

Sulawesi Utara

72

72

72

23

26

25

Sulawesi Tengah

82

82

82

82

451

26

Sulawesi Selatan

154

154

154

110

83

27

Sulawesi Tenggara

197

197

197

182

119

14

83

224

57

30

30

12

36

1,334

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

91
57

390

57

390

390

254
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

6,181

6,217

6,635

6,430

264
10,239

Lampiran 3.32
JUMLAH KASUS DAN PREVALENSI FRAMBUSIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

Jumlah Kasus

(1)

(2)

(3)

Prevalensi / 100.000 penduduk


(4)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

54

0.13

Jambi

85

0.34

Sumatera Selatan

61

0.09

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

27

0.26

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

2,980

7.13

0.02

34

0.03

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

12

0.05

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28
29
30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

1,311

6.84

Gorontalo

Sulawesi Barat

215

1.53

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI

294

1.11

5,089

0.23

Lampiran 3.33
JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN RASIO KORBAN LUKA DAN MENINGGAL
TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2004

No

Provinsi

Jumlah
Kecelakaan

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

212
911
292
613
166
323
167
374
172
4,065
1,231
846
459
1,688
150
492
434
446
234
159
201
898
387
343
862
405
48
59
102
993
17,732

Jumlah Korban

% Korban

Mati

Luka
Berat

Luka
Ringan

Total

(4)

(5)

(6)

(7)

314
701
157
418
83
199
90
311
54
1,827
927
926
467
1,513
120
299
267
436
225
108
63
579
277
208
347
242
25
36
58
807
12,084

677
2,077
657
1,353
337
681
298
1,011
231
5,278
2,547
2,103
809
3,751
355
923
843
942
580
328
338
1,261
699
529
1,401
518
118
112
107
1,407
32,271

196
759
353
556
174
304
145
389
141
1,010
940
739
198
1,379
152
426
352
278
226
142
230
397
287
189
720
165
55
41
24
237
11,204

167
617
147
379
80
178
63
311
36
2,441
680
438
144
859
83
198
224
228
129
78
45
285
135
132
334
111
38
35
25
363
8,983

Sumber : Ditlantas, Babinkam Mabes Polri (khusus Polda NAD data hanya s/d bulan Nopember 2004)

Rasio/100.000
Penduduk

Mati

Luka
Berat

Luka
Ringan

Korban

Mati

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

28.95
36.54
53.73
41.09
51.63
44.64
48.66
38.48
61.04

24.67
29.71
22.37
28.01
23.74
26.14
21.14
30.76
15.58

46.38
33.75
23.90
30.89
24.63
29.22
30.20
30.76
23.38

16.61
17.21
14.51
23.82
12.86
10.32
19.33
14.38
22.81

0.71
0.30
1.19
0.72
1.97
0.68
3.16
0.55
6.03

19.14
36.91
35.14
24.47
36.76
42.82
46.15
41.76
29.51
38.97
43.29
68.05
31.48
41.06
35.73
51.39
31.85
46.61
36.61
22.43
16.84
34.72

46.25
26.70
20.83
17.80
22.90
23.38
21.45
26.57
24.20
22.24
23.78
13.31
22.60
19.31
24.95
23.84
21.43
32.20
31.25
23.36
25.80
27.84

34.62
36.40
44.03
57.73
40.34
33.80
32.39
31.67
46.28
38.79
32.93
18.64
45.92
39.63
39.32
24.77
46.72
21.19
32.14
54.21
57.36
37.45

60.49
6.62
6.49
25.12
10.31
3.91
27.20
20.68
22.76
14.46
17.57
10.50
45.66
32.45
23.56
16.79
27.10
13.17
9.04
12.31
56.23
14.87

0.22
0.10
0.11
0.76
0.10
0.47
1.36
1.02
0.71
0.97
2.32
2.11
1.14
1.91
1.59
0.62
1.67
5.20
2.96
2.58
0.67
0.02

Kerugian
Harta Benda
Materiil
(13)

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.

833,400,000
3,923,525,000
1,266,100,000
3,205,290,000
571,950,000
1,916,675,000
376,400,000
2,632,000,000
330,550,000
10,613,360,000
3,536,540,000
3,552,208,000
650,980,000
4,873,394,000
475,350,000
661,950,000
692,076,000
990,850,000
805,015,000
370,125,000
782,350,000
2,882,135,000
1,008,440,200
721,725,000
2,057,331,500
649,775,000
225,900,000
80,250,000
163,050,000
2,196,900,000
53,045,594,700

Lampiran 3.34
PERSENTASE BATITA (0 - 35 BULAN)
MENURUT STATUS GIZI DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Provinsi

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi
Buruk+Kurang

Gizi Normal

Gizi Lebih

Jumlah

(6)

(7)

(8)

(kolom 3+4)
(1)

(2)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

(3)

(4)

(5)

2 Sumatera Utara

11.06

17.14

28.20

67.86

3.94

100.00

3 Sumatera Barat

10.11

18.92

29.03

67.57

3.41

100.00

4 Riau

9.50

16.46

25.96

67.73

6.31

100.00

5 Jambi

5.25

16.61

21.85

72.54

5.61

100.00

6 Sumatera Selatan

8.65

16.93

25.59

68.96

5.45

100.00

7 Bengkulu

6.07

19.86

25.93

69.82

4.25

100.00

8 Lampung

6.09

15.23

21.32

73.55

5.13

100.00

9 Kepulauan Bangka Belitung

6.84

15.20

22.04

71.69

6.26

100.00
100.00

10 Kepulauan Riau

10.42

17.92

28.34

66.91

4.75

11 DKI Jakarta

6.62

15.11

21.73

73.17

5.11

100.00

12 Jawa Barat

5.43

15.41

20.84

75.25

3.91

100.00

13 Jawa Tengah

5.29

16.30

21.59

75.10

3.31

100.00

14 DI Yogyakarta

2.82

10.63

13.45

82.65

3.90

100.00

15 Jawa Timur

5.24

16.84

22.07

74.20

3.73

100.00

16 Banten

7.57

17.00

24.56

70.20

5.24

100.00

17 Bali

4.69

13.15

17.84

77.56

4.60

100.00

18 Nusa Tenggara Barat

7.25

22.80

30.05

67.07

2.89

100.00

19 Nusa Tenggara Timur

11.72

25.17

36.89

60.77

2.33

100.00

20 Kalimantan Barat

12.30

20.12

32.43

63.97

3.60

100.00

21 Kalimantan Tengah

11.28

17.91

29.19

66.82

3.98

100.00

22 Kalimantan Selatan

100.00

10.49

22.57

33.06

63.59

3.35

23 Kalimantan Timur

7.71

16.06

23.77

70.74

5.49

100.00

24 Sulawesi Utara

8.06

15.69

23.75

69.67

6.57

100.00

25 Sulawesi Tengah

10.04

21.48

31.52

65.73

2.74

100.00

26 Sulawesi Selatan

8.15

20.19

28.34

67.86

3.81

100.00

27 Sulawesi Tenggara

9.59

18.22

27.81

68.17

4.02

100.00

28 Gorontalo

15.07

26.28

41.34

55.92

2.74

100.00

29 Maluku

21.30

20.41

41.71

53.19

5.10

100.00

8.73

15.69

24.42

71.16

4.42

100.00

13.60

18.53

32.13

62.65

5.22

100.00

8.51

18.23

26.74

69.16

4.09

100.00

30 Maluku Utara
31 Papua
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 2005

Lampiran 3.35
PERSENTASE BALITA (0 - 59 BULAN)
MENURUT STATUS GIZI DAN PROVINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Provinsi

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi
Buruk+Kurang
(3+4)

Gizi Normal

Gizi Lebih

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

10.45
10.81
9.27
5.54
8.54
6.97
7.24
8.70
10.19
7.30
5.77
5.84
4.08
5.67
6.98
5.10
8.44
13.04
11.56
10.19
11.29
7.59
8.44
10.36
8.65
10.04
15.41
15.19
10.24
13.75
8.80

18.20
19.63
16.54
18.72
17.52
19.59
16.72
17.04
17.27
15.03
16.23
18.13
10.97
18.09
19.19
15.41
24.95
28.03
21.16
17.18
24.48
18.33
14.67
20.96
21.51
19.34
26.07
18.47
17.06
17.46
19.24

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua
Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 2005

28.65
30.44
25.81
24.27
26.06
26.55
23.97
25.74
27.47
22.34
22.00
23.97
15.05
23.76
26.17
20.52
33.39
41.07
32.71
27.38
35.78
25.92
23.11
31.32
30.16
29.38
41.48
33.66
27.30
31.21
28.05

67.79
66.88
67.52
71.33
69.02
69.91
72.33
69.07
68.56
72.87
74.82
73.34
81.76
73.04
69.49
75.73
64.42
57.25
63.61
68.54
61.94
69.55
71.27
66.50
66.51
67.69
56.44
62.51
68.90
63.93
68.48

3.56
2.68
6.67
4.41
4.92
3.53
3.71
5.19
3.97
4.80
3.19
2.69
3.19
3.20
4.33
3.76
2.19
1.68
3.67
4.08
2.29
4.53
5.62
2.18
3.33
2.93
2.07
3.83
3.80
4.86
3.48

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Lampiran 3.36
DISTRIBUSI KASUS GIZI BURUK MENURUT PROVINS
TAHUN 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah Balita

Jumlah Kasus Gizi Buruk


yang Dilaporkan

%
Kasus Gizi Buruk

Jumlah
Kasus Meninggal

%
Kasus Gizi Buruk Meninggal

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau*
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*
Indonesia

341,909
1,010,931
364,655
451,175
270,468
609,468
169,950
583,404
830,000

3,763
657
152
56
324
183
390
230
7

1.10
0.06
0.04
0.01
0.12
0.03
0.23
0.04
0.00

8
0
0
4
0
0
0
4
0

0.21
0.00
0.00
7.14
0.00
0.00
0.00
1.74
0.00

713,006
3,137,129
2,693,877
184,317
2,987,667
750,574
273,579
498,095
477,829
354,185
277,614
337,390
218,102
165,472
281,364
988,056
162,781
72,687
170,152
157,016
66,704
200,238

52
18,095
12,028
6,591
7,331
107
3,950
13,969
349
39
56
225
108
491
369
879
2,097
3
1,402
1,120
1,155

0.01
0.58
0.45
0.00
0.22
0.98
0.04
0.79
2.92
0.10
0.01
0.02
0.10
0.07
0.17
0.04
0.54
2.88
0.00
0.89
1.68
0.58

0
0
94
0
46
0
0
40
58
0
1
4
0
0
2
13
0
13
0
2
1
3

0.00
0.00
0.78
0.70
0.00
0.00
1.01
0.42
0.00
2.56
7.14
0.00
0.00
0.41
3.52
0.00
0.62
0.00
0.14
0.09
0.26

19,799,794

76,178

0.38

293

0.38

Sumber : Dit. Gizi, Binkesmas berdasarkan lap. Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2005
Ket: *Prov. Kepulauan Riau termasuk Riau, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 3.37
JUMLAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Jumlah Kab/Kota dengan Prevalensi Gizi Kurang pada Balita


20 - 29,9%
30 - 39,9%
40%
Tidak Ada Data

Jumlah
Kabupaten/Kota

< 20%

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

21
25
19
11
10
14
9
10
7
6
6
25
35
5
38
6
9
9
16
12
14
13
13
9
10
23
10
5
5
8
8
20
9
440

0
4
2
1
2
2
1
1
1
1
2
9
8
5
11
0
4
0
0
2
2
0
2
6
1
0
0
0
0
0
3
3
1
74

0
10
8
6
7
8
6
9
5
2
3
15
22
0
19
5
5
4
2
3
6
3
8
0
3
11
7
0
0
3
2
6
4
192

7
7
6
3
1
4
2
0
1
3
1
1
2
0
8
1
0
3
4
4
5
6
3
3
6
10
2
2
4
4
2
8
3
116

11
4
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
2
10
3
1
4
0
0
0
2
1
3
0
1
1
2
1
51

3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
7

Sumber : Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes, 2006

Lampiran 3.38

PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
No

Provinsi

Pendek Sekali

Pendek

Normal

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

24.21
24.84
24.19
17.55
15.79
20.44
15.73
19.80
18.02
14.77
20.62
17.48
13.95
18.19
28.64
16.53
28.57
30.61
22.33
21.59
30.09
17.21
18.30
20.89
26.86
19.88
30.51
16.47
39.47
23.21
21.41

18.51
22.11
13.86
16.89
19.38
22.22
19.47
18.81
13.51
11.57
18.00
18.58
13.95
18.19
21.96
17.62
21.92
22.60
20.95
19.32
20.65
15.81
23.21
23.63
18.77
22.32
22.60
19.41
20.18
15.61
18.93

57.28
53.05
61.95
65.56
64.83
57.33
64.80
61.39
68.47
73.67
61.37
63.94
72.09
63.61
49.40
65.85
49.51
46.79
56.72
59.09
49.26
66.98
58.48
55.48
54.37
57.80
46.89
64.12
40.35
61.18
59.66

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat

Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005

Lampiran 3.38.a

PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No

Provinsi

Pendek Sekali

Pendek

Normal

Total

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(1)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

13.73

19.72

66.55

100

Sumatera Barat

15.57

18.85

65.57

100

Riau

27.01

15.33

57.66

100

Jambi

9.17

17.43

73.39

100

Sumatera Selatan

5.10

15.92

78.98

100

Bengkulu

10.77

16.92

72.31

100

Lampung

6.25

16.67

77.08

100

Kepulauan Bangka Belitung

6.67

18.33

75.00

100

10

Kepulauan Riau

17.35

13.27

69.39

100

11

DKI Jakarta

14.77

11.57

73.67

100

12

Jawa Barat

19.97

17.30

62.73

100

13

Jawa Tengah

15.10

18.78

66.12

100

14

DI Yogyakarta

11.73

11.11

77.16

100

15

Jawa Timur

15.91

17.21

66.88

100

16

Banten

29.80

20.20

50.00

100

17

Bali

12.76

16.84

70.41

100

18

Nusa Tenggara Barat

22.75

23.28

53.97

100

19

Nusa Tenggara Timur

26.15

18.46

55.38

100

20

Kalimantan Barat

16.67

21.60

61.73

100

21

Kalimantan Tengah

27.59

17.24

55.17

100

22

Kalimantan Selatan

30.94

15.11

53.96

100

23

Kalimantan Timur

10.53

18.42

71.05

100

24

Sulawesi Utara

18.67

28.00

53.33

100

25

Sulawesi Tengah

23.21

16.07

60.71

100

26

Sulawesi Selatan

20.63

17.50

61.88

100

27

Sulawesi Tenggara

13.79

29.31

56.90

100

28

Gorontalo

25.00

17.31

57.69

100

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

12.50

14.58

72.92

100

31

Maluku Utara

31.58

21.05

47.37

100

32

Papua

15.12

23.26

61.63

100

33

Irian Jaya Barat

17.09

17.41

65.50

100

Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005

Lampiran 3.38.b

PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No

Provinsi

Pendek Sekali

Pendek

Normal

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

32.76
28.05
22.28
22.28
22.22
24.38
17.13
25.35
23.08
21.29
19.16
16.55
19.97
27.60
20.81
31.99
31.13
25.00
20.41
29.50
24.75
18.12
20.34
29.04
21.19
32.80

17.53
23.23
12.87
16.58
21.46
24.38
19.88
19.01
15.38
18.71
18.44
17.27
18.96
23.53
18.50
21.12
23.08
20.64
19.73
24.50
12.87
20.81
25.42
19.21
20.82
24.80

49.71
48.73
64.85
61.14
56.32
51.25
63.00
55.63
61.54
60.00
62.39
66.19
61.06
48.87
60.69
46.89
45.80
54.36
59.86
46.00
62.38
61.07
54.24
51.75
57.99
42.40

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

18.03
41.05
27.81
24.25

21.31
20
11.26
19.94

60.66
38.95
60.93
55.81

100
100
100
100

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat*
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*

Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005

Lampiran 3.39

PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Pedesaan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Kurus Sekali

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat*
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*

Indonesia

Kurus

Normal

(4)

Lebih

(5)

Total

(6)

(7)

6.87
7.63
7.87
5.21
8.99
8.71
3.56
9.22
11.21
9.35
4.87
5.19
4.56
4.00
5.44
5.36
5.44
7.31
7.50
3.81
5.08
6.78
4.72
5.08
7.15
4.71
6.44

8.96
10.72
8.92
7.17
9.22
10.37
10.69
6.31
10.34
12.24
9.13
8.52
5.21
8.33
8.16
8.04
7.69
12.09
9.42
16.19
13.28
4.24
8.15
8.47
11.13
9.41
11.39

71.34
72.58
59.84
74.59
72.12
65.15
75.06
72.33
60.34
63.61
74.81
74.92
81.43
75.27
67.80
74.26
80.11
73.58
71.54
51.43
72.88
72.03
70.82
76.95
72.18
76.47
66.83

12.84
9.07
23.36
13.03
9.68
15.77
10.69
12.14
18.10
14.80
11.19
11.36
8.79
12.40
18.59
12.33
6.75
7.01
11.54
28.57
8.76
16.95
16.31
9.49
9.54
9.41
15.35

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

9.68
9.45
8.18

11.83
9.45
7.81

68.82
50.39
67.29

9.68
30.71
16.73

100
100
100

6.13

9.35

72.15

12.36

100

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket:
* Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 3.39.a

PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Kurus Sekali

Kurus

Normal

Lebih

Total

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

8.01
8.66
6.99
6.48
8.75
10.77
6.67
12.87
9.35
4.01
5.60
4.76
4.17
7.62
6.03
5.85
13.70
5.36
3.45
7.09
6.58
7.14
9.20
3.17
9.43

13.24
9.45
11.19
8.33
8.75
12.31
14.58
3.33
11.88
12.24
7.89
6.40
3.57
8.04
7.62
9.55
9.04
6.85
8.93
25.00
14.48
3.94
5.26
16.07
17.18
7.94
7.55

68.64
70.08
57.34
78.70
76.88
75.38
81.25
81.67
58.42
63.61
73.53
77.60
82.14
73.26
64.76
74.37
82.45
69.86
76.19
62.50
71.72
74.80
60.53
62.50
70.55
69.84
79.25

10.10
11.81
24.48
6.48
5.63
1.54
4.17
8.33
16.83
14.80
14.57
10.40
9.52
14.53
20.00
10.05
2.66
9.59
9.52
12.50
10.34
14.17
27.63
14.29
3.07
10.05
3.77

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

9.80
10.87

11.76
4.35
6.52

74.51
56.52
76.09

3.92
39.13
6.52

100.00
100.00
100.00

6.49

9.29

71.97

12.25

100.00

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat*
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*

Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket:
* Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 3.39.b

PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Kurus Sekali

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat *
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*

Indonesia

Kurus

Normal

(4)

Lebih

(5)

Total

(6)

(7)

6.01
7.26
8.40
4.52
9.12
7.95
4.06
10.27
5.78
4.92
4.32
3.86
3.46
4.60
5.22
6.53
8.52
4.49
6.22
6.42
3.82
4.60
6.44
5.05
5.37

5.74
11.17
7.56
6.53
9.49
9.66
10.14
7.53
10.44
9.97
7.19
8.56
8.66
6.32
6.96
12.73
9.66
14.61
12.44
4.59
9.55
6.69
9.01
9.75
12.75

73.37
73.46
61.34
72.36
69.34
61.36
74.59
68.49
73.33
76.16
73.09
80.58
76.84
70.56
74.14
78.84
74.04
69.32
49.44
73.68
68.81
75.80
80.33
72.75
77.98
62.42

14.88
8.10
22.69
16.58
12.04
21.02
11.59
13.70
26.67
7.62
12.02
7.91
10.74
17.32
14.94
8.99
6.70
12.50
31.46
7.66
20.18
10.83
8.37
11.80
7.22
19.46

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

9.63
11.54
6.78

11.85
10.58
8.47

66.67
49.04
62.71

11.85
28.85
22.03

100.00
100.00
100.00

5.9

9.39

72.27

12.44

100.00

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket:
* Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 3.40

PERSENTASE WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN) MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN PROVINSI
TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan
Ukuran Lila
< 23,5
> 23,5
(3)

Perdesaan
Ukuran Lila
< 23,5
> 23,5

Jumlah

(4)

(5)

Sumatera Utara

12.66

87.34

Sumatera Barat

13.94

Riau

10.25

Jambi

(6)

(7)

(8)

100.00

12.72

87.28

86.06

100.00

15.77

89.75

100.00

14.09

11.44

88.56

100.00

Sumatera Selatan

16.71

83.29

Bengkulu

17.34

Lampung

(9)

(11)

100.00

12.69

87.31

100.00

84.23

100.00

15.19

84.81

100.00

85.91

100.00

12.63

87.37

100.00

13.88

86.12

100.00

13.12

86.88

100.00

100.00

18.48

81.52

100.00

17.82

82.18

100.00

82.66

100.00

17.06

82.94

100.00

17.13

82.87

100.00

13.70

86.30

100.00

15.12

84.88

100.00

14.93

85.07

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

14.98

85.02

100.00

15.89

84.11

100.00

15.64

84.36

100.00

10

Kepulauan Riau

12.64

87.36

100.00

10.47

89.53

100.00

12.34

87.66

100.00

11

DKI Jakarta

12.08

87.92

100.00

12.08

87.92

100.00

12

Jawa Barat

13.91

86.09

100.00

14.19

85.81

100.00

14.04

85.96

100.00

13

Jawa Tengah

16.96

83.31

100.00

17.43

82.57

100.00

17.12

82.88

100.00

14

DI Yogyakarta

16.22

83.78

100.00

19.84

80.16

100.00

17.80

82.20

100.00

15

Jawa Timur

13.67

86.33

100.00

17.02

82.98

100.00

15.57

84.43

100.00

16

Banten

15.01

84.99

100.00

18.60

81.40

100.00

16.78

83.22

100.00

17

Bali

11.41

88.59

100.00

11.96

88.04

100.00

11.69

88.31

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

20.71

79.29

100.00

22.80

77.20

100.00

22.01

77.99

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

23.85

76.15

100.00

43.78

56.22

100.00

40.35

59.65

100.00

20

Kalimantan Barat

11.59

88.41

100.00

16.44

83.56

100.00

15.00

85.00

100.00

21

Kalimantan Tengah

15.64

84.36

100.00

16.81

83.19

100.00

16.60

83.40

100.00

22

Kalimantan Selatan

14.90

85.10

100.00

19.01

80.99

100.00

17.45

82.55

100.00

23

Kalimantan Timur

12.06

87.94

100.00

9.28

90.72

100.00

10.85

89.15

100.00

24

Sulawesi Utara

16.15

83.85

100.00

6.20

93.80

100.00

9.75

90.25

100.00

25

Sulawesi Tengah

20.00

80.00

100.00

14.58

85.42

100.00

15.76

84.24

100.00

26

Sulawesi Selatan

19.34

80.66

100.00

15.08

84.92

100.00

16.50

83.50

100.00

27

Sulawesi Tenggara

12.31

87.69

100.00

17.13

82.87

100.00

16.17

83.83

100.00

28

Gorontalo

13.78

86.22

100.00

13.78

86.22

100.00

13.78

86.22

100.00

29

Sulawesi Barat*

30

Maluku

14.90

85.1

100.00

15.81

84.19

100.00

15.52

84.48

100.00

31

Maluku Utara

11.54

88.46

100.00

19.95

80.05

100.00

17.53

82.47

100.00

32

Papua

15.84

84.16

100.00

27.65

72.35

100.00

24.69

75.31

100.00

33

Irian Jaya Barat*


14.38

85.62

100.00

17.64

82.36

100.00

16.24

83.76

100.00

Nanggroe Aceh Darussalam

Indonesia

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket:
* Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

(10)

Perkotaan + Perdesaan
Ukuran Lila
Jumlah
< 23,5
> 23,5

Jumlah

Lampiran 3.41

PERSENTASE WANITA USIA 15 - 49 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN KELOMPOK UMUR,
TAHUN 2005
Perkotaan
Ukuran Lila
< 23,5
> 23,5

Perdesaan
Ukuran Lila
Jumlah
< 23,5
> 23,5

Perkotaan + Perdesaan
Ukuran Lila
Jumlah
< 23,5
> 23,5

No

Kelompok Umur

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

15 - 19

31.61

68.39

100.00

34.17

65.83

100.00

33.08

66.92

100.00

20 - 24

21.36

78.64

100.00

21.95

78.05

100.00

21.67

78.33

100.00

25 - 29

13.64

86.36

100.00

15.28

84.72

100.00

14.55

85.45

100.00

30 - 34

8.38

91.62

100.00

12.01

87.99

100.00

10.45

89.55

100.00

35 - 39

5.79

94.21

100.00

11.38

88.62

100.00

9.05

90.95

100.00

40 - 44

5.82

94.18

100.00

11.86

88.14

100.00

9.37

90.63

100.00

45 - 49

6.63

93.37

100.00

12.82

87.80

100.00

10.26

89.74

100.00

14.38

85.62

100.00

17.64

82.36

100.00

16.24

83.76

100.00

Total

Jumlah

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005

Lampiran 3.42

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGKONSUMSI GARAM BERYODIUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2002-2005
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat*
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat*
Indonesia

