You are on page 1of 13

FEMINIST TEORI OF LAW

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,MH

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN, 2010

FEMINIST TEORI OF LAW


PENDAHULUAN

Bagian dari postmodern jurisprudence Muncul pada abad ke-20 menjelang Abad ke-21 Mencoba untuk menolak aliran-aliran hukum yang sudah ada sebelumnya Melakukan penelitian-penelitian yang seksama terhadap hukum-hukum yang tertulis maupun hukum sebagai normaq-norma yang hidup dalam masyarakat Menggunakan aturan tehnik-tehnik tekstual dan kontekstual dalam pembacaan karya-karya hukum yang konvensional Sebagian memandang teori ini merupakan bagi dari CLS (critical legal studies) ---- Freeman

LATAR BELAKANG (1)


Munculnya pergerakan kaum perempuan yang secara intensif berupaya menempatkan diri menjadi mitra sejajar kaum laki-laki Kondisi budaya dan hukum yang ada selama ini dipandang telah mendudukan

perempuan sebagai anggota masyarakat yang


Sebuah peristiwa penting oo oo oo

termarginalkan

oo
oo

pada tahun 1869 Sophia Jax - Blake (perempuan) mendaftarkan diri ke Fakultas Kedokteran Universitas Edinburg ; mulanya tidak diterima, tetapi setelah melakukan berbagai upaya akhirnya diterima sebagai mahasiswa kedokteran hanya diajar oleh profesor yang berkenan mengajar mereka. Ruang perkuliahan dibedakan dengan laki-laki setelah lulus ditolak untuk mendapatkan ijin praktek oleh Pemerintah Inggris pengadilan menolak keberatan mereka dengan alasan perempuan lebih tepat mengurusi masalah-masalah domestik (rumah tangga)

LATAR BELAKANG (2)

Para politisi dan hakim memandang tindakan Universitas Edinburg sebagai tindakan ultra vires yaitu tindakan yang tanpa memiliki kekuatan/ otoritas Dalam masalah penguhukuman perempuan dipandang sebagai subjek hukum, karenanya tunduk pada ketentuan hukum Hukum dipandang identik dengan kekuasaan dan

arogansi kaum laki-laki

POKOK-POKOK PIKIRAN (1)


Karakter hukum yang eksis bersifat

tidak adil, tidak jujur, penghinaan, penurunan martabat (degradasi) dan pendevaluasian kaum perempuan dikondisikan masyarakat dan hukum dalam posisi

Kaum perempuan

lemah dibandingkan dengan kaum laki-laki


Kondisi

biological determinant
karakter kelaki-lakian

perempuan

yang

dipandang

lemah

bukan

merupakan

tetapi sesuatu yang dikondisikan

Hukum

mengadopsi nilai-nilai yang dipandang identik dengan

yaitu rasionalitas, obyektivitas, adil, kebebasan, privasi, dan kebebasan mengeluarkan pendapat.

POKOK-POKOK PIKIRAN (2)


Hukum

menolak

hal-hal yang irrasional, subyektif, dihubung-

hubungkan atau seenaknya yang perempuan


Hakim

diidentikkan

dengan karakter

dalam menerapkan hukum

persepsi laki-laki
Hukum seharusnya

selalu menggunakan

dominasi laki-laki
Hukum

tidak memelihara/ melanggengkan


laki-laki dan perempuan dalam

harus menempatkan kedudukan yang sama.

SEBUAH PUTUSAN PENGADILAN YANG KE-LAKI-LAKIAN Pada tahun 1999 Supreme Court di Italia mengadili tuduhan perkosaan terhadap seorang perempuan ;

Hakim memutuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan persenggamaan bukan sebuah perkosaan
Oleh karena pada saat terjadinya peristiwa perempuan mengaku menggunakan celana blue jeans ketat, hakim menyatakan bahwa tidak mungkin terjadi perkosaan karena tidak mudah melakukannya dengan keadaan korban yang menggunakan celana blue jeans ketat. Yang terjadi menurut pandangan hakim adalah persenggamaan karena pakaian blue jeans ketat tersebut tidak dapat dibuka dengan mudah tanpa adanya kerjasama dari orang yang memakainya ; Putusan ini dipandang memiliki perspektif yang didominasi oleh cara pandang laki-laki