2002

Cukup
2003

2005

2002

Kurang
2003

2005

2002

Tidak ada
2003

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

85.60
92.88
91.59
95.57
89.04
95.39
85.68
87.08
59.93
67.83
54.62
65.86
67.82
61.92
45.21
18.02
32.55
86.36
92.51
90.53
93.42
96.97
84.57
59.94
58.71
98.45

90.62
93.02
90.10
96.47
92.19
94.53
85.48
95.00
55.91
69.71
59.43
67.16
74.75
61.33
43.56
21.45
34.07
88.29
93.23
90.25
96.26
94.33
89.85
59.69
66.84
88.58

91.22
88.34
89.24
91.82
86.89
86.17
75.61
93.53
87.90
61.37
66.39
62.77
74.33
72.32
51.66
45.48
23.97
36.77
83.73
88.94
84.37
82.63
92.09
84.40
59.54
64.36
85.38

12.33
6.81
7.34
4.26
7.22
4.25
12.02
10.83
18.03
20.80
19.48
22.68
12.30
21.74
15.23
22.92
14.62
11.82
6.56
8.56
5.50
2.77
13.28
15.11
15.65
1.43

8.43
6.71
6.35
3.47
6.45
5.22
11.57
4.44
17.14
19.31
20.47
23.08
11.81
22.87
16.28
17.79
10.38
10.75
6.61
8.81
3.36
5.50
8.86
15.03
14.41
8.85

7.81
10.61
8.13
7.80
10.33
13.15
17.67
5.87
9.29
18.05
21.97
20.13
20.32
12.68
28.72
15.53
15.88
10.75
14.08
10.46
13.56
12.07
7.57
13.51
17.67
14.66
14.32

2.07
0.31
1.07
0.17
3.74
0.36
2.30
2.09
22.03
11.38
25.90
11.46
19.87
16.33
39.55
59.06
52.84
1.81
0.93
0.91
1.08
0.27
2.15
24.95
25.64
0.12

0.95
0.26
3.55
0.07
1.37
0.25
2.94
0.56
26.95
10.98
20.09
9.76
13.44
15.80
40.15
60.76
55.55
0.96
0.16
0.94
0.39
0.17
1.29
25.28
18.75
2.57

0.97
1.05
2.63
0.38
2.78
0.68
6.72
0.60
2.81
20.58
11.64
17.11
5.35
15.00
19.63
38.99
60.15
52.48
2.19
0.60
2.07
5.30
0.34
2.09
22.79
20.98
0.30

39.09
69.53
91.67

43.93
72.15
93.57

7.03
14.84
7.31

8.74
14.32
4.59

53.87
15.64
1.03

47.33
13.54
1.85

68.53

73.24

72.81

15.42

12.71

14.02

16.05

14.05

13.17

Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua

Lampiran 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 & K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Ibu Hamil
No

Provinsi

(1)

(2)

Ibu Bersalin

Jumlah

K1

% K1

K4

% K4

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Kunjungan Neonatus

Jumlah

Ditolong
Nakes

% Ditolong
Nakes

(8)

(9)

(10)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

109,652

92,425

84.29

80,087

73.04

105,209

65,428

62.19

2 Sumatera Utara

347,683

292,471

84.12

272,448

78.36

323,789

239,712

74.03

Jumlah

Kunjungan
Neonatus1

% KN 1

(11)

(12)

(13)

101,579
306,833

Kunjungan
Neonatus2

% KN2

(14)

(15)

228,415

74.44

4,814

1.57

3 Sumatera Barat

106,556

97,183

91.20

84,996

79.77

100,860

80,837

80.15

96,445

83,691

86.78

83,691

86.78

4 Riau

129,160

113,255

87.69

107,826

83.48

120,176

85,987

71.55

116,771

96,476

82.62

91,069

77.99

70,417

64,272

91.27

55,261

78.48

64,910

53,317

82.14

64,910

52,750

81.27

40,146

61.85

151,982

139,979

92.10

130,934

86.15

145,858

118,340

81.13

139,555

120,103

86.06

7 Bengkulu

47,360

37,892

80.01

35,008

73.92

45,208

31,530

69.74

43,054

32,939

76.51

31,495

73.15

8 Lampung

171,515

155,359

90.58

142,751

83.23

163,719

123,186

75.24

155,923

137,723

88.33

134,778

86.44

27,219

26,680

98.02

24,796

91.10

25,977

22,619

87.07

24,871

19,875

79.91

40,089

37,286

93.01

31,610

78.85

34,574

28,377

82.08

227,316

204,862

90.12

169,641

74.63

213,341

149,281

69.97

203,041

148,876

73.32

143,099

70.48

5 Jambi
6 Sumatera Selatan

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

981,342

844,116

86.02

748,461

76.27

943,687

620,747

65.78

904,425

568,815

62.89

708,105

78.29

13 Jawa Tengah

654,664

583,281

89.10

518,570

79.21

475,826

348,517

73.24

412,658

375,180

90.92

274,699

66.57

14 DI Yogyakarta

51,736

50,785

98.16

42,246

81.66

49,678

41,022

82.58

47,045

89.63

554,698

79.45

641,054

551,944

86.10

634,705

579,225

15 Jawa Timur
16 Banten

698,177

625,754

40,283

85.63

91.26

556,055

87.61

258,694

232,386

89.83

186,447

72.07

247,676

155,308

62.71

235,524

102,077

43.34

189,112

80.29

68,472

74,379

108.63

59,375

86.71

65,403

58,529

89.49

62,280

39,360

63.20

32,399

52.02

18 Nusa Tenggara Barat

111,186

98,454

88.55

88,930

79.98

105,714

78,397

74.16

102,692

89,348

87.01

87,114

84.83

19 Nusa Tenggara Timur

120,975

111,216

91.93

79,691

65.87

106,974

63,441

59.31

87,957

69,067

78.52

68,509

77.89

20 Kalimantan Barat

86,258

77,226

89.53

56,683

65.71

80,317

54,918

68.38

75,855

39,360

51.89

32,399

42.71

21 Kalimantan Tengah

53,827

48,540

90.18

41,727

77.52

50,102

37,529

74.91

47,373

39,479

83.34

39,214

82.78

22 Kalimantan Selatan

81,680

74,231

90.88

60,956

74.63

76,329

61,748

80.90

23 Kalimantan Timur

71,684

65,262

91.04

57,642

80.41

68,056

49,860

73.26

65,543

53,425

81.51

51,942

79.25
40.64

17 Bali

24 Sulawesi Utara

47,724

44,795

93.86

38,473

80.62

44,866

29,966

66.79

44,379

25,956

58.49

18,034

25 Sulawesi Tengah

58,847

50,272

85.43

44,418

75.48

56,109

35,196

62.73

56,032

40,422

72.14

39,085

69.75

26 Sulawesi Selatan

186,293

166,536

89.39

130,515

70.06

177,005

121,407

68.59

168,453

101,082

60.01

87,242

51.79

27 Sulawesi Tenggara

45,128

36,756

81.45

31,511

69.83

41,667

27,865

66.88

41,085

32,483

79.06

29,733

72.37

28 Gorontalo

24,430

22,238

91.03

19,374

79.30

23,320

16,377

70.23

21,893

18,515

84.57

17,417

79.56

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

22,645

22,345

98.68

17,945

79.24

25,028

14,718

58.81

23,587

16,948

71.85

16,504

69.97

31 Maluku Utara

22,582

19,521

86.44

16,155

71.54

21,678

13,039

60.15

20,774

15,858

76.34

15,010

72.25

32 Papua

48,694

30,266

62.16

21,874

44.92

46,480

15,579

33.52

44,267

17,334

39.16

33 Irian Jaya Barat


Indonesia

5,123,987

4,540,023

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

88.60

3,951,049

77.11

4,690,590

3,394,721

72.37

4,349,509

3,144,782

72.30

2,831,948

65.11

Lampiran 4.2
CAKUPAN DETEKSI RISIKO, RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Rujukan Kasus Risti


Maternal
Neonatal

Deteksi Risiko Oleh


Nakes
Masyarakat

Penanganan Komplikasi
Obstetri
Neonatal

Jumlah

Jumlah

Ibu Hamil

Ibu Bersalin

Abs

Abs

Abs

Abs

Abs

Abs

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Nanggroe Aceh Darussalam

109,652

105,209

9,458

8.63

1,542

1.41

Sumatera Utara

347,683

323,789

27,085

7.79

6,825

1.96

Sumatera Barat

106,556

100,860

14,779

13.87

4,634

4.35

1,930

1.81

465

0.44

1,127

1.12

524

0.52

Riau

129,160

120,176

15,797

12.23

2,709

2.10

1,810

1.40

218

0.17

3,265

2.72

1,870

1.56

Jambi

94

0.13

1,063

1.64

0.01

Sumatera Selatan

1,748

0.50

1,130

70,417

64,910

7,747

11.00

999

1.42

625

0.89

151,982

145,858

17,677

11.63

6,262

4.12

1,051

0.69

Bengkulu

47,360

45,208

7,779

16.43

1,125

2.38

1,089

2.30

850

Lampung

171,515

163,719

13,587

7.92

2,065

1.20

3,597

2.10

Kepulauan Bangka Belitung

27,219

25,977

1,241

4.56

1,478

5.43

434

1.59

10

Kepulauan Riau

40,089

34,574

11

DKI Jakarta

227,316

213,341

17,122

7.53

3,433

1.51

12

Jawa Barat

981,342

943,687

25,262

2.57

10,773

1.10

16,189

1.65

31

13

Jawa Tengah

654,664

475,826

14

DI Yogyakarta

51,736

49,678

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18
19
20

Kalimantan Barat

86,258

21

Kalimantan Tengah

53,827

22

Kalimantan Selatan

81,680

23

Kalimantan Timur

71,684

24

Sulawesi Utara

47,724

698,177

641,054

4,493
107,817

0.33

1,750

0.54

1,076

0.33

1.79

313

0.18

141

0.52

716

2.76

270

1.04

31

0.08

13,261

1.41

102

0.01

82,636

12.62

41,745

6.38

8.68

1,275

2.46

430

0.83

2,639

5.31

320

0.64
-

15.44

40,005

5.73

19,080

2.73

2,027

0.29

258,694

247,676

10,822

4.18

8,644

3.34

4,271

1.65

401

0.16

68,472

65,403

8,425

12.30

516

0.75

764

1.12

131

0.19

1,442

2.20

131

0.20

Nusa Tenggara Barat

111,186

105,714

16,284

14.65

8,011

7.21

Nusa Tenggara Timur

120,975

106,974

13,949

11.53

9,258

7.65

1,298

80,317

8,968

10.40

2,057

2.38

50,102

4,885

9.08

94

0.17

76,329

8,826

10.81

3,840

4.70

68,056

11,435

15.95

1,235

1.72

108

0.15

44,866

7,211

15.11

1,007

2.11

1,616

3.39

1.07

225

3,046

3.53

647

0.75

321

0.60

79

0.15

44

0.06

0.19

2.67

556

0.52

3,205

3.99

1,349

1.68

1,101

2.20

331

0.66
-

2,851

748

1.67

469

1.05

25

Sulawesi Tengah

58,847

56,109

6,895

11.72

1,982

3.37

846

1.44

289

0.49

998

1.78

1,219

2.17

26

Sulawesi Selatan

186,293

177,005

21,469

11.52

9,986

5.36

5,561

2.99

583

0.31

7,210

4.07

10,036

5.67

27

Sulawesi Tenggara

45,128

41,667

5,965

13.22

4,973

11.02

818

1.81

101

0.22

711

1.71

89

0.21

28

Gorontalo

24,430

23,320

3,611

14.78

521

2.13

296

1.21

10

0.04

756

3.24

10

0.04

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

22,645

32

0.14

345

1.38

129

0.52

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

25,028

922

4.07

22,582

21,678

1,496

6.62

158

0.70

48,694

46,480

468

0.96

5,123,987

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

4,690,590

401,007

7.83

134,164

2.62

150,877

2.94

98

0.20

50,083

0.98

1,496

6.90

113

0.52

1,577

3.39

479

1.03

46,261

0.99

19,082

0.41

Lampiran 4.3
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005
No

Provinsi

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

46.12
43.78
46.36
47.91
57.77
59.69
65.41
62.82
60.72
47.58
54.13
63.02
58.94
58.89
61.54
59.64
64.35
58.45
37.51
58.63
64.25
64.85
54.19
65.78
55.93
43.13
43.89
56.22

38.57
41.49
48.12
50.81
64.93
59.30
66.76
66.82
65.84
57.34
62.73
62.95
66.36
58.47
57.29
72.38
54.13
33.08
62.23
68.24
64.85
54.90
72.66
54.74
41.36
48.30
61.22
-

38.07
43.51
44.61

24.17
44.84
28.56

58.16

40.35
42.51
47.59
49.80
62.94
59.42
66.39
65.97
63.72
49.51
54.13
62.88
61.32
62.15
59.72
58.61
68.20
55.71
33.80
61.29
67.08
64.85
54.52
70.01
54.97
41.88
47.40
59.91
28.08
44.49
32.80
-

57.67

57.89

Lampiran 4.4
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(2)

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

60.80
59.01
65.14
66.41
71.97
74.34
82.32
78.05
76.38
60.80
72.25
79.79
76.91
74.44
75.94
76.94
79.24
78.18
52.86
72.83
79.30
80.90
70.28
83.50
71.49
59.25
61.45
74.41
-

54.80
54.92
64.92
63.61
77.53
71.49
78.96
81.60
77.66
69.15
82.11
80.60
81.59
73.89
75.23
84.78
75.52
49.67
76.24
80.67
79.52
69.01
87.40
70.52
55.43
66.30
74.50
-

54.81
57.45
64.04
-

33.89
57.40
36.13

74.61

56.22
56.76
64.99
64.58
75.99
72.43
79.88
80.85
77.13
62.46
72.25
80.91
79.11
77.56
74.72
76.19
81.89
76.49
50.19
75.34
80.27
80.03
69.69
85.90
70.72
56.54
65.31
74.48
39.78
57.41
43.50
-

73.61

74.05

Lampiran 4.5
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
Alat/cara KB yang dipakai
No
(1)

Provinsi

MOW/
Tubektomi

MOP/
Vasektomi

AKDR/IUD

Suntikan

Susuk KB

Pil

Kondom

Lainnya

Alat/Cara
Tradisional

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah

0.74
5.95
1.66
1.14
0.98
1.78
1.96
1.17
1.41
1.46
1.54
1.74
4.81

0.29
1.36
1.85
0.88
0.35
1.04
0.45
0.60
0.62
1.26
0.99
0.90
1.29

2.36
5.77
10.71
4.90
3.95
2.55
3.96
6.38
2.61
8.41
12.02
8.62
8.66

61.38
44.66
61.72
55.28
55.41
63.64
60.55
62.24
52.85
45.44
57.57
59.96
63.54

0.10
4.13
5.92
3.14
5.67
10.27
7.47
6.74
3.36
2.11
2.16
2.10
6.82

30.82
34.62
16.55
32.35
32.32
19.70
23.92
21.62
37.12
38.17
23.35
25.98
13.49

0.77
1.20
0.50
0.81
0.52
0.38
0.56
0.49
0.81
1.98
1.06
0.22
0.59

0.08
0.19
0.09
0.22
0.11
0.14
0.11
0.11
0.18
0.16
0.14
1.10
0.12

2.63
2.10
1.00
1.28
0.69
0.80
1.02
0.64
1.04
1.02
1.17
0.38
0.69

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

14
15
16
17
18

DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat

4.89
4.11
1.24
4.36
1.79

1.06
1.62
0.94
0.79
0.44

27.24
11.66
6.64
41.65
9.39

44.28
54.76
69.14
39.61
63.39

5.88
5.13
2.94
1.27
10.41

11.34
21.49
18.18
10.59
13.74

1.63
0.36
0.51
0.66
0.16

0.40
0.07
0.30
0.14

3.28
0.79
0.41
1.77
0.54

100
100
100
100
100

19
20
21
22
23

Nusa Tenggara Timur


Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur

1.64
0.92
0.37
1.22
1.84

1.34
1.00
0.61
0.35
0.60

9.08
2.49
1.91
1.78
8.34

63.80
59.01
43.68
43.34
43.79

4.32
2.19
3.90
2.30
2.45

15.15
33.40
47.53
50.02
41.15

0.18
0.38
0.66
0.49
0.60

0.19
0.09
0.12
0.10
0.16

4.32
0.53
1.22
0.39
1.07

100
100
100
100
100

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

1.87
1.00
0.99
1.19
0.99
1.63
1.79
1.73
2.79

0.95
0.85
0.90
0.76
0.59
0.60
0.83
2.12
1.10

10.73
6.71
2.70
3.50
10.73
3.29
1.81
2.91
9.06

46.90
49.02
53.54
45.11
36.48
57.82
58.54
34.29
57.27

10.49
4.17
4.17
9.39
16.35
10.47
8.43
2.55
4.73

27.79
36.34
35.18
36.79
33.78
22.53
26.62
17.06
23.36

0.44
0.34
0.43
0.19
0.28
0.09
2.11
0.50

0.01
0.10
0.13
0.19
0.14
0.23
0.16
0.11

0.82
1.47
2.16
2.88
0.66
3.43
1.72
37.23
1.07

100
100
100
100
100
100
100
100
100

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Lampiran 4.5.a
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

MOW/
MOP/
AKDR/IUD
Tubektomi Vasektomi
(3)

1.35
6.49
2.46
1.68
1.52
2.45
3.42
2.36
2.10
1.78
1.54
1.89
5.73
5.40
4.94
1.71
4.12
1.69
3.30
1.64
0.51
1.54
1.89
2.98
1.41
1.45
1.92
1.67

Suntikan

Susuk KB

Pil

Kondom

Lainnya

Alat/Cara
Tradisional

Jumlah

(9)

(10)

(11)

(12)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

0.16
1.15
4.33
0.53
0.09
0.99
0.42
0.35
1.35
1.16
0.99
0.90
1.11
1.36
2.09
1.04
0.65
0.82
11.99
1.06
0.89
0.43
0.51
0.17
0.58
0.94
0.90
0.95

6.20
7.34
20.07
9.99
5.62
3.89
6.61
9.74
6.41
10.45
12.02
12.88
10.47
30.42
11.90
10.52
41.04
14.07
18.96
6.04
1.67
3.63
12.74
11.24
9.71
6.15
5.76
19.79

55.64
43.46
54.74
56.78
52.31
63.78
60.90
57.05
47.87
44.90
57.57
56.47
62.48
37.14
52.30
62.35
37.84
62.02
45.28
56.34
46.25
48.44
42.97
44.31
45.50
55.70
36.87
29.56

0.45
2.13
2.86
3.30
4.19
5.61
3.08
6.39
2.72
2.04
2.16
1.74
4.47
3.84
3.15
1.02
1.44
8.89
1.81
1.28
2.19
0.86
1.59
6.68
4.95
2.21
7.33
10.81

32.01
34.68
13.05
24.02
33.67
20.60
21.40
21.70
37.14
35.70
23.35
24.97
13.47
13.53
23.91
21.83
12.68
11.61
20.18
31.59
46.60
43.41
37.92
32.90
36.08
31.11
43.16
37.23

3.38
0.63
1.81

0.60
1.03
3.10

6.04
2.00
5.21

3.26

1.19

12.00

53.09
61.67
49.78

7.31
7.94
3.42

55.08

2.92
`

25.55
26.42
30.37
-

23.44

1.62
1.50
1.09
1.51
1.28
0.80
1.31
1.19
0.67
2.27
1.06
0.38
1.10
2.88
0.71
0.88
0.93
0.33
0.25
0.93
0.73
0.68
1.04
1.04
0.48
0.74
0.79
0.00

0.17
0.31
0.07
0.39
0.20
0.06
0.07
0.30
0.36
0.17
0.14
0.16
0.16
0.50
0.12
0.00
0.19
0.14
0.25
0.09
0.27
0.22
0.15
0.02
0.00
0.18
0.24
0.00

2.41
2.94
1.32
1.79
1.10
1.82
2.78
0.93
1.37
1.23
1.17
0.60
1.00
4.94
0.88
0.66
1.11
0.43
7.98
1.04
0.89
0.78
1.19
0.49
1.30
1.51
3.03
0.00

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

0.00
0.00
4.31

0.00
0.16
0.00

4.03
0.16
2.00

100
100
100

0.86

0.15

1.11

100

Lampiran 4.5.b
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perdesaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No

Provinsi

MOP/
MOW/
AKDR/IUD
Tubektomi Vasektomi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0.51
0.33
0.94
2 Sumatera Utara
5.54
1.54
4.42
3 Sumatera Barat
1.32
0.81
6.81
4 Riau
0.87
1.06
2.34
5 Jambi
0.79
0.44
3.38
6 Sumatera Selatan
1.45
1.06
1.89
7 Bengkulu
1.43
0.47
2.99
8 Lampung
0.87
0.67
5.53
9 Kepulauan Bangka Belitung
0.96
0.14
0.13
10 Kepulauan Riau
0.41
0.58
1.55
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
1.58
0.91
3.98
13 Jawa Tengah
4.22
1.40
7.50
14 DI Yogyakarta
4.30
0.71
23.60
15 Jawa Timur
3.52
1.29
11.49
16 Banten
0.62
0.82
1.52
17 Bali
4.60
0.94
42.23
18 Nusa Tenggara Barat
1.85
0.20
6.46
19 Nusa Tenggara Timur
1.27
1.19
6.88
20 Kalimantan Barat
0.68
0.98
1.30
21 Kalimantan Tengah
0.31
0.51
2.01
22 Kalimantan Selatan
1.03
0.31
0.70
23 Kalimantan Timur
1.78
0.70
3.36
24 Sulawesi Utara
1.24
1.39
10.44
25 Sulawesi Tengah
0.89
0.92
5.96
26 Sulawesi Selatan
0.80
0.88
1.23
27 Sulawesi Tenggara
1.02
0.72
2.97
28 Gorontalo
0.77
0.47
7.78
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
0.55
0.60
1.59
31 Maluku Utara
2.18
0.76
1.75
32 Papua
1.68
1.58
1.62
33 Irian Jaya Barat
Indonesia
2.43
1.04
6.80
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005

Suntikan

Susuk KB

(6)
63.50
45.69
64.63
54.53
56.47
63.12
60.42
63.55
56.10
47.22
63.75
64.22
52.45
56.52
78.11
41.32
64.26
67.90
59.90
42.69
40.33
44.71
48.37
49.91
52.33
47.03
38.74
60.74
57.48
25.60
58.96

(7)
1.14
5.58
7.19
3.05
6.18
12.57
9.07
6.83
3.77
2.33
2.48
8.32
8.22
6.55
5.47
1.10
11.37
4.88
2.49
4.56
3.14
3.42
12.55
3.97
5.01
9.87
18.16
12.42
8.59
2.07
6.14
`

Pil
(8)
30.38
34.56
18.02
36.52
31.86
19.26
24.83
21.60
37.11
46.45
27.08
13.50
8.84
19.76
13.37
8.58
15.07
14.03
34.00
47.88
53.93
44.80
24.89
36.40
36.91
35.30
32.66
20.67
26.69
9.60
23.30

Kondom

Lainnya

(9)
0.45
0.94
0.25
0.46
0.26
0.17
0.29
0.32
0.90
0.99
0.06
0.26
0.21
0.10
0.02
0.39
0.06
0.16
0.20
0.63
0.38
0.09
0.10
0.30
0.29
0.05
0.37
0.00
0.13
0.87
0.22

(10)
0.04
0.08
0.10
0.14
0.08
0.18
0.13
0.07
0.06
0.14
0.03
0.10
0.29
0.04
0.00
0.41
0.14
0.17
0.09
0.07
0.04
0.19
0.00
0.13
0.11
0.18
0.19
0.37
0.17
0.00
0.08

Alat/Cara
Tradisional
(11)
2.71
1.38
0.86
1.03
0.54
0.30
0.38
0.56
0.83
0.32
0.14
0.49
1.38
0.73
0.08
0.44
0.60
3.51
0.35
1.35
0.16
0.94
1.01
1.51
2.44
2.84
0.87
3.06
2.26
56.99
1.03

Jumlah
(12)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Lampiran 4.6
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

1 Nanggroe Aceh Darussalam


2 Sumatera Utara

IUD

MOW

MOP

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Metoda
Kondom
(9)

Kon trasepsi
%
Implant
(10)

(11)

Suntikan

Pil

Jumlah

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

708

0.85

164

0.20

11

0.01

3,700

4.45

1,217

1.47

38,043

45.80

39,226

47.22

83,069

6,859

3.54

4,829

2.49

309

0.16

15,158

7.82

7,148

3.69

80,034

41.28

79,567

41.03

193,904

3 Sumatera Barat

4,336

4.74

734

0.80

0.00

1,636

1.79

9,791

10.69

55,127

60.20

19,945

21.78

91,570

4 Riau

1,842

1.58

288

0.25

28

0.02

4,016

3.44

4,831

4.14

61,189

52.39

44,604

38.19

116,798

5 Jambi

1,169

1.46

52

0.06

13

0.02

865

1.08

6,727

8.38

42,277

52.70

29,125

36.30

80,228

6 Sumatera Selatan

2,084

1.11

1,147

0.61

45

0.02

6,296

3.34

13,221

7.02

95,966

50.93

69,670

36.97

188,429

7 Bengkulu

1,578

3.11

240

0.47

0.02

1,026

2.02

2,797

5.51

27,362

53.93

17,721

34.93

50,733

8 Lampung

4,944

2.55

477

0.25

160

0.08

4,536

2.34

20,485

10.55

92,341

47.55

71,271

36.70

194,214

344

1.29

257

0.96

553

2.07

2,294

8.61

14,537

54.55

8,666

32.52

26,651

22,807

9.30

1,526

0.62

924

0.38

4,419

1.80

6,239

2.54

129,748

52.89

79,669

32.47

245,332

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat

70,854

9.46

6,588

0.88

945

0.13

5,241

0.70

39,092

5.22

411,393

54.90

215,266

28.73

749,379

13 Jawa Tengah

14,108

2.75

10,639

2.07

1,436

0.28

17,130

3.34

26,750

5.21

327,618

63.86

115,314

22.48

512,995

7,099

17.08

1,571

3.78

120

0.29

1,555

3.74

2,945

7.08

23,174

55.74

5,111

12.29

41,575

41,205

5.76

9,736

1.36

959

0.13

7,295

1.02

30,776

4.30

467,371

65.37

157,672

22.05

715,014
128,899

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat

5,215

4.05

699

0.54

96

0.07

953

0.74

10,527

8.17

70,439

54.65

40,970

31.78

10,748

21.13

892

1.75

16

0.03

1,043

2.05

798

1.57

29,852

58.70

7,507

14.76

50,856

6,216

5.61

651

0.59

77

0.07

420

0.38

6,697

6.05

73,542

66.43

23,102

20.87

110,705

19 Nusa Tenggara Timur

2,573

4.15

782

1.26

127

0.20

702

1.13

3,224

5.20

42,671

68.81

11,930

19.24

62,009

20 Kalimantan Barat

1,348

1.97

529

0.77

22

0.03

999

1.46

1,696

2.48

34,447

50.28

29,472

43.02

68,513

21 Kalimantan Tengah

351

0.66

99

0.19

19

0.04

790

1.48

3,919

7.33

25,470

47.65

22,808

42.67

53,456

22 Kalimantan Selatan

939

1.18

548

0.69

35

0.04

1,199

1.51

4,222

5.32

40,706

51.29

31,712

39.96

79,361

23 Kalimantan Timur

2,116

3.81

394

0.71

32

0.06

1,244

2.24

2,019

3.64

28,921

52.13

20,754

37.41

55,480

24 Sulawesi Utara

1,681

4.85

515

1.48

13

0.04

1,727

4.98

3,014

8.69

18,585

53.58

9,149

26.38

34,684

25 Sulawesi Tengah

810

1.61

209

0.42

26

0.05

598

1.19

2,120

4.21

24,632

48.96

21,917

43.56

50,312

26 Sulawesi Selatan

2,490

1.87

560

0.42

39

0.03

3,337

2.50

8,137

6.11

79,452

59.63

39,220

29.44

133,235

27 Sulawesi Tenggara

405

0.93

599

1.38

0.01

1,216

2.81

3,806

8.78

19,035

43.92

18,270

42.16

43,337

1,200

4.86

117

0.47

180

0.73

2,534

10.25

13,495

54.60

7,190

29.09

24,716

30 Maluku

658

2.82

190

0.81

10

0.04

630

2.70

1,004

4.31

13,131

56.32

7,693

32.99

23,316

31 Maluku Utara

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

128

0.95

36

0.27

219

1.62

881

6.52

7,583

56.09

4,673

34.56

13,520

32 Papua

46

0.98

76

1.62

97

2.07

395

8.42

3,011

64.20

1,065

22.71

4,690

33 Irian Jaya Barat

32

1.09

0.07

101

3.43

20

0.68

1,708

58.02

1,081

36.72

2,944

Indonesia

216,893

5.13

45,144

1.07

5,480

0.13

88,881

2.10

229,326

5.42

2,392,860

56.57

1,251,340

29.58

4,229,924

Sumber: BKKBN

Lampiran 4.7
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2005
Klinik KB
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BKKBN

Pemerintah
Peserta
%
(3)

(4)

57,592
147,878
59,219
57,964
52,174
121,282
35,174
112,836
18,972

(5)

69.33
76.26
64.67
49.63
65.03
64.36
69.33
58.10
71.19
-

100,834
401,728
255,769
18,492
381,743
96,669
19,109
94,155
59,916
43,651
33,195
49,244
32,884
18,750
43,417
113,175
40,163
17,953

5,525
22,724
2,350
1,880
242
11,401
951
4,964
900
-

41.10
53.61
49.86
44.48
53.39
75.00
37.57
85.05
96.62
63.71
62.10
62.05
59.27
54.06
86.30
84.94
92.68
72.64
-

20,876
11,907
4,073
2,813
2,523,607

Swasta
Peserta

Jumlah

Peserta

Peserta

Peserta

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

2,982
2,818
1,502
2,354
2,381
4,474
2,147
5,028
424
-

7.98
9.69
4.31
11.86
2.53
5.38
1.40
2.44
0.44
4.58
13.33
2.34
8.66
13.78
6.31
2.39
2.79
10.11
-

384
158
60
26
231,270

Bidan Praktek Swasta

(6)

6.65
11.72
2.57
1.61
0.30
6.05
1.87
2.56
3.38

19,566
72,599
22,132
4,931
18,084
6,938
710
2,703
273
3,137
7,125
1,854
4,807
4,780
3,174
3,181
1,211
2,500
-

89.54
88.07
86.84
95.55
59.66

Dokter Praktek Swasta

29,167
20,325
19,234
643
13,173
4,001
1,528
1,162
268
1,274
1,085
685
3,555
2,676
736
1,358
378
396

1.65
1.17
1.28
0.88
5.47

3.59
1.45
1.64
2.02
2.97
2.37
4.23
2.59
1.59
11.89
2.71
3.75
1.55
1.84
3.10
3.00
1.05
0.43
1.86
2.03
0.86
6.41
7.72
1.46
1.02
0.87
1.60
-

41
28
16
6
125,845

16,970
20,484
28,499
54,600
25,431
51,272
12,461
71,386
6,355
95,765
254,727
215,860
17,509
302,014
21,291
29,509
12,685
1,552
20,451
12,051
27,578
14,234
8,478
2,985
15,521
1,585
3,867
-

0.18
0.21
0.34
0.20
2.98

20.43
10.56
31.12
46.75
31.70
27.21
24.56
36.76
23.85
39.03
33.99
42.08
42.11
42.24
16.52
58.02
11.46
2.50
29.85
22.54
34.75
25.66
24.44
5.93
11.65
3.66
15.65
-

2,015
1,427
541
99
1,349,202

83,069
193,904
91,570
116,798
80,228
188,429
50,733
194,214
26,651
245,332
749,379
512,995
41,575
715,014
128,899
50,856
110,705
62,009
68,513
53,456
79,361
55,480
34,684
50,312
133,235
43,337
24,716
-

8.64
10.55
11.54
3.36
31.90

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
-

23,316
13,520
4,690
2,944
4,229,924

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Lampiran 4.8
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2004 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Desa

Tahun 2004
Desa UCI

Jumlah Desa

Tahun 2005
Desa UCI

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam

6,180

1,476

23.88

6,180

3,090

50.00

Sumatera Utara

5,464

4,397

80.47

5,464

4,317

79.01

Sumatera Barat

2,567

1,922

74.87

2,567

1,951

76.00

Riau

1,625

1,325

81.54

998

808

80.96

Jambi

1,186

986

83.14

1,186

1,055

88.95

Sumatera Selatan

2,681

2,181

81.35

2,681

2,254

84.07

Bengkulu

1,261

890

70.58

1,261

901

71.45

Lampung

2,161

1,988

91.99

2,161

1,945

90.00

Kepulauan Bangka Belitung

317

242

76.34

317

250

78.86

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

278

220

79.14

278

192

69.06

12

Jawa Barat

5,798

4,269

73.63

5,798

4,638

79.99

13

Jawa Tengah

8,052

7,107

88.26

8,052

7,166

89.00

14

DI Yogyakarta

438

438

100.00

438

434

99.09

15

Jawa Timur

8,441

4,928

58.38

8,441

6,668

79.00

16

Banten

1,543

1,153

74.72

1,543

1,219

79.00

17

Bali

695

691

99.42

695

695

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

778

703

90.36

778

681

87.53

19

Nusa Tenggara Timur

2,591

2,000

77.19

2,591

2,047

79.00

20

Kalimantan Barat

1,452

885

60.95

1,452

944

65.01

21

Kalimantan Tengah

1,324

708

53.47

1,324

781

58.99

22

Kalimantan Selatan

1,955

1,297

66.34

1,955

1,299

66.45

23

Kalimantan Timur

1,334

960

71.96

1,334

960

71.96

24

Sulawesi Utara

1,214

841

69.28

1,214

983

80.97

25

Sulawesi Tengah

1,447

1,044

72.15

1,447

998

68.97

26

Sulawesi Selatan

3,222

2,370

73.56

2,100

1,638

78.00

27

Sulawesi Tenggara

1,554

1,215

78.19

1,554

1,350

86.87

28

Gorontalo

447

249

55.70

447

224

50.11

29

Sulawesi Barat

860

654

76.05

30

Maluku

878

729

83.03

31

Maluku Utara

720

195

27.08

720

381

52.92

32

Papua

36.97

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

1,017

376

1,017

356

35.00

67,742

47,036

69.43

67,731

51,628

76.23

Lampiran 4.9
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No.

Provinsi

(1)

(2)

Sasaran
(3)

BCG
Jumlah

(4)

(5)

DPT1
Jumlah
%
(6)

(7)

DPT2
Jumlah
%
(8)

(9)

DPT3
Jumlah
%
(10)

(11)

Polio1
Jumlah
%
(12)

Imunisasi Bayi
POLIO2
Jumlah
%

(13)

(14)

Polio3

(15)

Polio4

Campak
Jumlah
%

Jumlah

Jumlah

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

DO

(21)

(22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

109,128

85,846

78.7

87,978

80.6

83,740

76.7

80,213

73.5

87,632

80.3

112,921

103.5

76,606

70.2

65,123

59.7

81,171

74.4

7.74

2 Sumatera Utara

320,587

289,292

90.2

271,424

84.7

261,346

81.5

248,176

77.4

291,141

90.8

276,547

86.3

266,767

83.2

263,539

82.2

275,872

86.1

0.00

3 Sumatera Barat

96,520

96,053

99.5

93,463

96.8

87,692

90.9

84,566

87.6

99,106

102.7

94,513

97.9

92,552

95.9

88,317

91.5

86,040

89.1

7.94

147,831

133,109

90.0

138,853

93.9

132,307

89.5

127,020

85.9

137,426

93.0

134,336

90.9

131,709

89.1

129,262

87.4

136,165

92.1

1.94

4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan

64,964

63,869

98.3

64,531

99.3

61,925

95.3

61,301

94.4

64,907

99.9

62,699

96.5

61,846

95.2

62,061

95.5

61,409

94.5

4.84

166,556

152,732

91.7

154,703

92.9

145,116

87.1

145,163

87.2

155,251

93.2

150,511

90.4

145,336

87.3

145,404

87.3

145,003

87.1

6.27

7 Bengkulu

39,545

37,461

94.7

36,333

91.9

35,170

88.9

33,530

84.8

38,420

97.2

36,763

93.0

36,990

93.5

38,632

97.7

34,380

86.9

5.38

8 Lampung

171,587

145,426

84.8

140,995

82.2

137,505

80.1

135,147

78.8

151,287

88.2

145,628

84.9

143,056

83.4

142,132

82.8

144,546

84.2

0.00

9 Kepulauan Bangka Belitung

24,207

23,378

96.6

23,728

98.0

10 Kepulauan Riau

53,270

51,637

96.9

50,689

95.2

89.7

23,819

98.4

95.0

22,362

92.4

22,066

91.2

22,179

91.6

6.53

45,835

22796

86.0

94.2

44,405

21705

83.4

52,189

98.0

48,332

22995

90.7

46,243

86.8

45,345

85.1

45,389

85.2

10.46
6.41

11 DKI Jakarta

191,306

218,505

114.2

221,021

115.5

209,282

109.4

206,514

107.9

203,943

106.6

195,353

102.1

189,999

99.3

179,264

93.7

206,852

108.1

12 Jawa Barat

880,482

681,359

77.4

698,644

79.3

655,624

74.5

643,150

73.0

481,499

54.7

450,321

51.1

437,861

49.7

421,717

47.9

746,063

84.7

0.00

13 Jawa Tengah

605,672

514,133

84.9

511,042

84.4

498,824

82.4

500,448

82.6

517,217

85.4

498,435

82.3

491,806

81.2

490,402

81.0

511,001

84.4

0.01

14 DI Yogyakarta

50,307

48,755

96.9

51,087

101.6

12,940

25.7

15,103

30.0

39,219

78.0

35,230

70.0

34,143

67.9

35,024

69.6

46,607

92.6

0.00

15 Jawa Timur

638,265

606,315

95.0

586,335

91.9

372,555

58.4

400,146

62.7

644,689

101.0

596,456

93.4

581,797

91.2

583,165

91.4

576,277

90.3

0.00

16 Banten

236,590

216,250

91.4

206,418

87.2

198818

84.0

202649

85.7

178,797

75.6

171199

72.4

167,186

70.7

165,381

69.9

208,224

88.0

0.00

62,290

63,346

101.7

61,630

98.9

59,188

95.0

58,907

94.6

63,208

101.5

62,755

100.7

60,904

97.8

61,003

97.9

61,533

98.8

0.16
3.75

17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat

106,771

103,685

97.1

100,947

94.5

96,196

90.1

96,150

90.1

103,783

97.2

104,011

97.4

98,977

92.7

100,273

93.9

97,162

91.0

19 Nusa Tenggara Timur

123,358

114,950

93.2

112,614

91.3

106,975

86.7

101,577

82.3

110,792

89.8

106,720

86.5

103,115

83.6

102,045

82.7

113,476

92.0

0.00

20 Kalimantan Barat

97,648

94,490

96.8

93,152

95.4

87,522

89.6

85,449

87.5

95,724

98.0

91,422

93.6

88,193

90.3

108,072

110.7

88,786

90.9

4.69

21 Kalimantan Tengah

47,798

43,954

92.0

42,627

89.2

40,529

84.8

39,647

82.9

44,819

93.8

42,403

88.7

40,931

85.6

40,605

85.0

40,193

84.1

5.71

22 Kalimantan Selatan

72,844

70,814

97.2

68,411

93.9

63,899

87.7

63,724

87.5

69,537

95.5

66,575

91.4

63,843

87.6

63,254

86.8

63,724

87.5

6.85

23 Kalimantan Timur

70,058

68,012

97.1

65,423

93.4

61,929

88.4

61,608

87.9

69,286

98.9

66,791

95.3

64,455

92.0

62,245

88.8

61,086

87.2

6.63

24 Sulawesi Utara

44,912

34,560

77.0

41,259

91.9

39,801

88.6

39,153

87.2

41,406

92.2

40,731

90.7

40,012

89.1

40,334

89.8

39,134

87.1

5.15

25 Sulawesi Tengah

56,131

45,122

80.4

44,452

79.2

41,080

73.2

40,198

71.6

45,920

81.8

43,443

77.4

41,711

74.3

41,144

73.3

41,053

73.1

7.65

26 Sulawesi Selatan

171,624

126,404

73.7

136,770

79.7

129,736

75.6

123,996

72.2

145,514

84.8

137,292

80.0

131,799

76.8

131,382

76.6

126,322

73.6

7.64

27 Sulawesi Tenggara

53,270

51,637

96.9

50,689

95.2

45,835

86.0

44,405

83.4

52,189

98.0

48,332

90.7

46,243

86.8

45,345

85.1

45,389

85.2

10.46

28 Gorontalo

22,282

20,226

90.8

21,870

98.2

13,338

59.9

12,886

57.8

21,404

96.1

13,819

62.0

19,074

85.6

18,520

83.1

19,279

86.5

11.85

29 Sulawesi Barat

22,216

14,077

63.4

16,448

74.0

12,467

56.1

12,342

55.6

14,288

64.3

13,021

58.6

12,458

56.1

12,303

55.4

12,781

57.5

22.29

30 Maluku

42,343

37,211

87.9

36,178

85.4

30,747

72.6

29,585

69.9

35,683

84.3

31,460

74.3

34,716

82.0

34,564

81.6

34,482

81.4

4.69

31 Maluku Utara

20,954

18,483

88.2

18,645

89.0

17,499

83.5

16,285

77.7

19,936

95.1

17,884

85.3

16,742

79.9

15,727

75.1

15,967

76.2

14.36

32 Papua

55,526

35,061

63.1

35,407

63.8

30,693

55.3

29,386

52.9

38,981

70.2

34,642

62.4

32,263

58.1

31,561

56.8

32,981

59.4

6.85

86.7

1.48

33 Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

4,866,842

4,306,152

88.5

4,283,766

88.0

3,838,909

78.9

3,804,534

78.2

4,139,012

85.0

3,953,540

81.2

3,821,695

78.5

3,785,211

77.8

4,220,526

Lampiran 4.10

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Sasaran

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

109,128
320,587
96,520
147,831
64,964
166,556
39,545
171,587
24,207
53,270
191,306
880,482
605,672
50,307
638,265
236,590
62,290
106,771
123,358
97,648
47,798
72,844
70,058
44,912
56,131
171,624
53,270
22,282
22,216
42,343
20,954
55,526
4,866,842

HB1 (<7hr)
Jumlah
%
(4)

13,686
115,106
38,457
50,905
28,666
57,297
23,755
48,397
4,852
17,157
73,139
345,363
377,083
35,225
377,012
50,997
40,116
83,070
30,975
10,961
7,262
15,221
18,919
19,500
7,340
55,327
17,157
7,897
4,390
18,667
1,881
4,575
2,000,355

(5)

HB1 (>7hr)
Jumlah
%
(6)

12.5
35.9
39.8
34.4
44.1
34.4
60.1
28.2
20.0
32.2
38.2
39.2
62.3
70.0
59.1
21.6
64.4
77.8
25.1
11.2
15.2
20.9
27.0
43.4
13.1
32.2
32.2
35.4
19.8
44.1
9.0
8.2
41.1

63,972
155,039
65,108
94,442
32,536
114,645
37,449
82,252
21,809
32,567
159,248
447,904
185,643
12,492
209,201
138,591
25,829
15,628
77,689
79,240
37,120
55,777
39,918
26,535
31,720
94,388
32,567
15,507
10,446
5,313
14,580
15,215
2,430,370

(7)

Status Imunisasi
HB1 (total)
Jumlah
%
(8)

58.6
48.4
67.5
63.9
50.1
68.8
94.7
47.9
90.1
61.1
83.2
50.9
30.7
24.8
32.8
58.6
41.5
14.6
63.0
81.1
77.7
76.6
57.0
59.1
56.5
55.0
61.1
69.6
47.0
12.5
69.6
27.4
49.9

77,658
270,145
103,565
145,347
61,202
171,942
61,204
130,649
26,661
49,724
232,387
793,267
562,726
47,717
586,213
189,588
65,945
98,698
108,664
90,201
44,382
70,998
58,837
46,035
39,060
149,715
49,724
23,404
14,836
23,980
16,461
19,790
4,430,725

(9)

71.2
84.3
107.3
98.3
94.2
103.2
154.8
76.1
110.1
93.3
121.5
90.1
92.9
94.9
91.8
80.1
105.9
92.4
88.1
92.4
92.9
97.5
84.0
102.5
69.6
87.2
93.3
105.0
66.8
56.6
78.6
35.6
91.0

HEP. B2
Jumlah
%
(10)

109,198
235,489
88,337
105,258
57,997
139,886
26,670
123,907
21,653
43,023
181,877
650,599
440,601
13,102
352,453
176,878
59,366
103,071
72,173
37,936
60,127
63,079
36,823
35,008
111,556
43,023
16,923
7,566
22,329
13,300
28,911
3,478,119

(11)

100.1
73.5
91.5
71.2
89.3
84.0
67.4
72.2
89.4
80.8
95.1
73.9
72.7
26.0
55.2
74.8
95.3
83.6
73.9
79.4
82.5
90.0
82.0
62.4
65.0
80.8
75.9
34.1
52.7
63.5
52.1
71.5

HEP. B3
Jumlah
%
(12)

62,324
228,388
83,508
100,062
56,829
133,585
25,954
121,399
21,653
41,072
129,188
632,231
430,611
17,503
365,425
170,774
60,388
99,932
74,550
36,934
57,016
58,275
34,448
34,161
107,588
41,072
18,120
11,212
21,695
11,703
26,654
3,314,254

(13)

57.1
71.2
86.5
67.7
87.5
80.2
65.6
70.8
89.4
77.1
67.5
71.8
71.1
34.8
57.3
72.2
96.9
81.0
76.3
77.3
78.3
83.2
76.7
60.9
62.7
77.1
81.3
50.5
51.2
55.9
48.0
68.1

Lampiran 4.11

DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 1998 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

Tahun
1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

4.3
4.6
8.7
10.1
3.1
16.1
8.4
5.1
13.6
7.6
8.5
4.5
5.9
5.1
5.3
16.6
9.9
7.5
7.8
9.4
2.9
10.2
2.5
9.1
1.7
21.8
7.8

13.2
5.5
12.0
10.7
7.4
10.5
11.7
9.5
11.1
6.7
8.4
8.3
9.8
8.7
7.7
23.7
8.9
10.5
10.1
8.3
7.2
12.3
11.7
9.7
3.2
18.1
9.1

16.8
5.8
9.4
4.2
5.9
8.3
7.4
1.1
10.4
5.5
7.0
1.5
7.9
8.9
1.3
13.8
9.6
8.3
8.1
11.2
12.4
7.0
10.9
12.1
9,9
16.9
7.4

15.6
6.6
9.2
8.6
5.7
9.0
3.9
5.0
6.0
0.6
6.3
6.7
5.3
30.3
4.7
14.2
2.9
4.9
12.5
7.5
6.2
10.1
5.4
8.9
9.6
8.2
7.8
2.1
15.6
19.3
10.1

7.7
6.6
6.8
7.4
6.2
8.7
5.7
7.5
3.9
7.3
5.3
3.0
5.7
3.3
4.6
8.1
3.8
9.3
6.4
2.6
9.8
10.3
8.4
9.0
5.6
4.3
9.7
2.9
18.5
8.7
5.8

14.3
8.1
11.6
5.3
8.2
9.3
10.1
3.7
6.9
10.2
5.3
4.0
3.8
7.1
4.0
7.1
6.0
18.8
8.8
9.4
7.9
7.5
11.9
16.3
10.6
11.0
18.4
1.3
9.5
18.0
7.6

16.7
7.6
9.7
5.7
6.1
9.6
20.0
2.8
6.0
11.4
3.7
4.2
2.5
5.0
3.1
4.8
7.1
5.9
12.0
0.2
7.2
5.2
5.1
10.1
4.0
5.8
10.9
3.4
20.9
15.7
5.9

7.7
0.0
7.9
1.9
4.8
6.3
5.4
0.0
6.5
10.5
6.4
0.0
0.01
8.7
1.7
0.0
0.2
3.8
0.0
4.7
5.7
6.9
6.6
5.2
7.7
7.6
10.5
11.8
22.3
4.7
14.4
6.9
1.5

Lampiran 4.12
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

Sasaran
(3)

96,566
107,781
162,614
69,578
150,035
43,499
185,712
26,340
58,597
206,801
943,219
740,923
55,250
696,804
258150
68,472
118,635
95,096
53,337
81,119
49,403
61,744
190,390
58,597
24,453
23,895
46,530
22,608
64,077
4,760,225

Imunisasi Ibu Hamil


TT2
Jumlah
%

TT1
Jumlah

(4)

(5)

56,938
98,597
54,103
126,281
27,208
96,619
25,025
23,485
168,729
790,855
363,185
13,352
50,765
32333
49,884
106,400
69,308
41,578
61,762
33,085
42,546
127,121
23,485
14,589
13,040
15,155
14,788
13,524
2,553,740

(6)

59.0
60.6
77.8
84.2
62.5
52.0
95
40.1
81.6
83.8
49.0
24.2
7.3
12.5
72.9
89.7
72.9
78.0
76.1
67.0
68.9
66.8
40.1
59.7
54.6
32.6
65.4
21.1
53.6

51,019
110,575
50,051
115,427
28,385
69,483
23,700
21,365
163,654
712,210
352,241
13,132
46,141
29163
46,713
99,900
60,082
37,695
56,797
30,767
39,881
109,427
21,365
12,396
10,979
13,861.0
12,692
11,471
2,350,572