BEBERAPA FAKTA HUKUM YANG KE-LAKI-LAKIAN

Hukum keluarga lebih memihak laki-laki. Perempuan diwajibkan patuh


dan taat pada suami (laki-laki) dan mengikuti suaminya. Tindakan hukum perempuan diakui apabila disetujui oleh suaminya (laki-laki).

Banyaknya kekerasan dalam keluarga yang menimpa perempuan tetapi tidak terselesaikan oleh hukum

Pekerjaan rumah tangga dipandang tidak layak diberikan upah yang


memadai, karena dipandang identik dengan pekerjaan perempuan

Dalam berbagai sistem hukum nasional, perempuan memiliki

yang lebih kecil dari laki-laki. Pornografi yang tidak terselesaikan oleh hukum merupakan tindakan

hak waris

merendahkan martabat perempuan, karena meningkatkan kemauan laki-laki untuk melakukan hubungan seks terhadap perempuan dan merusak citra perempuan Beberapa putusan pengadilan memihak pada laki-laki

KODRAT PEREMPUAN TIDAK IDENTIK DENGAN KETIDAK BERDAYAAN

Perempuan memiliki perbedaan dibanding dengan laki-laki Keadaan tersebut kelemahan

anatomi dan kodrati

tidak bisa diidentikkan dengan sifat

Kehamilan misalnya, tidak harus diartikan sebagai sifat lemah perempuan atau kecacadan perempuan. Tindakan terhadap perempuan hamil tidak disamakan dengan tindakan terhadap orang sakit (Gilligan)

Kaum perempuan yang hamil harus tetap mendapat kesempatan di bidang pekerjaannya dan berhak meraih jabatan tertentu di tempat mereka kerja (Gilligan)

KRITIK TERHADAP FORMAL EQUALITY

Secara formal hukum menetapkan bahwa setiap orang


sama kedudukannya di depan hukum

Emily Jackson: dalam kenyataannya tidak semua orang

dipandang sama didepan hukum. Jika hukum menentukan setiap orang sama keberadaannya di mata hukum, maka seharusnya hukum mapu mendudukkan setiap orang sama keberadaannya dalam masyarakat. Dalam bidang ketenagakerjaan tetap saja terjadi didkriminasi terhadap perempuan. Misalnya pencantuman syara harus tidak mempunyai pertanggung jawabananak yang diasuh unutk mendapatkan pekerjaan tertentu bagi kaum perempuan. Hukum memberikan kedudukan yang sama antara laki-laki dan perempuan baru sebatas formal equality

KRITIK TERHADAP NEGARA


Negara bukan merupakan institusi yang netral, tapi tampak sebagai institusi laki-laki Negara tidak dapat eksis tanpa hukum, sementara negara melanggengkan hukum yang berkarakter laki-laki Melalui penegakan hukum yang berkarakter laki-laki tersebut, negara turut andil memberikan perlakuan yang tidak adil, tidak jujur, degradasi (penurunan martabat), devaluasi terhadap kaum perempuan.

STRATEGI

Menolak dualisme seksualitas antara laki-laki dan


perempuan

Menolak anggapan/gagasan bahwa perempuan mempunyai nilai-nilai irrasional, kepasivan, subyektif, lemah, dan lain sebagainya yang mencitrakan ketidakberdayaan kaum perempuan. Menolak penghirarkian gender, bahwa laki-laki lebih
superior dari perempuan.

Mendorong perempuan untuk lebih rasional, lebih


obyektif dan lebih mendasar dalam kehidupan.

Hukum harus hidup dalam kerasionalitasannya dan ke-obyektivitasannya, yaitu tidak


dikarakteristikkan dan lebih memihak kaum laki-laki.

TERIMA KASIH

You might also like