TT Ulang

(7)

52.8
68.0
71.9
76.9
65.3
37.4
90.0
36.5
79.1
75.5
47.5
23.8
6.6
11.3
68.2
84.2
63.2
70.7
70.0
62.3
64.6
57.5
36.5
50.7
45.9
29.8
56.1
17.9
49.4

Jumlah

(8)

(9)

9,899
42,275
10,806
92
445
12,708
379
40,916
116,326
15,096
11,331
1,942
14,612
40,808
1,074
1,315
7,380
15,788
2,245
3,484
485
1,473
1,159
7,591
359,629

10.3
26.0
15.5
0.1
1.0
21.69
0.2
4.3
15.7
27.3
1.6
0.8
21.3
34.4
0.0
2.0
1.6
14.9
8.3
3.8
14.2
2.0
3.2
5.1
11.8
7.6

Lampiran 4.13
CAKUPAN BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
MENURUT PROVINSI, NOVEMBER 2004
Sekolah
No

Cakupan

Sasaran

Provinsi*)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

SD

MI

Lain-lain

Total

Kelas 1

Kelas 2

Kelas 3

Total
Kls. 2+3

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

3,699

Sumatera Utara

10,009

7,645

322

17,976

315,730

297,713

288,713

Sumatera Barat

4,103

4,157

54

8,314

119,416

113,874

Riau

3,703

288

20

4,011

157,954

148,202

Jambi

2,334

106

2,440

70,504

Sumatera Selatan

4,045

251

4,302

145,933

Bengkulu

61,493

57,036

Lampung

4,619

28

5,169

129,997

128,340

26,153

24,263

522

3,699

Kepulauan Bangka Belitung

830

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

2,515

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

2,094

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

2,892

500

23

Kalimantan Timur

1,960

84

24

Sulawesi Utara

2,207

21

25

Sulawesi Tengah

1,304

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

811

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

574,277

97.9

109,104

222,978

116,231

97.3

110,967

97.4

108,085

99.1

219,052

98.2

142,799

291,001

149,429

94.6

143,298

96.7

136,440

95.5

279,738

96.1

67,461

64,975

132,436

67,557

95.8

63,475

94.1

61,538

94.7

125,013

94.4

141,320

135,206

276,526

97.2

125,047

88.5

145,828

107.9

270,875

98.0

54,056

111,092

44,242

71.9

55,710

90.6

51,165

89.7

49,028

90.7

100,193

90.2

127,572

255,912

128,883

99.1

127,648

99.5

126,006

98.8

253,654

99.1

23,186

47,449

25,328

96.8

24,049

99.1

22,940

98.9

46,989

99.0

159,625

23,856

23,856

812,226

689,612

660,119

657,697

2,300

278

2,368

38

4,075

1,979

1,140

20

182
-

116.3

145,896

91.4

137,368

87.8

283,264

316,142

229,185

137.6

193,735

89.6

697,061

1,386,673

755,505

93.0

733,502

90.3

620,421

90.0

626,399

89.9

1,246,820

89.9

663,221

1,320,918

647,694

98.1

653,505

99.4

663,221

100.0

1,316,726

99.7

2,248

52,411

51,796

52,516

104,312

52,130

99.5

51,701

99.8

52,284

99.6

103,985

99.7

698,037

677,897

679,111

1,357,008

686,631

98.4

667,980

98.5

673,107

99.1

1,341,087

98.8
94.5

2,578

162,352

116,211

144,414

260,625

57,561

35.5

155,342

95.7

109,692

94.4

136,572

94.6

246,264

2,426

72,336

67,959

66,696

134,655

71,342

98.6

67,333

99.1

65,987

98.9

133,320

99.0

103,226

99,339

98,613

197,952

100,623

97.5

97,225

97.9

96,500

97.9

193,725

97.9

62

156,517

(20)

98.3

166,562

(19)

283,912

3,011

(18)

97.5

141,841

(17)

290,365

(16)

98.2

(15)

310,140

496

33

(14)

(13)

Total
Kls. 2+3
Jumlah
%

862

(12)

Kelas 3
Jumlah
%

586,426

121

(11)

TT
Kelas 2
Jumlah
%

DT
Kelas 1
Jumlah
%

32

Campak
Kelas 1
Jumlah
%

4,319

106,721

93,147

87,088

180,235

95,173

89.2

86,944

93.3

81,141

93.2

168,085

93.3

42,231

37,645

36,199

73,844

36,751

87.0

32,887

87.4

31,596

87.3

64,483

87.3

3,396

81,151

74,803

72,415

147,218

79,191

97.6

73,305

98.0

71,230

98.4

144,535

98.2

11

95.4

2,055

71,854

64,295

62,967

127,262

68,643

95.5

61,575

95.8

59,833

95.0

121,408

2,228

48,024

44,517

44,218

88,735

38,671

80.5

42,040

94.4

42,690

96.5

84,730

95.5

1,304

33,620

23,846

23,362

47,208

30,611

91.0

22,688

67.5

20,200

84.7

20,312

86.9

40,512

85.8

24

57

63

90,742

85,559

84,000

169,559

88,481

97.5

84,355

98.6

82,014

97.6

166,369

98.1

2,005

63,855

58,417

55,593

114,010

59,330

92.9

59,329

92.9

54,364

93.1

52,932

95.2

107,296

94.1

868

23,953

21,054

20,501

41,555

23,142

96.6

22,771

95.1

20,125

95.6

20,113

98.1

40,238

96.8

43,539

30,380

69.8

30,380

69.8

1,208

12,500

10,836

10,631

21,467

8,883

71.1

11,949

95.6

10,398

96.0

10,028

94.3

20,426

95.2
85.3

33,976

23,536

21,871

45,407

25,449

74.9

20,239

86.0

18,473

84.5

38,712

82,843

14,865

567

98,275

4,406,615

4,036,000

4,022,605

8,058,605

1,306,396

29.6

4,148,037

94.1

3,856,199

95.5

3,875,577

96.3

7,731,776

95.9

Lampiran 4.14
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Provinsi

Jumlah Tempat
Tidur

Bed Occupancy
Rate (BOR)

Length of Stay
(LOS)

Bed Turn Over


(BTO)

Turn Over Interval


(TOI)

Net Death Rate


(NDR)

Gross Death Rate


(GDR)

Jumlah Pasien
Meninggal <48
jam

Kunjungan
Poliklinik / Hari

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Tengah
Irian Jaya Timur
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006

1,418
3,181
2,030
1,163
695
1,714
441
1,125
279
3,351
4,953
8,242
1,288
8,665
987
1,582
809
1,339
1,096
602
1,143
1,353
1,205
784
2,624
502
350
665
328
397
236
734
55,281

53.9
56.9
68.0
52.2
38.2
60.7
54.0
54.0
48.7
74.5
68.4
64.1
68.1
58.5
58.5
66.5
66.5
89.6
72.3
52.1
60.0
67.9
44.9
72.2
75.1
68.6
43.4
60.5
79.6
67.1
62.9

4.0
4.7
4.9
3.5
3.0
3.8
3.7
4.0
3.0
4.8
3.9
4.6
4.6
4.1
4.4
4.0
3.9
4.0
4.0
3.8
3.3
3.8
5.2
4.2
4.1
3.7
5.7
3.3
4.2
4.1
5.1

41.5
35.0
43.7
48.4
39.0
54.0
50.3
45.3
57.0
56.3
49.6
48.2
47.1
50.7
69.9
57.0
58.4
69.9
63.7
40.5
61.2
47.7
24.2
55.5
54.2
51.3
26.1
41.9
50.9
31.6
41.7

5.0
5.1
2.8
3.8
9.0
2.8
3.8
5.9
3.3
2.2
2.1
3.1
2.6
3.1
2.2
2.4
2.0
2.1
3.1
5.2
2.9
2.2
10.7
2.1
2.9
2.6
7.6
2.8
1.1
2.3
4.6

21.4
33.2
20.4
16.6
11.1
21.3
29.9
19.8
20.3
26.3
17.4
19.7
22.1
26.1
24.0
24.6
18.0
18.2
23.0
13.1
13.7
12.4
18.6
11.8
14.5
17.9
20.0
10.8
42.3
16.9
27.0

43.5
68.8
41.3
46.4
33.9
50.2
52.3
55.4
56.1
47.5
61.8
44.1
29.0
55.3
45.2
42.5
44.1
36.2
50.1
31.0
40.7
26.3
37.1
30.2
39.6
43.3
30.0
25.1
48.0
29.5
49.0

954
2,311
1,927
1058
372
1644
1302
423
118
3961
3623
6532
736
6209
1037
2461
817
1124
731
368
454
974
523
392
1032
325
254
115
127
331
42,226

196
214
180
104
92
187
170
157
83
1,470
309
215
204
229
422
268
195
98
90
64
90
171
94
132
102
172
60
0
203

Lampiran 4.15
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
2005

2004
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Tengah
Irian Jaya Timur
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006

Jumlah RSU

Jumlah RSU Melakukan


Pemeriksaan

Jumlah Pemeriksaan

(3)

(4)

(5)

14
25
15
10
7
11
4
6
3
8
28
40
6
43
5
9
6
13
10
10
11
10
6
9
26
5
2
6
2
4
3
4
361

6
8
13
9
5
7
3
6
1
8
26
40
6
27
3
8
5
9
7
7
4
7
5
6
16
4
0
2
0
2
1
3
254

16,831
44,754
47,584
32,799
7,545
43,662
12,533
25,567
3,155
160,639
322,144
253,769
46,530
221,615
24,269
69,029
19,381
35,684
21,652
15,412
8,232
50,439
17,562
7,099
20,969
8,700
6,060
7,711
1,798
12,564
1,565,688

Jumlah RSU

Jumlah RSU Melakukan


Pemeriksaan

Jumlah Pemeriksaan

(6)

(7)

(8)

14
26
15
12
7
12
4
8
3
8
28
41
6
45
5
9
7
14
13
10
11
10
6
9
26
6
2
6
4
4
3
4
378

7
9
12
10
7
7
3
6
1
6
19
36
6
24
2
9
5
10
7
6
7
9
6
6
20
4
0
3
1
2
1
4
255

25,100
54,229
47,206
39,634
21,210
53,123
12,468
43,142
4,362
187,024
383,623
298,996
34,980
200,241
43,550
72,599
28,437
28,821
30,157
36,131
18,058
54,007
15,819
10,128
47,830
14,240
6,621
987
8,310
1,134
11,950
1,834,117

Lampiran 4.16

HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI


TAHUN 2005 - 2006
Balita Diimunisasi Polio
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat

PUTARAN I
Target
Hasil
(3)

(4)

%
(5)

PUTARAN II
Target
Hasil
(6)

(7)

Target

(8)

(9)

PUTARAN III
Hasil
(10)

Target

(11)

(12)

PUTARAN IV
Hasil
(13)

Target

(14)

(15)

PUTARAN V
Hasil
(16)

%
(17)

548,699

475,835

86.7

536,699

495,623

92.3

536,699

498,163

92.8

498,167

478,895

96.1

498,163

486,533

97.7

1,478,620

1,386,679

93.8

1,478,620

1,466,373

99.2

1,478,620

1,486,547

100.5

1,486,547

1,460,676

98.3

1,486,547

1,516,953

102.0

480,390

477,438

99.4

480,390

492,016

102.4

480,390

496,786

103.4

496,786

494,482

99.5

496,786

501,027

100.9

599,992

617,800

103.0

617,800

635,920

102.9

617,800

640,857

103.7

640,857

642,211

100.2

642,211

652,992

101.7

328,453

298,967

91.0

320,857

305,228

95.1

320,857

306,243

95.4

306,244

307,888

100.5

307,888

311,003

101.0

845,501

846,331

100.1

846,331

861,052

101.7

846,331

863,963

102.1

863,963

862,656

99.8

863,963

871,796

100.9

170,220

166,717

97.9

170,220

173,749

102.1

170,220

170,956

100.4

173,749

170,311

98.0

173,749

173,313

99.7

856,386

781,660

91.3

825,594

815,429

98.8

825,594

815,019

98.7

825,594

815,350

98.8

825,594

821,447

99.5

124,952

110,716

88.6

111,789

118,827

106.3

111,789

115,697

103.5

118,827

120,147

101.1

120,147

117,907

98.1

160,744

149,045

92.7

149,164

149,233

100.0

149,164

146,565

98.3

149,233

162,535

108.9

162,535

159,139

97.9

757,197

852,669

112.6

922,963

888,204

96.2

922,963

900,328

97.5

922,963

878,215

95.2

922,963

903,757

97.9

4,337,474

4,100,337

94.5

4,494,725

4,272,359

95.1

4,494,725

4,327,637

96.3

4,494,725

4,338,951

96.5

4,494,725

4,454,960

99.1

3,103,478

2,816,731

90.8

3,103,478

2,864,189

92.3

3,103,478

2,917,146

94.0

2,917,165

2,917,912

100.0

2,917,912

2,955,195

101.3

229,543

227,207

99.0

228,240

234,916

102.9

228,240

237,084

103.9

237,084

236,808

99.9

237,084

239,936

101.2

3,164,679

3,061,276

96.7

3,059,019

3,158,992

103.3

3,059,019

3,199,042

104.6

3,199,042

3,222,539

100.7

3,222,539

3,257,847

101.1

1,176,113

1,023,290

87.0

1,176,113

1,078,597

91.7

1,176,113

1,095,060

93.1

1,176,113

1,093,205

93.0

1,176,113

1,121,099

95.3

297,604

305,607

102.7

305,607

321,620

105.2

305,607

316,828

103.7

321,620

321,292

99.9

321,620

324,400

100.9

428,833

470,609

109.7

470,609

495,129

105.2

470,609

504,833

107.3

504,833

503,842

99.8

504,833

519,329

102.9

19 Nusa Tenggara Timur


20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah

502,545

522,117

103.9

522,117

541,293

103.7

522,117

538,057

103.1

541,293

542,005

100.1

542,005

551,912

101.8

513,422

455,733

88.8

489,250

475,644

97.2

489,250

467,484

95.6

475,644

474,201

99.7

475,644

477,870

100.5

232,213

214,586

92.4

232,213

229,890

99.0

232,213

227,135

97.8

229,890

232,173

101.0

232,173

233,846

100.7

357,404

332,612

93.1

352,182

343,934

97.7

352,182

344,441

97.8

344,441

342,237

99.4

352,182

350,893

99.6

313,552

313,404

100.0

313,552

316,043

100.8

313,552

321,121

102.4

321,121

328,550

102.3

328,550

333,194

101.4

198,338

221,754

111.8

221,331

223,852

101.1

221,331

225,806

102.0

225,806

226,203

100.2

226,203

230,534

101.9

274,107

278,925

101.8

278,925

287,980

103.2

278,925

284,146

101.9

287,980

285,698

99.2

287,980

293,178

101.8

26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo

805,769

751,128

93.2

805,769

792,251

98.3

805,769

811,277

100.7

811,277

822,724

101.4

822,724

846,704

102.9

264,662

237,680

89.8

241,470

249,649

103.4

241,470

249,814

103.5

249,814

252,532

101.1

252,532

256,100

101.4

110,650

102,133

92.3

110,650

105,051

94.9

110,650

105,494

95.3

105,494

104,637

99.2

105,494

105,155

99.7

29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia

112,363

110,031

97.9

112,363

117,862

104.9

112,363

116,436

103.6

117,862

119,837

101.7

119,837

120,126

100.2

181,122

167,920

92.7

171,256

172,335

100.6

171,256

168,572

98.4

172,335

159,536

92.6

172,335

78,830

45.7

97,406

105,748

108.6

97,406

106,123

108.9

97,406

99,803

102.5

106,123

104,123

98.1

106,123

79,722

75.1

286,151

198,035

69.2

286,151

224,794

78.6

286,151

143,948

50.3

224,794

168,821

75.1

224,794

218,639

97.3

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

87,574

72,505

82.8

87,574

79,409

90.7

87,574

64,594

73.8

79,409

73,139

92.1

79,409

37,785

47.6

23,426,156

22,253,225

95.0

23,620,427

23,093,566

97.8

23,620,427

23,206,882

98.2

23,626,795

23,264,331

98.5

23,703,357

23,603,121

99.6

Lampiran 4.17
JUMLAH DAN PERSENTASE BALITA YANG MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), NAIK BERAT BADANNYA,
DAN BALITA BAWAH GARIS MERAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Jumlah

Memiliki KMS

% KMS

Ditimbang

Balita
% Ditimbang

Jumlah BB Naik

% BB Naik

BGM

% BGM

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

368,142

305,551

83.00

346,707

94.18

130,792

37.72

12,334

Sumatera Utara

1,097,421

948,531

86.43

668,975

60.96

558,300

83.46

6,125

0.92

Sumatera Barat

480,311

480,311

100.00

253,594

52.80

182,139

71.82

6,331

2.50

Riau

628,562

464,898

73.96

292,898

46.60

224,237

76.56

5,764

1.97

Jambi

314,160

246,087

78.33

179,129

57.02

145,389

81.16

4,524

2.53

Bengkulu

173,749

127,810

73.56

66,133

38.06

48,977

74.06

2,679

4.05

Sumatera Selatan

714,632

360,480

50.44

280,553

39.26

2,302

0.82

2,302

0.82

Lampung

831,897

518,610

62.34

482,302

57.98

399,159

82.76

12,259

2.54

Kepulauan Bangka Belitung

90,734

60,926

67.15

47,007

51.81

32,463

69.06

998

10

Kepulauan Riau

166,090

72,645

43.74

114,964

69.22

50,780

44.17

11

DKI Jakarta

630,569

630,569

12

Jawa Barat

3,927,424

3,099,383

78.92

13

Jawa Tengah

2,612,823

2,561,465

98.03

14

DI Yogyakarta

177,478

177,478

15

Jawa Timur

3,036,188

2,624,491

16

Banten

954,130

17

Bali

231,570

18

Nusa Tenggara Barat

19
20

2.12
-

312,533

49.56

95.06

2,095
68,914

0.67

78.92

170,342
2,946,250

54.50

3,099,383
1,956,765

74.89

1,486,006

75.94

20,903

1.07

131,073

73.85

82,254

62.75

2,719

2.07

86.44

1,478,290

48.69

1,322,668

89.47

437,637

29.60

576,220

60.39

547,969

57.43

374,488

68.34

96,898

17.68

230,575

99.57

159,433

68.85

112,761

70.73

1,202

0.75

472,547

422,674

89.45

277,152

58.65

173,394

62.56

11,341

4.09

Nusa Tenggara Timur

462,081

444,858

96.27

302,798

65.53

177,439

58.60

86,389

28.53

Kalimantan Barat

449,029

318,071

70.84

129,803

28.91

99,086

76.34

5,718

4.41

21

Kalimantan Tengah

138,052

86,208

62.45

86,208

62.45

60,161

69.79

1,301

1.51

22

Kalimantan Timur

292,054

217,816

74.58

144,741

49.56

100,319

69.31

3,581

2.47

23

Kalimantan Selatan

478,052

450,516

94.24

236,158

49.40

169,916

71.95

3,511

1.49

24

Sulawesi Utara

179,371

169,165

94.31

128,470

71.62

104,737

81.53

5,122

3.99

25

Sulawesi Tengah

277,865

214,396

77.16

131,635

47.37

90,244

68.56

12,797

26

Sulawesi Tenggara

209,121

154,959

74.10

99,259

47.46

77,580

78.16

27

Sulawesi Selatan

719,564

662,315

92.04

369,715

51.38

260,633

70.50

4,731

28

Gorontalo

93,183

89,157

95.68

51,368

55.13

42,227

82.20

4,082

29

Sulawesi Barat

100

3.56

100

2.34

9.72
1.28
7.95
-

30

Maluku

159,136

96,332

60.53

72,596

45.62

55,480

76.42

1,007

31

Maluku Utara

102,897

85,090

82.69

48,426

47.06

31,929

65.93

2,694

5.56

32

Papua

173,778

111,022

63.89

47,805

27.51

27,546

57.62

2,410

5.04

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

20,642,610

Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes, 2005

17,008,609

82.40

12,543,842

60.77

9,739,998

77.65

828,368

1.39

6.60

Lampiran 4.18

CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A


TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Bayi
( 6-11 bln)
Februari
Agustus

Jumlah
Anak Balita
(1-4 Thn)
Februari
Agustus

Cakupan Vitamin A
Balita diberi Vitamin A
Februari
Agustus
Jumlah
%
Jumlah
%

Bayi Diberi Vit A

Ibu Nifas

Februari
Jumlah
%

(4)

(5)

(6)

68,791

68,675

393,832

369,820

54,264

78.88

55,129

80.28

331,812

84.25

329,923

89.21

181,850

181,850

1,212,336

1,212,336

124,222

68.31

141,290

77.70

908,519

74.94

991,446

81.78

3 Sumatera Barat

57,787

57,787

388,601

388,601

100,523

54,162

93.73

54,162

93.73

350,760

90.26

350,760

90.26

65,445

65.10

4 Riau

92,057

89,617

474,797

492,353

122,110

66,092

71.79

70,079

78.20

389,177

81.97

419,040

85.11

82,785

67.80

5 Jambi

35,866

35,866

265,227

265,227

119,251

28,640

79.85

26,139

72.88

184,701

69.64

194,007

73.15

9,512

7.98

7 Bengkulu

43,054

43,054

150,904

150,904

43,054

27,800

64.57

27,954

64.93

108,899

72.16

120,694

79.98

17,455

40.54

8 Lampung

160,672

160,672

701,994

701,994

213,058

103,297

64.29

103,297

64.29

410,390

58.46

410,390

58.46

106,240

49.86

19,708

88,848

22,120

16,772

85.10

75,710

85.21

11,884

53.73

23,744

22,231

109,620

114,156

18,070

76.10

4,335

19.50

94,669

86.36

22,486

19.70

103,471

103,471

630,569

630,569

42,894

41.46

59,385

57.39

279,424

44.31

390,158

61.87

12 Jawa Barat

413,453

413,453

2,858,083

2,858,083

432,669

104.65

343,627

83.11

2,223,175

77.79

2,415,197

84.50

13 Jawa Tengah

414,918

329,742

2,129,249

2,017,680

524,792

393,735

94.89

320,627

97.24

2,078,186

97.60

1,983,186

98.29

440,865

2 Sumatera Utara

6 Sumatera Selatan

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

28,413

28,915

181,844

186,168

15 Jawa Timur

14 DI Yogyakarta

638,244

638,244

2,463,693

2,463,693

16 Banten

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Ibu Nifas diberi


Vitamin A
Jumlah
%

(3)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

(7)

Agustus
Jumlah
%

(15)

(16)

(17)

84.01

30,258

106.49

28,949

100.12

167,845

92.30

173,716

93.31

270,403

42.37

255,209

39.99

1,714,099

69.57

1,166,144

47.33

117,445

131,902

786,831

897,032

241,208

113,818

96.91

122,216

92.66

658,244

83.66

761,683

84.91

116,723

48.39

17 Bali

50,354

44,800

201,771

184,331

64,228

35,399

70.30

30,213

67.44

186,283

92.32

160,523

87.08

51,392

80.01

18 Nusa Tenggara Barat

58,729

58,932

376,026

371,341

58,394

99.43

53,579

90.92

365,312

97.15

362,051

97.50

19 Nusa Tenggara Timur

77,418

77,418

397,418

397,418

20 Kalimantan Barat

23 Kalimantan Timur

49,400

49,400

292,111

292,111

24 Sulawesi Utara

28,089

27,346

139,630

147,725

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

93,705

64,515

383,807

256,024

27 Sulawesi Tenggara

34,582

35,610

197,684

199,985

97,883

21,534

28 Gorontalo

15,411

14,618

72,878

80,332

20,428

11,394

29 Sulawesi Barat

22,116

22,236

74,636

74,667

14,966

14,756

66.72

14,867

66.86

59,545

79.78

59,441

79.61

6,253

41.78

30 Maluku

28,927

28,927

159,136

159,136

31,892

10,938

37.81

12,402

42.87

55,380

34.80

51,904

32.62

12,720

39.88

31 Maluku Utara

20,949

20,949

88,703

88,703

21,071

12,382

59.11

12,382

59.11

55,222

62.25

55222

62.25

13,635

64.71

32 Papua

44,267

44,267

181,970

181,970

46,479

19,996

45.17

19,996

45.17

46,902

25.77

52,282

28.73

6,191

13.32

33 Irian Jaya Barat

13,119

13,119

49,230

49,230

15,389

6,674

50.87

6,674

50.87

28,263

57.41

28,263

57.41

7,291

15,736,857

15,487,151

1,812,534

2,134,537

71.56

2,008,205

70.46

12,156,993

77.25

11,718,201

75.66

Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat

34,541

81.03

245,117

85.88

217,157

84.97

68,651

49,622

100.45

49,622

100.45

208,482

71.37

223,556

76.53

45,936

66.91

45,431

23,677

84.29

23,317

85.27

130,588

93.52

140,144

94.87

15,649

34.45

86.67

67.90

40,268

269,860

255,562

74.45

285,429

295,891

62.02

42,626

2,850,242

48,016

2,982,998

67.69

46,459

52,407

22 Kalimantan Selatan

21 Kalimantan Tengah

Indonesia

55,133

85.46

328,607

85.62

231,078

90.26

62.27

22,382

62.85

119,306

60.35

121,529

60.77

58,451

59.72

73.93

12,683

86.76

56,485

77.51

16,361

20.37

14,273

69.87

1,082,700

47.38
59.73

Lampiran 4.19

CAKUPAN DISTRIBUSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Cakupan Fe Ibu Hamil
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Jumlah Ibu Hamil


(3)

347,683
106,556
129,160
70,417
151,982
47,360
171,515
27,219
227,316
981,342
654,664
51,736
698,177
258,694
68,472
111,186
120,975
86,258
53,827
81,680
71,684
47,724
58,847
186,293
45,128
24,430
22,645
22,582
48,694
4,974,246

Fe-1

Fe-3

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

292,471
92,362
106,271
30,049
137,153
31,908
40,322
24,022
127,453
672,959
514,436
13,000
543,492
191,570
59,899
98,454
77,396
64,772
46,140
71,869
57,615
38,722
5,527
152,635
28,270
22,114
22,635
20,456
18,480
3,602,452

84.12
86.68
82.28
42.67
90.24
67.37
23.51
88.25
56.07
68.58
78.58
25.13
77.84
74.05
87.48
88.55
63.98
75.09
85.72
87.99
80.37
81.14
9.39
81.93
62.64
90.52
99.96
90.59
37.95
72.42

272,405
79,216
98,570
31,308
129,856
28,402
44,274
21,473
109,407
727,077
463,773
11,200
487,428
154,994
56,746
88,930
67,536
57,271
41,585
60,456
51,192
33,549
5,097
110,862
24,352
17,440
17,897
16,650
12,829
3,321,775

78.35
74.34
76.32
44.46
85.44
59.97
25.81
78.89
48.13
74.09
70.84
21.65
69.81
59.91
82.87
79.98
55.83
66.40
77.26
74.02
71.41
70.30
8.66
59.51
53.96
71.39
79.03
73.73
26.35
66.78

Lampiran 4.20

CAKUPAN WANITA USIA SUBUR (WUS) DAN ANAK SEKOLAH


MENDAPAT KAPSUL YODIUM MENURUT PROVINSI
TAHUN 2003
No

Provinsi

(1)

(2)

Kapsul Yodium
Anak Sekolah

WUS
(3)

(4)

Nanggroe Aceh Darussalam

739

Sumatera Utara

277

320,267

4,131

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

15,108

Bengkulu

55,555

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

123,826

39,054

13

Jawa Tengah

429,373

187,768

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

22,517

17

Bali

18,458

100

18

Nusa Tenggara Barat

233,061

106,496

19

Nusa Tenggara Timur

239,328

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

72,058

22,982

26

Sulawesi Selatan

133,895

76,137

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

228,115
-

94,171
-

1,951

276
-

71,525

25,520

115,866

56,338

1,762,293

632,116

167,932
-

34,604
-

25,282
-

926
-

449
-

75,061

58,946
-

67,579

49,218

Maluku Utara

6,620

6,442

32

Papua

7,146

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Yanmedik, 2005

8,285
-

4,035,876

1,561,920

Lampiran 4.21

JUMLAH PENULISAN RESEP DI RUMAH SAKIT UMUM DEPKES & PEMDA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Provinsi

Generik

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Tengah
Irian Jaya Timur
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006

Non Generik Formularium

Non Generik

(4)

(5)

224,436
398,988
897,989
584,442
174,117
365,017
26,481
88,641
71,990
-

18,677
174,126
137,082
54,390
2,007
34,563
8,393
8,184
-

1,680,563
1,501,776
2,739,971
558,365
814,406
301,939
185,386
203,202
1,192,068
328,210
45,879
475,131
464,388
135,544
201,319
856,505
127,159
11,494
189,284
14,245
127,869
14,986,804

211,093
207,165
301,108
149,871
49,875
25,648
12,169
113,927
7,765
-

1,511,547
771,426
1,199,041
81,320
327,527
171,492
273,165
67,887
113,445
75,367
45

574,958
1,844,605
1,625,934
350,593
1,466,764
134,582
202,395
70,428
130,319
65,639
130,496
1,071,775
662,828
250,347
110,270
319,061
103,548

123,263
125,863
51,379
13,605
-

5,697
4,490
53,988
5,402,272

10,626
3,170
69,339
10,281,995

Lampiran 4.22

JUMLAH DAN PERSENTASE PENULISAN RESEP OBAT GENERIK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Resep

Penulisan Resep
Resep Obat Generik

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

17,201

16,501

95.93

Sumatera Utara

557,668

396,621

71.12

Sumatera Barat

74,572

34,779

46.64

Riau

1,594,075

1,377,752

86.43

Jambi

322,440

322,279

99.95

Bengkulu

147,891

135,131

91.37

Sumatera Selatan

423,122

299,934

70.89

Lampung

452,208

123,438

27.30

Kep.Bangka Belitung

63,314

63,159

99.76

240,625

219,759

91.33

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

3,339,642

1,863,079

55.79

13

Jawa Tengah

7,187,279

4,713,232

65.58

14

DI Yogyakarta

185,341

66,553

35.91

15

Jawa Timur

5,218,173

3,626,115

69.49

16

Banten

1,247,104

1,247,119

100.00

17

Bali

3,882,267

3,479,156

89.62

18

Nusa Tenggara Barat

1,392,200

1,266,376

90.96

19

Nusa Tenggara Timur

3,801,044

2,836,902

74.63

20

Kalimantan Barat

1,110,425

1,052,154

94.75

21

Kalimantan Tengah

167,353

138,084

82.51

22

Kalimantan Timur

1,099,814

845,967

76.92

23

Kalimantan Selatan

380,248

109,784

28.87

24

Sulawesi Utara

662,754

579,485

87.44

25

Sulawesi Tengah

81,968

36,150

44.10

26

Sulawesi Tenggara

456,220

301,165

66.01

27

Sulawesi Selatan

601,421

517,337

86.02

28

Gorontalo

81,851

81,851

100.00

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

10

Kep.Riau

11

558,909

538,239

96.30

27,527

18,764

68.17

346,003

338,274

97.77

101,141

5,914

5.85

35,821,800

26,651,053

74.40

Sumber: Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Indikator Kinerja SPM dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Dinkes Provinsi, per 18 Nopember 2005
Keterangan : (-) data belum diterima

Lampiran 4.23

PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA


MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2005
Depkes RI
No

Pemda Provinsi

Pemda Kab/Kota

TNI & POLRI

Swasta

Jumlah

Jenis NAPZA

(1)

(2)

1 Opiat

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

2,960

229

15

70

a. Heroin

2,954

222

15

70

Kuratif
(9)

Rehabilitatif Aftercare
(10)

2,086
-

(11)

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

14
-

Rehabilitatif Aftercare
(19)

(20)

5,130

229

15

222

15

3,035

b. Morfin

11

c. Pethidin

84

84

d. Kodein

2,000

2,000

77

15

94

2 Kokain
3 Kanabis/Ganja
4 Lainnya
NARKOTIKA
1 Amfetamin

18

3,055

229

82

14

15

87

2,092

26

11

1
18
458

27

5,252

236

566

23

15
11

a. Methamfetamin (extacy)

32

11

414

454

b. Shabu

50

13

24

78

13

34

42

c. Lainnya
2 Sedative
a. Barbiturat

42
-

12

14

7
-

20
-

30

30

c. Lainnya

12

12

12

18

4 Lainnya

12

28

1 Alkohol

19

49

4 Lainnya

135

22

11

49

248

11

525

6,130

263

40

ZAT ADIKTIF LAINNYA


Jumlah

154

30

3,353

247

29

145

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

16

14

2,106

11

458

12
-

15

16

144

PSIKOTROPIKA

12

b. Benzodiazepin

3 Inhalan

11

630

24

80

168

23
2
-

Lampiran 4.24

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2005

No

Jenis Bencana

Jumlah Provinsi

Jumlah Kab/Kota

(1)

(2)

(3)

(4)

Jumlah Korban
Luka Ringan/
Luka Berat/
Rawat Inap
Rawat Jalan

Meninggal
(5)

(6)

Pengungsi

Hilang

(7)

(8)

(9)

1 Banjir

11

522

12,075 jiwa

2 Banjir Bandang

45 jiwa

3 Tanah Longsor

170

15

315 jiwa

4 Gempa Bumi

15

1801

3,272

155

278 kk / 561 jiwa

5 Angin Topan

6 Kecelakaan Lalu Lintas

77

46

7 Keracunan Makanan

79

63

8 Ledakan Granat/Bom

45

202

156

9 KLB Demam Berdarah

59

76

10 KLB Gizi buruk

11 Kebakaran

Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI

Lampiran 5.1
JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005
Puskesmas

No

Provinsi

(1)

(2)

Perawatan

Non
Perawatan
(4)

(3)

Sarana UKBM

Puskes.
Total

Pembantu

(5)

(6)

Posyandu
(7)

Rumah Dinas
Pos Obat

Polindes

Dr/Drg

Desa
(9)

(8)

(10)

Sarana Transportasi Puskesmas


Pusling

Paramedis
R-4
(12)

(11)

Ambulans
PB
(13)

Sepeda
Motor
(15)

(14)

Lain-lain
(16)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

89

177

266

733

5,019

2,034

141

279

438

189

27

385

2 Sumatera Utara

98

328

426

1,784

13,721

2,608

285

473

1,108

248

18

778

3 Sumatera Barat

64

150

214

843

4,485

748

103

313

484

209

12

507

4 Riau

39

111

150

652

3,092

224

115

215

342

106

24

265

5 Jambi

43

92

135

575

2,268

166

118

207

371

123

10

317

6 Sumatera Selatan

75

167

242

914

5,841

1,570

282

279

435

180

30

341

7 Bengkulu

24

89

113

481

1,712

542

87

197

389

108

14

532

8 Lampung

31

193

224

710

7,264

717

235

367

670

185

10

349

80

9 Kepulauan Bangka Belitung

14

33

47

145

868

200

36

71

149

44

124

10 Kepulauan Riau

17

24

41

180

817

165

75

280

27

19

12

112

11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat

50

285

335

78

1,412

141

139

57

54

305

16

132

864

996

1,425

38,006

1,134

376

880

1,121

407

109

1,425

20

13 Jawa Tengah

218

635

853

1,828

44,210

4,304

1,947

1,046

1,360

820

20

2,584

42

14 DI Yogyakarta

32

85

117

321

5,242

107

118

144

266

126

35

493

310

609

919

2,257

43,516

4,902

483

1,207

1,928

914

55

2,154

16 Banten

18

155

173

187

5,133

36

32

161

217

103

138

17 Bali

23

87

110

491

4,585

236

157

377

118

46

376

18 Nusa Tenggara Barat

46

82

128

461

4,940

518

227

202

717

101

34

518

19 Nusa Tenggara Timur

72

156

228

862

7,029

1,277

526

290

507

186

23

15

558

20 Kalimantan Barat

70

137

207

765

3,578

1,355

79

301

582

126

71

35

312

21 Kalimantan Tengah

35

99

134

767

1,567

611

53

235

449

106

50

26

222

22 Kalimantan Selatan

33

159

192

619

2,928

1,250

264

276

479

186

30

553

30

23 Kalimantan Timur

70

117

187

625

2,699

330

84

229

430

138

40

14

287

43

24 Sulawesi Utara

56

63

119

506

1,791

354

27

133

267

59

15

109

49

25 Sulawesi Tengah

59

80

139

703

2,759

839

353

242

467

118

12

297

26 Sulawesi Selatan

147

200

347

1,015

6,416

758

274

411

606

245

10

643

27 Sulawesi Tenggara

45

94

139

460

1,991

246

149

180

390

101

12

504

28 Gorontalo

14

31

45

218

961

267

63

63

91

32

13

133

29 Sulawesi Barat

19

31

50

213

992

115

14

72

105

28

90

0
5

15 Jawa Timur

30 Maluku

31

78

109

356

987

81

11

107

158

34

33

25

31 Maluku Utara

17

39

56

213

1,112

352

85

121

28

41

79

32 Papua

64

104

168

551

1,270

346

156

187

485

75

73

173

33 Irian Jaya Barat


Indonesia

22

38

60

233

448

166

55

80

249

25

43

41

2,077

5,592

7,669

22,171

228,659

28,558

6,705

9,305

16,177

5,552

591

598

15,729

316

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, BPS, Statistik Kesra, 2005

Lampiran 5.2
JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK,
SERTA RASIO PUSTU PER PUSKESMAS, MENURUT PROVINSI TAHUN 2000 - 2005

No

Provinsi

Jumlah

Jumlah

Rasio Puskesmas /

Rasio Puskesmas Pembantu /

Rasio Puskesmas Pembantu /

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

100.000 Penduduk

100.000 Penduduk

Puskesmas

2000 2001 2002 2003 2004 2005


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

2000

2001

2002

2003

2004

2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

219

219

230

240

240

266

762

778

821

824

Sumatera Utara

399

404

411

388

423

426

1,766

1,782

1,789

1,578

Sumatera Barat

203

203

204

206

210

214

824

837

825

834

815

Riau

148

157

167

142

146

150

648

667

704

642

651

Jambi

45

47

135

211

Sumatera Selatan

126

123

130

127

132

242

565

630

628

Bengkulu

227

227

214

235

250

113

865

879

Lampung

112

112

112

112

113

224

476

478

Kepulauan Bangka Belitung

198

204

211

219

222

47

684

45

45

45

45

61

41

11 DKI Jakarta

329

329

328

329

329

12 Jawa Barat

946

962

976

982

13 Jawa Tengah

862

853

853

14 DI Yogyakarta

126

126

117

15 Jawa Timur

927

921

16 Banten

165

162

17 Bali

112

18 Nusa Tenggara Barat


19 Nusa Tenggara Timur

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

733

5.46

5.46

5.76

5.70

6.15

6.60 19.00 19.39 20.58 19.55 18.95 18.18

3.48

3.55

3.57

3.43

3.08

2.76

1,883 1,784

3.48

3.48

3.47

3.27

3.43

3.42 15.39 15.36 15.10 13.31 15.27 14.33

4.43

4.41

4.35

4.07

4.45

4.19

843

4.80

4.48

4.79

4.62

4.62

4.69 19.49 18.45 19.39 18.71 17.91 18.46

4.06

4.12

4.04

4.05

3.88

3.94

652

3.13

3.32

3.10

2.55

3.21

3.28 13.69 14.09 13.07 11.55 14.32 14.24

4.38

4.25

4.22

4.52

4.46

4.35

217

575

3.92

5.12

- 49.06 21.81

4.69

4.62

4.26

634

588

914

5.25

4.76

5.29

4.94

4.89

3.57 23.53 24.40 25.57 24.68 33.46 13.48

4.48

5.12

4.83

4.99

4.45

3.78

853

891

903

481

3.51

3.41

2.98

3.62

3.68

7.29 12.92 13.20 11.89 13.74

479

478

487

710

7.79

6.95

6.86

7.38

7.02

3.15 33.88 29.67 29.32 31.51 43.72

685

688

704

704

145

2.98

2.99

3.11

3.16

3.10

4.50 10.28 10.03 10.15 10.16

137

137

140

139

143

180

5.00

4.84

4.86

4.61

335

78

3.92

3.40

4.00

982

996

1,414

1,413

1,415

1,413

1,421 1,425

2.55

2.76

855

857

853

1,830

1,826

1,844

1,830

1,818 1,828

117

117

117

312

312

320

321

922

918

907

919

2,230

2,243

2,238

2,239

168

171

172

173

250

253

202

190

188

187

107

107

108

109

110

471

471

474

479

480

114

120

121

127

125

128

436

433

428

438

210

210

211

218

220

228

797

793

809

837

20 Kalimantan Barat

197

194

189

192

195

207

672

714

710

21 Kalimantan Tengah

133

133

118

133

132

134

663

706

22 Kalimantan Selatan

188

189

189

189

193

192

583

23 Kalimantan Timur

147

153

165

167

174

187

24 Sulawesi Utara

101

101

101

108

114

25 Sulawesi Tengah

131

130

132

134

26 Sulawesi Selatan

355

356

367

27 Sulawesi Tenggara

130

130

39

40

96

100

96

10 Kepulauan Riau

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

739

7.16 31.05

3.81

3.87

3.99

3.79

3.61

4.26

9.98

4.25

4.27

4.28

4.27

4.31

3.17

2.00 13.90

3.45

3.36

3.26

3.21

3.17

3.09

5.99

3.22 15.24 14.72 15.13 14.24 21.31 14.12

3.04

3.04

3.11

3.09

2.34

4.39

3.82

3.61

3.78

0.00

0.00

1.03

0.00

0.88

0.23

2.64

2.59

2.51

2.56

3.82

4.05

3.83

3.72

3.63

3.66

1.49

1.47

1.45

1.44

1.45

1.43

5.93

6.05

5.82

2.79

2.80

2.69

2.67

2.60

2.67

5.71

5.52

5.72

2.12

2.14

2.16

2.14

2.12

2.14

321

4.05

3.90

3.69

3.65

3.57

3.50 10.03

9.66 10.10 10.01

9.79

9.60

2.48

2.48

2.74

2.74

2.74

2.74

2,250 2,257

2.68

2.61

2.63

2.54

2.45

2.53

6.46

6.37

6.38

6.19

6.07

6.22

2.41

2.44

2.43

2.44

2.48

2.46

2.31

1.89

1.91

1.88

1.92

3.60

2.27

2.12

2.06

2.07

1.52

1.56

1.20

1.11

1.09

1.08

491

3.58

3.46

3.31

3.22

3.13

3.25 15.07 15.23 14.66 14.29 13.76 14.51

4.21

4.40

4.43

4.44

4.40

4.46

444

461

2.98

3.09

2.98

3.17

3.00

3.06 11.41 11.16 10.54 10.94 10.67 11.02

3.82

3.61

3.54

3.45

3.55

3.60

849

862

5.34

5.19

5.36

5.35

5.27

5.35 20.28 19.61 20.54 20.55 20.34 20.23

3.80

3.78

3.83

3.84

3.86

3.78

748

750

765

5.27

4.96

4.52

4.86

4.78

5.11 17.97 18.27 16.98 18.95 18.39 18.88

3.41

3.68

3.76

3.90

3.85

3.70

707

825

731

767

6.33

7.63

6.05

7.28

6.94

7.00 36.80 40.48 36.28 45.16 38.42 40.05

4.98

5.31

5.99

6.20

5.54

5.72

613

613

600

613

619

6.03

6.15

6.22

5.95

5.95

5.85 19.63 19.96 20.16 18.90 18.89 18.86

3.10

3.24

3.24

3.17

3.18

3.22

562

572

552

565

602

625

4.96

6.22

6.48

6.17

5.90

6.56 23.07 23.27 21.67 20.89 20.40 21.94

3.82

3.74

3.35

3.38

3.46

3.34

119

497

519

521

500

506

506

6.34

5.12

4.94

5.08

5.28

5.59 25.28 26.31 25.46 23.50 23.43 23.77

4.92

5.14

5.16

4.63

4.44

4.25

135

139

683

687

704

708

701

703

4.56

6.39

5.79

6.06

5.81

6.06 33.05 33.77 30.88 32.03 30.16 30.63

5.21

5.28

5.33

5.28

5.19

5.06

376

333

347

1,167

1,141

1,162

1,161

955 1,015

7.34

4.56

4.43

4.58

4.45

4.09 14.99 14.62 14.02 14.13 12.77 11.97

3.29

3.21

3.17

3.09

2.87

2.93

122

115

138

139

472

472

458

408

476

460 12.33

8.61

6.34

6.13

7.02

7.08 26.64 31.27 23.79 21.75 24.21 23.43

3.63

3.63

3.75

3.55

3.45

3.31

39

47

44

45

216

248

263

247

221

218

4.99

4.47

5.33

4.80

4.88

5.54

6.20

6.74

5.26

5.02

4.84

50

50

212

213

5.17

4.24

4.26

103

109

291

306

291

340

356

9.47

7.83

8.48

8.71 41.75 23.96 25.70 25.30 25.55 28.44

3.03

3.06

3.03

3.14

3.30

3.27

98

308

321

8.05

7.74

- 30.92 30.14 28.03 24.11 23.64


-

21.93

52

46

49

53

55

56

210

192

224

221

212

213

3.56

5.05

6.60

6.21

6.03

6.33 10.45 21.08 30.18 25.90 23.24 24.09

4.04

4.17

4.57

4.17

3.85

3.80

200

221

215

165

167

168

784

800

844

557

546

551

6.47

8.81

9.19

7.02

9.07

6.67 37.11 31.88 36.08

3.92

3.62

3.93

3.38

3.27

3.28

52

55

60

232

236

233

9.71

7,669 21,267 21,587 21,706 21,762 22,002 22,171

3.56

3.55

3.46

3.46

3.48

7,237 7,277 7,309 7,413 7,550

7.02 29.65 21.88


- 41.65

3.50 10.45 10.53 10.33 10.15

4.46

4.29

3.88

9.96 10.13

2.94

2.97

2.97

2.94

2.91

2.89

Lampiran 5.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2000 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

2000

2001

(3)

(4)

Jumlah Puskesmas
2002
2003
(5)

(6)

2004

2005

2000

2001

(7)

(8)

(9)

(10)

Jumlah Puskesmas Perawatan


2002
2003
2004
(11)

(12)

2005

(13)

(14)

Nanggroe Aceh Darussalam

219

219

230

240

240

266

72

72

77

78

82

89

Sumatera Utara

399

404

411

388

423

426

98

98

97

90

97

98

Sumatera Barat

203

203

204

206

210

214

63

64

62

63

63

64

Riau

148

157

167

142

146

150

42

44

49

36

38

39

Jambi

45

47

135

21

21

43

Sumatera Selatan

126

123

130

127

132

242

31

31

37

36

38

75

Bengkulu

227

227

214

235

250

113

67

67

67

68

71

24

Lampung

112

112

112

112

113

224

21

21

25

10

25

31

Kepulauan Bangka Belitung

198

204

211

219

222

47

23

25

30

28

29

14
17

10

Kepulauan Riau

45

45

45

45

61

41

10

25

26

11

DKI Jakarta

329

329

328

329

329

335

50

50

47

46

48

50

12

946

962

976

982

982

996

131

130

132

18

132

132

13

Jawa Barat
Jawa Tengah

862

853

853

855

857

853

184

187

206

128

235

218

14

DI Yogyakarta

126

126

117

117

117

117

30

31

32

214

32

32

15

Jawa Timur

927

921

922

918

907

919

257

261

283

32

295

310

16

Banten

165

162

168

171

172

173

19

18

18

279

18

18

17

Bali

112

107

107

108

109

110

20

20

20

20

20

23

18

Nusa Tenggara Barat

114

120

121

127

125

128

25

27

43

27

28

46

19

Nusa Tenggara Timur

210

210

211

218

220

228

57

57

62

59

60

72

20

Kalimantan Barat

197

194

189

192

195

207

65

65

66

66

67

70

21

Kalimantan Tengah

133

133

118

133

132

134

35

34

28

33

31

35

22

Kalimantan Selatan

188

189

189

189

193

192

25

26

25

26

31

33

23

Kalimantan Timur

147

153

165

167

174

187

48

52

68

68

67

70

24

Sulawesi Utara

101

101

101

108

114

119

56

56

57

17

59

56

25

Sulawesi Tengah

131

130

132

134

135

139

55

56

55

66

59

59

26

Sulawesi Selatan

355

356

367

376

333

347

137

150

150

57

140

147

27

Sulawesi Tenggara

130

130

122

115

138

139

36

36

36

156

35

45

28

Gorontalo

39

40

39

47

44

45

13

14

14

28

14

14

29

Sulawesi Barat

50

50

18

19

30

Maluku

96

100

96

98

103

109

30

30

32

30

30

31

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

52

46

49

53

55

56

14

15

20

16

15

17

200

221

215

165

167

168

74

74

78

61

63

64

52

55

7,237

7,277

7,309

7,413

7,550

60
7,669

22

23

22

1,785

1,818

1,926

1,924

2,010

2,077

Lampiran 5.4
JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2000 - 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

2000
R-4

PB

2001
R-4

PB

(3)

(4)

(5)

(6)

Jumlah Puskesmas Keliling


2003
2002
R-4
PB
R-4
PB
(7)

(8)

(9)

2004

(10)

R-4

PB

2000

2001

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(19)

2005
(20)

13

236

14

192

Sumatera Utara

325

15

264

19

237

144

Sumatera Barat

177

183

188

73

Riau

119

52

111

56

103

46

73

Jambi

28

11

24

Sumatera Selatan

101

25

92

24

114

15

66

128

Bengkulu

200

19

190

62

149

20

110

20

197

10

Lampung

130

113

102

Kepulauan Bangka Belitung

157

170

160

10

Kepulauan Riau

38

38

30

96

11

84

84

68

24

12

DKI Jakarta
Jawa Barat

477

384

42

13

Jawa Tengah

698

665

150

14

DI Yogyakarta

130

500

15

Jawa Timur

923

16

Banten

120

17

Bali

125

18

Nusa Tenggara Barat

120

125

112

45

119

101

1.1

1.0

1.0

0.4

1.0

0.8

19

Nusa Tenggara Timur

185

22

177

28

173

19

69

183

21

186

23

1.0

1.0

0.9

0.3

0.9

0.9

20

Kalimantan Barat

117

120

115

116

93

58

58

67

112

75

126

71

1.2

1.2

0.8

0.7

1.0

1.0

21

Kalimantan Tengah

102

89

97

76

77

75

53

24

88

54

106

50

1.4

1.3

1.3

0.6

1.1

1.2

22

Kalimantan Selatan

171

39

177

34

168

40

83

176

29

186

30

1.1

1.1

1.1

0.5

1.1

1.1

23

Kalimantan Timur

94

51

94

37

113

50

50

17

126

46

138

40

1.0

0.9

1.0

0.4

1.0

1.0

24

Sulawesi Utara

79

18

77

21

81

17

11

67

16

59

15

0.9

1.0

1.0

0.1

0.7

0.6

25

Sulawesi Tengah

93

25

91

19

96

21

17

106

17

118

12

0.9

0.8

0.9

0.3

0.9

0.9

26

Sulawesi Selatan

257

160

249

16

229

15

27

Sulawesi Tenggara

80

23

76

18

77

14

28

Gorontalo

29

27

23

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

412
4

610

129
5

803

114

871

1.2

1.2

0.9

0.0

0.9

0.7

248

0.9

0.7

0.6

0.4

0.6

0.6

11

209

0.9

0.9

0.9

0.4

1.0

1.0

96

23

106

24

1.2

1.1

0.9

0.6

0.8

0.9

24

123

10

0.9

1.0

1.0

12

180

1.0

0.9

1.0

0.6

1.1

0.8

108

1.0

1.1

0.8

0.6

0.8

1.0

185

1.2

1.0

0.9

0.3

0.9

0.8

44

0.8

0.9

0.8

0.5

0.8

0.9

49

27

19

0.9

0.9

0.7

2.1

0.8

1.1

70

165

57

0.3

0.3

0.2

0.1

0.7

0.2

406

407

0.5

0.4

0.4

0.0

0.4

0.4

777

820

0.8

0.7

0.8

0.2

0.9

1.0

108

126

1.0

1.0

0.9

4.3

0.9

1.1

914

1.0

0.9

1.0

0.1

1.0

1.0

172

59

90

529

88

103

0.5

0.5

0.5

3.1

0.5

0.6

110

45

87

111

46

118

46

1.1

1.1

1.4

0.8

1.4

1.5

17
-

215

245

10

1.2

0.8

0.7

0.0

0.7

0.7

183

19

85

101

0.8

0.7

0.7

1.8

0.7

0.8

16

32

32

0.6

0.6

0.6

0.4

0.7

0.7

28

32

37

34

33

19

18

62

27

46

26

65

28

41

0.9

0.9

1.6

1.4

1.7

1.2

118

102

32

24

71

66

75

73

1.0

1.1

1.0

0.3

0.8

0.9

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI


Keterangan: R-4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil)
PB = Puskesmas keliling perahu bermotor

654

0.2

0.6

109

4,984

0.6

0.6

29

0.5

0.7

112

716

0.8

0.6

93

27

24

5,084

16

38

22

108

841

35

886

22

19

190

101

109

189

35

5,551

27

267

34

108

62

(18)

239

198

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

PB

Rasio Puskesmas Keliling/


Puskesmas
2002
2003
2004

2005

R-4

11

18

25

42

25

43

0.6

1.2

1.1

2,795

317

5,358

805

5,552

591

0.9

0.8

0.8

0.4

0.8

0.8

Lampiran 5.5
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI
TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Depkes/Pemda
RS
RS
Jumlah
Umum
Khusus
(3)

(4)

(5)

TNI/POLRI
RS
Jumlah
Khusus

RS
Umum
(6)

(7)

(8)

Departemen Lain/BUMN
RS
RS
Jumlah
Umum
Khusus
(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

14

15

Sumatera Utara

26

31

17

Sumatera Barat

15

17

Riau

12

13

Jambi

Sumatera Selatan

12

14

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

1
-

RS
Umum

Swasta
RS
Khusus

(12)

(13)

Jumlah

RS
Umum

(14)

(15)

Semua RS
RS
Jumlah
Khusus
(16)

(17)

25

28

18

61

67

111

12

123

10

19

28

12

40

11

13

34

37

13

15

10

27

31

9
1

12

18

22

52

33

85

73

42

115

12

12

45

25

70

91

34

125

49

172

53

19

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

15

12

Jawa Barat

28

36

13

Jawa Tengah

41

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

45

16

Banten

17

Bali

11

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

14

20

Kalimantan Barat

13

21

Kalimantan Tengah

10

22

Kalimantan Selatan

11

23

Kalimantan Timur

10

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

10

26

Sulawesi Selatan

26

33

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

20

13

1
-

5
-

72

40

112

124

48

15

24

17

17

34

15

56

22

78

133

33

166

13

17

23

16

20

27

33

10

14

16

10

13

12

11

14

19

12

19

45

15

60

12

13

0
7

15

14

1
2

1
2

10

13

24

25

23

11

20

23

26

11

19

20

2
9

1
-

28
-

11
26

3
-

0
17

6
16

9
0

Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

378

74

452

110

112

71

78

436

190

626

995

273

1,268

Lampiran 5.6
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA
TAHUN 1995 - 2005
Jumlah Rumah Sakit Umum
No

Pengelola

(1)

(2)

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Departemen Kesehatan

15

15

15

15

14

14

14

14

14

13

13

Pemerintah Provinsi

42

42

42

43

40

42

45

45

45

43

43

Pemerintah Kab/Kota

281

283

285

287

285

286

285

287

294

305

322

Depkes + Pemda

338

340

342

345

339

342

344

346

353

361

378

TNI/POLRI

110

111

111

112

110

110

110

110

110

110

110

Departemen Lain / BUMN

73

72

69

68

68

68

70

70

71

71

71

Pemerintah

521

523

522

525

517

520

524

526

534

542

559

Swasta

329

335

351

363

370

390

411

427

432

434

436

850

858

873

888

887

910

935

953

966

976

995

Jumlah
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 5.7

JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA


TAHUN 1995 - 2005
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum
No

Pengelola

(1)

(2)

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

9,023

9,089

9,610

9,471

9,194

9,173

9,264

9,086

8,858

8,505

8,483

Departemen Kesehatan

Pemerintah Provinsi

11,901

12,032

11,936

11,914

12,109

12,226

12,832

12,872

12,958

12,391

12,902

Pemerintah Kab/Kota

28,168

28,501

28,888

29,371

29,536

29,883

29,682

30,316

30,803

31,959

33,896

Depkes + Pemda

49,092

49,622

50,434

50,756

50,839

51,282

51,778

52,274

52,619

52,855

55,281

TNI/POLRI

10,752

10,836

10,874

10,938

10,748

10,811

10,942

10,740

10,718

10,761

10,814

Departemen Lain / BUMN

7,246

7,281

6,881

7,045

6,888

6,928

6,836

6,729

6,758

6,537

6,827

Pemerintah

67,090

67,739

68,189

68,739

68,475

69,021

69,556

69,743

70,095

70,153

72,922

Swasta

33,298

34,303

35,697

36,553

37,308

38,516

40,392

41,796

42,284

42,487

43,364

100,388

102,042

103,886

105,292

105,783

107,537

109,948

111,539

112,379

112,640

116,286

Jumlah
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 5.8
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 1997 - 2005

No

Jenis Rumah Sakit

(1)

(2)

1997

1998

1999

2001

2000

2003

2002

2005

2004

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(18)

(19)

RS Jiwa

49

8,208

50

7,921

50

7,863

50

7,834

50

6,689

51

7,777

51

7,771

51

8,535

51

8,527

RS Kusta

24

2,724

24

2,643

24

2,593

24

2,459

24

2,427

23

2,344

23

2,344

22

2,248

22

2,446

RS TP

10

747

10

748

10

761

711

711

722

722

751

766

RS Mata

10

580

10

501

10

507

10

468

10

446

10

418

10

418

10

460

10

475

RS OP

187

187

187

187

187

187

187

187

187

RS Penyakit Infeksi

103

103

103

144

144

144

144

144

127

RS Jantung

214

234

234

RS Kanker

129

128

129

RS Bersalin

50

2,270

51

2,279

51

2,290

54

2,432

53

2,361

55

2,491

55

2,464

55

2,439

56

2,533

63

3,100

64

3,629

55

1,365

56

1,427

10

RS Ibu dan Anak

63

3,175

11

RS Gigi dan Mulut

11

12

RS Khusus Lainnya

72

3,291

77

3,512

77

3,511

86

3,735

96

4,304

112

4,592

41

1,182

Jumlah

217 18,110

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

224 17,894

224 17,815

235 17,970

244 17,269

262 18,675

268 18,750

270 19,591

273 20,480

Lampiran 5.9
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 - 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung

Kepulauan Bangka Belitung


Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Industri
Farmasi

Obat Tradisional
Industri Obat Tradisional

Perbekalan Kesehatan
Rumah tangga (PKRT)

Alat Kesehatan

Industri Kecil Obat Tradisional

Kosmetika

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

11
2
-

11
2

11
2
1
1
3

1
1

1
1
-

40
71
25
1
51
22
1

40
72
25
1
51
24
1

226

229

Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI

11
2
1
1
3
-

62
77
31
5
57
20
1
1
272

1
2
4
-

265

1
-

62
77
31
1
51
24
1

1
2
1
-

19
33
10
-

86

8
8
10
-

1
-

1
89

1
13
103

26
70
5
1
8
5
-

17
37
1

11
8

86

1
4

17
37
10

1
-

8
8
6

26
0
4
9
8
5

13
36
10

8
7
-

1
2

28
57
4
1
8
5
-

30
70
5
1
9
6
-

141
160
160
118
172
172
200
208
208
21
21
21
172
338
346
21
28
28
6
6
6
8
9
8
2
6
6
7
7
9
3
3
3
27
27
32
11
11
11
7
7
8
1
1
1
5
2
2
1
4
4
4
2
2
2
811 1,130 1,134

3
74
143
36
11
343
28
6
8
6
9
3
39
11
9
1
36
1
4
2
894

15
-

18
-

28
-

1
-

1
60
54
33
8
11
20
1
1

40
272

1
-

18
1
-

63
57
33
8
65
22
1
1
55
75
400

18

5
2

31
63
33

37
14
1
5
2

34
14

31
63
57
-

67
22
1
1

67
22
1
1

108
55
57
457

125
55
57
498

40
14
1
6
2

85
128
33
8
114
55
4
482

95
95
146
146
51
51
8
8
125
130
63
63
367
1
4
4
84
554 1,015

3
-

1
37
15
1
6
124
3
77
168
55
8
125
63
7
1
1
4
2
698

39
5
-

39
5
-

39
5
-

42
5
-

1
1

1
1

1
1

1
1

181
107
33
4
138
30
2
541

185
114
45
4
141
32
2
569

185
114
45
4
141
32
2
569

102
120
45
4
144
32
2
29
391
918

Lampiran 5.10
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2005
Pedagang Besar Farmasi

Provinsi

No
(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Apotik

(P B F )

Perbekalan Alat Kesehatan

Toko Obat

Penyalur

Sub Penyalur

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

51

51

51

389

389

389

389

36

103

36

86

86

86

165

165

92

28

28

28

103

106

103

499

95

95

95

499

483

499

Sumatera Barat

64

67

67

71

158

165

165

165

384

397

397

397

Riau

63

84

84

79

122

192

192

216

482

650

650

640

Jambi

39

39

37

43

75

80

78

94

137

309

150

137

92

12

Sumatera Selatan

76

76

76

76

160

137

137

177

132

132

130

150

87

35

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

41
1
-

13

13

15

41

46

57

61

51

51

50

114

124

127

140

3
-

3
-

4
-

21
-

23
-

23
-

36
-

28

117

90

142

116

162

81
-

82
-

78

29

29

34

21

2
-

494

526

526

310

1,137

1,226

1,226

1,234

810

962

962

493

670

750

750

212

321

349

349

361

1,505

1,566

1,566

1,883

535

535

535

706

30

42

42

84

13 Jawa Tengah

225

249

249

249

722

879

879

879

480

600

600

600

14 DI Yogyakarta

45

43

43

48

208

225

225

300

51

45

45

58

305

334

290

375

1,311

1,331

1,375

1,364

230

15 Jawa Timur
16 Banten

38

45

45

45

345

345

345

345

17 Bali

73

79

79

78

250

250

250

250

48

71

71

71

18 Nusa Tenggara Barat

22

23

24

30

67

79

84

70

60

63

63

108

19 Nusa Tenggara Timur

18

19

19

25

42

48

48

60

81

151

151

151

20 Kalimantan Barat

41

43

43

43

62

77

77

87

242

301

301

327

2
-

14

12

12

12

76

76

76

51

51

34

42

48

48

14

81

68

293

4
-

12

12

12

49

55

55

36

60

81

81

139

33

33

33

33

51

49

51

73

84

115

216

233

262

321

640

82

92

92

92

23 Kalimantan Timur

45

45

45

50

115

144

144

191

297

386

386

359

40

40

15

24 Sulawesi Utara

41

39

39

41

73

80

90

89

121

135

149

125

62

62

62

19

13

12

23

60

60

55

73

137

115

105

157

74

79

79

79

352

331

331

418

385

450

450

398

27 Sulawesi Tenggara

11

13

13

15

37

39

39

41

133

156

156

134

36

18

19

19

31

36

36

44

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat

Indonesia
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI

21
2

23

23

23

16

16

16

125
55

66

70

82

59

59

59
50

42

42

42

15

14

15

29

32

35

41

71

75

74

91

13

17

25

29

17

20

23

27

31

34

34

36

109

116

116

96

39

118

118

61

12
-

53

12

55

12
-

12
-

81

2,249

2,478

2,432

2,392

7,767

8,364

8,456

9,216

5,405

6,610

6,806

6,737

1,152

1,639

1,982

1,008

12

343

10

25 Sulawesi Tengah

60
38

47

26 Sulawesi Selatan

4
-

38

21 Kalimantan Tengah

55

68

22 Kalimantan Selatan

260

81

253
255

81

21
-

255

80

36

205

57

34

37

11 DKI Jakarta

99

18

202
96

37

12 Jawa Barat

96

32

57

101

711

21
-

38

32

12

12
81
-

819

2,087

Lampiran 5.11
JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT (EKS GUDANG FARMASI OBAT) KABUPATEN/KOTA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2005
No

Provinsi

Kabupaten/Kota

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah

Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI

21
25
19
11
10
14
9
10
7
6
6
25
35
5
38
6
9
9
16
12
14
13
13
9
10
23
10
5
5
8
8
20
9
440

Tahun
2002

2003

2004

(4)

(5)

(6)

2005
(7)

10
18
14
11
6
7
4
10
3

10
20
14
11
9
7
4
10
3

20
20
15
11
10
10
1
10
3

21
20
19
11
10
14
5
10
3

6
21
35
5
38
6
12
7
12
10
8
11
12
6
5
12
4
3

6
24
35
5
38
6
12
8
14
10
8
11
12
8
5
12
4
3

6
25
35
5
38
3
9
7
13
10
6
11
13
8
6
11
5
5

6
25
35
5
38
3
9
9
15
12
10
13
13
9
10
24
6
5

5
3
14
1
319

5
3
14

5
3
14
1
339

5
8
20
8
401

331

Lampiran 5.12
JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005

No

Provinsi

Jumlah Desa/
Kelurahan

(1)

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam

5,853

Sumatera Utara

4,924

Sumatera Barat

Riau

Sarana UKBM
Posyandu

Polindes

(4)

(5)

4,875 *
14,974

634
1,236

Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan


Pos Obat Desa
(6)

Posyandu

Polindes

(7)

(8)

Pos Obat Desa


(9)

1,929 *

84 *

0.83

0.33

0.01

2,744 *

450 *

3.04

0.56

0.09

6,652

950

941

10.49

1.50

1.48

3,826 *

226 *

113 *

3.10

0.18

0.09
0.12

Jambi

1,072

2,882

123 *

126 *

2.69

0.11

Bengkulu

1,071

1,695

636 *

137

1.58

0.59

0.13

Sumatera Selatan

2,428

5,676

716

262

2.34

0.29

0.11

Lampung

1,967

7,116

1,062

214

3.62

0.54

0.11

Kepulauan Bangka Belitung

266

1,071

197

59

4.03

0.74

0.22

10

Kepulauan Riau

144

525

227

3.65

1.58

0.05

11

DKI Jakarta

265 *

3,882

14.65

0.00

0.00

12

Jawa Barat

5,231

41,231

13

Jawa Tengah

7,817

43,607 *

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

7,682

43,672

4,807

137

16

Banten

1,340

8,648

259

17

Bali

602

4,588

18

Nusa Tenggara Barat

711

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Timur

23

Kalimantan Selatan

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Tenggara

1,342

2,096

185 *

27

Sulawesi Selatan

1,964

8,579 *

349

28

Gorontalo

364

943

257

56

29

Sulawesi Barat

312

119 *

13

30

Maluku

842

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

691 *

201 *

7.88

0.13

0.04

4,068 *

2,156 *

5.58

0.52

0.28

67 *

13.74

0.34

0.17

5.68

0.63

0.02

299

6.45

0.19

0.22

221

7.62

0.37

5,020

395

265

7.06

0.56

0.37

2,300

8,003

1,253 *

251 *

3.48

0.54

0.11

1,409

3,781

1,198 *

2.68

0.85

1,179

2,069

661

102

1.75

0.56

1,201

4,100

1,135

259

3.41

0.95

0.22

1,835

3,257

364

277 *

1.77

0.20

0.15

984

2,055

368

89

2.09

0.37

0.09

1,369

2,642

901

113

1.93

0.66

0.08

1,854

1.56

0.14

1.38

4.37

0.18

0.15

2.59

0.71

0.15

391

676
2,506

5,373 *

1,360 *
71,160 *

133 *

83 *

2 *

279 *

118 *

1,154

563

167

315,921

27,056

17 *

353 *

63,071

* Data tahun 2004

303 *

38 *
9,010

0.09

0.38

0.04

1.62

0.10

0.02

0.52

0.00

28.40

0.11

0.05

0.49

0.14

0.03

5.01

0.43

0.14

Lampiran 5.13
JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah

Pratama

Purnama

Mandiri

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

6,652

Riau

3,826 *

Jambi

2,882

Sumatera Selatan

7
8
9

Madya

Posyandu

4,875 *

3,217

65.99

980

20.10

361

7.41

317

6.50

14,974 *

6,714

44.84

5,493

36.68

2,605

17.40

162

1.08

1,784

26.82

2,630

39.54

1,866

28.05

372

5.59

910

23.78

2,094

54.73

683

17.85

139

3.63

5,676

1,804

31.78

2,441

43.01

1,267

22.32

164

2.89

Bengkulu

1,695

691

40.77

605

35.69

322

19.00

71

4.19

Lampung

7,116

1,995

28.04

2,998

42.13

1,847

25.96

277

3.89

Kepulauan Bangka Belitung

1,071

418

39.03

452

42.20

179

16.71

22

2.05

525

38

7.24

66

12.57

220

41.90

149

28.38

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

3,882

416

10.72

1,816

46.78

1,211

31.20

207

5.33

12

Jawa Barat

41,231

33,982

82.42

0.00

6,392

15.50

857

2.08

13

Jawa Tengah

43,607 *

7,362

16.88

20,258

46.46

15,854

36.36

106

0.24

14

DI Yogyakarta

5,373 *

1,151

21.42

1,588

29.56

1,823

33.93

811

15.09

15

Jawa Timur

43,672

13,447

30.79

18,103

41.45

10,807

24.75

1,315

3.01

16

Banten

8,648

4,929

57.00

2,752

31.82

817

9.45

150

1.73

17

Bali

4,588

580

12.64

1,343

29.27

2,489

54.25

176

3.84

18

Nusa Tenggara Barat

5,020

2,808

55.94

1,605

31.97

551

10.98

56

1.12

19

Nusa Tenggara Timur

8,003

4,252

53.13

2,414

30.16

1,038

12.97

299

3.74

20

Kalimantan Barat

3,781

1,615

42.71

1,462

38.67

725

19.17

69

1.82

21

Kalimantan Tengah

2,069

1,590

76.85

362

17.50

83

4.01

0.39

22

Kalimantan Selatan

3,257

1,760

54.04

1,101

33.80

333

10.22

63

1.93

23

Kalimantan Timur

4,100

1,313

32.02

1,394

34.00

1,000

24.39

327

7.98

24

Sulawesi Utara

2,055

640

31.14

650

31.63

704

34.26

57

2.77

25

Sulawesi Tengah

2,642

1,215

45.99

950

35.96

439

16.62

38

1.44

26

Sulawesi Selatan

8,579 *

4,073

47.48

2,924

34.08

1,453

16.94

129

1.50

27

Sulawesi Tenggara

2,096 *

422

20.13

645

30.77

549

26.19

120

5.73

28

Gorontalo

943

398

42.21

407

43.16

138

14.63

0.00

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

1,360

100.00

0.00

0.00

1,360 *

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI


* = data 2004

0.00

71,160

563

315,921

100,884

77,533

55,756

6,461

Lampiran 5.14
JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah

Pratama

Purnama

Mandiri

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

1,929

Sumatera Utara

2,744

Sumatera Barat

950

Riau

226

Jambi

123

Sumatera Selatan

636

Bengkulu

716

Lampung

1,062

Madya

Polindes

Kepulauan Bangka Belitung

197

10

Kepulauan Riau

227

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

549

57.79

280

524

73,2

171

2.93

1,062

100.00

0.00

29.47

112

23.88

21

11.79

0.95

691

4,068

133

4,807

2,412

50,18

1,305

27.15

Banten

259

254

98.00

2.00

17

Bali

221

96

43.44

75

33.94

48

21.72

0.90

18

Nusa Tenggara Barat

395

283

71.65

63

15.95

45

11.39

1.01

19

Nusa Tenggara Timur

1,253

20

Kalimantan Barat

1,198

21

Kalimantan Tengah

661

654

98.90

0.61

0.15

0.30

22

Kalimantan Selatan

1,135

1,012

89.00

68

5.99

48

4.23

0.62

23

Kalimantan Timur

364

296

81.32

42

11.54

25

6.87

24

Sulawesi Utara

368

287

78.00

82

22.30

0.80

0.30

25

Sulawesi Tengah

901

575

63.82

237

26.30

87

9.66

0.20

26

Sulawesi Selatan

185

27

Sulawesi Tenggara

349

155

44.40

99

28.40

83

23.80

12

28

Gorontalo

257

189

73.54

64

24.90

1.56

29

Sulawesi Barat

119

30

Maluku

83

31

Maluku Utara

353

32

Papua

279

33

Irian Jaya Barat

167

Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
* = data 2004

27,056

888

18.47
-

202

4.20
-

*
3,4
-

8,348

0.00
-

2,495

1,365

241

Lampiran 5.15
JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

POD

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI


* = data 2004

84
450
941
113
126
137
262
214
59
7
201
2,156
67
137
299
265
251
102
259
277
89
113
1,854
303
56
13
17
2
118
38
9,010

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

*
*
549

58,30

280

29,80

112

11,90

15,43

217
96
187

82,80
70,10
87,40

45
30
15

17
21,90
7,01

0
2
8

1,50
3,74

0
0
0

0.00
0.00

94
271
0
231

68,61
90,60
0.00
87,17

31
10
0
24

22,60
3,30
0.00
9,06

4
18
0
8

2,92
6,00
0.00
3,02

10
0
0
2

7,30
0.00
0.00
0,75

0
91

89,20

0
11

10,78

0
0

0.00
0.00

0
0

0.00
0.00

176
55
109

68,00
61,80
96,46

61
30
4

23,55
33,70
3,45

12
4
0

4,63
4,50
0.00

3
0
0

1,16
0.00
0.00

761
48
0

41,05
85,71
0.00

637
8
0

34,36
14,29
0.00

381
0
0

20,55
0.00
0.00

75
0
0

4,05
0.00
0.00

*
*

*
*
*

*
*
*
*
2,885

1,186

549

99

Lampiran 5.16
REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI
PER MARET 2005
Jurusan / Program Studi
No

Provinsi

Keperawatan

Kebidanan

Kesehatan

Gizi

Lingkungan
(1)

(2)

Kesehatan

Farmasi

Gigi

Analis

Teknik

Teknik Radio-

Teknik

Analis Farmasi

Kesehatan

Elektromedik

diagnostik

Gigi

& Makanan

Fisioterapi

Okupasi

Ortetik

Terapi

Prostetik

TOTAL

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

16

12 Jawa Barat

16

13 Jawa Tengah

16

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

20

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

10

27 Sulawesi Tenggara

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua

9
203

16 Banten

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

33 Irian Jaya Barat


TOTAL

67

47

20

23

18

12

33.0

23.2

9.9

11.3

8.9

3.0

5.9

1.0

1.0

0.5

0.5

1.0

0.5

0.5

Sumber: Pusdiknakes, PPSDM

Lampiran 5.17
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES
TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Strata

Jumlah

Jurusan/Program Studi

Non Akreditasi

Belum Akreditasi

(6)

(7)

(8)

Jumlah

(9)

(10)

(3)

(4)

(5)

Banda Aceh

Medan

Pekanbaru

40.00

Padang

85.71

Jambi

100.00

Bengkulu

66.67

Palembang

75.00

Tanjung Karang

100.00

Jakarta I

100.00

10

Jakarta II

100.00

11

Jakarta III

12

Bandung

11

13

Tasikmalaya

14

Yogyakarta

100.00

15

Semarang

11

11

100.00

16

Surakarta

80.00

17

Surabaya

13

13

100.00

18

Malang

100.00

19

Denpasar

100.00

20

Mataram

100.00

21

Kupang

100.00

22

Pontianak

66.67

23

Palangkaraya

24

Samarinda

25

Banjarmasin

26

Palu

27

Makassar

10

28

Kendari

29

Manado

30

Ambon

31

Ternate

32

Jayapura

Jumlah
%
Sumber : Pusdiknakes, Desember 2005

203

100.00

100.00

100.00

11

100.00

100.00

66.67

66.67

100.00

100.00

2
5

80.00

100.00

44.44

100.00

66.67

55.56
88.18

73

102

24

179

40.78

56.98

2.23

0.00

13.41

100.00

Lampiran 5.18
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN MENURUT JURUSAN / PROGRAM STUDI DAN PROVINSI
TAHUN 2005

2 Sumatera Utara

36

28

13

4 Riau
5 Jambi

3 Sumatera Barat

6 Sumatera Selatan

12

1
1

1
3

12 Jawa Barat
2

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur

16 Banten

(18)

(19)

(20)

(21)

1
1
1

Kardiovaskuler

(17)

PTTD

AAK

(16)

ATEM

ATG

(15)

APIKES

SMAK

(14)

ARO

AKUPUNTUR

(13)

ATRO

ATW

AKFIS
(12)

(22)

(23)

Jumlah

(24)

30

88

30

18

25

1
2

1
1

7
1

11
3

37

17

7
4

12

40

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

27 Sulawesi Tenggara

23

20

3
3

43

17 Bali

26 Sulawesi Selatan

(11)

Keteknisian Medis

10 Kepulauan Riau

13 Jawa Tengah

(10)

11 DKI Jakarta

(9)

7 Bengkulu
1

(8)

8 Lampung
9 Kepulauan Bangka Belitung

(7)

AKZI

(6)

12

Keterapian

Gizi

AKL

(5)

Kesmas

AKFAR

(4)

AKAFARMA

(3)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

SMF

(2)

Kefarmasian

AKBID

(1)

AKPER

Provinsi

SPRG

No

SPK

Keperawatan

17

1
2
2

54
2

1
1

83
1

28

65

6
2
1

6
5

7
3

10
1

8
1

2
3

30
7

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
JUMLAH
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

86

0
4

7
0

22

314

122

32

17

25

15

14

20

16

645

Lampiran 5.19
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN
PER DESEMBER 2005
No.

Jenis Tenaga Kesehatan


(2)

(1)

KEPERAWATAN
1 SPK
2 AKPER
3 AKBID
4 SPRG
5 AKG
Sub Total

KEFARMASIAN
1 SMF
2 AKAFARMA
3 AKFAR
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL
Sub Total
GIZI
1 AKZI
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS
2 AOT
3 ATW
4 AKUPUNKTUR
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK
2 AAK
3 ATG
4 PTTD
5 ATRO
6 APIKES
7 ATEM
8 ARO
9 AOP
Sub Total
Jumlah
%

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

Jumlah
TNI / Polri

Daerah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

9
69
17

9
12
1
3

4
233
104
1

95

25

342

22
314
122
4
0
462

30
17
22
69

32
17
25
74

1
1

14
14

15
15

1
1

8
8

9
9

14

14
0
1
1
16

2
2

1
3

Swasta

Jumlah

Pusat

1
1
16
1
2

1
1

3
102
15.8

3
31
4.8

6
18
1
2
7
16
5
7
62
511
79.4

8
20
2
2
7
16
6
7
0
68
644

Lampiran 5.20
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT JENIS KETENAGAAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
No

Provinsi

Medis

Keperawatan

Kefarmasian

Gizi

Kesmas

Keterapian
Fisik

Keteknisan
Medis

Jumlah

Jumlah Tenaga

Jumlah SDM

Tenaga Kesehatan

Non Kesehatan

Kesehatan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

396

1,478

124

60

86

36

182

2,362

665

3,027

1,795

6,940

617

298

150

103

633

10,536

4,622

15,158

Sumatera Barat

830

3,087

339

124

133

56

268

4,837

1,778

6,615

Riau

589

2,637

280

80

69

46

248

3,949

1,725

5,674

Jambi

204

845

95

45

54

14

92

1,349

437

1,786

Sumatera Selatan

658

2,589

211

110

97

52

194

3,911

2,230

6,141

Bengkulu

113

630

52

41

51

14

59

960

222

1,182

Lampung

304

1,733

97

79

69

36

202

2,520

1,316

3,836

70

363

30

14

11

29

521

257

778

5,230

17,600

1,592

646

378

368

2,139

27,953

17,028

44,981

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

3,013

11,804

965

392

318

198

1,108

17,798

10,488

28,286

13

Jawa Tengah

3,089

13,743

1,213

598

372

339

1,507

20,861

13,692

34,553

14

DI Yogyakarta

1,318

3,411

320

92

71

85

401

5,698

2,776

8,474

15

Jawa Timur

3,404

14,179

1,075

539

306

310

1,240

21,053

13,518

34,571

16

Banten

422

2,131

197

55

37

50

227

3,119

1,757

4,876

17

Bali

937

3,145

194

149

169

43

208

4,845

1,448

6,293

18

Nusa Tenggara Barat

174

937

53

51

54

20

113

1,402

692

2,094

19

Nusa Tenggara Timur

257

1,315

117

47

29

15

152

1,932

772

2,704
3,595

20

Kalimantan Barat

220

1,561

92

78

67

27

132

2,177

1,418

21

Kalimantan Tengah

117

794

41

36

45

13

72

1,118

235

1,353

22

Kalimantan Selatan

234

1,494

145

90

98

25

156

2,242

831

3,073

23

Kalimantan Timur

417

2,403

185

79

70

40

189

3,383

1,763

5,146

24

Sulawesi Utara

453

2,055

69

67

46

20

58

2,768

1,365

4,133

25

Sulawesi Tengah

168

1,003

66

34

105

22

62

1,460

417

1,877

26

Sulawesi Selatan

996

4,146

295

220

247

121

383

6,408

1,859

8,267

27

Sulawesi Tenggara

89

734

39

66

30

19

39

1,016

280

1,296

28

Gorontalo

60

167

12

258

52

310

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

86

809

15

35

21

34

1,008

473

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia
%

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, Desember 2005

1,481

35

269

11

18

351

100

451

182

1,056

53

55

26

12

136

1,520

476

1,996

22

20

14

34

179

658

25,941

105,058

8,612

4,217

3,237

2,111

10,318

159,494

85,350

10.6

42.9

3.5

1.7

1.3

0.9

4.2

65.1

34.9

81

837
244,844

Lampiran 5.21

JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN PUSKESMAS


MENURUT PROVINSI KEADAAN TAHUN 2005
Dokter Umum
No

Diploma 3

Dokter Gigi

Provinsi

(1)

(2)

SKM
PNS

PTT

(3)

(4)

PNS
(5)

(6)

Bidan di Bidan di
Puskes.
desa

Apoteker

PTT
(7)

(8)

Kesling

Gizi

(9)

(10)

Keperawatan

Bidan

(11)

(12)

(13)

(14)

Perawat
Umum

Perawat
Gigi

Sanitarian

Pelak.
Gizi

(15)

(16)

(17)

(18)

Laboran
Asist.
Non
Apoteker Analis
Analis
(19)

(20)

(21)

Lain-lain

Jumlah
Tenaga

(22)

(23)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

180

48

40

88

125

74

528

234

1,006

2,768

942

170

168

79

136

146

485

7,232

2 Sumatera Utara

476

299

226

119

68

18

105

61

482

242

2,613

2,773

3,610

286

236

294

338

160

17

832

13,255

3 Sumatera Barat

142

86

78

33

63

123

106

275

182

735

383

788

133

52

23

137

89

27

448

3,909

4 Riau

100

86

48

54

38

37

345

170

295

340

555

69

69

51

74

43

268

2,653

81

91

26

21

12

75

18

340

85

307

626

691

120

95

37

54

74

150

2,912

206

129

63

27

75

57

54

411

251

985

1,238

1,167

242

261

140

176

112

42

865

6,505

5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu

73

91

33

25

16

126

82

338

719

336

83

77

56

38

32

33

402

2,571

8 Lampung

204

117

51

68

24

124

48

488

166

659

928

1,050

137

139

92

79

96

10

329

4,817

9 Kep.Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau

48

26

18

11

17

15

15

60

47

76

180

226

38

16

15

22

15

22

202

1,069

66

36

26

16

12

12

198

37

152

122

370

32

26

10

29

34

150

1,337

11 DKI Jakarta

261

23

341

24

21

48

48

208

84

568

165

502

84

39

59

85

32

542

3,145

12 Jawa Barat

813

523

390

167

196

350

195

1,424

767

2,053

3,137

4,381

682

413

287

392

127

61

2,606

18,969

13 Jawa Tengah

899

619

401

129

153

490

311

1,574

921

2,127

4,334

3,021

620

442

356

328

275

126

2,814

19,946

14 DI Yogyakarta

84

162

102

46

21

72

63

103

163

194

165

687

226

85

71

63

130

458

2,905

15 Jawa Timur

977

426

512

182

85

205

135

1,574

764

1,809

5,281

3,650

575

483

408

466

279

426

4,843

23,086

16 Banten

135

192

88

64

13

28

29

179

45

591

551

709

66

50

37

17

552

3,354

17 Bali

180

23

90

10

40

90

44

195

107

408

392

702

183

139

43

83

34

316

3,084

18 Nusa Tenggara Barat

125

29

38

19

43

83

95

162

51

303

519

885

75

128

109

39

93

299

3,101

19 Nusa Tenggara Timur

57

107

22

10

13

108

74

266

142

336

1,243

1,211

172

99

54

95

45

36

524

4,616

20 Kalimantan Barat

154

48

62

24

11

69

58

182

88

385

733

1,422

170

163

128

61

134

474

4,368

21 Kalimantan Tengah

130

92

38

21

22

16

63

52

155

42

305

542

1,140

352

287

234

231

180

54

367

4,323

22 Kalimantan Selatan

131

127

41

23

58

115

80

229

105

414

1,022

743

233

247

119

147

150

325

4,323

23 Kalimantan Timur

178

130

102

39

21

69

56

417

118

539

197

1,299

261

117

55

58

46

12

760

4,478

24 Sulawesi Utara

137

51

22

21

54

62

132

30

306

391

992

92

135

37

39

202

2,728

25 Sulawesi Tengah

114

45

40

29

76

43

147

52

392

999

1,242

66

210

42

30

42

191

3,774

26 Sulawesi Tenggara
27 Sulawesi Selatan

97

49

24

35

80

88

216

41

169

406

737

51

65

141

24

12

156

2,401

278

103

101

79

182

144

168

559

107

587

1,004

1,617

233

176

126

95

164

28

468

6,226

28 Gorontalo

37

36

10

19

29

50

22

217

297

21

52

24

848

29 Sulawesi Barat

26

28

10

21

47

35

56

140

341

26

23

14

12

80

886
1,187

30 Maluku

37

16

11

13

11

65

20

161

203

476

14

27

37

15

71

31 Maluku Utara

35

11

12

10

16

22

86

42

77

169

305

19

29

16

70

930

32 Papua

32

41

20

39

68

389

545

719

10

25

25

10

32

20

452

2,443

33 Irian Jaya Barat


Jumlah

23

19

17

16

92

78

157

166

330

13

15

14

10

14

17

996

6,516

3,909

3,075

1,221

1,355

136

2,949

2,163

11,383

5,312

19,514

32,598

37,143

5,554

4,588

3,217

3,372

2,624

1,006

20,742

168,377

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Kesmas, Depkes RI

Lampiran 5.22
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2005/2006
DI POLTEKKES MENURUT PROFESI
No

Jenis Profesi
(2)

(1)

(5)

(6)

4,605

4,367

4,231

13,203

3,484

3,295

10,610

1,120

981

742

2,843

9,556

8,832

8,268

26,656
0

KEFARMASIAN

Sub Total

80

80

40

200

440

390

286

1,116

520

470

326

1,316
0

KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Lingkungan

1,390

1,184

1,021

3,595

Sub Total

1,390

1,184

1,021

3,595
0

GIZI
Gizi
Sub Total

1,495

1,330

1,114

3,939

1,495

1,330

1,114

3,939
0

KETERAPIAN FISIK
Fisioterapi
Okupasi Terapi
Sub Total

(4)

3,831

Farmasi

(3)

Jumlah

Kebidanan

Analisa Farmasi dan Makanan

III

Keperawatan

Sub Total

Peserta Didik
II

KEPERAWATAN

Kesehatan Gigi

160

160

120

440

80

80

40

200

240

240

160

640
0

KETEKNISIAN MEDIS
Analis Kesehatan
Teknik Gigi

821

704

478

2,003

80

80

40

200

Teknik Radiodiagnostik dan Terapi

160

180

120

460

Teknik Elektromedik

200

180

120

500

50

40

40

130

Sub Total

1,311

1,184

798

3,293

Jumlah

14,512

13,240

11,687

39,439

Ortetik Prostetik

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

Lampiran 5.23
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2005/2006
DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI
No

Jenis Profesi

Peserta Didik
I

II

III

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Keperawatan
SPK
AKPER
AKBID
SPRG
Sub Total

1,320
24,027
6,166
290
31,803

1,665
21,613
5,241
290
28,809

1,425
21,165
4,972
209
27,771

Kefarmasian
SMF
AKAFARMA
AKFAR
Sub Total

2,858
1,150
1,700
5,708

2,679
891
1,208
4,778

2,809
934
1,036
4,779

900
900

887
887

706
706

Sub Total

730
730

494
494

381
381

Keterapian Fisik
AKFIS
ATW
Akupuntur
Sub Total

730
80
50
860

734
50
80
864

688
60

598
1,380
160
115
390
890
290
460
50

584
1,196
130
70
389
846
350
380

4,410
66,805
16,379
789
88,383
0
8,346
2,975
3,944
15,265
0
2,493
2,493
0
1,605
1,605
0
2,152
190
130
2,472
0
1,874
3,662
428
185
1,114
2,552
934
1,133
50

Kesehatan Masyarakat
AKL
Sub Total
Gizi
AKZI

Keteknisian Medik
SMAK
AAK
ATG
PTTD
ATRO
APIKES
ATEM
ARO
KARDIOVAKULER
Sub Total
TOTAL

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

748
692
1,086
138
335
816
294
293

4,333

3,945

3,654

11,932

44,334

39,777

38,039

122,150

Lampiran 5.24
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2005
No.

Jenis Tenaga Kesehatan

POLTEKKES

NON POLTEKKES

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

KEPERAWATAN
1 SPK
2 AKPER
3 AKBID
4 SPRG
5 AKG
Sub Total

KEFARMASIAN
1 SMF
2 AKAFARMA
3 AKFAR
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL
Sub Total
GIZI
1 AKZI
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS
2 AOT
3 ATW
4 AKUPUNKTUR
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK
2 AAK
3 ATG
4 PTTD
5 ATRO
6 APIKES
7 ATEM
8 ARO
9 AOP
10 KARDIOVASKULER
Sub Total
Jumlah

Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI

0
4,059
2,966
0
773
7,798

1,324
18,884
2,985
188
0
23,381

1,324
22,943
5,951
188
773
31,179

1
40
365
406

2,294
689
742
3,725

2,295
729
1,107
4,131

1,017
1,017

838
838

1,855
1,855

1,161
1,161

358
358

1,519
1,519

120
40
0
0
160

529
0
50
0
579

649
40
50
0
739

0
559
40
0
140
0
183
0
0
0
922
11,463

531
946
110
0
343
581
227
238
0
0
2,976
31,857

531
1,505
150
0
483
581
410
238
0
0
3,898
43,320

Lampiran 5.25
JUMLAH LULUSAN POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN / PROGRAM STUDI DAN KOTA
TAHUN 2005

No.

POLTEKKES

(1)

Keperawatan

Kebidanan

Kes. Ling

(3)

(4)

(5)

(2)

Banda Aceh

Gizi

Kes. Gigi

(6)

Farmasi

(7)

Jurusan/ Program Studi


Teknik
Teknik
Analis Kes.
Elektromedik Radiodiagnostik

(8)

(9)

(10)

(11)

Teknik Gigi
(12)

AKAFARMA

Fisioterapi

(13)

(14)

Okupasi
Terapi

Total

Ortotik
Prostetik

(15)

(16)

(17)

262

159

37

54

88

600

Medan

80

240

60

80

40

80

80

660

Padang

139

208

46

48

15

456

Pekanbaru

68

165

233

Jambi

40

74

38

53

205

Bengkulu

75

234

309

Palembang

135

40

34

41

35

39

324

Tanjung Karang

51

91

47

50

59

298

Jakarta I

80

40

40

160

10

Jakarta II

60

70

100

100

60

40

40

470

11

Jakarta III

274

117

80

471

12

Bandung

316

310

75

99

47

88

935

13

Tasikmalaya

156

40

41

237

14

Semarang

160

40

80

60

80

80

500

15

Surakarta

80

40

80

40

240

16

Yogyakarta

32

58

92

94

57

333

17

Malang

244

170

60

40

514

18

Surabaya

346

180

120

39

80

83

848

19

Denpasar

190

42

32

43

307

20

Mataram

118

40

50

25

40

38

311

21

Kupang

188

25

17

40

270

22

Pontianak

40

47

39

36

38

200

23

Palangkaraya

38

57

35

130

24

Banjarmasin

178

25

Samarinda

26

40

48

90

40

78

40

70

228

Menado

160

126

40

90

416

27

Palu

163

91

64

40

358

28

Masakar

120

40

40

40

40

280

29

Kendari

60

48

57

165

30

Ambon

222

60

56

60

398

31

Ternate

72

73

145

32

Jayapura

110

51

60

63

284

Total

4,059

2,966

1,017

1,161

773

365

559

183

140

40

40

120

40

11,463

Sumber: Pusdiknakes, Desember 2005

Lampiran 5.26
JUMLAH PESERTA DIKLAT YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLAT DAN BAPELKES NASIONAL
TAHUN 2005
No

Unit Kerja

Pra Jabatan

Diklat Pimpinan

Diklat Fungsional

Diklat Teknis

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Pusdiklat

193

112

2,411

288

3,004

Bapelkes Cilandak

196

133

282

120

731

Bapelkes Ciloto

40

1,408

112

1,560

Bapelkes Lemah Abang

330

24

1,800

145

2,299

Bapelkes Salaman

160

180

80

420

Bapelkes Makassar

271

151

3,698

124

4,244

1,150

460

9,779

869

12,258

Jumlah

Sumber : Laporan tahunan BAPELKES tahun 2005

Lampiran 5.27
REALISASI DIPA MENURUT PUSAT DAN DAERAH PER PROVINSI DAN PER JENIS BELANJA
TAHUN 2005
(Dalam ribuan rupiah)
No.

Provinsi

(1)
A

(2)

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG

BELANJA MODAL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

JUMLAH SELURUHNYA

Alokasi

Realisasi

Alokasi

Realisasi

Alokasi

Realisasi

Alokasi

Realisasi

Alokasi

Realisasi

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

PUSAT

Setjen

Inspektorat Jenderal

802,165,372

551,427,934

68.74

348,833,660

62,468,328

17.91

140,093,735

10,323,790

7.37

4,115,218

3,323,135

80.75

15,143,977

12,614,067

83.29

525,000

429,752

81.86

Ditjen Binkesmas

14,699,608

13,921,367

94.71

568,440,727

211,096,949

37.14

518,422,200

92,972,605

17.93

Ditjen Yanmedik

110,362,917

104,392,283

94.59

182,579,102

81,160,948

44.45

470,242,330

38,806,498

8.25

Ditjen PP - PL

117,407,391

14,198,512

12.09

674,653,490

457,117,278

67.76

107,001,686

23,697,227

22.15

Ditjen Yanfar dan Alkes

5,080,736

4,160,080

81.88

134,966,531

130,163,907

96.44

3,990,250

3,728,487

Badan Litbangkes

20,884,093

20,884,000

100.00

31,241,794

27,763,479

88.87

20,012,361

Badan PPSDM

97,837,571

85,241,621

87.13

213,048,770

124,950,834

58.65

39,301,637

DAERAH

23,055,835

1,314,148,602

625,377,453

19,784,195

16,366,954

82.73

4,337,872,535

3,278,150,921

75.57

763,184,349

224,359,729

29.40

906,422,567

495,013,017

54.61

93.44

144,037,517

138,052,474

95.84

16,940,393

84.65

72,138,248

65,587,872

90.92

23,547,856

59.92

238,597,547

66.42
35.87

3,236,310,000

1,157,401
2,960,160,000

7,360,000

5.02
91.47
0.00

9,016,200

4,857,236

53.87

359,204,178

47.59

Nanggroe Aceh Darussalam

685,990

514,250

74.96

11,282,263

5,450,582

48.31

23,872,040

6,891,284

28.87

35,840,293

12,856,116

Sumatera Utara

906,528

705,655

77.84

20,709,286

9,872,520

47.67

98,955,112

33,972,096

34.33

117,556,200

37,405,880

31.82

238,127,126

81,956,151

34.42

Sumatera Barat

1,142,983

995,640

87.11

14,663,686

10,520,885

71.75

45,289,867

26,517,431

58.55

997,090

580,225

58.19

62,093,626

38,614,181

62.19

Riau

1,009,670

555,373

55.01

8,511,510

2,950,289

34.66

45,225,889

19,992,600

44.21

1,209,930

324,550

26.82

Jambi

1,133,385

987,250

87.11

14,961,103

11,784,200

78.77

53,877,848

41,009,923

76.12

Sumatera Selatan

1,959,892

1,745,485

89.06

11,063,435

9,875,200

89.26

55,293,183

32,454,473

58.70

14,441,200

11,607,380

Bengkulu

950,060

736,637

77.54

10,077,592

5,763,629

57.19

41,467,344

35,551,152

85.73

1,410,585

1,302,143

Lampung

1,863,740

1,385,580

74.34

13,225,389

9,750,885

73.73

43,431,968

29,884,592

68.81

33,297,887

Kepulauan Bangka Belitung

868,768

360,275

41.47

8,040,712

4,796,481

59.65

20,179,029

16,603,405

82.28

2,343,650

10

Kepulauan Riau

271,600

128,537

47.33

3,129,088

1,232,318

39.38

22,680,500

15,934,410

70.26

11

DKI Jakarta

1,301,654

1,193,045

91.66

3,842,064

2,342,600

60.97

539,280

359,200

66.61

480,895

141,754

29.48

6,163,893

4,036,599

65.49

12

Jawa Barat

3,255,638

2,541,650

78.07

146,347,668

118,602,780

81.04

122,001,611

57,684,020

47.28

9,274,000

5,740,580

61.90

280,878,917

184,569,030

65.71

13

Jawa Tengah

2,117,719

1,655,368

78.17

19,656,715

17,899,293

91.06

161,817,709

125,252,391

77.40

390,100

390,100

100.00

183,982,243

145,197,152

78.92

14

DI Yogyakarta

1,465,635

871,976

59.49

2,562,180

1,978,663

77.23

29,340,277

23,566,995

80.32

21,983,358

2,525,641

11.49

55,351,450

28,943,275

52.29

15

Jawa Timur

2,002,574

2,002,543

100.00

64,081,591

15,559,785

24.28

206,826,355

175,847,883

85.02

272,910,520

193,410,211

70.87

16

Banten

1,573,285

66,926

4.25

13,366,795

855,382

6.40

43,649,064

16,335,091

37.42

30,167,675

0.00

88,756,819

17,257,399

19.44

17

Bali

1,407,406

678,381

48.20

15,065,661

10,690,286

70.96

47,978,141

26,515,018

55.26

3,809,121

69.10

68,260,329

40,515,694

59.35

18

Nusa Tenggara Barat

1,512,745

1,052,650

69.59

11,916,142

4,518,839

37.92

58,908,505

7,412,920

12.58

72,337,392

12,984,409

17.95

19

Nusa Tenggara Timur

1,081,883

605,680

55.98

31,344,405

5,329,800

17.00

65,864,162

30,283,287

45.98

98,290,450

36,218,767

36.85

20

Kalimantan Barat

484,452

392,560

81.03

13,417,206

5,903,845

44.00

70,536,850

12,181,019

17.27

84,438,508

18,477,424

21.88

21

Kalimantan Tengah

755,046

419,730

55.59

7,661,156

5,062,290

66.08

41,713,513

38,989,720

93.47

50,629,715

44,746,740

88.38

22

Kalimantan Selatan

657,721

456,082

69.34

8,396,007

4,623,241

55.06

34,758,393

5,995,021

17.25

43,812,121

11,074,344

25.28

23

Kalimantan Timur

1,679,890

1,450,842

86.37

14,355,359

12,250,885

85.34

43,502,953

29,117,475

66.93

59,538,202

42,819,202

71.92

24

Sulawesi Utara

1,193,217

982,540

82.34

13,588,269

8,420,567

61.97

51,174,317

22,355,304

43.68

65,955,803

31,758,411

48.15

25

Sulawesi Tengah

960,334

750,245

78.12

14,643,392

11,580,610

79.08

59,593,330

35,935,867

60.30

78,013,453

50,217,375

64.37

26

Sulawesi Selatan

1,082,314

725,850

67.06

13,733,234

8,620,580

62.77

115,629,726

33,419,716

28.90

130,445,274

42,766,146

32.78

27

Sulawesi Tenggara

1,385,972

845,612

61.01

9,323,564

4,120,485

44.19

41,386,743

9,143,684

22.09

1,886,876

547,154

29.00

53,983,155

14,656,935

27.15

28

Gorontalo

527,787

263,586

49.94

5,169,577

2,802,922

54.22

44,784,723

10,078,655

22.50

150,000

100,000

66.67

50,632,087

13,245,163

26.16

29

Sulawesi Barat

277,165

233,560

84.27

2,172,790

1,945,250

89.53

13,860,116

11,630,794

83.92

16,310,071

13,809,604

84.67

30

Maluku

228,815

138,945

60.72

8,392,050

2,871,945

34.22

54,796,845

13,715,421

25.03

63,417,710

16,726,310

26.37

31

Maluku Utara

671,293

421,538

62.79

11,154,889

4,584,362

41.10

78,961,403

16,300,564

20.64

434,500

128,425

29.56

91,222,085

21,434,889

23.50

32

Papua

736,102

595,210

80.86

14,962,299

9,872,034

65.98

49,759,407

17,807,454

35.79

1,395,300

945,840

67.79

66,853,108

29,220,538

43.71

33

Irian Jaya Barat

263,320

212,350

80.64

6,162,355

4,107,708

66.66

18,158,076

7,845,945

43.21

360,000

148,120

41.14

24,943,751

12,314,123

49.37

1,197,031,418 37.34

3,520,646,799

3,054,830,711

86.77 10,671,905,249

6,519,959,542

61.09

Total

1,209,967,489

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran Depkes RI

824,220,483 68.12 2,735,887,483

1,443,876,931 52.78 3,205,403,478

500,000

2,816,397

55,956,999

23,822,812

42.57

69,972,336

53,781,373

76.86

80.38

82,757,710

55,682,538

67.28

92.31

53,905,581

43,353,561

80.42

21,745,920

65.31

91,818,984

62,766,977

68.36

164,700

7.03

31,432,159

21,924,861

69.75

26,081,188

17,295,265

66.31

2,632,009

275,000

1,950,653

55.00

69.26

Lampiran 5.28

ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES TAHUN ANGGARAN 2005


MENURUT ESELON I
No

Program

(1)

(2)

Alokasi

Rupiah Murni
Realisasi

(3)

(4)

%
(5)

Pinjaman Luar Negeri


Alokasi
Realisasi
(6)

(7)

Sekretariat Jenderal

3,241,295,307,000

1,328,767,521,774 41.0

Inspektorat Jenderal

19,784,195,000

18,716,655,275 94.6

Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat

4,089,869,536,000

3,418,119,624,826 83.6

248,057,599,000

Ditjen Pelayanan Medik

754,570,961,000

506,090,027,056 67.1

63,903,155,000

Ditjen PP - PL

867,278,823,000

563,868,835,663 65.0

73,348,878,000

Ditjen Pelayanan Farmasi dan Alkes

144,037,517,000

127,365,231,293 88.4

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

74,238,048,000

64,974,502,202 87.5

Badan PPSDM Kesehatan

325,655,327,000

340,397,911,000 104.5

31,462,819,000

9,516,729,714,000

6,368,300,309,089 66.9

974,294,698,000

Sumber : Biro Keuangan dan Anggaran, Depkes RI

557,522,247,000

Alokasi

(8)

(9)

69,400,478,192 12.4

Jumlah
Realisasi

3,798,817,554,000

(10)

1,398,167,999,966

%
(11)

36.8

19,784,195,000

18,716,655,275 94.6

4,337,927,135,000

3,418,119,624,826 78.8

0.8

818,474,116,000

506,595,619,056 61.9

64,431,112,356 87.8

940,627,701,000

628,299,948,019 66.8

144,037,517,000

127,365,231,293 88.4

74,238,048,000

64,974,502,202 87.5

3,156,586,598 10.0

357,118,146,000

343,554,497,598 96.2

137,493,769,146 14.1

10,491,024,412,000

6,505,794,078,235 62.0

505,592,000

Lampiran 5.29
JUMLAH DAN PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

Jumlah
Penduduk
(***)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

(3)

Peserta
Jumlah
MASKIN
(4)

Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

JPK

NON JPK

(5)

(6)

(7)

(8)

ASKES

JAMSOSTEK

BPL & PRA


BPL JPKM

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Dana
Sehat

(14)

(15)

(16)

Lain-lain

(17)

(18)

JPKM /
Kartu Sehat

(19)

(20)

4,225,999

3,381,791

4,127,927

97.68

98,072

2.32

390,792

9.25

56,412

1.33

Sumatera Utara

12,122,520

2,867,820

3,734,147

30.80

8,388,373

69.20

824,600

6.80

219,783

1.81

Sumatera Barat

4,528,282

1,083,424

1,560,244

34.46

2,968,038

65.54

430,146

9.50

42,531

Riau

5,481,108

1,208,931

1,976,581

36.06

3,504,527

63.94

330,013

6.02

188,824

Jambi

2,568,391

486,409

868,010

33.80

1,700,381

66.20

283,403

11.03

18,569

0.72

Sumatera Selatan

6,864,532

1,920,001

3,853,939

56.14

3,010,593

43.86

589,915

8.59

59,102

Bengkulu

1,691,768

502,613

763,911

45.15

927,857

54.85

148,328

8.77

14,901

Lampung

7,028,588

2,130,200

3,294,819

46.88

3,733,769

53.12

420,161

5.98

155,227

2.21

Kepulauan Bangka Belitung

1,004,623

129,801

199,081

19.82

805,542

80.18

28,717

2.86

13,158

1.31

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

8,622,065

881,216

3,053,323

35.41

5,568,742

64.59

838,037

9.72

363,528

4.22

89,896

1.04

10,880

12

Jawa Barat

38,152,356

7,550,535

14,135,837

37.05

24,016,519

62.95

2,533,216

6.64

1,089,902

2.86

770,230

2.02

1,475,372

13

Jawa Tengah

32,400,476

10,367,184

13,920,671

42.96

18,479,805

57.04

1,937,012

5.98

577,972

1.78

397,132

1.23

201,856

14

DI Yogyakarta

3,384,442

769,091

1,364,385

40.31

2,020,057

59.69

435,897

12.88

6,204

0.18

161,312

4.77

15

Jawa Timur

36,206,060

9,181,419

13,134,885

36.28

23,071,175

63.72

1,712,040

4.73

852,385

2.35

255,535

0.71

16

Banten

8,977,896

1,814,399

2,756,798

30.71

6,221,098

69.29

312,895

3.49

469,456

5.23

0.00

17

Bali

3,393,830

548,357

1,134,819

33.44

2,259,011

66.56

281,905

8.31

85,476

2.52

0.00

18

Nusa Tenggara Barat

4,039,434

1,949,507

2,192,252

54.27

1,847,182

45.73

198,274

4.91

20,326

0.50

8,897

0.22

19

Nusa Tenggara Timur

4,184,674

2,652,342

3,013,688

72.02

1,170,986

27.98

283,840

6.78

27,984

0.67

20,091

0.48

20

Kalimantan Barat

3,713,815

1,321,714

1,670,054

44.97

2,043,761

55.03

287,919

7.75

18,674

0.50

17,534

0.47

21

Kalimantan Tengah

1,866,867

485,483

692,418

37.09

1,174,449

62.91

137,852

7.38

6,491

0.35

6,039

0.32

28,508

1.53

28,045

1.50

485,483

26.01

22

Kalimantan Selatan

3,240,725

670,674

1,099,687

33.93

2,141,038

66.07

313,517

9.67

45,529

1.40

24,686

0.76

25,379

0.78

19,902

0.61

670,674

20.70

23

Kalimantan Timur

2,682,492

482,183

983,172

36.65

1,699,320

63.35

441,633

16.46

6,204

0.23

15,787

0.59

1,097

0.04

36,268

1.35

482,183

17.98

24

Sulawesi Utara

2,149,114

697,203

1,111,965

51.74

1,037,149

48.26

211,806

9.86

44,726

2.08

93,217

4.34

65,013

3.03

0.00

697,203

32.44

25

Sulawesi Tengah

2,290,722

730,596

950,598

41.50

1,340,124

58.50

71,320

3.11

15,022

0.66

23,013

1.00

110,647

4.83

0.00

730,596

31.89

26

Sulawesi Selatan

8,573,874

2,363,855

3,447,447

40.21

5,126,427

59.79

666,588

7.77

66,953

0.78

36,515

0.43

45,816

0.53

267,720

3.12

2,363,855

27.57

27

Sulawesi Tenggara

1,990,114

889,657

1,128,889

56.72

861,225

43.28

140,589

7.06

12,507

0.63

0.00

2,342

0.12

83,794

4.21

889,657

44.70

28

Gorontalo

899,653

386,836

1,079,995

120.05

-180,342

-20.05

46,740

5.20

0.00

0.00

12,195

1.36

634,224

70.50

386,836

43.00

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

49.89

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Jumlah

0.00

14,352

0.34

284,580

6.73

3,381,791

80.02

93,443

0.77

12,779

0.11

117,320

0.97

2,867,820

23.66

0.94

3,715

0.08

428

0.01

0.00

1,083,424

23.93

3.45

11,226

0.20

16,476

0.30

4.03

1,208,931

22.06

0.00

54,435

2.12

25,194

0.98

486,409

18.94

0.86

1,056

0.02

1,216,089

17.72

67,776

0.99

1,920,001

27.97

0.88

15,458

0.91

77,982

4.61

4,629

0.27

502,613

29.71

5,011

0.07

532,775

7.58

51,445

0.73

2,130,200

30.31

15,421

1.54

413

0.04

11,571

1.15

129,801

12.92

0.13

869,766

10.09

881,216

10.22

3.87

716,582

1.88

7,550,535

19.79

0.62

439,515

1.36

10,367,184

32.00

0.00

60,292

1.78

769,091

22.72

169,070

0.47

964,436

2.66

9,181,419

25.36

6,876

0.08

153,172

1.71

1,814,399

20.21

2,797

0.08

216,284

6.37

548,357

16.16

9,101

0.23

6,147

0.15

1,949,507

48.26

17,462

0.42

11,969

0.29

2,652,342

63.38

24,213

0.65

0.00

1,321,714

35.59

221,110

1,275,498

636,318

712,204

55.84

563,294

44.16

45,754

3.59

7,076

0.55

0.00

233

0.02

22,823

1.79

636,318

858,656

421,703

470,752

54.82

387,904

45.18

35,034

4.08

7,378

0.86

0.00

2,292

0.27

4,345

0.51

421,703

49.11

2,381,368

1,488,738

1,897,810

79.69

483,558

20.31

234,846

9.86

22,954

0.96

0.00

31,380

1.32

119,892

5.03

1,488,738

62.52

216,799,942

60,000,000

90,330,308

58.33 14,612,789

6.74

4,515,254

2.08

1.92 5,438,801

2.51

60,000,000

27.68

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

41.67 126,469,634

2,065,214

0.95

4,168,258

Lampiran 5.30
DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI
TAHUN 2005

No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Jumlah
Penduduk
(***)

Jumlah MASKIN

(3)

(4)

ASKES

JAMSOS
TEK

BAPEL

(5)

(6)

(7)

4,225,999

3,381,791

390,792

56,412

12,122,520

2,867,820

824,600

219,783

Sumatera Barat

4,528,282

1,083,424

430,146

42,531

Riau

5,481,108

1,208,931

330,013

188,824

Jambi

2,568,391

486,409

283,403

18,569

Bengkulu

1,691,768

1,920,001

148,328

14,901

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)


JPKM
Dana Sehat
Kartu Sehat
PRA-BAPEL
(8)

36,304

(9)

57,139
3,715

11,226

(10)

Lain-lain

Total

(11)

(12)

(%)
(13)

14,352

3,381,791

284,580

4,127,927

97.68

12,779

2,867,820

117,320

4,135,745

34.12

428

1,083,424

1,560,244

34.46

16,476

1,208,931

221,110

1,976,580

36.06

54,435

486,409

25,194

868,010

33.80

15,458

77,982

502,613

4,629

763,911

45.15

Sumatera Selatan

6,864,532

502,613

589,915

59,102

1,056

1,216,089

1,920,001

67,776

3,853,939

56.14

Lampung

7,028,588

2,130,200

420,161

155,227

5,011

532,775

2,130,200

51,445

3,294,819

46.88

1,004,623

129,801

28,717

13,158

15,421

413

129,801

11,571

199,081

19.82

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

8,622,065

881,216

838,037

363,528

89,896

10,880

881,216

869,766

3,053,323

35.41

12

Jawa Barat

38,152,356

7,550,535

2,533,216

1,089,902

90,224

680,006

1,475,372

7,550,535

716,582

14,135,837

37.05

13

Jawa Tengah

32,400,476

10,367,184

1,937,012

577,972

25,532

371,600

201,856

10,367,184

439,515

13,920,671

42.96

14

DI Yogyakarta

3,384,442

769,091

435,897

6,204

161,312

769,091

60,292

1,432,796

42.33

15

Jawa Timur

36,206,060

9,181,419

1,712,040

852,385

255,535

169,070

9,181,419

964,436

13,134,885

36.28

16

Banten

8,977,896

1,814,399

312,895

469,456

6,876

1,814,399

153,172

2,756,798

30.71

17

Bali

3,393,830

548,357

281,905

85,476

2,797

548,357

216,284

1,134,819

33.44

18

Nusa Tenggara Barat

4,039,434

1,949,507

198,274

20,326

8,897

9,101

1,949,507

6,147

2,192,252

54.27

19

Nusa Tenggara Timur

4,184,674

2,652,342

283,840

27,984

20,091

17,462

2,652,342

11,969

3,013,688

72.02

20

Kalimantan Barat

3,713,815

1,321,714

287,919

18,674

17,534

24,213

1,321,714

1,670,054

44.97

21

Kalimantan Tengah

1,866,867

485,483

137,852

6,491

6,039

28,508

485,483

28,045

692,418

37.09

22

Kalimantan Timur

2,682,492

670,674

441,633

6,204

15,787

1,097

482,183

36,268

983,172

36.65

23

Kalimantan Selatan

3,240,725

482,183

313,517

45,529

24,686

25,379

670,674

19,902

1,099,687

33.93

24

Sulawesi Utara

2,149,114

697,203

211,806

44,726

93,217

65,013

697,203

1,111,965

51.74

25

Sulawesi Tengah

2,290,722

730,596

71,320

15,022

23,013

110,647

730,596

950,598

41.50

26

Sulawesi Tenggara

1,990,114

2,363,855

140,589

12,507

2,342

889,657

83,794

1,128,889

56.72

27

Sulawesi Selatan

8,573,874

889,657

666,588

66,953

45,816

2,363,855

267,720

3,447,447

40.21

28

Gorontalo

899,653

386,836

46,740

12,195

386,836

634,224

1,079,995

120.05

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

1,275,498

636,318

45,754

7,076

233

636,318

22,823

712,204

55.84

31

Maluku Utara

858,656

421,703

35,034

7,378

2,292

421,703

4,345

470,752

54.82

32

Papua

2,381,368

1,488,738

234,846

22,954

31,380

1,488,738

119,892

1,897,810

79.69

33

Irian Jaya Barat


14,612,789

4,515,254

4,168,258

60,000,000

5,438,801

90,800,316

41.88

6.74

2.08

1.92

27.68

2.51

Jumlah
Persentase Berdasarkan Jumlah
Penduduk
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

216,799,942

60,000,000

36,515

670,029
0.95

1,395,185

Lampiran 6.1

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2004 / 2005
Tahun 2005
No

Negara

(1)

(2)

Brunei Darussalam

Jumlah
Penduduk
(Ribuan Jiwa)

Kepadatan
Penduduk
per Km

(3)

(4)

Tahun 2004
Laju
Persentase
Persentase
Persentase
Angka Beban
Angka
% Penduduk Pertumbuhan
PDB per
PDB
Penduduk Usia
Penduduk Usia
Penduduk
Penduduk Usia
Tanggungan Melek Huruf
di Daerah
Kapita (US$) (US$ billions)
65 Tahun Ke
15 Tahun Ke
15 - 64 Tahun
(%)
(%)
Perkotaan 1994-2004 (%)
Atas
Bawah
(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

374

65

77.6

2.4

30.0

66.9

3.1

49

92.7

13879*

5.2*

Indonesia

222,781

126

47.9

1.3

28.6

66.0

5.4

52

87.9

1,184

257.6

Kamboja

14,071

75

19.7

2.2

37.7

58.9

3.4

70

73.6

354

4.9

Laos

5,924

26

21.6

2.4

41.2

55.2

3.6

81

68.7

423

2.5

Malaysia

25,347

73

65.1

73

32.8

62.7

4.5

59

88.7

4,753

118.3

Myanmar

50,519

63

30.6

1.3

30.1

65.0

4.9

54

89.7

166*

9.1*

Filipina

83,054

293

62.6

2.0

35.7

60.5

3.8

65

92.6

1,036

84.6

Singapura

4,326

6,389

100

2.4

20.2

71.6

8.2

40

92.5

25,191

106.8

Thailand

64,233

127

32.5

1.0

24.1

69.0

6.9

45

92.6

2,539

161.7

10 Vietnam

84,238

253

26.7

1.5

30.3

64.2

5.5

56

90.3

550

45.2

Sumber :
- WHO Health Report, 2006 : Jumlah Penduduk dan Laju pertumbuhan Penduduk
- Human Development Report (HDR), 2006 : Persentase penduduk per kategori Umur, PDB, dan PDB per capita
Keterangan :
* diambil dari ASEAN Statistical Yearbook 2005

Lampiran 6.2

PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


TAHUN 2004

No

Negara

Indeks
Pembangunan
Manusia

Usia Harapan
Hidup Waktu
Lahir

Total Fertility
Rate (TFR)

Angka Kelahiran
Kasar per 1000
Penduduk

Angka Kematian
Kasar per 1000
Penduduk

Angka Kematian
Balita (AKABA)

Angka
Kematian Bayi
(AKB)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1 Brunei Darussalam

0.871

77

2.4

22.8

2.8

2 Indonesia

0.711

67

2.3

20.2

7.2

38

39

3 Kamboja

0.583

54

4.0

33.6

10

141

71

4 Laos

0.553

59

4.7

34.2

12.2

83

86

5 Malaysia

0.805

72

2.8

21.3

4.6

12

5.9

6 Myanmar

0.581

59

2.3

23.2

11.2

105

81

7 Filipina

0.763

68

3.1

24.6

5.1

34

28

8 Singapura

0.916

80

1.3

11.4

4.4

9 Thailand

0.784

70

1.9

14.5

6.8

21

20

10 Vietnam

0.709

71

2.3

19.9

6.4

23

32

Sumber :
- ASEAN Statistical Yearbook 2005 : Angka Kelahiran Kasar dan Angka Kematian Kasar
- Human Development Report (HDR), 2006 : Indeks Pembangunan Manusia, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
- World Health Report 2006 : TFR dan Umur Harapan Hidup

Lampiran 6.3

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI DAN DISTRIBUSI VITAMIN A


DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004
No

Negara

BCG (%)

DPT3 (%)

Polio3 (%)

Hepatitis B3 (%)

Campak (%)

Vitamin A (%)
(2002)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Brunei Darussalam

99

92

92

99

99

Indonesia

82

70

70

75

72

62

Kamboja

95

85

86

80

47

Laos

60

45

46

45

36

64

Malaysia

99

99

95

95

95

Myanmar

85

82

82

54

78

87

Filipina

91

79

80

40

80

76

Singapura

99

94

94

93

94

Thailand

99

98

98

96

96

10 Vietnam

96

96

96

94

97

99

Sumber :
SOWC-Unicef, 2006

Lampiran 6.4

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004


Kematian yang Disebabkan Kematian yang Disebabkan
TBC pada Penduduk HIV
TBC pada Penduduk HIV
Negatif
Positif

No

Negara

Insidens Rate per 100.000


Penduduk

Prevalensi per 100.000


Penduduk

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Brunei Darussalam

54.0

63.0

Indonesia

245.0

275.2

45

Kamboja

510.0

708.7

80

14

Laos

155.7

317.8

25

Malaysia

102.5

132.7

16

Myanmar

170.9

179.6

19

Filipina

293.4

463.3

48

Singapura

39.6

40.8

Thailand

142.3

207.7

17

10

Vietnam

176.5

231.8

22

Sumber :
WHO Health Report, 2005

Lampiran 6.5

ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS


TAHUN 2005
1. Angka Estimasi HIV
Dewasa dan Anak-anak

No

Dewasa (1549)
Rate (%)

Dewasa (15+)

Wanita (15+)\

Dewasa dan Anak-anak

Negara

(1)

(2)

1 Brunei Darussalam
2

2. Kematian Akibat AIDS

Indonesia

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimasi

(3)

(4)

(5)

<100
170,000

3 Kamboja

[<200]
[100.000 290.000]

<100

[estimasi
[estimasi rendah Estima rendah
estimasi tinggi]
si
estimasi
tinggi]
(6)
(6)
(6)
[<200]

<0.1

[<0.2]

Estimasi
(6)
<100

[estimasi rendah
[estimasi rendah
Estimasi
estimasi tinggi]
estimasi tinggi]
(6)

(6)
[<200]

<100

(6)
[<200]

170,000

[100.000 290.000]

0.1 [0.1 0.2]

29,000

[15.000 52.000]

5,500

[3.300 8.300]

59,000

[28.000 99.000]

16,000

[8.500 26.000]

130,000

[74.000 210.000]

130,000

[70.000 200.000]

1.6 [0.9 2.6]

Laos

3,700

[1.800 12.000]

3,600

[1.700 12.000]

0.1 [0.1 0.4]

5 Malaysia

69,000

[33.000 220.000]

67,000

[32.000 220.000]

0.5 [0.2 1.5]

17,000

[7.300 57.000]

4,000

[2.100 7.200]

360,000

[200.000 570.000]

350,000

[200.000 550.000]

1.3 [0.7 2.0]

110,000

[53.000 190.000]

37,000

[20.000 62.000]

12,000

[7.300 20.000]

12,000

[7.200 20.000]

[<0.2]

3,400

[1.800 6.000]

<1000

[<1.000]

5,500

[3.100 14.000]

5,500

[3.000 14.000]

0.3 [0.2 0.7]

1,500

[700 3.700]

<100

[<200]

9 Thailand

580,000

[330.000 920.000]

560,000

[320.000 900.000]

1.4 [0.7 2.1]

220,000

[100.000 370.000]

21,000

[14.000 42.000]

10 Vietnam

260,000

[150.000 430.000]

250,000

[150.000 420.000]

0.5 [0.3 0.9]

84,000

[43.000 150.000]

13,000

[7.800 20.000]

0.6 [0.4 - 1.0] 2,200,000 1.300.000 - 3.500.000] 560,000

[370.000 - 810.000]

Myanmar

7 Filipina
8

Singapura

ASEAN

7,600,000 5.100.000 - 11.700.000]

7,400,000 000.000 - 11.500.000]

Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006.

<0.1

<1000

[260 2.000]

<100

[<200]

Lampiran 6.6
STATUS GIZI BURUK
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2006

No

Negara

Gizi Buruk (%)

(1)

(2)

(3)

Brunei Darussalam

Indonesia

Kamboja

33

Laos

Malaysia

Myanmar

Filipina

19

Singapura

Thailand

21

10

Vietnam

17

Sumber :
Human Development Report, 2006

Lampiran 6.7
PERBANDINGAN PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004

No

Negara

Penduduk Yang Menggunakan Sumber Air


Bersih (%)

Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi


Sehat (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

Brunei Darussalam

Indonesia

77

55

Kamboja

41

17

Laos

51

30

Malaysia

99

94

Myanmar

78

77

Filipina

85

72

Singapura

100

100

Thailand

99

99

10

Vietnam

85

61

Sumber :
Human Development Report, 2006

You might also like